Anda di halaman 1dari 24

UJI SENSITIVITAS

Uji Kepekaan Terhadap Antimikroba

Uji kepekaan terhadap antimikroba dimulai ketika pertemuan yang diprakarsai WHO di
Genewa (1977), kepedulian terhadap semakin luasnya resistensi antimikroba baik yang berhubungan
dengan infeksi manusia atau hewan. Hal ini mencetuskan program surveilance untuk memonitor
resistensi antimikroba menggunakan metode yang sesuai. Dengan tes kepekaan terhadap
antimikroba akan membantu klinisi untuk menentukan antimikroba yang sesuai untuk mengobati
infeksi. Untuk mendapatkan hasil yang valid, tes kepekaan harus dilakukan dengan metode
yang akurat dan presisi yang baik, dimana metode tersebut langsung dapat digunakan dalam
menunjang upaya pengobatan. Kriteria yang penting dalam metode tes kepekaan adalah
hubungannya dengan respon pasien terhadap terapi antimikroba.
Dari pertemuan tersebut WHO merekomendasikan penggunaan teknik difusi Kirby-Bauer
yang telah diperkenalkan pada tahun 1976, metode tersebut sangat sesuai khususnya untuk
golongan Enterobactriaceae, tetapi dapat pula digunakan untuk semua bakteri pathogen.
Pada prinsipnya tes kepekaan terhadap antimikroba adalah penentuan terhadap bakteri
penyebab penyakit yang kemungkinan menunjukkan resistensi terhadap suatu antimikroba atau
kemampuan suatu antimikroba untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang tumbuh in vitro,
sehingga dapat dipilih sebagai antimikroba yang berpotensi untuk pengobatan.

Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap tes kepekaan


Penentuan tes laboratorium terhadap mikroorganisme, untuk hasil yang lebih akurat harus
memperhatikan faktor fisika dan kimia yang mempengaruhi baik terhadap mikroorganisme ataupun
pengaruh terhadap daya kerja antimikroba, sehingga harus dihindari faktor-faktor lingkungan yang
kemungkinan merpengaruhi,
Faktor lingkungan tersebut diantaranya:
1. pH
Beberapa antimikroba dipengaruhi oleh pH lingkungan, contohnya aktifitas antibakteri eritromisin dan
aminoglikosida berkurang apabila terjadi penurunan pH, sedangkan aktifitas tetrasiklin akan menurun
bila terjadi peningkatan pH. Aktifitas aminoglikosida yang daya kerjanya menghambat sintesis protein
bakteri melalui membran sel dengan proses oksidasi, sehingga apabila tidak terdapat oksigen akan
mengurangi aktifitas antimikroba tersebut.
2. Kation
Aktifitas aminoglikosida juga dipengaruhi oleh konsentrasi kation Ca ++ dan Mg++. Tahapan aktifitas
antimikroba yang penting adalah absorpsi antimikroba ke permukaan sel bakteri. Aminoglikosida
bermuatan positif dan bekerja terutama untuk bakteri gram negatif, misalnya membran
luarPseudomomonas aeruginosa yang bermuatan negatif
3. Tersedianya bahan gizi tertentu
Bahan gizi tertentu dapat mempengaruhi aktifitas antimikroba, misalnya bakteri enterococcus mampu
menggunakan timin dan asam folat hasil metabolisme untuk menghindari pengaruh
aktifitas sulfoamida dan trimetroprim, yang dihambat oleh jalur metabolik asam folat.

Informasi mengenai resistensi yang kemungkinan berasal dari lingkungan digunakan untuk
membuat metoda standar yang dapat mengurangi pengaruh faktor lingkungan terhadap bakteri uji,
sehingga pemeriksaan lebih akurat.

Tujuan pengendalian faktor lingkungan


1. Hambatan pertumbuhan berkaitan dengan aktifitas antimikroba melawan bakteri uji dan tidak dibatasi
oleh bahan gizi, suhu dan kondisi lingkungan lainnya yang dapat menghalangi pertumbuhan,
sehingga dapat dipastikan hambatan pertumbuhan hanya disebabkan oleh antimikroba yang
digunakan.
2. Mengoptimalkan kondisi untuk pemeliharaan keutuhan dan aktifitas antimikroba sehingga dapat
dipastikan kegagalan menghambat pertumbuhan bakteri disebabkan oleh keresistenan bakteri itu
sendiri tapi bukan dari pengaruh lingkungan yang membuat antimikroba inaktif.
3. Untuk mempertahankan hasil konsisten yang berulang (reproducibility dan consistency) sehingga
organisme yang sama akan memperlihatkan hasil kepekaan yang sama, terhadap metode uji
laboratorium yang digunakan

Pengujian dilakukan di bawah kondisi standar, dimana kondisi standar berpedoman


kepada Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI). Standar yang harus dipenuhi yaitu:
konsentrasi inokulum bakteri, media perbenihan (Muller Hinton) dengan memperhatikan pH,
konsentrasi kation, tambahan darah dan serum, kandungan timidin, suhu inkubasi, lamanya inkubasi
dan konsentrasi antimikroba
Walaupun kondisi penting untuk pemeriksaan invitro telah distandarkan namun tidak ada
kondisi invitro yang mengambarkan kondisi yang sama dengan keadaan invivo tempat yang
sebenarnya bakteri tersebut menginfeksi. Dengan demikian ada beberapa faktor yang memegang
peranan penting dari pasien disamping hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil uji kepekaan yang
telah diperhitungkan pada metode uji. Faktor tersebut yaitu:
a. Difusi antimikroba pada sel dan jaringan hospes
b. Protein serum pengikat antimikroba
c. Gangguan dan interaksi obat
d. Status daya tahan dan system imun pasien
e. Mengidap beberapa penyakit secara bersamaan
f. Virulensi dan patogenitas bakteri yang menginfeksi
g. Tempat infeksi dan keparahan penyakit
Dasar pemeriksaan uji kepekaan
1. Merupakan metode yang langsung mengukur aktifitas satu atau lebih antimikroba terhadap inokulum
bakteri
2. Merupakan metode yang secara langsung mendeteksi keberadaan mekanisme resitensi spesifik
pada inokulum bakteri
3. Merupakan metode khusus untuk mengukur interaksi antara mikroba dan antimikroba

Metode-metode pengukuran aktifitas antimikroba


Kemampuan antimikroba dalam melawan bakteri dapat diukur menggunakan metode yang
biasa dilakukan yaitu :
A. Metode konvensional : dilusi (agar atau kaldu), difusi dan Etest
B. Uji kepekaan komersial

Persiapan sebelum uji dilakukan


Beberapa persiapan yang diperlukan untuk melaksanakan uji dengan metode dilusi dan
difusi yaitu meliputi persiapan inokulum dan antimikroba yang akan digunakan

Persiapan inokulum
Persiapan inokulum yang tepat penting untuk uji kepekaan untuk mendapatkan hasil yang akurat dan
konsisten. Ada dua persiapan yang harus dilakukan yaitu: biakan murni dan pembuatan inokulum
standar.
Biakan murni diperlukan karena interpretasi berdasarkan inokulum yang tercampur tidak
dapat diterima dan akan menghambat mendapatkan hasil. Biakan murni dilakukan dengan
mengambil empat atau lima koloni yang sama secara morfologi dan ditanam pada media perbenihan
cair dan dibiarkan tumbuh subur, pada umumnya memerlukan waktu inkubasi 3 sampai 5 jam. Bisa
juga sebagai alternative 4 sampai 6 koloni berusia 16 sampai 24 jam dipilih dari media agar dan
dibuat suspensi dengan NaCl 0,85% untuk mendapatkan suspensi yang keruh. Kemudian kekeruhan
dibandingkan dengan suspensi standar Mc Farland, pada latar belakang hitam. Standar Mc Farland
dibuat dengan mencampur asam sulfat 1% dan barium klorida 1,175% untuk
mendapatkan kekeruhan standar. Standar kekeruhan 0,5 Mc Farland telah tersedia secara
komersial, yang memiliki kekeruhan sebanding dengan 1,5 x 108 colony forming unit (CFU)/ml.

Memilih antimikroba untuk uji kepekaan


Pemilihan antimikroba dilakukan oleh staf medis terutama dokter spesialis penyakit infeksi dan bila
perlu disertai ahli farmasi. Pemilihan berdasarkan kelompok bakteri, hasil identifikasi bakteri (karena
ada beberapa antimikroba spesifik hanya untuk bakteri tertentu, misalnya ceftadizime spesifik
untuk Pseudomonas aeruginosa), spektrum antimikroba dan tempat asal infeksi (misalnya untuk
infeksi saluran urinaria dipilih nitofurantoin). Deretan antimikroba secara umum didasarkan pada
kelompok organisme ,secara umum dibagi menjadi:
i. Enterobacteriaceae
ii. Pseudomonas aeruginosa dan Acinetobacter spp
iii. Staphylococcus spp
iv. Enterococcus spp
v. Streptococcus spp (kecuali S. pneumoniae)
vi. Streptococcus pneumonia
vii. Haemophilus influenza
viii. Neisseria gonorrhoeae

A. Metode konvensional

1. Metode dilusi
Metode dilusi terdiri dari dua teknik pengerjaan yaitu teknik dilusi perbenihan cair dan teknik dilusi
agar. Yang bertujuan untuk penentuan aktifitas antimikroba secara kuantitatif, antimikroba dilarutkan
kedalam media agar atau kaldu, yang kemudian ditanami bakteri yang akan dites. Setelah
diinkubasi semalam, konsentrasi terendah yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri di sebut
dengan MIC (minimal inhibitory concentration). Nilai MIC dapat pula dibandingkan
dengan konsentrasi obat yang didapat di serum dan cairan tubuh lainnya untuk mendapatkan
perkiraan respon klinik.
a) Dilusi perbenihan cair
Dilusi perbenihan cair terdiri dari makrodilusi dan mikrodilusi. Pada prinsipnya pengerjaannya
sama hanya berbeda dalam volume. Untuk makrodilusi volume yang digunakan lebih dari 1 ml,
sedangkan mikrodilusi volume yang digunakan 0,05 ml sampai 0,1 ml. Antimikroba yang digunakan
disediakan pada berbagai macam pengenceran biasanya dalam satuan µg/ml, konsentrasi bervariasi
tergantung jenis dan sifat antibiotik. (misalnya cefotaxime untuk uji kepekaan terhadap Streptococcus
pneumonia, pengenceran tidak melebihi 2 μg/ml, sedangkan untuk Escherichia coli pengenceran
dilakukan pada 16 µg/ml atau lebih).
Secara umum untuk penentuan MIC pengenceran antimikroba dilakukan penurunan
konsentrasi setengahnya misalnya mulai dari 16, 8, 4, 2, 1, 0,5, 0,25 µg/ml) konsentrasi terendah
yang menunjukkan hambatan pertumbuhan dengan jelas baik dilihat secara visual atau alat
semiotomats dan otomatis, disebut dengan konsentrasi daya hambat minimum/ MIC (minimal
inhibitory concentration).Kondisi untuk uji kepekaan teknik perbenihan cair terdapat pada lampiran 1.
Gambar 1. Contoh teknik dilusi perbenihan cair
(sumber INTRODUCTION TO BACTERIOLOGICAL METHODS)
b) Dilusi agar
Pada teknik dilusi agar, antibiotik sesuai dengan pengenceran akan ditambahkan kedalam agar,
sehingga akan memerlukan perbenihan agar sesuai jumlah pengeceran ditambah satu perbenihan
agar untuk kontrol tanpa penambahan antibiotik , konsentrasi terendah antibiotik yang mampu
menghambat pertumbuhan bakteri merupakan MIC antibiotik yang di uji. Kondisi untuk uji kepekaan
teknik agar dilusi terdapat pada lampiran 2. Salah satu kelebihan metode agar dilusi untuk penentuan
MIC Neisseria gonorrhoeae yang tidak dapat tumbuh pada teknik dilusi perbenihan cair.

Gambar 2. Penentuan MIC pada teknik agar dilusi

Penentuan MBC dari MIC perbenihan cair


Dasar penentuan antimikroba secara invitro adalah MIC (minimum inhibition concentration)
dan MBC (minimum bactericidal concentration). MIC merupakan konsentrasi terendah bakteri yang
dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan hasil yang dilihat dari pertumbuhan koloni pada
agar atau kekeruhan pada pembiakan kaldu. Sedangkan MBC adalah konsentrasi terendah
antimikroba yang dapat membunuh 99,9% pada biakan selama waktu yang ditentukan. Agar
antimikroba efektif pada MIC atau MBC. Sedapat mungkin mencapai tempat infeksi. Absorpsi obat
dan distribusi antimikroba akan mempengaruhi dosis, rute dan frekuensi pemberian antimikroba untuk
mendapatkan dosis efektif di tempat terjadinya infeksi
Penentuan konsentrasi minimum antibiotik yang dapat membunuh bakteri / minimum bactericidal
concentration (MBC) dilakukan dengan menanam bakteri pada perbenihan cair yang digunakan untuk
MIC ke dalam agar kemudian diinkubasi semalam pada 37⁰C. MBC adalah ketika tidak terjadi
pertumbuhan lagi pada agar .

Contoh MBC:
Misalnya pada konsentrasi antibiotik 0 μg/ml,1 μg/ml dan 2 μg/ml menunjukkan banyak pertumbuhan
bakteri

Pada konsentrasi 4 μg/ml,8 μg/ml,16 μg/ml masih menunjukkan pertumbuhan bakteri tapi jumlah
koloninya semakin sedikit

Pada konsentrasi antibiotik 32 μg/ml ,64 μg/ml, pada konsentrasi 32 μg/ml tumbuh 8 koloni bakteri,
sedangkan pada 64 μg/ml tidak tumbuh, sehingga MBC (minimum bactericidal concentration) adalah
64 μg/ml
Keuntungan dan kerugian metode dilusi:
Dengan teknik dilusi memungkinkan penentuan kualitatif dan kuantitatif dilakukan bersama-
sama.MIC dapat membantu dalam penentuan tingkat resistensi dan dapat menjadi petunjuk
penggunaan antimikroba .Kerugiannya metode ini tidak efisien karena pengerjaannya yang rumit,
memerlukan banyak alat-alat dan bahan serta memerlukan ketelitian dalam proses pengerjaannya
termasuk persiapan konsentrasi antimikroba yang bervariasi

2. Metode difusi.
Cakram kertas, yang telah dibubuhkan sejumlah tertentu antimikroba, ditempatkan pada
media yang telah ditanami organism yang akan di uji secara merata. Tingginya konsentrasi dari
antimikroba ditentukan oleh difusi dari cakram dan pertumbuhan organism uji dihambat
penyebarannya sepanjang difusi antimikroba (terbenuk zona jernih disekitar cakram), sehingga
bakteri tersebut merupakan bakteri yang sensitif terhadap antimikroba. Ada hubungan persamaan
yang hampir linear (berbanding lurus) antara log MIC, seperti yang diukur oleh metode dilusi dan
diameter zona daya hambat pada metode difusi.

Gambar 3. Hubungan linear antara konsentrasi MIC (μg/ml) dan zona hambat antimikroba (mm)

Gambar 4. Grafik hubungan log MIC dengan zona hambat metode difusi

Hasil dari tes kepekaan, mikroorganisme diklasifikasikan ke dalam dua atau lebih kategori.
Sistim yang sederhana menentukan dua kategori yaitu sensitif dan resisten. Meskipun klasifikasi
tersebut memberikan banyak keuntungan untuk kepentingan statistik dan epidemiologi, bagi klinisi
merupakan ukuran yang terlalu kasar untuk digunakan. Dengan demikian hasil dengan 3 klasifikasi
yang biasa digunakan, (sensitif, intermediate, dan resisten) seperti pada metode Kirby-Bauer. Terapi
antimikroba idealnya berdasarkan penentuan bakteri penyebab dan antimikroba sesuai yang sensitif
terhadap bakteri tersebut.
Pengobatan secara empiris biasanya dimulai sebelum ada hasil laboratorium mikrobiologi,
ketika pengobatan harus dilakukan sebelum penyakit menjadi bertambah parah . efektifitas
antimikroba bervariasi tergantung lokasi infeksi, kemampuan antimikroba mencapai sumber infeksi
dan kemampuan bakteri untuk menahan atau menginaktifasi antimikroba. Beberapa antimikroba
dapat bertindak sebagai bakterisidal (benar-benar membunuh bakteri) sedangkan yang lain bertindak
sebagai bakteriostatik (mencegah bakteri berkembang biak), dengan demikian sistem imun hospes
mempengaruhi kepekaan terhadap bakteri tersebut..
Di laboratorium klinik, uji kepekaan lebih banyak digunakan metode cakram difusi. Pada
metode ini inokulum bakteri ditanam secara merata pada permukaan agar.
Cakram antimikroba diletakkan pada permukaan agar dan dibiarkan berdifusi ke dalam media
sekitarnya. Hasilnya dilihat zona hambat antimikroba terhadap pertumbuhan bakteri. Ukuran zona
jernih tergantung kepada kecepatan difusi antimikroba, derajat sensitifitas mikroorganisme dan
kecepatan pertumbuhan bakteri. Zona hambat cakram antimikroba pada metode difusi berbanding
terbalik dengan MIC. Semakin luas zona hambat, maka semakin kecil konsentrasi daya hambat
minimum MIC. Untuk derajat kategori bakteri dibandingkan terhadap diameter zona hambat yang
berbeda-beda setiap antimikroba, sehingga dapat ditentukan kategori resisten, intermediate atau
sensitif terhadap antimikroba uji.

Tabel.1 Standar Diameter zona interpretasi dan perkiraan kaitannya MIC untuk
penentuan kategori serta interpretasi hasil

Diameter zona (millimeter Perkiraan kaitan


tedekat) untuk masing- dengan MIC (mikro
Antimikroba
masing kategori gm/ml) untuk:
(jumlah tiap cakram)
Dan organisme R I MS S R S

Ampicillin (10 µg)

12-
Enterobacteriaceae <11 >14 >32 <8
13
beta-
Staphylococcus spp. <28 >29 <0.25
Lactamase

Haemophilus spp. <19 >20 >4 <2

Enterococci <16 >17 >16

22-
Other streptococci <21 >30 >4 <0.12
29

Chloramphenicol 13-
<12 >18 >25 <12.5
(30 µg) 17

Erythromycin 14-
<13 >18 >8 <2
(15 µg) 17

Asam nalikdisat 14-


<13 >19 >32 <12
(30 µg) 18

12-
Streptomycin (10µg) <11 >15
14

15-
Tetracycline (30 µg) <14 >19 >16 <4
18

11-
Trimethoprim (5 µg) <10 >16 >16 <4
15

a dokumen diambil pada oktober 1983 (M2-T3 ) NCCLS. Sesuai dengan dokumen MCCLS terbaru untuk perubahan dan
diperbaharui
b R, Resistant; I, intermediate; MS, moderately susceptible; S, susceptible. Hasil intermediate mengindikasikan hasil yang
kurang tegas yang dapat membutuhkan tes lebih lanjut. Hasil MS seharusnya dilaporkan sebagai indikasi kepekaan yang
menunjukkan dosis aman maksimal untuk terapi. Strain bakteri dengan hasil MS dikategorikan sebagai sensitive bukan
intermediate.
c Korelasi perkiraan terdekat MIC digunakan untuk menentukan kategori resisten atau sensitif. Korelasi ini tidak dapat
digunakan untuk interpretasi uji kepekaan metode dilusi

Uji kepekaan Metode agar difusi Kirby-Bauer


Bahan yang diperlukan :
 Agar Muller Hinton
 Cakram antibiotik
 Inokulum Standar Mc farland 0,5
Gambar 3. (kiri-kanan) inokulum dengan kekeruhan setingkat 0,5, 1, 2 dan 3 Mc Farland, yang
digunakan dalam teknik Kirby Bauer adalah standar 0,5 Mc Farland

Cara kerja:
1) Disiapkan agar Muller Hinton kondisikan pada suhu ruangan dan permukaan agar kering
2) Persiapkan inokulum 0,5 Mc Farland (dibuat baru dari 4-6 koloni dalam 2 ml NaCl fisiologis,
digunakan tidak lebih dari 15 menit dan supaya homogen bisa dibantu dengan vortex
3) Penanaman pada agar Muller Hinton
Celupkan swab steril ke dalam inokulum bakteri , angkat swab kemudian di atas permukaan suspensi
inokulum pada sisi tabung putar swab dengan sedikit ditekan agar tidak berlebih
4) Goreskan swab pada agar Muller Hinton dengan memutar agar sekitar 60 derajat 2 sampai 3 kali
untuk memastikan seluruh permukaan agar tergores
5) Putarkan swab pada pinggiran agar untuk mengambil kelebihan suspensi bakteri pada sekeliling
cawan petri
6) Tempatkan cakram antibiotik pada permukaan agar yang telah ditanami bakteri dengan
memperhatikan jarak penyimpanan cakram. Dapat dilakukan menggunakan pinset steril ataudisk
feeder

Hasil pada perbenihan Muller Hinton setelah 16-18 jam inkubasi:

Tabel 2. Diameter zona hambat beberapa antibiotik

Keuntungan dan kerugian metode difusi:


Metode ini sangat mudah dilakukan karena tidak rumit dalam penegrjaannya dan efisien
karena dalm satu perbenihan agar dapat menguju maksimal 12 macam antimikroba.Tidak
membutuhkan alat dan bahan yang banyak seangkan kerugiannya tidak dapat diketahui secara tepat
tingkat resistensi atau kepekaan bakteri terhadap antimikroba

3. E-test
Metode yang digunakan selain metode Kirby-Bauer dalam uji kepekaan adalah E-
test(Epsilometer test) yang juga berdasarkan prinsip difusi. E-test digunakan untuk pemeriksaan
mikrobiologis untuk kepekaan bakteri dan jamur.

Gambar 5.Etest dan penentuan MIC


Etest menggunakan strip persegipanjang yang telah mengandung antibiotik. Bakteri ditanam pada
perbenihan agar kemudian diletakkan strip Etest pada permukaan agar, setelah antibiotik berdifusi ke
dalam agar akan terbentuk zona hambat pada konsentrasi antibiotik yang bertingkat terdapat pada
strip Etest. Setelah 24 jam inkubasi akan tampak zona hambat yang berbentuk elips, ketika sampai
pada garis zona yang telah melekat pada strip (tidak ada zona hambat lagi) pada konsentrasi
tersebut merupakan pembacaan hasil MIC

B. Uji kepekaan Metode komersial


Pada dasarnya metode komersial merupakan penggabungan metode konvensial dilusi dan difusi
dan keakuratan metode komersial ini dievaluasi dengan cara membandingkan dengan metode
konvensional. Media perbenihan , kondisi lingkungan disesuaikan dengan standar metode
konvensional dan ujuan dari metode tetap sama seperti metode konvensional, hanya pengerjaan dan
cara penggunaan alatnya yang lebih praktis, dimana pencapaian tujuan bervariasi tergantung
kepada:
Susunan bakteri dan komposisi antimikroba yang digunakan
Tingkat otomatisasi dalam penanaman, inkubasi, interpretasi dan pelaporan
Metode yang digunakan untuk mengukur hambatan pertumbuhan bakteri
Kecepatan memperoleh hasil
Akurasi
Jenis-jenis Metode komersial :
1. Metode mikrodilusi perbenihan cair (broth microdilution methods)
Secara umum metode ini didesain untuk menrima inokulum dan diinkubasi pada kondisi sesuai
petunjuk penggunaan, biasanya untuk pembacaannya memerlukan alat semiotomatis.
2. Agar dilusi derivatif (agar dilution derivations)
Pada metode ini telah disediakan perbenihan agar yang telah mengandung antimikroba melingkar,
dimulai dari tengah-tengah /pusat lingkaran perbenihan agar dengan konsentrasi tertinggi, terus
melingkar ke arah tepi dengan konsentrasi semakin menurun. Penanaman bakteri dimulai dari tepi
perbenihan dengan satu goresan tegak lurus. Difusi antibiotik akan tampak zona hambat dari
konsentrasi tinggi (pusat lingkaran) ke rendah (tepi)
3. Difusi pada agar derivatif (diffusion in agar derivations)
Pada metode ini digunakan perbenihan Muller Hinton yang diletakkan di atasnya strip antibiotik
secara melingkar
4. System pengujian otomatis (automated antimicrobial susceptibility test system)
Contoh metode pengujian otomatis ini adalah Vitek legacy system dan vitek
2 system.Metode ini dalam persiapan inokulum dan penanamam bakteri dilakukan secara
otomatis, cara pembacaan dan interpretasi kategori menggunakan system algoritma
5. Metode pengujian alternative dan suplemen. Metode pengujian yang bertujuan untuk mengetahui
mekanisme resistensi
6. Metode yang langsung mendeteksi mekanisme resistensi spesifik
Metode dengan pengukuran antimikroba berdasarkan keberadaan mekanisme khusus, misalnya
berdasarkan metode fenotip, deteksi asetiltransferase kloramfenikol.
7. Metode khusus untuk mendeteksi kompleks interaksi antimikroba-organisme
8. Tes kombinasi aktifitas antimikroba
9. Spiral Gradient Endpoint Test (SGE), merupakan uji kepekaan pada satu agar terdiri dari 15 suspensi
mikroba dapat digoreskan swab dengan arah memutar melalui beberapa konsentrasi. Software
dibutuhkan untuk menghitung konsentrasi yang sebenarnya dari setiap mikroba yang tumbuh yang
menghambat pertumbuhan. Teknik ini digunakan untuk menghilangkan keterbatasan metode
konvensional dimana setiap media agar hanya satu konsentrasi, menghemat waktu dan bahan
karena satu plate SGE sama dengan 8 plate pada metode konvensiona

Antibiogram
Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

Antibiogram, palatine tonsil smear anjing dengan tonsilitis , agar Mueller-Hinton .Hanya Amoxicilline - asam
klavulanat (AMC) dan Kloramfenikol (C) menunjukkan penghambatan pertumbuhan bakteri.

Sebuah antibiogram adalah hasil dari pengujian laboratorium untuk sensitivitas terisolasi strain
bakteri yang berbeda untuk antibiotik . Hal ini menurut definisi sebuah in vitro -sensitivitas.

Dalam praktek klinis, antibiotik yang paling sering diresepkan berdasarkan pedoman umum dan
pengetahuan tentang sensitivitas: misalnya rumitinfeksi saluran kemih dapat diobati dengan generasi
pertama kuinolon , dll Hal ini karena Escherichia coli adalah yang paling mungkin penyebabpatogen , dan
diketahui sensitif terhadap kuinolon pengobatan. Infeksi yang tidak diperoleh di rumah sakit, yang disebut
"masyarakat yang diperoleh" infeksi.

Namun, banyak bakteri yang diketahui resisten terhadap beberapa kelas antibiotik , dan pengobatan tidak
begitu jelas. Hal ini terutama terjadi pada pasien yang rentan, seperti pasien dalam perawatan
intensif Unit. Ketika pasien ini mengembangkan "didapat di rumah sakit" (atau "nosokomial")pneumonia ,
bakteri yang lebih kuat seperti Pseudomonas aeruginosa berpotensi terlibat. Pengobatan umumnya
kemudian dimulai berdasarkan data surveilans tentang patogen lokal mungkin terlibat. Perawatan ini
pertama, berdasarkan informasi statistik tentang mantan pasien, dan ditujukan pada sekelompok besar
mikroba berpotensi terlibat, disebut terapi empiris .

Sebelum memulai pengobatan ini, dokter akan mengumpulkan sampel dari yang diduga terkontaminasi
kompartemen: a darah sampel ketika bakteri mungkin telah menginvasi aliran darah, sebuah dahak sampel
dalam kasus pneumonia ventilator terkait, dan urin sampel dalam kasus kemih a Infeksi saluran. Sampel ini
ditransfer ke mikrobiologi lab, yang terlihat pada sampel di bawah mikroskop , dan mencoba untuk budaya
bakteri. Hal ini dapat membantu dalam diagnosis .

Setelah suatu budaya terbentuk, ada dua cara yang mungkin untuk mendapatkan antibiogram:

 cara semi-kuantitatif berdasarkan difusi ( metode Kirby-Bauer ); cakram kecil berisi antibiotik yang
berbeda, atau cakram kertas diresapi, yang jatuh di zona yang berbeda dari budaya pada plate agar,
yang merupakan lingkungan yang kaya nutrisi di mana bakteri dapat tumbuh. Antibiotik akan
menyebar di daerah sekitarnya setiap tablet, dan piringan lisis bakteri akan menjadi terlihat. Karena
konsentrasi antibiotik adalah yang tertinggi di pusat, dan terendah di tepi zona ini, diameter adalah
sugestif untuk Konsentrasi Hambat Minimum, atau MIC, (konversi diameter dalam milimeter untuk
MIC, dalam mg / ml, didasarkan pada dikenal regresi linier kurva).

 cara kuantitatif berdasarkan pengenceran : serangkaian pengenceran antibiotik didirikan (ini adalah
serangkaian botol reaksi dengan konsentrasi semakin rendah zat antibiotik). Botol terakhir di mana
ada bakteri tumbuh mengandung antibiotik di Penghambat Konsentrasi Minimal.

Setelah MIC dihitung, dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang diketahui untuk bakteri tertentu dan
antibiotik: misalnya MIC a> 0,06 mg / ml dapat ditafsirkan sebagai penisilin-tahanStreptococcus
pneumoniae . Informasi tersebut mungkin berguna bagi dokter, yang dapat mengubah terapi empiris, untuk
lebih disesuaikan dengan kebutuhan perawatan yang diarahkan hanya pada bakteri penyebab.

UJI RESISTENSI

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Mikroorganisme yang berada di sekitar kita bermacam-macam ada yang menguntungkan dan
ada yang merugikan bagi makhluk hidup, khususnya pada manusia. Mikroorganisme misalnya bakteri
ada yang bersifat patogen dan non patogen. Bakteri patogen adalah bakteri yang dapat
menyebabkan penyakit tertentu, sedangkan bakteri non patogen adalah bakteri yang tidak
menyebabkan penyakit.Adanya bakteri patogen membuat peneliti mulai mengembangkan
pengetahuan mengenai resistensi suatu bakteri dan menemukan zat antimikrobia yang kemudian
memudahkan manusia untuk mengendalikan pertumbuhan suatu bakteri.

Antibiotik merupakan senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme (khususnya


dihasilkan oleh fungi) atau dihasilkan secara sintetik yang dapat membunuh atau menghambat
perkembangan bakteri dan organisme lain (Chaidir, 1994). Tiap-tiap antibiotik memiliki efektivitas
yang berbeda-beda terhadap mikroorganisme (bakteri). Beberapa antibiotik dapat bekerja dengan
baik pada bakteri gram negatif dan beberapa antibiotik lainnya ada yang lebih efektif pada bakteri
gram positif.

Cara mmengetahui efektivitas suatu antibiotik dengan mengetahui tingkat resistensi bakteri
terhadap antibiotik dapat dilakukan dengan uji Kirby-Bauer. Prinsip dasarnya adalah dengan
meletakkan disk yang telah mengandung antibiotik dengan konsentrasi dan kadar tertentu pada
media agar yang telah ditanam bakteri uji. Zona hambat/ bening yang dihasilkan disekitar disk inilah
yang digunakan sebagai dasar penentuan tingkat resistensi.tingkat resisntensi bakteri dibedakan
menjadi 3 yakni: sensitif, intermediet, dan resisten. Bakteri bersifat sensitif adalah jika terbentuk zona
bening pada saat diuji Kirby-Bauer, resisten adalah jika tidak terbentuk zona bening pada saat diuji
Kirby-Bauer, sedangkan intermediet adalah jika terbentuk zona bening pada saat diuji Kirby-Bauer
dengan diameter yang kecil.

Berdasarkan hal tersebut, untuk mengetahui resistensi bakteri terhadap antibiotik (ampisilin)
dan mengetahui efektifitas antibiotik tersebut, maka dilakukan percobaan uji resistensi pada bakteri
(sampel air selokan) Fakultas MIPA, Universitas Negeri Surabaya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas, dapat ditarik rumusan masalah yaitu:

a. Bagaimanakah cara menguji tingkat resistensi suatu bakteri terhadap antibiotik tertentu?

b. Bagaimanakah efektivitas antibiotik (Ampisilin) terhadap bakteri gram negatif


berbentuk monococcus dari sampel air selokan?

1.3 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah :

a. Mengetahui cara menguji tingkat resistensi suatu bakteri terhadap antibiotik tertentu.

b. Mengetahui efektivitas suatu antibiotik terhadap bakteri uji.


1.4 Manfaat

Manfaat dari praktikum uji resistensi ini adalah :

a. Dapat memberikan pengetahuan cara menguji resistensi suatu bakteri.

b. Dapat memberikan pengetahuan mengenai sifat antibiotik yang memiliki efektivitas berbeda-beda
terhadap suatu jenis bakteri.

c. Dapat memberikan pengetahuan bahwa konsentrasi antibiotik mempengaruhi besar kecilnya zona
hambat yang dihasilkan.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Mikroorganisme dapat ditemukan hampir di setiap lingkungan, termasuk lingkungan-


lingkungan dimana tidak ada kehidupan lain yang dapat bertahan hidup. Mikroorganisme mampu
bertahan hidup di berbagai kondisi lingkungan yang berbeda-beda. Mereka juga mampu beradaptasi
dengan perubahan-perubahan lingkungan yang sangat ekstrim. Jenis-jenis mikroorganisme yang
ditemukan di suatu lingkungan mempunyai pertumbuhan yang berbeda-beda pula. Pertumbuhan
mikroorganisme sangat dipengaruhi oleh faktor fisik dan kimiawi. Selayaknya mahluk hidup,
mikroorganisme juga membutuhkan zat-zat tertentu untuk tumbuh dan juga memberikan respon
terhadap zat-zat yang merusak mereka. Bahan- bahan kimia baik organik maupun anorganik bersifat
racun bagi mikroorganisme. Bahan-bahan ini dapat menghambat atau mematikan mikroba yang
bersifat patogen dan merugikan manusia. Senyawa yang dapat menghambat mikroba disebut
senyawa antiseptik, sedangkan senyawa yang bisa mematikan mikroba disebut senayawa
desinfektan.

Salah satu senyawa antiseptik yang dapat menghambat pertumbuhan salah satu jenis
mikroba misalnya bakteri adalah antibiotik. Antibiotik atau dikenal juga sebagai obat anti bakteri
merupakan obat yang digunakan untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
Alexander Fleming pada tahun 1927 menemukan antibiotika yang pertama yaitu penisilin. Pada tahun
1940, antibiotika dapat dikatakan merubah dunia pengobatan serta mengurangi angka kesakitan &
kematian yang disebabkan oleh penyakit infeksi secara dramatis (Ganiswarna, 1995).

Pengertian dari antibiotika pada awalnya merujuk pada senyawa yang dihasilkan oleh jamur
atau mikroorganisme yang dapat membunuh bakteri penyebab penyakit pada hewan & manusia.
Saat ini beberapa jenis antibiotika merupakan senyawa sintetis (tidak dihasilkan dari mikororganisme)
tetapi jugadapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Secara teknis, zat yang dapat
membunuh bakteri baik berupa senyawa sintetis atau alami disebut dengan zat antimikroba, akan
tetapi banyak orang yang menyebutnya dengan antibiotika. Antibiotika mempunyai manfaat yang
sangat banyak, penggunaanantibiotika secara berlebihan juga dapat memicu terjadinya resistensi
antibiotika (Wasitaningrum, 2009).

Resistensi antibiotika ialah kemampuan dari bakteri atau mikroorganisme lain untuk menahan
efek antibiotika. Resistensi antibiotika terjadi ketika bakteri dapat merubah diri sedemikian rupa
hingga dapatmengurangi efektifitas dari suatu obat, bahan kimia ataupun zat lain yang sebelumnya
dimaksudkan untuk menyembuhkan atau mencegah penyakit infeksi sehingga mengakibatkan bakeri
tersebut tetap dapat bertahan hidup. Bakteri dapat membentuk ketahanan khusus terhadap suatu
jenis antibiotika tertentu, sehingga membahayakan orang yang terkena penyakit tersebut.
Kesalahpahaman yang sering terjadi di masyarakat yaitu adanya anggapan bahwa yang resisten
terhadap obat tertentu ialah tubuh seseorang, padahal sebenarnya bakteri yang ada di dalam tubuh
itulah yang menjadi resisten terhadap pengobatan, bukan tubuhnya (Stainier, et al., 1986).

Cara pengujian resistensi mikroba terhadap suatu jenis antibiotik dapat dilakukan dengan uji
resistensi. Teknik ini menggunakan zat kimia untuk mengurangi dan membunuh mikroorganisme,
terutama mikroba yang patogen. Metode yang biasa dipakai adalah metode Metode Kirby-
Bauer yang merupakan cara untuk menentukan sensitifitas antibiotik untuk bakteri. Sensitifitas suatu
bakteri terhadap antibiotik ditentukan oleh diameter zona hambat terbentuk. Semakin besar
diameternya maka semakin terhambat pertumbuhannya.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada metode Kirby-Bauer adalah:

a. Ketebalan media agar

Dapat mempengaruhi penyebaran dan difusi antibiotik yang digunakan.

b. Umur bakteri

Bakteri yang berumur tua (fase stationer) tidak efektif untuk diuji karena mendekati kematian dan
tidak terjadi pertumbuhan lagi sehingga yang dipakai bekteri berumur sedang (fase eksponential)
karena aktivitas metabolitnya tinggi, pertumbuhan cepat sehingga lebih peka terhadapa daya kerja
obat dan hasilnya lebih akurat.

c. Waktu inkubasi

Waktu yang cukup supaya bakteri dapat berkembang biak dengan optimal dan cepat. Waktunya
minimal 16 jam.

d. pH, temperature

Bakteri memiliki pH dan temperature optimal untuk tumbuh yang berbeda-beda sehingga
sebaiknya dilakukan saat pH dan temperature yang optimal.

e. Konsentrasi antibiotik

Semakin besar konsentrasinya semakin besar diameter hambatannya..

f. Jenis antibiotik

setiap bakteri memiliki respon yang berbeda-beda terhadap antibiotiknya, tergantung sifat antibiotik
tersebut (berspektrum luas/berspektrum sempit).

Bakteri dapat membentuk ketahanan khusus terhadap suatu jenis antibiotika tertentu,
sehingga membahayakan orang yang terkena penyakit tersebut. Kesalahpahaman yang sering terjadi
di masyarakat yaitu adanya anggapan bahwa yang resisten terhadap obat tertentu ialah tubuh
seseorang, padahal sebenarnya bakteri yang ada di dalam tubuh itulah yang menjadi resisten
terhadap pengobatan, bukan tubuhnya (Sinaga, 2005).

Setiap bakteri memiliki respon yang berbeda-beda terhadap antibiotiknya, tergantung sifat
antibiotik tersebut (berspektrum luas/berspektrum sempit). Ampicillin merupakan salah satu antibiotik
yang termasuk golongan penisilin semi-sintetik yang berasal dari inti penisilin yaitu asam 6-amino
penisilat (6-APA) dan merupakan antibiotik spektrum luas yang bersifat bakterisid. Secara klinis,
ampicillin efektif terhadap bakteri gram-positif seperti S.
pneumonia, enterokokus dan stafilokokus yang tidak menghasilkan penisilinase, sedangkan pada
bakteri gram-negatif, diantaranya gonokokus, H. influenza, beberapa
jenisE.coli, Shigella, Salmonella dan P. mirabilis. Seperti golongan penicillin lainnya, ampicillin
bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel yaitu dengan menyerang peptidoglikan dan mampu
melakukan penetrasi pada bakteri gram positif dan gram negatif. Keberadaan gugus amino pada
Ampicillin membuatnya mampu menembus membran terluar (outer membran) pada bakteri (Brander,
et al., 1991).
Ampisilin termasuk antibiotik yang bersifat bakterisidal dan memiliki mekanisme kerja yang
secara umum menyebabkan kerusakan dinding sel bakteri. Mekanisme kerja ampicilin antara lain:

1. Penghambatan sintesis dinding sel bakteri dengan menghambat transpeptidasi sintesis peptidoglikan
pada aksi enzim transpeptidase bakteri. Transpeptidase merupakan enzim yang bekerja dalam
proses cross-linking dari rantai peptida dalam membentuk senyawa peptidoglikan yang terjadi pada
tahap akhir pembentukan dinding sel (Essack, 2001; Chamber, 2004). Proses Cross linking tersebut
digunakan dalam integritas struktur dinding sel bakteri.

2. Perlekatan obat pada protein spesifik pengikat penisilin atau Penicillin-Binding Protein (PBP) yang
berlaku sebagai reseptor obat pada bakteri.

3. Aktivasi enzim autolitik pada dinding sel akibat perlekatan obat pada PBP. Aktivasi tersebut
menyebabkan lisis dinding sel bakteri (Jawetz, 1997; Dzen et. al., 2003).
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Praktikan melaksanakan praktikum uji resitensi bakteri pada hari kamis tanggal 4 april 2013.
Praktikan melaksanakan praktikum tersebut di Laboratorium Mikrobiologi Dasar, Gedung C9, Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya.

3.2 ALAT DAN BAHAN

A. Alat

 Cawan petri 2 buah

 Kertas hisap (paper disc) 12 buah

B. Bahan

 Media taoge agar

 Media taoge cair

 Bakteri uji 2 ml

 Antibiotik amphicillin 500 mg

3.3 PROSEDUR KERJA

a. Dilakukan peremajaan/ sub culture bakteri uji yang akan digunakan pada media taoge cair.

b. Diinkubasi pada suhu 28-30°C selama 24 jam.

c. Diambil 1 ml kultur bakteri, kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri steril (dilakukan secara
duplo).

d. Media taoge agar dituangkan ke dalam cawan petri, kemudian dihomogenkan.

e. Membuat paper disc dari kertas hisap berbentuk lingkaran dengan diameter kurang dari 1 cm,
kemudian direndam dalam antibiotik dengan konsentrasi 50 mg/ml, 25 mg/ml, dan 5 mg/ml (tiap
konsentrasi 3-4 paper disc).

f. Kertas hisap yang telah direndam diletakkan pada media Taoge Agar yang telah ditanami bakteri uji
(langkah no.4), diberi tanda pada bagian luar cawan supaya tidak tertukar.

g. Diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 28-30°C.


h. Diamati zona hambat/zona bening yang terbentuk, kemudian diukur diameternya.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 4.1. Pengamatan Uji Resistensi Pada Cawan Petri

Identifi Uji Resistensi Cawan A


kasi

Gamba
r

25

mg/ml

50

mg/ml

5 mg/ml

Mikroor Bakteri
ganism
e (sampel air selokan depan gedung C3- F

Morfolo Karakteristik optik: Opaque


gi
Bentuk: punctiform

Elevasi: raised

Bentuk tepian: entire

Bentuk
Coccus (bulat)
sel

Susun
Monococcus
an sel

Gram Negatif (-)


positif
(+)
atau
negatif
(-)

Konsentrasi 50 mg/mL: 1,6 cm


Diamet
er zona Konsentrasi 25 mg/mL: 1,3 cm
hambat
Konsentrasi 5 mg/mL: 1,1 cm

Keterangan: diameter paper disk = 0,5 cm

Hasil yang kami dapatkan dari uji resistensi berupa reaksi dari bakteri terhadap antibiotik, sensitif
atau resisten, dapat dilihat dari zona inhibitor yang terbentuk. Terdapat perbedaan besar zona
hambat/ zona bening yang terbentuk sebagai respon terhadap perbedaan pengenceran antibiotik.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa besarnya pengenceran berbanding lurus dengan besarnya zona
hambat/zona yang terbentuk. Semakin besar pengenceran (50 mg/ml) maka semakin besar diameter
zona hambat/ zona bening yang terbentuk.

4.2 Pembahasan

Percobaan ini bertujuan agar mahasiswa dapat melakukan uji sensitifitas mikroba terhadap
antibiotik dengan metode Kirby-Bauer dan menentukan mikroba uji termasuk sensitif atau resisten
terhadap antibiotik yang diujikan.

Pada percobaan ini kadar antibiotik ditentukan dengan metode Kirby-Bauer, yaitu
pengukuran sensitifitas antibiotik dengan metode paper disk yang berisi agen antimikroba pada
media yang telah ditanami mikroba dan akan berdifusi pada media agar. Daerah jernih
disekitar paper diskmerupakan hambatan mikroba oleh antibiotik pada permukaan agar. Metode
Kirby-Bauer merupakan cara untuk menentukan sensitifitas antibiotik untuk bakteri. Sensitifitas suatu
bakteri terhadap antibiotik ditentukan oleh diameter zona hambat terbentuk. Semakin besar
diameternya maka semakin terhambat pertumbuhannya.

Dalam percobaan uji resistensi ini, antibiotik yang digunakan adalah ampicillin 500
gram yangdidapatkan zona hambat/zona bening. Hal tersebut menunjukan bahwa bakteri sensitif
terhadap antibiotik ampicilin 500 gram, dapat dilihat dengan adanya zona jernih/zona hambat yang
mengindikasikan bahwa bakteri sensitif terhadap antibiotik ampicilin. Ampicillin bekerja dengan
menghambat sintesis dinding sel yaitu dengan menyerang peptidoglikan dan mampu melakukan
penetrasi pada bakteri gram positif dan gram negatif. Hal ini disebabkan keberadaan gugus amino
pada Ampicillin, sehingga membuatnya mampu menembus membran terluar (outer membran) pada
bakteri. Percobaan yang dilakukan telah sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa semakin
tinggi konsentrasi dari antibiotika maka akan semakin besar zona jernih yang terbentuk
(Dwidjoseputro., 2003).
Ampisilin termasuk antibiotik yang bersifat bakterisidal dan memiliki mekanisme kerja yang
secara umum menyebabkan kerusakan dinding sel bakteri. Mekanisme kerja antibiotik tersebut
antara lain:

1. Penghambatan sintesis dinding sel bakteri dengan menghambat transpeptidasi sintesis peptidoglikan
pada aksi enzim transpeptidase bakteri. Transpeptidase merupakan enzim yang bekerja dalam
proses cross-linking dari rantai peptida dalam membentuk senyawa peptidoglikan yang terjadi pada
tahap akhir pembentukan dinding sel (Essack, 2001; Chamber, 2004). Proses Cross linking tersebut
digunakan dalam integritas struktur dinding sel bakteri.

2. Perlekatan obat pada protein spesifik pengikat penisilin atau Penicillin-Binding Protein (PBP) yang
berlaku sebagai reseptor obat pada bakteri.

3. Aktivasi enzim autolitik pada dinding sel akibat perlekatan obat pada PBP. Aktivasi tersebut
menyebabkan lisis dinding sel bakteri (Jawetz, 1997; Dzen et. al., 2003).

Perbedaan luas/lebar diameter zona hambat pada cawan A dengan cawan B disebabkan
oleh beberapa faktor, antara lain kurang halusnya dalam proses penggerusan antibiotik, konsentrasi
antibiotik yang diserap oleh paper disk pada cawan A berbeda dengan paper disk pada cawan B
karena larutan antibiotik pada tiap konsentrasi kurang homogen, volume spet yang disediakan tidak
sesuai dengan volume yang dibutuhkan serta adanya media Taoge Agar (TA) yang menggumpal
ketika di tuangkan pada cawan petri.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Bakteri memiliki tingkat resistensi yang berbeda-beda terhadap antibiotik yang


diberikantergantung dari sifat/karakteristik bakteri uji serta jenis dan konsentrasi antibiotik. Bakteri
bersifat sensitif apabila menghasilkan zona hambat/zona bening ketika diuji dengan antibiotik.
Antibiotik semakin efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri apabila semakin luas/lebar zona
hambat yang terbentuk yang terjadi akibat semakin tinggi konsentrasi antibiotik yang digunakan.

5.2. Saran

Agar zona hambat yang dihasilkan membentuk struktur yang bulat sempurna (diameter tiap
sisinya sama atau hampir sama) supaya mudah diamati praktikan harus berhati-hati ketika
meletakkan paper disc (yang telah dicelupkan ke larutan antibiotik) dalam suspensi bakteri pada
cawan petri. Pemilihan kertas yang digunakan sebagai disc harus dipilih jenis kertas yang dapat
menyerap sempurna larutan antibiotik, misalnya kertas saring.
DAFTAR PUSTAKA

Brander, G.C., Pugh, D.M., Bywater, R.J. and Jenkins, W.L. 1991. Veterinary Applied Pharmacology and
Therapeutics, 5th ed. The English Language Book Society, Bailliere Tindal, London.

Chaidir J, Munaf S. 1994. Obat antimikroba. In : Munaf S, eds. Farmakologi Unsri. Jakarta : EGC.

Chambers, H. F. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. 8th ed. Jakarta: Salemba Medika.

Dwijaseputro. 1987. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Universitas Brawijaya. Djambatan :


Malang.Hadioetomo, Ratna Siri. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. PT Gramedia
PustakaUtama : Jakarta

Dzen, Sjoekoer M; Roekistiningsih; Santoso, Sanarto; Winarsih, Sri; Sumarno; Islam, Samsul, A.S.
Noorhamdani; Murwani, Sri; Santosaningsih, Dewi. 2003. Bakteri Bentuk Batang. Bakteriologi
Medik. Malang: Bayumedia. Pp 189

Essack, S.Y., 2001. The Development of Beta-Lactam Antibiotics in Response to the Evolution of-
Lactamases. Pharmaceutical Research. 18(10): 1391-99.

Fleming, Alexander (1980). “On the antibacterial action of cultures of a penicillium, with special reference to
their use in the isolation of B. influenza.”. Clin Infect Dis 2 (1):129-39.

Jawet, Melnik dan Adelberg. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Jawet E. 1998. Prinsip kerja obat antimikroba. In : Katzung B, eds. Farmakologi dasar dan klinik. Jakarta :
EGC.

Wasitaningrum, I. D. A., 2009. Uji Resistensi Bakteri Staphylococcus Aureus dan Escherichia Coli Dari Isolat
Susu Sapi Segar Terhadap Beberapa Antibiotik. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta

Anda mungkin juga menyukai