Anda di halaman 1dari 21

Aspek Hukum , etik keperawatan , Undang-undang dan standar obat

Etik keperawatan dalam pemberian obat


Undang-undang pemberian obat
Undang-undang Kesehatan No.36 Tahun 2009 Pasal 63 ayat (4) yang berbunyi

“Pelaksanaan pengobatan dan/atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau


ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan untuk itu”.

Undang-undang proprientary or patent medicine act tahun 1908

“Menetapkan standar untuk melindungi konsumen dari obat tampa resep yang
tidak aman dan tidak efektif .”

Hal ini memberi arah bahwa siapapun tenaga kesehatan yang akan menangani
klien atau pasien harus mempunyai kompetensi yang cukup untuk dapat
memberikan asuhan sesuai dengan kewenangannya yang mungkin akan dapat
memberikan kenyamanan kepada pasien sebagai customer dari pelayanan
kesehatan.
( potter & pery edisi 4 dan edisi 7 )
Standar obat
Dokter , perawat dan ahli farmasi menggunakan standar ini untuk memastikan
klien menerima obat yang alami dalam dosis yang aman dan efektif . Standar yang
diterima masyarakat harus memenuhi kriteria berikut :

1. Kemurnian

Pabrik harus memenuhi standar kemurnian untuk tipe dan konsentrasi zat lain yang
diperbolehkan dalam produk obat .

2. Potensi

Konsentrasi obat aktif dalam preparat obat mempengaruhi kekuatan atau potensi
obat .

3. Biovailability

Kemampuan obat untuk terlepas dari bentuk dosisina dan melarut , diabsorbsi dan
diangkut tubuh ke tempat kerjanya disebut bioavailability .

4. Keamanan

Semua obat harus terus dievaluasi untuk menentukan efek samping obat tersebut .

(Potter & pery edisi 4)


Nomenklatur dan bentuk Obat
Nomenklatur
Obat atau medikasi adalah zat yg digunakan dalam diagnosis, terapi,
penyembuhan, penurunan atau pencegahan penyakit.

Sebuah Obat memiliki 4 Nama yang berbeda :

1. Nama Kimia

Memberi gambaran yang hanya komposisi obat saja

Ex : Asetilsalisilat – Aspirin

2. Nama Generik

Diberikan pertamakali memproduksi obat tersebut sebelum mendapatkan izin .

Ex: Aspirin & Verapamil Hidroklorida

3. Nama resmi

Adalah obat yang terdaftar dalam publikasi resmi

4. Nama dagang atau nama produksi

Adalah nama yang digunakan pabrik untuk memasarkan obat .

Ex: Buferin – Aspirin


Bentuk Obat

1. Kaplet

bentuk dosis padat untuk pemberian oral, bentuk seperti kapsul dan bersalut
sehingga mudah ditelan

2. Kapsul

bentuk dosis padat untuk pemberian oral, obat dalam bentuk bubuk, cairan, atau
minyak dan dibungkus oleh selongsong gelatin, kapsul diwarnai untuk membantu
identifikasi produk

3. Eliksir

cairan jernih berisi air dan/atau alcohol, dirancang untuk penggunaan oral,
biasanya ditambah pemanis
4. Tablet enteric bersalut

tablet untuk pemberian oral yang dilapisi bahan yang tidak larut dalam lambung,
lapisan larut di dalam usus, tempat obat diabsorpsi

5. Ekstrak

bentuk obat pekat yang dibuat dengan memindahkan bagian aktif obat dari
komponen lain obat tersebut (misalnya, ekstrak cairan adalah obat yang dibuat
menjadi larutan

dari sumber sayur – sayuran)

6. Gliserit

larutan obat yang dikombinasi dengan gliserin untuk penggunaan luar, berisi
sekurang– kurangnya 50% gliserin

7. Obat gosok (liniment)

preparat biasanya mengandung alcohol, minyak atau pelembut sabun yang dioles
pada kulit

8. Losion

obat dalam cairan, suspensi yang dioles pada kulit untuk melindunginya

(Potter & perry)

Sifat kerja obat secara fisiologi

Agar suatu obat dapat menyembuhkan tubuh klien untuk diserap dan di
distribusikan ke sel dan jaringan aau organ secara sfesifik . dan mempengaruhi
fungsi fisiologi . Farmakokinetik adalah ilmu yang mempelajari bagaimana obat
masuk kedalam tubuh mencapai tempat kerja , dimetabolisme dan keluar dari
tubuh .

Berikut cara kerja obat secara fisiologi :

1. Absorbsi

Adalah perjalanan molekul obat dari tempat pemberian sampai kedarah . faktor-
faktor yang mempengaruhi absorbsi obat adalah jalur pemberian , kemampuan obat
untuk larut , aliran darah ketempat pemberian obat , luas permukaan tubuh dan
kelarutan obat dalam lemak
 Jalur pemberian obat

Setiap jalur pemberian obat memiliki laju absorbsi masing-masing . obat yang
diberikan pada membran mukosa dan saluran nafas akan lebih cepat diserap karena
jaringan ini memiliki banyak pembulu darah . Injeksi intravena merupakan jalur
pemberian yang memiliki jalur absorbsi paling cepatkarena obat langsung
memasuki sirkulasi sistemik .

 Tingkat kelarutan obat

Kemampuan untuk melarut tergantung pada bentuk atau sediaan obat . Tubuh
menyerap lebih cepat obat dalam bentuk larutan dan suspensi yang sudah ada
dalam bentuk cairan dibandingkan dalam bentuk tablet atau kapsul .

 Aliran darah ketempat pemberian

Jika pemberian obat merupakan daerah yang kaya pembulu darah , maka
penyerapan obat akan lebih cepat . pada saat darah berhubungan dengan tempat
pemberian obat maka penyerapan obat dimulai . karena hal tersebut maka daerah
yang memiliki pembulu darah yang banyak akan mempercepat dan mempermudah
penyerapan obat kedalam aliran darah .

 Luas permukaan tubuh

Pada saat diberikan pada permukaan tubuh yang luas maka laju penyerapan obat
akan lebih cepat .

 Kelarutan obat dalam lemak

Karena membran sel memiliki lapisan lemak . maka obat akan mudah larut dalam
lemak akan mudah melewati membran sehingga penyerapan lebih cepat

1. Distribusi

Setelah obat diserap obat akan disebarkan kejaringan dan organ tubuh dan terutama
kedaerah spesifik ketempat obat tersebut berkerja . laju dan luasnya distribusi
tergantung pada sifat fisik dan kimia obat serta fisiologi orang yang
mengkomsumsi obat tersebut .

1. Metabolisme

Setelah obat mencapai tempat kerjanya , obat tersebut akan dimetabolisme


kedalam bentuk yang kurang atau tidak aktif sehingga lebih mudah untuk dibuang .

Biotransformasi terjadi dalam pengaruh enzim yang dapat mendetoksifikasi,


menghancurkan dan menghilangkan zat yang aktif secara kimia . biasanya banyak
terjadi dihati walaupun paru-paru , ginjal darah dan usus juga memetabolisme obat
tersebut .

1. Eksreksi

Setelah obat dimetabolisme obat akan keluar dari tubuh melalui ginjal , hati , usus ,
paru-paru dan kelenjar endokrin . komposisi kimia obat akan menentukan organ
mana yang akan mengeluarkannya

(potter & perry 2010)

Berat dan komposisi obat


Memiliki hubungan langsung antara jumlah obat yang diberikan dan jumlah
jaringan tubuh tempat obat di distribusikan . Kebanyakan obat diberikan
berdasarkan berat dan komposisi tubuh dewasa . Perubahan komposisi tubuh dapat
memengaruhi distribusi obat secara bermakna . Semakin kecil berat badan klien ,
semakin besar konsentrasi obat di dalam jaringan tubuhnya . Dan efek obat
dihasilkan makin kuat .

(potter & perry edisi 4 )

Dinamika Sirkulasi
Obat lebih mudah keluar dari ruang interstisial kedalam ruang intravaskular
daripada diantara kompatemer tubuh . Pembulu darah dapat ditembus oleh
kebanyakan zat yang dapat larut , kecuali pada paertikel obat yang besar .
Konsentrasi sebuah obat pda suatu tempat tertentu bergantung pada jumlah
pembulu darah dalam sebuah jaringan . Tingkat vasodilatasi dan vasokonriksi lokal
, dan kecepata aliran darah kesebuah jaringan . Latihan fisik , udara yang hangat
dan badan yang mengigil mengubah sirkulasi lokal .

Ex : Saaklien melakukan kompres hangat pada tempat suntikan intramuskular ,


akan terjadi vasodilatasi yang meningkatkan distribusi obat .

Membran biologis berfungsi sebagai barier terhadap perjalanan obat . barier darah-
otak hanya dapat ditembus oleh obat larut lemak yang masuk kedalam otak .
Infeksi sistem saraf pusat perlu ditangani dengan antibiotik yang langsung
disuntikan subaraknoid di medula spinalis .

Faktor yang mempengaruhi kerja obat


Obat menjadi salah satu yang dapat mempengaruhi kerja obat dan dosis dapat
memberi pengaruh yang berbeda pada masing-masing klien .

1. Faktor perkembangan
Seseorang memiliki dosis yang berbeda dan memiliki respon yang berbeda .
Khususnya perkembangan tubuh dan fungsi tubuh seseorang .

Wanita hamil harus berhati-hati dalam memilih obat karna akan meningkatkan
resiko kehamilan .

Bayi memerlukan dosis kecil karna ukuran tubuh dan orga-organnya belum matur .
Bayi memerlukan dosis yang berbeda dari orang dewasa .

Klien lanjut usia memiliki respon yang berbeda terhadap obat akibat perubahan
fisiologi yang menyertai penuaan

1. Jenis kelamin

Wanita dan pria memiliki respon yang berbeda terhadap obat terutama
berhubungan dengan perbedaan distribusi lemak tubuh , cairan tubuh dan hormon.

1. Faktor budaya , etnik dan genetik

Respon klien terhadap obat dipengaruhi usia , jenis kelamin , ukuran dan
komposisi tubuh . Faktor budaya dan praktik budaya ex: nilai dan kepercayaan
dapat mempengaruhi kerja obat seperti : obat-obat herbal dapat mempercepat atau
memperlambat metabolisme obat yang di programkan . Pemberian asuhan yang
kompeten sesuai budaya memberikan pedoman bagi perawat dalam merawat klien
dari budaya yang berbeda .

1. Diet

Zat gizi dapat mempengaruhi kerja obat

1. Lingkungan

Lingkungan klien dapat memberi efek terhadap kerja obat , terutama obat yang
digunakan untuk mengubah prilaku dan alam perasaan .

Suhu lingkungan juga dapat mempengaruhi aktivitas obat . ketika suhu lingkungan
tinggi , pembulu darah , ferifer dilatasi sehingga meningkatkan vasodilator tapi
memperkuat vasokontriksi

1. Faktor psikologik

Harapan klien tentang apa yang dpat obat lakukan dapat memengaruhi respon
terhadap obat . seperti : klien yang meyakini bahwa kodein tidak efektif untuk
analgesik mungkin tidak merasakan peredaan nyeri setelah obat diberikan .

1. Sakit dan proses penyakit


Sakit dan proses penyakit dapat mempengaruhi kerja obat . seperti : aspirin yang
dapat membantu menurunkan suhu tubuh tetapi tidak memberikan dapatk apa-apa
pada suhu tubuh klien yang tidak mengalami demam

1. Waktu pemberian obat

Waktu pemberian obat oral dapat mempengaruhi kecepatan relatif kerja obat .
seperti : obat oral yang dimakan 2 jam sebelum makan memiliki kerja obat lebih
cepat dibanding obat yang diberikan setelah makan . namun ada beberapa obat
yang harus dimakan setelah makan

(Kozier,fundamental keperawatan vol.2)

Rute pemberian obat


Rute pemberian obat harus ditentukan saat obat di programkan . ketika pemberian
obat , perawat harus memastikan bahwa preparat obat sesuai dengan jalur yang
ditentukan .

1. Oral

Pemberian oral merupakan rute obat yang paling umum , tidak mahal , dan
merupakan rute yang paling cocok untuk kebanyakan klien dalam pemberian obat .
tidak akan merusak kulit . Kerugiannya mungkin rasanya tidak enak dari obat .

1. Sublingual

Pada rute Sublinguan , obat diletakan dibawah lidah tempat obat itu diabsorbsi .
dalam waktu relatif singkat obat diabsorbsi

1. Bukal

Pada rute bukal obat ditahan di dalam mulut terhadap membran mukosa sampai
obat ersebut larut

1. Parental

Rute pariental merupakan rute pemberian obat selain melalui saluran cerna atau
saluran nafas , yaitu dengan jarum . berikut adalah rute yang digunakan :

 Subcutan (Hipodermik)

Diberikan pada jaringan subcutan dibawah kulit

 Intramuscular

Diberikan kepada otot


 Intracutan

Diberikan dibawah epidermis (kedalam dermis)

 Intravena

Diberikan kedalam vena

1. Topikal

Pemberian obat terbatas hanya pada area permukaan tubuh . obat ini hanya akan
meberikan efek pada area pemberian . meliputi :

 Preparat dermatologi yang diberikan dikulit


 Obat tetes atau irigasi yang diberikan kepada rongga tubuh
 Inhalasi pemberian obat kedala saluran nafas melalui nebulizer

(Kozier,fundamental keperawatan vol.2)

Sistem pengukuran dan perhitungan obat


Sistem pengukuran obat
Terdapat 3 bagian :

1. Sistem metriks

Sistem metrik secara logika diorganisir kedalam unit sepuluhan , merupakan sistem
desimal . Unit dasar dapat dikalikan atau dibagi dengan 10 kedalam unit sekunder .
Perkalian dikalkulasikan dengan memindahkan koma desimal ke kanan dan
pembagian harus diselesaikan denga pemindahan koma desimal kekiri .

Satuan dasar pengukuran adalah meter , liter dan gram seperti :

desi (1/10 atau 0,1) , senti (1/100 atau 0,01) dan mili (1/1000 atau 0,0001) .
perkalian satuan pengukuran diberi tanda sesuai dengan refiks yang berasal dari
bahasa yunani :

deka (10), hekto (100) dan kilo (1000) .

1. Sistem apoteker

Sistem apoteker adalah grain(gr) disamakan dengan satuan grain gandum , dan
satuan volume adalah minim , volume air yang sama dengan berat satu grain kata
minim berarti ‘paling sedikit” . pada urutan naik, satuan berat lain adalah skrupel ,
dram , ons , dan pon. Saat ini skruple (skr) sangat jarang digunakan . satuan
volume dan urutan terkecil ke yang besar adalah dram cairan , ons cairan , pint ,
quart dan galon .
1. Sistem rumah tangga

Pengukuran rumah tangga mungkin digunakan ketika sistem pengukuran yang


lebih akurat tidak diperlukan termasuk dalam pengukuran rumah tangga adalah
tetes , sendok makan , sendok the , sendok cangkir dan gelas .

1. Konvensi satuan berat dan ukuran

Biasanya obat dikeluarkan dari apoteker dalam bentuk gram jika resep dituliskan
dalam miligram atau dikeluarkan dalam miligram melalui instruksi dalam grain .

1. Konversi berat dalam sistem metrik

Hanya tiga satuan metrik berat yang digunakan untuk dosis obat , yaitu gram (g) ,
miligram (mg) dan mikrogram (mcg) : 1000 mg atau 1.000.000 mcg sama dengan
1 g . Ekuevalen didapatkan dengan membagi atau mengalikan .

Volume Berat

Ribuan Kilogram
Satuan Hektogram

Liter Puluhan Dekagram

Desiliter 1 unit Gram

Mililiter Persepuluh Desigram

Perseratus Sentigram

perseribu Miligram

 Satuan metrik pengukuran volume dan berat

1. Konversi berat dan ukuran diantara sistem

Perawat perlu mengkonversi berat atau volume dari satu sistem ke sistem lain .

1. Konversi satuan volume

Perawat dapat membuat banyak konvensi . seperti : 15 minim = kira-kira 15 tetes


(tts) ; sehingga 1 minim kira-kira sama dengan 1 tetes .

1. Konvensi satuan berat


Satuan berat yang sering digunakan dalam praktik keperawatan adalah gram ,
miligram dan kilogram , grain dan pon
Perhitunga dosis
Beberapa rumus dapat digunakan untuk menghitung dosis obat .

Proses atau langkah Pemberian obat secara aman


Untuk mencegah kesalahan obat ikuti 6 benar pada pemberian obat secara
konsisten , meliputi :

1. Obat yang benar

Perintah pemberian obat diperlukan setiap akan memberikan obat pada klien .
terkadang rekam medis memerintahkan pemberian obat dengan cara tulis tangan .
saat obat pertamakali diresepkan periksalah kembali informasi obat . saat
meyiapkan obat ke kemasan bandingkan label yang tercetak , saat mengambil
jumlah obat dan mengembalikan obat ke tempat penyimpanan

2. Dosis yang benar

Sistem unit dosis dirancang untuk mengurangi kesalahan . saat menyiapkan obat
dari volum yang besar atau lebih kuat yang diiperlukan atau saat memberi resep
memesan sistem pemberian yang berbeda dengan kemasan dari apotek maka
resikonya akan besar . setelah menghitung dosis siapkan obat dengan alat ukur
yang standar

3. Klien yang benar

Kesalahn pemberian obat akan sering terjadi karna klien mengkonsumsi obat yang
diresepkan untuk klien lain . maka langkah yang terpenting adalah pastikan bahwa
perawat memberikan obat pada klien yang tepat .

4. Jalur yang benar

Selalu konsultasikan pada pemberi resep jika perintah tidak menyertakan jalur
pemberian obat .

5. Waktu yang benar

Perawat harus mengetahui mengapa obat diberikan pada waktu tertentu setiap
harinya . dan apakah mereka dapat merubah jadwal pemberiannya .

6. Dokumentasi yang benar


Sebelum memberikan obat pastikan telah mencantumkan nama lengkap klien ,
nama obat yang diresepkan , waktu pemberian , dosis dan jalur pemberian dibuku
dokumentasi .

Proses keperawatan dan pemberian obat


Pengkajian
Untuk menentukan kebutuhan dan respon potensial terhadap terapi , pengobatan .
perawat harus mengkaji banyak faktor . Lakukan pengkajian menyeluruh terhadap
klien untuk membantu memastikan pemberian obat yang aman .

 Riwayat

Sebelum memberikan obat lihatlah riwayat kesehatan klien , yang akan


memberikan indikasi dan kontraindikasi untuk terapi pengobatan

 Riwayat alergi

Informasikan pada tenaga kesehatan lain jika klien memiliki riwayat alergi obat
dan makanan , Banyak obat mengandung zat yang terkadung pada makanan .

 Data obat

Pelajari informasi mengenai tiap obat yang klien konsumsi termasuk lama
pemakaian , dosisnya dan akan mengalami efek samping atau tidak

 Riwayat makan

Memperlihatkan pola makan normal dan pilihan makanan . Menjadwalkan


pengobatan dan mengajarkan klien untuk menghindari makanan yang dapat
berinteraksi dengan obat .
Diagnosa keperawatan
Pengkajian menyediakan data mengenai kondisi klien , kemampuan untuk
menggunakan obat sendiri dan pola penggunaan obat yang menentukan apakah
terdapat masalah aktual dan potensial tentang terapi pengobatan .
Perencanaan
Susunkan aktivitas perawatan memastikan pemberian obat yang aman .

 Tujuan dan hasil

Menetapkan tujuan dan hasil yang di’inginkan dapat membantu dalam


merencanakan penggunaan waktu secara bijak selama pemberian obat .

 Menentukan prioritas
Gunakan informasi hasil analisis klien dalam menentukan obat mana yang
diberikan terlebih dahulu dan apakah obat perlu diberikan .

 Pelayanan kolaboratif

Kerjasama dengan berbagai pelayanan kesehatan diperlukan dalam pemberian obat


.
Implementasi

 Promosi kesehatan

Ajari klien dan keluarga tentang keuntungan dari obat dan pengetahuan bagaimana
cara menggunakan obat yang benar , dan menyusun jadwal rutin penggunaan obat
yang sesuai dengan kegiatan klien .

 Edukasi klien dan keluarga

Berikan informasi mengenai tujuan pengobatan dan cara kerjanya serta efek
samping , dan cara menggunakan obat yang diresepkan
Evaluasi
Perawat mengawasi respon klien terhadap pengobatan secara terus menerus ,
mengobservasi langsung terhadap prilaku dan respon obat

(potter & perry 2010)

Kesalahan pemberian obat

1. Salah memahami perintah lisan dan tulisan dalam pemberian obat


2. Blok dan penyimpanan obat yang tidak baik penyimpananya
3. Penundaan pemberian obat atau bahkan pemberian obat dilakukan terlalu dini
4. Kenali klien dan cermati nama yang tertera pada tanda pengenal
5. Pemberian obat yang diperkirakan melebihi dosis
6. Penerapan rute pemberian yang salah

(Potter & perry edisi 4 ) .

Pemberian obat
Pemberian Obat :
Injeksi Intramuskular (IM)

 Gambar posisi ijeksi intra muscular


adalah pemberian obat/cairan dengan cara dimasukkan langsung kedalam otot
(muskulus).

Persiapan yang digunakan :

1. Daftar buku obat


2. Obat yang dibutuhkan (obat dalam tempatnya)
3. Spuit dan jarum suntik sesuai dengan ukuran.
4. Kapas alkohol
5. Cairan pelarut/aquabidest steril
6. Bak instrument/ bak injeksi
7. Gergaji ampul (bila diperlukan)
8. Nierbekken
9. Handscoon 1 pasang

Prosedur kerja :

1. Mencuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Ambil obat dan masukkan ke dalam spuit sesuai dengan dosisnya. Setelah itu
letakkan dalam bak injeksi.
4. Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan (perhatikan lokasi
penyuntikan)
5. Desinfekasi dengan kapas alkohol pada tempat yang akan dilakukan injeksi.
6. Lakukan penyuntikan:
7. Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara anjurkan pasien untuk
berbaring telentang dengan lutut sedikit fleksi.
8. Pada ventrogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk miring, tengkurap atau
telentang dengan lutut atau panggul miring dengan tempat yang diinjeksi fleksi.
Area ini paling banyak dipilih untuk injeksi muscular karena pada area ini tidak
terdapat pembuluh darah dan saraf besar.
9. Pada daerah dorsogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk tengkurap dengan
lutut diputar kearah dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul
fleksi dan diletakkan di depan tungkai bawah.
10. Pada daerah deltoid (lengan atas) dengan cara anjurkan pasien untuk duduk
atau berbaring mendatar lengan atas fleksi.
11. Lakukan penusukan dengan posisi jarum tegak lurus.
12. Setelah jarum masuk lakukan inspirasi spuit,bila tidak ada darah yang tertarik
dalam tekanlah spuit hingga obat masuk secara berlahan-lahanhingga habis.
13. Setelah selesai tarik spuit dan tekan sambil dimasase penyuntikan dengan
kapas alcohol,kemudian spuit yang telah di gunakan letakkan dalam bengkok.
14. Catat reaksi pemberian jumlah dosis dan waktu pemberian
15. Cuci tangan
Injeksi Intravena (IV)

 Gambar posisi injeksi intravena

Memasukkan cairan obat langsung kedalam pembuluh darah vena sehingga obat
langsung masuk ke dalam sistem sirkulasi darah.

Persiapan Alat

1. Handscon 1 pasang
2. Spuit steril 3 ml atau 5 ml atau sesuai kebutuhan
3. Bak instrument
4. Kom berisi kapas alcohol
5. Perlak dan pengalas
6. Bengkok
7. Obat injeksi dalam vial atau ampul
8. Daftar pemberian obat
9. Torniquet
10. Kikir ampul bila diperlukan

Prosedur kerja :

1. Siapkan peralatan ke dekat pasien


2. Pasang sampiran atau tutup tirai untuk menjaga privasi pasien
3. Mencuci tangan dengan benar
4. Memakai handscoon dengan baik
5. Posisikan pasien dan bebaskan daerah yang akan disuntik dari pakaian pasien
6. Memasukkan obat kedalam spuit sesuai dengan advice dokter
7. Memasang pengalas dibawah daerah yang akan disuntik
8. Meminta pasien untuk menggenggam tangannya dan memasang tourniquet 10-
12 cm diatas vena yang akan disuntik sampai vena terlihat jelas
9. Melakukan desinfeksi menggunakan kapas alkohol pada daerah yang akan
disuntik dan biarkan kering sendiri
10. Memasukkan jarum dengan posisi tepat yaitu lubang jarum menghadap keatas,
jarum dan kulit membentuk sudut 20 ̊
11. Lakukan aspirasi yaitu tarik penghisap sedikit untuk memeriksa apakah jarum
sudah masuk kedalam vena yang ditandai dengan darah masuk kedalam tabung
spuit (saat aspirasi jika ada darah berarti jarum telah masuk kedalam vena, jika
tidak ada darah masukkan sedikit lagi jarum sampai terasa masuk di vena)
12. Buka tourniquet dan anjurkan pasien membuka kepalan tangannya, masukkan
obat secara perlahan jangan terlalu cepat
13. Tarik jarum keluar setelah obat masuk ( pada saat menarik jarum keluar tekan
lokasi suntikan dengan kapas alkohol agar darah tidak keluar )
14. Rapikan pasien dan bereskan alat
15. Lepaskan sarung tangan
16. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk atau
tissue

Injeksi Subcutan (SC)

 Gambar posisi injeksi subcutan

Yaitu memberikan obat melalui suntikan di bawah kulit yang dilakukan pada
lengan atas sebelah luar .

Persiapan :

1. Spuit 3 ml atau 5 ml.


2. Bak instrument
3. Perlak dan alasnya.
4. Bengkok
5. Kapas Alkohol
6. Obat injeksi dalam vial atau ampul.
7. Daftar pemberian obat.
8. Waskom berisi larutan Chlorin 0,5%.

Prosedur Kerja :

1. Beri pernjelasan pada pasien tentang prosedur yang akan dilakukan.


2. Siapkan peralatan ke dekat pasien.
3. Pasang sampiran atau penutup tirai.
4. Atur posisi pasien
5. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
6. Pakai sarung tangan.
7. Bebaskan derah yang akan disuntik dari pakaian.
8. Pasang pengalas dibawah daerah yang akan disuntik.
9. Hapushamakan daerah penyuntikan secara sirkular dengan kapas alcohol.
10. Angkat kulit sedikit dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan yang non dominan.
11. Tusukkan jarum ke bawah kulit dengan posisi jarum dan kulit membentuk sudut
± 45º
12. Tarik sedikit penghisap untuk sedikit aspirasi.
13. Masukkan obat perlahan-lahan ke dalam otot.
14. Tekan tempat tusukan jarum dengan kapas alcohol.
15. Bereskan alat
16. Lepas sarung tangan , rendam dalam larutan chlorine 0,5 % selama 10 menit
17. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan medngeringkan dengan handuk
bersih
18. Melakukan dokumentasi

Injeksi Intracutan (IC)

 Gambar injeksi Intracutan

memasukkan obat ke dalam jaringan kulit yang peka (lapisan kulit) injeksi secara
IC biasanya untuk skin test seperti screening tuberculin dan tes alergi.

Persiapan :

1. Tutup pintu
2. Cuci tangan, pakai sarung tangan,
3. Pilih area yang akan dilakukan penusukan,
4. Pastikan ukuran jarum tepat,
5. Atur posisi yang nyaman bagi pasien,
6. Bersihkan area yang akan diinjeksi dengan kapas alkohol,
7. Pegang kapas alkohol dengan tangan yang tidak memegang spuit,
8. Pastikan jarum terpasang kuat pada spuit. Buka penutup jarum perlahan
kemudian keluarkan udara dari dalam spuit.
9. Sementara tangan yang tidak memegang spuit untuk meregangkan kulit area
injeksi, tangan kanan menusuk area injeksi secara halus dan cepat dengan
sudut 5o – 15o, kemudian masukkan melalui lapisan dermis sampai dengan 3
mm (1/2 inch),Jarum dapat terlihat dari kulit,

10.Masukkan obat secara perlahan. Normalnya, gelembung obat akan nampak di


permukaan kulit. Jika tidak, berarti jarum terlalu dalam, rubahlah posisi jarum
kemudian ulangi prosedur.

11.Setelah obat telah masuk semua, cabut jarum dengan cepat. Usap perlahan area
penusukan dengankapas alkohol (bila imunisasi, gunakan kapas hangat/steril.
Jangan gunakan kapas alkohol),

12.Jangan masase daerah injeksi,

13. Lingkari kulit dengan menggunakan bolpoin,


14. Kembalikan pasien ke posisi yang nyaman,
15. Buang spuit pada tempatnya dalam kondisi jarum tertutup,
16. Bereskan alat, buka sarung tangan, cuci tangan.
Pemberian Obat Topical
Pemberian obat secara topikal adalah memberikan obat secara lokal pada kulit atau
pada membrane pada area mata, hidung, lubang telinga, vagina dan rectum.

Persiapan alat
a) Obat topical sesuai yang dipesankan (krim, lotion, aerosol, bubuk, spray)
b) Buku obat
c) Kassa kecil steril (sesuai kebutuhan)
d) Sarung tangan
e) Lidi kapas atau tongue spatel
f) Baskom dengan air hangat, waslap, handuk dan sabun basah
g) Kassa balutan, penutup plastic dan plester (sesuai kebutuhan)

Prosedur kerja
a) Cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat, daya kerja dan tempat
pemberian.
b) Cuci tangan
c) Atur peralatan disamping tempat tidur klien
d) Tutup gorden atau pintu ruangan
e) Identifikasi klien secara tepat
f) Posisikan klien dengan tepat dan nyaman, pastikan hanya membuka area yang
akan diberi obat
g) Inspeksi kondisi kulit. Cuci area yang sakit, lepaskan semua debris dan kerak
pada kulit
h) Keringkan atau biarkan area kering oleh udara
i) Bila kulit terlalu kering dan mengeras, gunakan agen topikal
j) Gunakan sarung tangan bila ada indikasi
k) Oleskan agen topical :
Krim, salep dan losion yang mengandung minyak
(a) Letakkan satu sampai dengan dua sendok teh obat di telapak tangan kemudian
lunakkan dengan menggosok lembut diantara kedua tangan
(b) Usapkan merata diatas permukaan kulit, lakukan gerakan memanjang
searah pertumbuhan bulu.
(c) Jelaskan pada klien bahwa kulit dapat terasa berminyak setelah pemberian

Lotion mengandung suspensi


(a) Kocok wadah dengan kuat
(b) Oleskan sejumlah kecil lotion pada kassa balutan atau bantalan kecil
(c) Jelaskan pada klien bahwa area akan terasa dingin dan kering.
Bubuk
(a) Pastikan bahwa permukaan kulit kering secara menyeluruh
(b) Regangkan dengan baik lipatan bagian kulit seperti diantara ibu jari atau bagian
bawah lengan
(c) Bubuhkan secara tipis pada area yang bersangkutan
Spray aerosol
(a) Kocok wadah dengan keras
(b) Baca label untuk jarak yang dianjurkan untuk memegang spray menjauhi area
(biasanya 15-30 cm)
(c) Bila leher atau bagian atas dada harus disemprot, minta klien untuk
memalingkan wajah dari arah spray.
(d) Semprotkan obat dengan cara merata pada bagian yang sakit
(l ) Rapikan kembali peralatan yang masih dipakai, buang peralatan yang sudah
tidak digunakan pada tempat yang sesuai.
(e) Cuci tangan
Pemberian obat Oral
Memberikan obat oral adalah suatu tindakan untuk membantu proses
penyembuhan dengan cara memberikan obat-obatan melalui mulut sesuai dengan
program pengobatan dari dokter.
Alat-alat
a. Obat-obatan yang akan diberikan
b. Mangkok atau sendok obat
c. Daftar pemberian obat
d. Air minum (air putih) dan -bila perlu- sedotan
e. Perlak dan alasnya, bila perlu.
f. Penggerus obat, bila perlu.

Pelaksanaan

2. Persiapan
a. Menjelaskan prosedur dan tujuan pemberian obat
2.Periksa kembali daftar obat pasien
3. Membawa obat dan daftar obat ke hadapan pasien sambil mencocokkan
nama pada tempat tidur dengan nama pada daftar obat.
4. Memanggil nama pasien sesuai dengan nama pada daftar obat
5. Memberikan obat satu persatu pada pasien sambil menunggu pasien selesai
minum obat, dengan menjelaskan kegunaan obat dan cara memakan obat
sesuai jenis obat, misalnya pasien dianjurkan untuk langsung menelan obat
atau obat dikunyah dulu, atau obat dihisap pelan-pelan, setelah selesai beri
pasien air minum, kalau perlu.
6. Menyimpan kembali obat-obat persediaan milik pasien ke tempatnya
7. Mengobservasi keadaan umum pasien
8. Mencuci tangan.
9. Membuat catatan keperawatan

Pemberian Obat supositoria

 Gambar pemberian obat supositoria


Pemberian obat suppositoria adalah cara memberikan obat dengan memasukkan
obat melalui anus atau rektum dalam bentuk suppositoria.
Persiapan alat
a. Kartu obat
b. Supositoria rectal
c. Jeli pelumas
d. Sarung tangan
e. Tissue

Prosedur kerja
a. Cek kembali order pengobatan, mengenai jenis pengobatan, waktu, jumlah dan
dosis
b. Siapkan klien
c. Pakai sarung tangan
d. Buka supositoria dari kemasannya dan beri pelumas pada ujung bulatnya dengan
jelly. Beri pelumas sarung tangan pada jari telunjuk dari tangan dominan anda.
e. Minta klien untuk menarik nafas dalam melalui mulut dan untuk merelakkan
sfingter ani
f. Regangkan bokong klien dengan tangan non dominan, dengan jari telunjuk
masukkan supositoria ke dalam anus, melalui sfingter ani dan mengenai dinding
rectal 10 cm pada orang dewasa dan 5 cm pada bayi dan anak – anak
g. Tarik jari anda dan bersihkan area kanal klien
h. Anjurkan klien untuk tetap berbaring terlentang atau miring selama 5 menit
i. Bila supositoria mengandung laksatif atau pelunak feses, letakkan tombol
pemanggil dalam jangkauan klien sehingga ia dapat mencari bantuan untuk
mengambil pispot atau ke kamar mandi
j. Lepaskan sarung tangan, buang ditempat semestinya
k. Cuci tangan
l. Kaji respon klien
m. Dokumentasikan semua tindakan
Pemberian obat tetes
Yaitu memberikan pemberian obat berupa tetesan . (Telinga , hidung dan mata )

Pemberian obat tetes mata

 Gambar pemberian obat tetes mata

Untuk obat pada mata dengan obat tetes mata digunakan untuk persiapan
pemeriksaan struktur internal mata dengan mendilatasi pupil, pengukuran refraksi
lensa dengan melemahkan otot lensa, serta penghilangan iritasi mata, untuk
mengobati gangguan mata dan untuk meminyaki kornea dan konjungtiva.

Persiapan Alat dan Bahan :

1. Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau berupa salep.


2. Pipet.
3. Pinset anatomi dalam tempatnya.
4. Korentang dalam tempatnya.
5. Plester.
6. Kassa.
7. Kertas Tisue
8. Balutan.
9. Sarung Tangan.
10. Air Hangat.

Prosedur Kerja :

1. Cuci Tangan.
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3. Atur posisi pasien dengan kepala menengadah dengan posisi perawat di
samping kanan.
4. Gunakan sarung tangan.
5. Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari sudut mata
ke arah hidung. Apabila sangat kotor, basuh dengan air hangat.
6. Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu jari, jari
telunjuk di atas tulang orbita.
7. Teteskan obat mata diatas sakus konjungtiva. Setelah tetesan selesai sesuai
dengan dosis, anjurkan pasien untuk menutup mata dengan perlahan-lahan.
8. Tutup mata dengan kasa bila perlu.
9. Cuci tangan.
10. Catat obat, jumlah,waktu dan tempat pemberian.

Pemberian obat tetes telinga

 Gambar pemberian obat tetes telinga

Memberikan obat pada telinga melalui kanal eksternal, dalam bentuk cair.

Persiapan alat
a) Botol obat dengan penetes steril
a) Buku obat
b) Cotton bud
c) Normal salin
d) Sarung tangan
Prosedur kerja
a) Cek kembali pengobatan, waktu, jumlah dan dosis serta pada telinga bagian
mana obat harus diberikan.
b) Siapkan klien
c) Bersihkan daun telinga dan lubang telinga
(1) Gunakan sarung tangan bila dicurigai ada infeksi
(2) Dengan menggunakan cotton bud yang dibasahi cairan, bersihkan daun telinga
dan meatus auditory
d) Hangatkan obat dengan tangan anda atau rendam obat ke dalam air hangat
dalam waktu yang singkat
e) Tarik daun telinga keatas dan kebelakang (untuk dewasa dan anak-anak diatas 3
tahun), tarik daun telinga kebawah dan kebelakang (bayi)
f) Masukkan sejumlah tetes obat yang tepat sepanjang sisi kanal telinga
g) Berikan penekanan yang lembut beberapa kali pada tragus telinga
h) Minta klien untuk tetap berada pada posisi miring selama 5 menit.
i) Kaji respon klien
Kaji pada karakter dan jumlah pengeluaran, adanya ketidaknyamanan dan lain
sebagainya. Lakukan segera setelah obat dimasukkan dan ulangi pada saat efek
obat telah bekerja.
j) Rapikan alat dan buang peralatan yang sudah tidak dipakai
k) Dokumentasikan semua tindakan
Pemberian obat tetes hidung

 Gambar pemberian tetes hidung

Memberikan obat tetes melalui hidung

Persiapan alat
a) Botol obat dengan penetes steril
b) Buku obat
c) Sarung tangan
Prosedur kerja
a) Cek kembali pengobatan, waktu, jumlah dan dosis serta pada telinga bagian
mana obat harus diberikan.
b) Siapkan klien
c) Bersihkan lubang telinga
d) Gunakan sarung tangan bila dicurigai ada infeksi
e) Masukkan sejumlah tetes obat yang tepat pada bagian tengah konka superior
tulang etmoidalis
f) Minta klien untuk tetap berada pada posisi ini selama 1 menit
g) Kaji respon klien
Kaji pada karakter dan jumlah pengeluaran, adanya ketidaknyamanan dan lain
sebagainya. Lakukan segera setelah obat dimasukkan dan ulangi pada saat efek
obat telah bekerja.
h) Rapikan alat dan buang peralatan yang sudah tidak dipakai
i) Dokumentasikan semua tindakan .

Anda mungkin juga menyukai