Batas kertas
Atas : 2.5 cm TMR 12
Kanan : 2.5 cm
Kiri : 3 cm
Bold 12
Bawah : 3 cm
Font : time new romans
UKURAN : 12 BAB I
A. LATAR BELAKANG
Bahwa pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang harus diwujudkan
dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginyaMelalui
peningkatan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) di Rumah Sakit.Secara terus menerus
ditingkatkan sejalan dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan ilmu dan teknologi
kedokteran. Pengembangan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit juga diarahkan guna
meningkatkan mutu dan keselamatan pasien serta efisiensi biaya dan kemudahan akses
segenap masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Pelayanan High Care Unit (HCU) di Rumah Sakit perlu ditingkatkan secara
berkesinambungan dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayanan pengobatan, perawatan dan
observasi secara ketat yang semakin meningkat sebagai akibat penyakit menular maupun tidak
menular seperti: demam berdarah, malaria, cedera, keracunan, penyalahgunaan NAPZA, HIV,
penyakit jantung pembuluh darah, diabetes mellitus dan gagal ginjal. Berdasarkan hal tersebut
diatas, maka di Instalasi High Care Unit HCU perlu dibuat standar pelayanan yang merupakan
pedoman bagi semua pihak dalam tata cara pelaksanaan pelayanan yang diberikan ke pasien-
pasien High Care Unit RS Aisyiyah “ Siti Fatimah” Tulangan.Pedoman ini disusun sebagai
pedoman bagi Rumah Sakit Aisyiyah “ Siti Fatimah” Tulangan dalam rangka
penyelenggaraan pelayanan High Care Unit yang berkualitas dan mengedepankan
keselamatan pasien di Rumah Sakit Aisyiyah “ Siti Fatimah” Tulangan serta menjadi acuan
penyusunan Standar Prosedur Operasional pelayanan High Care Unit di Rumah Sakit
Aisyiyah “ Siti Fatimah” Tulangan.
B. TUJUAN PEDOMAN
Tujuan pedoman penyelenggaraan pelayanan HCU ini adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan mutu dan keselamatan pasien HCU RS Aisyiyah “ Siti Fatimah”
Tulangan.
b. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan pelayanan HCU bagi pasien
kritis di RS Aisyiyah “ Siti Fatimah” Tulangan.
E. LANDASAN HUKUM
1. Undang – undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 436 / Menkes / SK / VI / 1993 tentang
berlakunya Standar Pelayanan di Rumah Sakit
3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 834 / MENKES / VII / 2010 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan pelayanan High Care Unit (HCU).
4. Undang – undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
5. Undang – undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
STANDAR KETENAGAAN
1 PENGATURAN JAGA
1. Dokter Spesialis Konsultan
a. Pengaturan dokter spesialis konsulen sesuai dengan disiplin ilmu masing -
masing
b. Dokter spesialis konsultan harus bisa dihubungi sewaktu - waktu jika diperlukan.
c. Jika salah satu dokter konsultan berhalangan hadir maka wajib memberitahu 1
hari sebelumnya dan kemudian dialihkan ke dokter konsultan lainnya dalam
displin ilmu yang sama
d. Dokter jaga
e. Pengaturan jadwal dokter jaga sesuai dengan jadwal jaga dokter IGD
2. Pengaturan Jaga Perawat HCU
a. Pengaturan jadwal dinas perawat HCU dibuat dan di pertanggung jawabkan oleh
koordinator ruangan HCU.
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANGAN
Memanfaatkan ruangan yang ada di RS Siti Fatimah tulangan dan menyesuaikan dengan
kondisi yang ada, lokasi HCU berada dekat dengan Kamar Bedah .IGD, Ruang Bersalin
dan kamar Operasi. Desain HCU mengupayakan terjadinya kondisi:
1. Terisolasi
2. Memiliki akses masuk tersendiri.
3. Ditempatkan Alat Pemadam Kebakaran.
4. Memiliki Instalasi pipa air.
5. Suhu dan kelembaban diatur dengan AC.
6. Memiliki akses komunikasi memadai.
7. Memiliki instalasi untuk kebutuhan monitor pasien.
8. Kualitas udara, lantai, air, AC dan kelembaban di kontrol dengan pembiakan kuman
secara berkala.
Ruang HCU dibagi menjadi beberapa area yang terdiri :
1. Area pasien.
a. Satu ruangan ruangan yaitu HCU
Ruangan HCU
1) Terdiri dan 3 tempat tidur
2) Diutamakan untuk pasien – pasien secara umumkegawatan sesuai kriteria
masuk
3) Ruangan HCU disini diperuntukkan bukan untuk pasien Haematemisis
melena dan bukan untuk kasus droplet /airbom infection dan pasien sirosis
hepatis
4) Merawat pasien secara umum yang sesuai dengan indikasi pasien masuk HCU
b. Area pasien merupakan ruangan terbuka HCU dengan luas ruangan 3 x 3m persegi
dengan jarak antar tempat tidur ± 1 m.
c. Setiap ruangan ada wastafel tempat untuk cuci tangan
d. Satu tempat tidur ada satu outlet oksigen dan untuk yang di ruang HCU
W T G
R R R O U
D
w I A
RR
R R R N
f W
masuk/keluar
Pintu
1 F L G
2 3
KET: Rak Sepatu
HCU
Kabinet Pasien
Wastafel
H H H L
SPOEL HOCK
E
C C C M
A
U U U R
PINTU I
1 2 3
KAMAR GANTIPETUGAS
B. STANDAR FASILITAS
High Care Unit HCU RS Aisyiyah “ Siti Fatimah” Tulangan berlokasi di lantai 1 gedung
utama yang terdiri dari 1ruangan High Care Unit dan 1 ruang Recovery Room.Ruangan
Recovery Room terdiri dari 2 ( Dua ) tempat tidur , ruangan High Care Unit HCU terdiri
dari 3(tiga ) tempat tidur
1. Peralatan
Peralatan yang tersedia di HCU mengacu kepada buku pedoman pelayanan
High Care Unit ( HCU ) Departermen Kesehatan RI untuk penunjang kegiatan
2) Cairan Infus
No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Cairan
1. Asering Kolf 1
2. Ringer lakta Kolf 2
3. Dextrose 5 % 500 ml Kolf 1
4. Dextrose 10 % 500ml Kolf 1
5. Wida Hes Kolf 2
6. RD5% Kolf 1
7. NaCL 100 cc Kolf 2
8. Nacl 500 cc Kolf 2
A. PENGORGANISASIAN
1. Kedudukan HCU
Secara struktural HCU dapat berada di bawah Departemen/ KSM/Instalasi tertentu
sesuai dengan klasifikasi dan jenis Rumah Sakit termasuk ketersediaan fasilitas,
sarana prasarana dan peralatan kedokteran serta tenaga kesehatan.Untuk
mewujudkan pelayanan HCU yang optimal perlu adanya kebijakan tata kelola
manajemen tertulis meliputi uraian tugas dan tanggung jawab yang terinci maupun
secara klinis/teknis medis yang dituangkan dalam standar prosedur operasional
HCU.
11. Dalam hal ini pengeluaran pasien dari ICU dilakukan setelah memberitahu dan disetujui
oleh keluarga terdekat pasien.
12. Pasien atau keluarga menolak untuk dirawat lebih lanjut ICU ( Keluar Paksa )
13. Pasien hanya memerlukan observasi intensif saja, sedangkan ada pasien yang lebih
gawat lagi yang memerlukan terapi dan observasi yang lebih intensif.
Parameter fisiologis 3 2 1 0 1 2 3
Suplementasi O2 Ya Tidak
Catatan :
F. INFORMEDCONSENT
1. Sebelum pasien dimasukkan di HIGH CARE UNIT( HCU ), pasien dan atau
ketuarganya harus mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang dasar
pertimbangan mengapa pasien harus mendapatkan perawatan di ruang HCU, serta
berbagai macam tindakan kedokteran yang mungkin diiakukan selama pasien dirawat
di ruang HCU serta prognosa penyakit yang diderita pasien
2. Penjelasan tersebut diberikan oleh petugas IGDatau dokter yang bertugas pada saat
itu
3. Setelah mendapatkan penjelasan , pasien dan atau keluarganya bisa menerima atau
tidak bisa menerima.
4. Pernyataan pasien dan atau ketuarganya tersebut harus dinyatakan dalam formulir
yang ditanda tangani.
5. Pasien dan keluarga harus memematuhi peraturan di RS sesuai dengan yang tertera
di General Concent ( terlampir )
H. ALUR PELAYANAN
Pasien yang mendapatkan pelayanan HCU dapat berasal dari:
1. Pasien dapat berasal dari ICU
2. Pasien dapat berasal dari iGD
3. Pasien dapat berasal dari Kamar Operasi
4. Pasien dapat berasal dari bangsal (Ruang Rawat Inap)
PASIEN GAWAT
TIDAK YA
IGD
POLIKLINIK
H. PENANGGULANGAN KEGAWATAN
1. Jenjang terapi henti jantung (Algoritma)
2. VENTRICULER TACHICARDIA
( VT – PULSELESS )
I. MONITORING PASIEN
Monitoring pasien di HIGH CARE UNITdilakukan oleh perawat dan selanjutnya
dikomunikasikan dengan dokter yang merawat.Langkah – langkah pelaksanaan monitoring
adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi masalah
2. Observasi 24 jam
a. Kardio vaskuler: peredaran darah, nadi, EKG, suhu tubuh dilkukan penecekan manual
tiap 4 jam 1 x
b. Respirasi: menghitung pernafasan,menginterprestasikan hasil BGA, keluhan,
pemeriksaan fisik dan foto thorax.
c. Ginjal : jumlah urine tiap jam, jumlah urine selama 24 jam
d. Pencernaan : pemeriksaan fisik, cairan lambung, intake oral, muntah , diare
e. Tanda infeksi: peningkatan suhu tubuh / penurunan (hipotermi), pemeriksaan kultur,
berapa lama antibiotic diberikan
f. Nutrisi klien : enteral, parenteral
g. Mencatat hasil lab yang abnormal.
h. Menghitung intake / output (balance cairan)
3. Urutan prioritas penanganan kegawatan didasarkan pada 6B yaitu :
a. B-1 Breath - Sistem pernafasan
b. B-2 Bleed - Sistem peredaran darah
c. B-3 Brain - Sistem syaraf pusat
d. B-4 Blader - Sistem urogenital
e. B-5 Bowel - Sistem pencernaan
f. B-6 Bone - Sistem tulang dan persendian
K. SISTEM RUJUKAN
Rujukan adalah penyelenggaraan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas / wewenang
dan tanggung jawab secara timbale balik baik horizontal maupun vertical terhadap kasus
penyakit atau masalah penyakit atau permasalahan kesehatan karena keterbatasan dalam
memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh pasien.
1. Jenis Rujukan
a. Rujukan Eksternal
Rujukan antar fasilitas pelayanan kesehatan yang terdiri dari :
1) Rujukan vertikal
Contoh : Rujukan dari HIGH CARE UNIT( HCU ) Rumah Sakit ke Rumah Sakit
dr Soetomo Surabaya ,RSUD Sidoarjo
L. PENGIRIMAN PASIEN
1. Pengiriman ke rawat inap
a. Pasien pindah dari HIGH CARE UNITdengan kriteria :
1) Pindah alas persetujuan dokter
2) Pindah atas permintaan sendiri
N. REKAM MEDIS
1. Cara Pengisian DRM HIGH CARE UNIT( HCU ) berdasarkan JUKNIS pengisian
DRM Instalasi Rawat Intensif.
2. Berkas DRM HIGH CARE UNIT( HCU ) dimasukkan dalam berkas rawat inap
kemudian disimpan di rekam medis paling lambat 2 x 24 jam setelah pasien tersebut
pulang atau di rujuk ke RS yang lebih tinggi tingkat kemampuannya, atau pasien
tersebut pulang atas permintaan sendiri, atau pindah RS lain.
3. Bila pasien keluar dari HIGH CARE UNIT( HCU ) tetapi masih dirawat di ruang Rawat
lain dalam RS , maka berkas DRM HIGH CARE UNITdisertakan dalam status rawat
inap pasien tersebut.
a. Penyediaan alat kesehatan disediakan sebagai stok tetap dengan juumlah yang
disesuaikan dengan kebutuhan pasien, dimana setiap pasien baru masuk
menggunakan alat kesehatan yang disediakan (stok tetap) dan menulis di buku
peminjaman alkes kemudian dilakukan permintaan dengan resep ke apotik sesuai
dengan kebutuhan pasien, bila alkes sudah dikirim dan apotik maka dikembalikan
ke stok tetap sesuai dengan yang dipinjam oleh pasien. Setiap bulan tgl 30 ,
dilakukan stok opname untuk obat emergency dan alkes yang dilakukan oleh pihak
logistik apotik untuk melakukan kontrol terhadap jumlah alkes dan obat emergency
yang ada di rungan. Dan sebagai evaluasi untuk kebutuhan alkes yang digunakan
oleh rungan untuk bulan berikutnya.,
b. Penvediaan obat : obat yang disediakan di HCU adalah obat emergency, tata
laksana penggunaan tercantum di dalam SPO. Untuk pemakain obat - obatan selain
obat emergency setiap pasien langsung diberi resep kemudian di acc kan ke apotik.
c. Penyediaan alat rumah tangga yang diminta melalui gudang logistik Rumah tangga
Alat kesehatan, obat dan alat rumah tangga yang tersedia di HCU disesuaikan
dengan standar minimal dan maksimal alkes,obat dan alat rumah tangga yang
dibuat oleh unit HCU dan telah disepakati oleh bagian logistik dan farmasi dalam
pelaksanaan pemenuhan barang tersebut dilakukan setiap hari kecuali han minggu
dan pada saat penyelesaian stok opname tgl 30 dan alat logistik harus ada
persetujuan dan kepala ruangan HCU.
A. PENGERTIAN
Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi:
1. Asesmen resiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
1. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
2. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
B. TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
C. STANDAR KESELAMATAN PASIEN
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
D. KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN ( KTD )
1. Adverse event:
A. PENDAHULUAN
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak langsung
dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai resiko
terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan
darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.
B. TUJUAN
1. Petugas kesehatan didaiam menjalankan tugas dan kewajtbannya dapat melindungi diri
sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didaiam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko
tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan
paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip "Universal Precaution".
C. TINDAKAN YANG BERESIKO TERPAJAN
1. Cuci tangan yang kurang benar.
2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
5. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.
D. PRINSIP KESELAMATAN KERJA
Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah
menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga
prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah kontak
dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu dan kualitas pelayanan HIGH CARE UNITmerupakan suatu program yang
bersifat obyektif dan berkelanjutan untuk menilai dan memecahkan masalah yang ada sehingga
dapat memberikan kepuasan pada pelanggan dan mencapai standart klinis yang
bermutu.Indikator mutu di HIGH CARE UNITadalah sebagai berikut:
1. Angka ketidak lengkapan rekam medis
2. Angka ketidak lengkapan Asuhan Keperawatan
3. Angka kematian spesifik
4. Angka infeksi nosokomial (, infeksi saluran kemih, infeksi jarum infus)
5. Indikator klinik dan insiden keselamatan pasien
6. Penurunan skoring derajat keparahan pasien, seperti: SOFA (Sequential Organ Failure
Assessment), SAPS(Simplified Acute Physiology Score), dan sebagainya.
7. Jumlah pasien yang pindah ke HCU.
8. Angka kejadian stress ulcer.
9. Angka kejadian phlebitis.
10. Angka kejadian dekubitus.
Pedoman High Care Unit ini disusun dalam rangka memberikan acuan bagi Rumah Sakit yang
telah maupun akan menyelenggarakan pelayanan HCU yang bermutu, aman, efektif dan efisien
dengan mengutamakan keselamatan pasien. Oleh karena itu, setiap Rumah Sakit diharapkan
dapat menyesuaikan dengan ketentuan yang terdapat dalam buku pedoman ini dan dapat
mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan Rumah Sakit.
Rumah Sakit yang belum memiliki ICU dan telah memiliki HCU diharapkan dapat
mengembangkan sumber daya (tenaga dan sarana) sehingga kelak dapat membentuk ICU yang
merupakan pelayanan lanjutan dari HCU.
Rumah Sakit yang telah memiliki ICU dan HCU diharapkan tetap menjaga kualitas HCU
sehingga berfungsi sebagai mana diharapkan.
Ditetapkan di :SIDOARJO
Pada tanggal :15 Rabiul Awal 1439 H.
3 Januari 2018 M.
Direktur,