Anda di halaman 1dari 9

Nama : Paradisa Sukma

NIM : A1C013115

GRAND THEORY

TEORI AGENSI (AGENCY THEORY)


Teori ini menjelaskan adanya hubungan kontraktual antara dua pihak atau lebih
yang salah satu pihak disebut prinsipal (principal) yang menyewa pihak lain yang
disebut agen (agent) untuk melakukan beberapa jasa atas nama pemilik yang meliputi
pendelegasian wewenang (Jensen dan Meckling, 1976). Dalam hal ini pihak prinsipal
mendelegasikan pertanggungjawaban atas decision making kepada agen. Prinsipal
memberikan tanggung jawab kepada agen sesuai dengan kontrak kerja yang telah
disepakati. Wewenang dan tanggung jawab agen maupun prinsipal diatur dalam
kontrak kerja atas persetujuan bersama. prinsipal mempekerjakan agen untuk
melakukan tugas demi kepentingan prinsipal, termasuk dalam pendelegasian otoritas
pengambilan keputusan. Kontrak tersebut seringkali dibuat berdasarkan angka laba
bersih, sehingga dapat dikatakan bahwa teori agensi mempunyai implikasi terhadap
akuntansi.
Menurut Watts dan Zimmerman (1986) hubungan prinsipal dan agen sering
ditentukan dengan angka akuntansi. Hal ini memicu agen untuk memikirkan bagaimana
akuntansi tersebut dapat digunakan sebagai sarana untuk memaksimalkan
kepentingannya. Salah satu bentuk tindakan yang dapat dilakukan agen adalah dengan
melakukan manajemen laba.
Teori agensi menyatakan bahwa praktek manajemen laba dipengaruhi oleh
konflik kepentingan antara agen dan prinsipal yang timbul ketika setiap pihak berusaha
mencapai tingkat kemakmuran yang dikehendakinya. Seringkali hubungan antara
prinsipal dan agen tercermin dalam hubungan antara pemilik modal atau investor
sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen. Dalam hal ini agen memiliki lebih banyak
informasi dibanding prinsipal, sehingga menimbulkan adanya asimetri informasi.
Adanya informasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk
melakukan tindakan sesuai dengan keinginan dan kepentingan pribandinya. Bagi
prinsipal dalam hal ini pemilik modal atau investor akan sangat sulit untuk mengontrol
secara efektif tindakan yang dilakukan oleh manajer karena hanya memiliki sedikit
informasi.

Menurut Scott (2009) terdapat dua macam asimetri informasi yaitu:

1. Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam


lainnya memiliki lebih banyak pengetahuan tentang keadaaan dan
prospek perusahaan dibandingkan dengan pihak luar. Informasi mengenai
fakta yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil
oleh pemegang saham tidak disampaikan oleh manajer kepada
pemegang saham.
2. Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh manajer tidak
seluruhnya diketahui oleh pemeagang saham maupun kreditur. Sehingga
manajer dapat melakukan tindakan yang melanggar kontrak dan secara
etika atau norma tidak layak untuk dilakukan di luar sepengetahuan
pemegang saham.

SIGNALING THEORY
Teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk pasar
modal. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri informasi antara manajemen
perusahaan dan pihakpihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut. Teori
sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya perusahaan memberikan sinyal-
sinyal pada pengguna laporan keuangan.
Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah
perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa
informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan
keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan
bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Teori sinyal
menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi
asimetri informasi. Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa
mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba yang
lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan
membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan
menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate Kualitas keputusan investor
dipengaruhi oleh kualitas informasi yang diungkapkan
perusahaan dalam laporan keuangan.
Kualitas informasi tersebut bertujuan untuk mengurangi asimetri informasi yang
timbul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di
masa mendatang dibanding pihak eksternal perusahaan. Informasi yang berupa
pemberian peringkat obligasi perusahaan yang dipublikasikan diharapkan dapat
menjadi sinyal kondisi keuangan perusahaan tertentu dan menggambarkan
kemungkinan yang terjadi terkait dengan utang yang dimiliki.
Teori signal juga dapat membantu pihak perusahaan (agent), pemilik (prinsipal),
dan pihak luar perusahaan mengurangi asimetri informasi dengan menghasilkan
kualitas atau integritas informasi laporan keuangan. Untuk memastikan pihak-pihak
yang berkepentingan meyakini keandalan informasi keuangan yang disampaikan pihak
perusahaan (agent), perlu mendapatkan opini dari pihak lain yang bebas memberikan
pendapat tentang laporan keuangan.

TEORI AKUNTANSI POSITIF


Watts dan Zimmerman (1986 : 5), penggagas Teori Akuntansi Positif,
menyatakan bahwa tujuan dari teori akuntansi adalah untuk menjelaskan (to explain)
dan memprediksi (to predict) praktik- praktik akuntansi. Arti dari menjelaskan adalah
menyediakan alasan-alasan untuk praktik akuntansi yang dapat diobservasi, sedangkan
arti dari memprediksi adalah bahwa teori akuntansi dapat memprediksi fenomena yang
tidak terobservasi. menghubungkan konsep-konsep dalam bentuk hipotesis yang akan
diuji. Lebih lanjut, mereka menyatakan bahwa teori sebaiknya dibangun oleh para
akademisi, bersumber pada bukti empiris yang memiliki kekuatan untuk mampu
memprediksi. Teori yang tidak dibangun atas dasar tersebut di sebut Watts dan
Zimmerman (1986 :4) sebagai ‘child’s theory’ yang melakukan generalisasi tanpa
pengalaman riset saintifik.
Selanjutnya, Positive Theory menjelaskan tentang hubungan sebab akibat (how
the world works) tanpa dilandasi pertimbangan nilai (Suwardjono, 2008 :27), sedangkan
Normative Theory memberikan saran (prescription) tentang prosedur akuntansi apa
yang sebaiknya dilakukan. Contoh teori normatif antara lain : Paton dan Littleton- An
Introduction to Corporate Accounting Standards (1940), Scott – Accounting Theory
(1941), Paul Grady-inventory for Generally Accepted Accounting Principle (1965).
Contoh teori positif adalah Watts dan Zimmerman (1986) yang mengkritik teori normatif
karena teori normatif didasarkan pada pertimbangan nilai/ value judgement (Chariri,
2001 : 64-65).
Oleh karena itu jelas bahwa teori akuntansi positif mengakui asumsi rasionalitas
(Watts dan Zimmerman, 1986 :22)

Teori Akuntansi positif didasarkan pada proposisi bahwa manajer, pemegang


saham, dan regulator (politisi) adalah rasional dan mereka berusaha untuk
memaksimalkan utility mereka, yang secara langsung terkait dengan kompensasi dan
kemakmuran mereka. Pilihan akuntansi tergantung pada variabel-variabel yang
merepresentasi insentif manajemen untuk memilih metode akuntansi dengan rencana
bonus, kontrak hutang, dan proses politisi.
Watts dan Zimmerman (1986) menjelaskan tiga hipotesis yang diaplikasikan
untuk melakukan prediksi dalam teori akuntansi positif mengenai motivasi manajemen
melakukan pengelolaan laba. Tiga hipotesis yang dijelaskannya adalah sebagai berikut:
1. Hipotesis rencana bonus (bonus plan hypothesis), berkaitan dengan
tindakan manajemen dalam memilih metode akuntansi untuk
memaksimalkan laba demi mendapatkan bonus yang tinggi. Manajemen
yang diberikan janji untuk mendapatkan bonus sehubungan dengan
performa perusahaan khususnya terkait dengan laba perusahaan yang
diperolehnya akan termotivasi untuk mengakui laba perusahaan yang
seharusnya menjadi bagian di masa mendatang, diakui menjadi laba
perusahaan pada tahun berjalan.
2. Hipotesis perjanjian hutang (debt covenant hypothesis), dalam
melakukan perjanjian hutang, perusahaan diharuskan untuk memenuhi
beberapa persyaratan yang diajukan oleh debitur agar dapat mengajukan
pinjaman. Beberapa persyaratan tersebut adalah persyaratan atas kondisi
tertentu mengenai keuangan perusahaan. Kondisi keuangan perusahaan
dapat tercermin dari rasio-rasio keuangannya. Kreditor memiliki persepsi
bahwa perusahaan yang memiliki nilai laba yang relatif tinggi dan stabil
merupakan salah satu kriteria perusahaan yang sehat.
3. Hipotesis biaya politik (political cost hypothesis), hipotesis ini menjelaskan
akibat politis dari pemilihan kebijakan akuntansi yang dilakukan oleh
manajemen. Semakin besar laba yang diperoleh perusahaan, maka
semakin besar tuntutan masyarakat terhadap perusahaan tersebut.
Perusahaan yang berukuran besar diharapkan akan memberikan
perhatian yang lebih terhadap lingkungan sekitarnya dan terhadap
pemenuhan atas peraturan yang diberlakukan regulator.

Menurut Chariri dan Ghozali (2007), dalam teori akuntansi positif terdapat tiga
hubungan keagenan yaitu:
1. Hubungan manajemen dengan pemilik (pemegang saham), manajemen
akan cenderung menerapkan akuntansi yang kurang konservatif atau
optimis apabila kepemilikan saham yang ada di perusahaan lebih rendah
dibandingkan dengan kepemilikan saham eksternal. Agen atau manajer
tersebut ingin agar kinerjanya dinilai bagus dan mendapatkan bonus
(bonus plan), maka manajer cenderung meningkatkan laba periode
berjalan. Namun, prinsipal atau pemegang saham hanya menginginkan
deviden maupun capital gain dari saham yang dimilikinya. Sebaliknya, jika
kepemilikan manajerial lebih tinggi dibanding pemegang saham
eksternal, maka manajemen cenderung melaporkan laba yang lebih
konservatif. Adanya rasa memiliki dari manajer terhadap perusahaan yang
tinggi membuat manajer lebih berkeinginan untuk memperbesar
perusahaan. Penerapan akuntansi yang konservatif menyebabkan
terdapat cadangan dana tersembunyi yang cukup besar untuk dapat
meningkatkan investasi perusahaan. Aset akan diakui dengan nilai
terendah, sehingga nilai pasar lebih besar daripada nilai buku dan
terbentuklah goodwill.
2. Hubungan manajemen dengan kreditor, apabila rasio hutang atau ekuitas
perusahaan tinggi maka kemungkinan bagi manajer untuk memilih
metode akuntansi yang konservatif atau yang cenderung menurunkan
laba semakin besar. Hal ini dikarenakan kreditor dapat mengawasi
kegiatan operasional manajemen, sehingga pihaknya meminta
manajemen agar melaporkan laba yang konservatif demi keamanan
dananya.
3. Hubungan manajemen dengan pemerintah, manajer akan cenderung
melaporkan laba secara konservatif atau secara hati-hati untuk
menghindari pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah, para analis,
dan masyarakat. Perusahaan yang besar akan lebih disoroti oleh pihak-
pihak tersebut dibanding perusahaan kecil. Perusahaan besar harus
dapat menyediakan layanan publik dan tanggung jawab sosial yang lebih
baik kepada masyarakat sebagai tuntutan dari pemerintah dan juga
membayar pajak yang lebih ringgi sesuai dengan laba perusahaan yang
tinggi.

THE MODERN THEORY OF CORPORATE CONTROL


Teori ini menjelaskan kegiatan perusahaan berupa merger dan akuisisi yang
marak pada sekitar tahun 1980-an. Makalah pertama yang menjelaskan tentang
phenomena teori modern dari control perusahaan dibuat oleh Bradley (1980), yang
mempelajari performa penawaran harga saham perusahaan yang menjadi target
pengambil alihan. Dalam penelitiannya Bradly menemukan bahwa perusahaan-
perusahaan yang menjadi target meningkat sekitar 30% segera begitu penawaran
dibuka, dan akan tetap pada posisi sekitar itu sampai proses akuisisi ini benar-benar
terjadi atau dibatalkan. Dalam penelitiannya juga ditemukan bahwa, jika tidak ada hal
yang mengejutkan atau hal-hal baru, 51% dari target shares akan kembali ke harga
normal / awal segera setelah pengambilalihan selesai.
Yang menjadi hal penting dalam hasil ini adalah bagaimana motivasi dari
manager yang menawar perusahaan ketika mereka mengumumkan pengambilalihan
penawaran. Berdasarkan penelitian Bradly, kebanyakan observers mengasumsikan
bahwa penawaran perusahaan memerlukan taruhan mayoritas untuk “menjarah”
mengambil keuntungan sebesar-besarnya setelah pengambilalihan diumumkan.
Temuanm Bradley menjadi inkonsisten berdasarkan penjelasan ini. Jelas sekali
penawar yang berhasil tidak menjarah perusahaan karena hal ini dikarenakan harga
bagian yang tidak dijual terlalu jauh jaraknya dengan harga mereka sebelum harga
penawaran. Dilain pihak, sejak harga dari bagian yang tidak dijual jatuh, penjual akan
menawarkan sejak pengambilalihan selesai. Jelaslah para penawar menderita capital
loss pada bagian yang mereka beli dari pada untung.
Kontribusi terbesar Breadly adalah pada penjelasan ini. Dalam model teorinya
diasumsikan bahwa manager perusahaan penawar akan mengumumkan tender
penawaran awal dalam upaya mengontrol asset dan operasi dari target perusahaan
yang sedang berjalan. Ketika control selang penawaran dari target, yang baru, strategi
operasi bernilai tinggi akan di implementasikan dan perusahaan penawar akan
mendapatkan profit dari pengontrolan target yang efesien. Sepertinya memang teori ini
tidak cukup revolusioner, tetapi implikasinya terhadap keuntungan ekonomi dari pasar
yang tidak terbatas dank arena hal itu memberikan penjelasan observasi prilaku dalam
pasar dengan baik.

THE THEORY OF FINANCIAL INTERMEDIATION


Dalam beberapa decade lalu, walaubagaimanapun telah menjadi jelas bahwa
pasar modal keuangan adalah lebih sering kali ekonomi berbiaya tinggi dan sebuah
metode ekonomi yang sia-sia dalam upaya memenuhi sumber keuangan operasional
perusahaan daripada pembiayaan melalui bank dan perantara keuangan lainnya. Bank
komersial biasanya terlihat sangat memiliki kelebihan yang kompetetif dari pada pasar
modal untuk segala hal. Tetapi ada banyak jenis lembaga pembiayaan, dan seringkali
teknik sindikasi bank diijinkan untuk meningkatkan jumlah uang lebih cepat dan diam-
diam.
Superioritas bank – bank untuk kebanyakan perusahaan keuangan sangatlah
jelas. Mereka secara alamiah dilengkapi untuk meningkatkan investasi dengan cara
murah dan berbasis rutin (dengan menerima tabungan). Mereka memiliki pegawai yang
terlatih secara professional yang memahami dengan baik teknik analisa kredit dan
kebutuhan keuangan dari pasar yang spesifik. Dan mereka dapat menawarkan bisnis
dengan cakupan penuh layanan keuangan melibihi ekstensi kredit. Termasuk cash
manajemen, layanan penggajian, pemrosesan data, factoring, leasing dan bahkan
layanan pribadi bagi perusahaan keluarga.
Yang lebih penting. Dengan hubungan berjalan yang kokoh dengan manager
perusahaan, bankers bias menjadi corporate insiders yang sebenarnya yang memiliki
kemampuan aksesibilitas dan mempertemukan dengan kebutuhan keuangan dari
pertumbuhan perusahaan tanpa terbukanya informasi sensitive kepada competitor dan
tanpa menemui inheren informasi yang a-simetri dalam isu keamanan dari “pasar”
pasar modal. Begitu besar dari kelebihan ini, bank komersial mendasari dominasi
perusahaan keuangan di hampir semua Negara maju dan Negara berkembang kecuali
di Amerika Serikat.
Di Amerika serikat ada peraturan (The McFaden Act) yang melarang bank
interstate dan efektif beberapa bank terbatas untuk beroperasi hanya di satu Negara
bagian. Hal ini telah menimbulkan kerusakan besar walaupun akhirnya bank interstate
di loloskan, membuat bank-bank menjadi tidak berkembang dan sebanding dengan
bank jerman, bank jepang, bank inggris dll. The Glass-Steagall Act, juga berkontribusi
dalam menetralkan bank amerika secara legal terpisah menjadi bank komersial dan
bank investasi. Hal ini berarti operasi bank komersial di Amerika serikat terlarang untuk
dimiliki sahamnya secara bersama dengan perusahaan lain, menjual sahamnya di
public sebagai perusahaan sekuritas atau mengikutsertaka dalam layanan bursa,
sementara itu bank investasi terlarang untuk menerima tabungan atau membuat
pinjaman komersial. Ketika hukum ini di promosikan pertumbuhan secara besar bank
investasi amerika, bank komersial amerika ditempatkan dalam ketidak unggulan yang
serius.

MARKET MICROSTRUCTURE THEORY


Dalam lima belas tahun terakhir dan sejak 1985, banyak penelitian telah
difokuskan dalam menguji struktur internal dan perbedaan cara kerja pasar sekuritas.
Ketertarikan akademis dalam pasar mikrostruktur (kajian bagaimana pasar sekuritas
membentuk harga, membuat mengimbangi pasar, dan informasi perusahaan menjadi
level harga setimbang) dalam banyak cara hanya cermin pentingnya praktisi keuangan
selalu menyetujui biaya operasi yang sebenarnya dari pasar modal. Tidak seperti
halnya seorang guru besar dealer sekuritas dan investor tidak bias sederhana
memandang harga-harga yang ditawarkan ada banyak hal yang menjadi pertimbangan
mereka, tidak sekedar resiko, tidak sekedar laporan keuangan yang menunjukkan
entitas, tetapi seringkali karena prilaku data dan pola pergerakannya. Jika seorang
akademisi di terjunkan ke pasar modal, dia akan dihadapkan pada realitas yang
berbeda dengan pemahaman akademisnya, ini lah yang disebut realitas pasar modal.
Penelitian microstruktur bias dikelompokkan kedalam dua aliran analisis:
1. Market struktur/ spread models, yang mengkaji kepantasan relative dari
perbedaan struktur pasar (spesialis monopoli versus pasar multiple
dealer, elektronik dealer book versus human dealer market dll) dan
menjelaskan diterminasi dari bid-ask spread yang dealer dapatkan dari
pasar yang berbeda.
2. Price formation models, yang menganalisa bagai mana informasi privat
menjadi harga sekuritas, dan mempelajari bagaimana ukuran
perdagangan, rata-rata volume perdagangan dan tingkat harga saling
berhubungan.

Anda mungkin juga menyukai