Anda di halaman 1dari 47

Ukuran kertas : a4

Batas kertas
Atas : 2.5 cm TMR 12
Kanan : 2.5 cm
Kiri : 3 cm
Bold 12
Bawah : 3 cm
Font : time new romans
UKURAN : 12 BAB I

Spasi : 1.15 PENDAHULUAN

Bahasa asing & medis :


miring

Penulisan judul wajib huruf


besar

Spasi 1 enter dari judul

A. LATAR BELAKANG

Bahwa pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang harus diwujudkan
dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginyaMelalui
peningkatan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) di Rumah Sakit.Secara terus menerus
ditingkatkan sejalan dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan ilmu dan teknologi
kedokteran. Pengembangan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit juga diarahkan guna
meningkatkan mutu dan keselamatan pasien serta efisiensi biaya dan kemudahan akses
segenap masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Pelayanan High Care Unit (HCU) di Rumah Sakit perlu ditingkatkan secara
berkesinambungan dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayanan pengobatan, perawatan dan
observasi secara ketat yang semakin meningkat sebagai akibat penyakit menular maupun tidak
menular seperti: demam berdarah, malaria, cedera, keracunan, penyalahgunaan NAPZA, HIV,
penyakit jantung pembuluh darah, diabetes mellitus dan gagal ginjal. Berdasarkan hal tersebut
diatas, maka di Instalasi High Care Unit HCU perlu dibuat standar pelayanan yang merupakan
pedoman bagi semua pihak dalam tata cara pelaksanaan pelayanan yang diberikan ke pasien-
pasien High Care Unit RS Aisyiyah “ Siti Fatimah” Tulangan.Pedoman ini disusun sebagai
pedoman bagi Rumah Sakit Aisyiyah “ Siti Fatimah” Tulangan dalam rangka
penyelenggaraan pelayanan High Care Unit yang berkualitas dan mengedepankan
keselamatan pasien di Rumah Sakit Aisyiyah “ Siti Fatimah” Tulangan serta menjadi acuan
penyusunan Standar Prosedur Operasional pelayanan High Care Unit di Rumah Sakit
Aisyiyah “ Siti Fatimah” Tulangan.

B. TUJUAN PEDOMAN
Tujuan pedoman penyelenggaraan pelayanan HCU ini adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan mutu dan keselamatan pasien HCU RS Aisyiyah “ Siti Fatimah”
Tulangan.
b. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan pelayanan HCU bagi pasien
kritis di RS Aisyiyah “ Siti Fatimah” Tulangan.

RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 1

Calibri 12 bold miring


c. Meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia kesehatan, sarana
dan prasarana serta peralatan HCU di RS Aisyiyah “ Siti Fatimah” Tulangan.

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Pelayanan HCU diberikan kepada pasien dengan kondisi kritis stabil yang
memembutuhkan pelayanan, pengobatan dan observasi secara ketat tanapa
menggunakan alat bantu (ventilator)
Indikasi pasien masuk HCU :
1. Prioritas 1
Pasien yang mengalami gangguan akut pada organ vital yang memerlukan tindakan
dan terapi yang intensif cepat yaitu utamanya pada pasien dengan gangguan pada
sistem Pernafasan (B1), Sirkulasi Darah (B2), Susunan syaraf pusat (B3) yang tidak
stabil
2. Prioritas 2
Pasien yang memerlukan pemantauan secara intensive utamanya pada pasien yang
mengalami pasca pembedahan mayor dan belum stabil.
3. Prioritas 3
Pasien yang dalam kondisi kritis dan tidak stabil yang mempunyai harapan kecil
untuk disembuhkan atau manfaat dari tindakan yang didapat sangat kecil. Pasien ini
hanya memerlukan terapi intensif pada penyakit akutnya tetapi tidak dilakukan
intubasi atau Resusitasi Kardiopulmoner.
Indikasi Pasien Keluar HCU :
Pada pasien yang dengan terapi atau pemantauan intensif tidak memberikan hasil,
sedangkan pasien pada waktu itu tidak menggunakan alat bantu mekanis (ventilator)
yaitu :
a. Pasien yang mengalami MBO ( mati batang otak )
b. Pasien terminal / pasien ARDS stadium akhir
c. Pada pasien yang telah membaik dan cukup stabil sehingga tidak memerlukan
terapi atau pemantauan intensif lebih lanjut.
d. Pasien yang hanya memerlukan observasi intensif saja, sedangkan ada pasien
yang lebih gawat dan lebih memerlukan terapi atau pemantauan intensif lebih
lanjut.
e. Pasien atau keluarga menolak untuk dirawat lebih lanjut di HCU / pulang paksa

RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 2

Calibri 12 bold miring


D. BATASAN
1. High Care Unit (HCU) adalah unit pelayanan di Rumah Sakit bagi pasien dengan
kondisi respirasi, hemodinamik, dan kesadaran yang stabil yang masih memerlukan
pengobatan, perawatan dan observasi secara ketat.
2. Pelayanan HCU adalah pelayanan medik pasien dengan kebutuhan memerlukan
pengobatan, perawatan dan observasi secara ketat dengan tingkat pelayanan yang
berada di antara ICU dan ruang rawat inap (tidak perlu perawatan ICU namun belum
dapat dirawat di ruang rawat biasa karena memerlukan observasi yang ketat)
3. Penyelenggaraan HCU disesuaikan dengan kemampuan SDM, Sarana dan Prasarana
rumah sakit masing-masing.
4. Separated/ conventional/freestanding HCU adalah HCU yang berdiri sendiri
(independent), terpisah dari ICU.
5. Paralel HCU adalah HCU yang terletak berdekatan (bersebelahan) dengan ICU.

E. LANDASAN HUKUM
1. Undang – undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 436 / Menkes / SK / VI / 1993 tentang
berlakunya Standar Pelayanan di Rumah Sakit
3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 834 / MENKES / VII / 2010 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan pelayanan High Care Unit (HCU).
4. Undang – undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
5. Undang – undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 3

Calibri 12 bold miring


BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Pelayanan HCU dilakukan oleh Tim terdiri dari Dokter Spesialis dan Dokter serta
dibantu oleh Perawat.Tim Pelayanan HCU tersebut telah mendapatkan pelatihan magang
di ICU yang diselenggarakan oleh Organisasi Profesi. Adapun susunan Tim Pelayanan
HCU adalah sebagai berikut:
1. Koordinator :
Dokter Spesialis sebagai dokter penanggung jawab pasien sesuai dengan
diagnosanya.
2. Anggota :
Perawat yang telah mengikuti pelatihan Basic Life Support dan PPGD dapat
melakukan pemantauan menggunakan peralatan monitordan mempergunakan Alat
Bantu Hidup. Jumlah Dokter Spesialis, Dokter dan Perawat disesuaikan dengan jam
kerja pelayanan HCU 24 jam, beban kerja dan kompleksitas kasus pasien yang
membutuhkan pelayanan HCU. SDM pelayanan HCU diharuskan untuk mengikuti
pendidikan dan pelatihan secara berkelanjutan guna mempertahankan dan
meningkatkan kompetensinya sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
a. Kepala HCU adalah seorang dokter spesialis
b. Tenaga Perawat HCU
Tenaga perawatan HCU adalah tenaga perawat terlatih dengan pendidikan
minimal lulus PPGD.
c. Bila HCU dalam keadaan kosong, maka petugas HCU sebagian membantu
keruang IGD dan rawat inap lainnya yang lebih banyak membutuhkan tenaga,
sebagian mengerjakan administrasi dan melakukan perawatan alat – alat.

RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 4

Calibri 12 bold miring


B. DISTRIBUSI KETENAGAAN

Pola pengaturan ketenagaan Instalasi High Care Unit yaitu :


1. Untuk Dinas Pagi :07.00-14.00 wib
Yang bertugas sejumlah 2 (dua) orang dengan standar minimal bersertifikat PPGD
Kategori :
1 orang Ka Ru
1 orang Pelaksana
2. Untuk Dinas Sore :14.00-21.00 wib
Yang bertugas sejumlah 2 ( dua ) orang dengan standar minimal bersertifiat BLS
Kategori :
1 orang penanggung jawab perawat( HCU)
1 orang perawat pelaksaan ruangan.
3. Untuk Dinas Malam :21.00-0.7.00 wib
Yang bertugas sejumlah 2 ( dua ) orang dengan standar minimal bersertifikaBLS
Kategori :
1 orang Katim (HCU)
1 orang Pelaksana (HCU)

1 PENGATURAN JAGA
1. Dokter Spesialis Konsultan
a. Pengaturan dokter spesialis konsulen sesuai dengan disiplin ilmu masing -
masing
b. Dokter spesialis konsultan harus bisa dihubungi sewaktu - waktu jika diperlukan.
c. Jika salah satu dokter konsultan berhalangan hadir maka wajib memberitahu 1
hari sebelumnya dan kemudian dialihkan ke dokter konsultan lainnya dalam
displin ilmu yang sama
d. Dokter jaga
e. Pengaturan jadwal dokter jaga sesuai dengan jadwal jaga dokter IGD
2. Pengaturan Jaga Perawat HCU
a. Pengaturan jadwal dinas perawat HCU dibuat dan di pertanggung jawabkan oleh
koordinator ruangan HCU.

RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 5

Calibri 12 bold miring


b. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke perawat
pelaksana HCU setiap satu bulan.
c. Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka
perawat tersebut dapat mengajukan permintaan dinas pada buku permintaan.
Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada (apabila tenaga
cukup dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan
disetujui).
d. Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift ( PJ Shift)
dengan syarat pendidikan minimal D III Keperawatan dan masa kerja minimal 2
tahun, serta memiliki sertifikat tentang kegawat daruratan.
e. Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas malam, libur
dan cuti.
f. Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga
sesuai jadwal yang telah ditetapkan ( terencana ), maka perawat yang
bersangkutan harus memberitahu Karu HCU : 2 jam sebelum dinas pagi, 4 jam
sebelum dinas sore atau dinas malam. Sebelum memberitahu Koordinator HCU,
diharapkan perawat yang bersangkutan sudah mencari perawat pengganti,
Apabila perawat yang bersangkutan tidak mendapatkan perawat pengganti,
makaKoordinator HCU akan mencari tenaga perawat pengganti yaitu perawat
yang hari itu libur atau perawat HCU yang tinggal tidak jauh dari Rumah Sakit.
g. Apabila ada tenaga perawat tiba – tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah
ditetapkan ( tidak terencana ), maka Koordinator HCU akan mencari perawat
pengganti yang hari itu libur atau perawat HCU yang tempat tinggalnya tidak
jauh dari RS.. Apabila perawat pengganti tidak di dapatkan, maka perawat yang
dinas pada shift sebelumnya wajib untuk menggantikan.(Prosedur pengaturan
jadwal dinas perawat HCU sesuai SOP terlampir).

RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 6

Calibri 12 bold miring


BAB III

STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANGAN

Memanfaatkan ruangan yang ada di RS Siti Fatimah tulangan dan menyesuaikan dengan
kondisi yang ada, lokasi HCU berada dekat dengan Kamar Bedah .IGD, Ruang Bersalin
dan kamar Operasi. Desain HCU mengupayakan terjadinya kondisi:
1. Terisolasi
2. Memiliki akses masuk tersendiri.
3. Ditempatkan Alat Pemadam Kebakaran.
4. Memiliki Instalasi pipa air.
5. Suhu dan kelembaban diatur dengan AC.
6. Memiliki akses komunikasi memadai.
7. Memiliki instalasi untuk kebutuhan monitor pasien.
8. Kualitas udara, lantai, air, AC dan kelembaban di kontrol dengan pembiakan kuman
secara berkala.
Ruang HCU dibagi menjadi beberapa area yang terdiri :
1. Area pasien.
a. Satu ruangan ruangan yaitu HCU
Ruangan HCU
1) Terdiri dan 3 tempat tidur
2) Diutamakan untuk pasien – pasien secara umumkegawatan sesuai kriteria
masuk
3) Ruangan HCU disini diperuntukkan bukan untuk pasien Haematemisis
melena dan bukan untuk kasus droplet /airbom infection dan pasien sirosis
hepatis
4) Merawat pasien secara umum yang sesuai dengan indikasi pasien masuk HCU
b. Area pasien merupakan ruangan terbuka HCU dengan luas ruangan 3 x 3m persegi
dengan jarak antar tempat tidur ± 1 m.
c. Setiap ruangan ada wastafel tempat untuk cuci tangan
d. Satu tempat tidur ada satu outlet oksigen dan untuk yang di ruang HCU

RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 7

Calibri 12 bold miring


e. Di setiap tempat tidur terdapat 3 stop kontak, dan di sediakan stop kontak
sambungan jika diperlukan.
2. Area kerja meliputi
Suhu ruangan diusahakan 22-25° C, nyaman , energi tidak banyak keluar:
a. Nurse Station berada ditengah - tengah
b. Almari untuk data
c. Troley untuk alkes
d. Troley Tindakan
e. Troley emergency
f. R. tempat penyimpanan barang & obat
g. Ruang penyimpanan alat medis bersih, pompa infus, pompa syynge, cairan, dan
linen bersih.
h. Almari pendingin (kulkas) Sumber air, Sumber listrik cadangan/ generator,
emergency lamp,
i. Suction mobile
3. Ruangan yang berfungsi sebagai gudang tempat penyimpanan alat - alat rumah
tangga.
4. Ruang pembuangan alas bahan kotor
5. Ruang tunggu keluarga pasien.
6. Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
7. Tempat tidur2 crakc yang beroda dan dapat diubah dengan segala posisi.
8. Tempat observasi dokter & perawat di tengah ruangan .

RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 8

Calibri 12 bold miring


Denah Ruangan HCU
PINTU
UBS
NERS STATION ALMARI OBAT
MEJA OBS

W T G
R R R O U
D
w I A
RR
R R R N
f W
masuk/keluar
Pintu

1 F L G
2 3
KET: Rak Sepatu
HCU
Kabinet Pasien
Wastafel
H H H L

SPOEL HOCK
E
C C C M
A
U U U R
PINTU I
1 2 3
KAMAR GANTIPETUGAS

KET: Rak Sepatu


Kabinet Pasien
Wastafel (WF)
Tempat Sampah

B. STANDAR FASILITAS
High Care Unit HCU RS Aisyiyah “ Siti Fatimah” Tulangan berlokasi di lantai 1 gedung
utama yang terdiri dari 1ruangan High Care Unit dan 1 ruang Recovery Room.Ruangan
Recovery Room terdiri dari 2 ( Dua ) tempat tidur , ruangan High Care Unit HCU terdiri
dari 3(tiga ) tempat tidur
1. Peralatan
Peralatan yang tersedia di HCU mengacu kepada buku pedoman pelayanan
High Care Unit ( HCU ) Departermen Kesehatan RI untuk penunjang kegiatan

RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 9

Calibri 12 bold miring


pelayanan terhadap pasien kritis. Alat yang tersedia adalah bersifat life saving untuk
kasus kegawatan jantung seperti monitor dan defribrilator.
a. Alat – alat untuk resusitasi :
1) Suction Mobile ( 1 set )
2) Oxigen mobile lengkap dengan flowmeter ( 4 set )
3) Laringoskope anak & dewasa ( 1 set )
4) Oropharingeal air way ( sesuai kebutuhan )
5) Infus set / transfusi set ( 2/ 1 buah )
6) Bed pasien2 crak , ada gantungan infus & pelindung ( 1 buah )
7) Infus pump (1 Buah )
8) Syringe pump ( 3 Buah )
9) Monitor EKG ( 3 buah )
10) Trolly Emergency yang berisi alat – alat untuk melakukan resusitasi (1
Trolly)
11) Ambu bag Dewasa ( 1 buah )
12) Stetoskop ( 1buah )
13) Tensi meter ( 1 buah )
14) Thermometer ( 2 buah )
15) Standart Infus ( 3 buah )
16) Jasksen rees Anak dan Dewasa ( 1 Set )
17) Alat GDA
18) Alat nebulizer

b. Alat – alat dalam trolly emergency


1) Obat Life saving ( terlampir pada standar obat HCU RSAF)
2) Obat penunjang ( terlampir pada standar obat HCU RSAF)
3) Alat – alat kesehatan
a) Ambu bag / Air viva untuk dewasa & anak ( 1 buah / 1 buah )
b) Oropharingeal airway ( sesuai Ukuran)
c) Laringoscope dewasa & anak ( 1 set )
d) Simple mask (3 buah )
e) Mask N rebreathing anak dan dewasa ( 2 buah )
f) Urine bag non steril ( 3 buah ) Spuit semua ukuran

RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 10

Calibri 12 bold miring


g) Infus set & blood set ( 1 set)
h) Eletroda anak & dewasa
i) Endotracheal tube ( dewasa & anak )
 Nomer 2.5 ( 1 buah )
 Nomer 3 ( 1 buah )
 Nomer 4 ( 1 buah )
 Nomer 7 ( 1 buah )
 Nomer 7.5 ( 1 buah )
 Nomer 8 ( 1 buah )
j) Slang oksigen sesuai kebutuhan

2. Standar Obat HCU RS Aisyiyah “ Siti Fatimah” Tulangan


a. OBAT LIVE SAVING
1) Injeksi
No Nama Obat Kemas Jumlah Jenis Obat
an
1 SM 40% Flash 2
2. MEYLON INJ Flash 1
3. D 40 Flash 2
4 KCL INJ Flash 1
5. EPINEPRIN INJ Ampul 2
6. SA INJ Ampul 10
7 EPHEDRIN INJ Ampul 1
8 LASIX INJ Ampul 2
9. DOPAMIN INJ Ampul 1
10. VASCON NIJ Ampul 1
11. TIARIT INJ Ampul 2
12 AMIODARONE INJ Ampul 1
13 FARMABES INJ VIAL 1
14 PLASMINEX INJ Ampul 1
15 BENODON INJ Ampul 1
16 PHENITOIN INJ Ampul 5

RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 11

Calibri 12 bold miring


17. DIPHENHIDRAMIN Ampul 2
18 KORTIDEX INJ Ampul 1

2) Cairan Infus
No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Cairan

1. Asering Kolf 1
2. Ringer lakta Kolf 2
3. Dextrose 5 % 500 ml Kolf 1
4. Dextrose 10 % 500ml Kolf 1
5. Wida Hes Kolf 2
6. RD5% Kolf 1
7. NaCL 100 cc Kolf 2
8. Nacl 500 cc Kolf 2

3. Peralatan lain di Ruang HCU


a. Peralatan yang berupa set instrumen, alat kesehatan disposible harus dalam
keadaan steril.
b. Resterilisasi alat HCU diiakukan setiap 3 x 24 jam sekali.
c. Instrumen, alat - alat suction, bila selesai dipakai pada pasien.direndam dengan
cairan desinfektan (garnisep )baru kemudian disterilkan di ruang sterilisasi.
d. Setiap pasien yang memeriukan suction harus mempunyai slang suction sendiri
- sendiri dan diganti dalam waktu 1 x 24 jam.
e. Penggunaan kom untuk suction diganti dalam waktu 1 x 24 jam dan tiap-tiap
pasien sendiri - sendiri
f. Set linen yang dipakai dengan perbandingan 1 TT: 2 set linen
4. Pemeliharaan, Perbaikan Dan Kalibrasi Peralatan
1. Semua peralatan diatas dapat berfungsi dengan baik disertai adanya program
kalibrasi dan pemeliharaan masing-masing alat yang dilakukan 1tahun sekali
2. Penggunaan alat dicatat dalam lembar pemakaian peralatan dan masing -masing
alat pemakaiannya sendiri-sendiri
3. SOP penggunaan Alat - alat sudah terpasang pada masing - masing alat tersebut.

RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 12

Calibri 12 bold miring


4. Pemeliharaan Peralatan diiakukan setiap selesai dipergunakan, dan
pemeliharaan rutin satu kali seminggu, kemudian dicatat dalam lembar
pemeliharaan alat. Masing - masing alat punya catatan pemeliharaan sendiri

RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 13

Calibri 12 bold miring


BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. PENGORGANISASIAN
1. Kedudukan HCU
Secara struktural HCU dapat berada di bawah Departemen/ KSM/Instalasi tertentu
sesuai dengan klasifikasi dan jenis Rumah Sakit termasuk ketersediaan fasilitas,
sarana prasarana dan peralatan kedokteran serta tenaga kesehatan.Untuk
mewujudkan pelayanan HCU yang optimal perlu adanya kebijakan tata kelola
manajemen tertulis meliputi uraian tugas dan tanggung jawab yang terinci maupun
secara klinis/teknis medis yang dituangkan dalam standar prosedur operasional
HCU.

B. TATA LAKSANA PENDAFTARAN PASIEN MASUK HCU.


1. Petugas Penanggung Jawab
a. Perawat HCU
b. Petugas Admission
2. Perangkat Kerja
a. Status Medis
3. Tata Laksana Pendaftaran Pasien UGD
a. Pendaftaran pasien yang datang ke IGD dilakukan oleh pasien / keluarga dibagian
admission ( SPO – IGD )
b. Bila keluarga tidak adapetugas IGD bekerja sama dengan securiti untuk mencari
identitas pasien
c. Sebagai bukti pasien sudah mendaftar di bagian admission dan bersedia masuk
perawatan HCU maka akan memberikan status untuk diisi oleh dokter IGD yang
bertugas
d. Bila pasien dalam keadaan gawat darurat, maka akan langsung diberikan
pertolongan di IGD, sementara keluarga / penanggung jawab melakukan
pendaftaran di bagian administrasi
e. Setelah semua dilakukan tindakan di IGD sesuai prosedur maka pasien dapat di
pindahkan ke ruangan HCU

RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 14

Calibri 12 bold miring


C. TATA LAKSANA SISTIM KOMUNIKASI HCU
1. Petugas Penanggung Jawab
a. Petugas Operator
b. Perawat HCU
2. Perangkat Kerja
a. Pesawat telpon
b. Hand phone
3. Tata Laksana Sistim Komunikasi
a. Antara HCU dengan unit lain dalam RS Aisyiyah “ Siti Fatimah” Tulangan
adalah dengan nomor extension masing-masing unit / dengan HT ( SPO – HCU
– 000 )
b. Antara HCU dengan dokter konsulen / rumah sakit lain / yang terkait dengan
pelayanan diluar rumah sakit adalah menggunakan pesawat telephone langsung
dari pesawat telpon HCU oleh dokter/perawat jaga atau melalui bagian operator
( SPO - HCU – 000 )
c. Antara HCU dengan petugas ambulan yang berada dilapangan menggunakan
pesawat telephone dan handphone ( SPO – HCU – 000 )
d. Dari luar RS Aisyiyah “ Siti Fatimah” Tulangan dapat langsung melalui operator

D. PENYELENGGARAAN PELAYANAN HCU


Penyelenggaraan pelayanan HCU harus memperhatikan ketersediaan SDM
Kesehatan, sarana, prasarana dan peralatan yang tersedia di rumah sakit serta beban kerja
pelayanan, memperhatikan tata letak ruangan/bangunan dan kemudahan akses dengan
unit pelayanan lain yang terkait.
1. Pelayanan HCU
Pelayanan HCU adalah tindakan medis yang dilaksanakan melalui pendekatan Tim
multidisiplin yang terdiri dari Dokter Spesialis dan Dokter serta dibantu oleh Perawat
yang bekerja secara interdisiplin dengan fokus pelayanan pengutamaan pada pasien
yang membutuhkan pengobatan, perawatan dan observasi secara ketat sesuai dengan
standar prosedur operasional yang berlaku di Rumah Sakit.
Pelayanan HCU meliputi pemantauan pasien secara ketat, menganalisis hasil

RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 15

Calibri 12 bold miring


pemantauan dan melakukan tindakan medik dan asuhan keperawatan.

Ruang lingkup pemantauan yang harus dilakukan antara lain:


a. Tingkat kesadaran.
b. Fungsi pernapasan dan sirkulasi dengan interval waktu minimal 4 (empat) jam
atau disesuaikan dengan keadaan pasien.
c. Oksigenasi dengan menggunakan oksimeter secara terus menerus.
d. Keseimbangan cairan dengan interval waktu minimal 8 (delapan) jam atau
disesuaikan dengan keadaan pasien.
Tindakan medik dan asuhan keperawatan yang dilakukan adalah:
a. Bantuan Hidup Dasar / Basic Life Support (BHD/BLS) dan Bantuan Hidup
Lanjut/Advanced Life Support (BHL/ALS)
b. jalan nafas (Airway):
Membebaskan jalan nafas (sampai dengan melakukan intubasi endotrakeal).
c. Pernafasan/ventilasi (Breathing) :
d.Mampu melakukan bantuan nafas (breathing support).
Sirkulasi (Circulation) :
1) Mampu melakukan resusitasi cairan
2) Mampu melakukan defibrilasi
3) Mampu melakukan kompresi jantung luar
e. Terapi oksigen.
f. Penggunaan obat-obatan untuk pemeliharaan/ stabilisasi (obat inotropik, obat
anti nyeri, obat aritmia jantung, obat-obat yang bersifat vasoaktif, dan lain-lain).
g. Nutrisi enteral atau parenteral.
h. Fisioterapi sesuai dengan keadaan pasien.
i. Evalusi seluruh tindakan dan pengobatan yang telah diberikan.

E. INDIKASI MASUK DAN INDIKASI KELUAR


Penentuan indikasi pasien yang masuk ke HCU dan keluar dari HCU serta pasien yang
tidak dianjurkan untuk dirawat di HCU ditentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1.1Kriteria masuk

RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 16

Calibri 12 bold miring


Pasien yang masuk ke HCU harus sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh Rumah
Sakit ‘Aisyiyah Siti Fatimah’Tulangan, antara lain :
1. Pada pasien dewasa digunakan penilaian dengan skor NEWS. Skor ≥ 7 :
dipertimbangkan masuk HCU untuk observasi secara kontinue.
2. Untuk pasien anak digunakan penilaian dengan skor Ped NEWS, bila skor ≥ 6, pasien
dipertimbangkan masuk HCU untuk observasi ketat.
3. Hasil laboratorium (hasil terkini) :
a. Nilai natrium serum < 110 mEq/L atau > 170 mEq /L.
b. Nilai kalium serum < 2.5 mEq/L atau > 6.0 mEq/L, dengan tanda-tanda gangguan
jantung.
c. PaO2 < 50 mmHg dengan menggunakan suplementasi oksigen sungkup muka 6 lpm.
d. pH < 7.1 atau pH > 7.7 dengan gangguan metabolik disertai gangguan metabolic
lainnya.
e. Kadar glukosa serum > 800 mg/dl disertai gangguan metabolik lainnya.
f. Kadar kalsium serum > 15 mg/dl disertai gangguan metabolik lainnya.
g. Tingkat keracunan obat atau substansi kimia lain yang mempengaruhi pasien secara
hemodinamik/ neurologik.
h. Cardiac Troponin T positif.
i. Hitung trombosit < 40,000 dengan tanda perdarahan aktif dan atau gangguan
hemodinamik (syok).
j. Kadar Keton >1 mmol/L
4. Radiografi/ Ultrasonografi/CT scan (hasil terkini)
a. Perdarahan vaskuler serebral, kontusio atau perdarahan subarachnoid dengan
perubahan status mental atau tanda-tanda neurologis, cedera kepala sedang sampai
berat.
b. Aspirasi berat, kongestif paru (kor pulmonale), hematothoraks, pneumothoraks
dengan hemodinamik yang tidak stabil.
c. Fraktur cervical dan daerah wajah dengan ancaman gagal napas.
d. Fraktur pelvis, robeknya kandung kemih, hati, varises esofagus atau uterus dengan
hemodinamik yang tidak stabil.
e. Aneurisma aorta disekti.
5. Elektrokardiogram
a. Infark Myocardial dengan aritmia kompleks, ketidakstabilan hemodinamik atau
RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 17

Calibri 12 bold miring


gagal jantung kongestif.
b. Ventrikular Ekstra Sistole Maligna Bigemini, Salvo, Multifokal/Multiform, R on T
yang berpotensi menjadi Takikardi Ventrikuler atau Fibrilasi Ventrikel.
c. Blok jantung komplit dengan hemodinamik yang tidak stabil, LBBB komplit baru.

1.1.2 Indikasi Masuk


a. Pasien dengan gagal organ tunggal yang mempunyai risiko tinggi untuk terjadi
komplikasi.
b. Pasien yang memerlukan perawatan perioperatif.
Contoh kasus indikasi pasien masuk HCU berdasarkan system organ tubuh :
1) SISTEM PERNAPASAN
 Gangguan pernafasan yang memerlukan fisiotherapi intensif dan agresif
2) SISTEM KARDIOVASKULER
 Miokard Infark dengan hemodinamik stabil
 Gangguan irama jantung dengan hemodinamik stabil
 Hypertensi urgency tanpa gagal organ target

 Gangguan irama jantung yang memerlukan pacu jantung


sementara/menetap dengan hemodinamika stabil.
 Gagal jantung kongestif NYHA Class I dan II.
 Hipertensi "urgensi" tanpa ada gagal organ target
3) SISTEM SARAF
 Cedera kepala ringan / sedang dengan hemodinamik stabil
 Stroke yang stabil dan memerlukan tirah baring dan memerlukan pemeliharaan
jalan nafas secara khusus
 Cedera sumsum tulang belakang stabil
4) SISTEM PENCERNAAN
 Perdarahan saluran cerna bagian atas tanpa hypotensi
 Perdarahan saluran cerna bagian atas yang mau berespon terhadap pemberian cairan
5) SISTEM ENDOKRIN
 KAD dengan pemberian insulin konstan
 Hypoglikemi dengan hemodinamik stabil
6) PEMBEDAHAN
 Pasca bedah dengan hemodinamik stabil tapi masih memerlukan resusitasi cairan
7) KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
Preeklamsi pada kehamilan / pasca persalinan

RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 18

Calibri 12 bold miring


1.2. Kriteria pasien yang tidak memperlukan HCU
1. Pasien mati batang otak (MBO), kecuali yang merupakan donor organ
2. Pasien prioritas 1 atau 2 yang menolak perawatan / tindakan agresif di HCU
3. Pasien dengan keadaan vegetatif atau permanen
4. Pasien dengan keadaan stabil dengan resiko yang rendah untuk menjadi berbahaya
5. Pasien dalam stadium akhir ( End – Stage ) penyakit – penyakit

1.3. Kriteria pasien keluar dari HCU


1. Apabila kegawatan penyebab masalah kesehatan pasien sudah teratasi.
2. Skor NEWS pada pasien dewasa sudah < 7 atau terdapat < 3 pada salah satu parameter.
3. Sudah mendapat persetujuan dari Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP).
4. Hasil pemeriksaan diagnostic dalam batas normal atau sudah mendekati normal.
5. Keluhan nyeri dada/tidak nyaman yang telah hilang atau berkurang selama minimal 12
jam.
6. EKG menunjukkan irama sinus normal atau Atrial fibrilasi dengan klinis dan
hemodinamik stabil. Tanpa menggunakan obat untuk memacu kontraksi jantung
(inotropik dan atau vasoaktif) atau hanya satu obat untuk memacu jantung dengan dosis
minimal.
7. Tekanan darah > 90/60 mmHg.
8. Tekanan darah < 140/90 mmHg untuk pasien tanpa hypertensi dan Tekanan Darah <
160/100 mmHg untuk pasien dengan riwayat hipertensi emergensi.
9. HR : < 100 x / menit , > 60 x / menit dengan hasil EKG yang tidak mengancam jiwa
10. Terapi atau pemantauan intensif tidak diharapkan bermanfaat atau tidak memberikan
hasil pada pasien sedangkan pasien pada waktu itu tidak menggunakan bantuan mekanis
khusus ( seperti ventilasi mekanis ), misalnya:
a. Pasien mengalami MBO ( Brainsterm Death )

b. Pasien mencapai stadium akhir ( Ards Stadium Akhir )

11. Dalam hal ini pengeluaran pasien dari ICU dilakukan setelah memberitahu dan disetujui
oleh keluarga terdekat pasien.
12. Pasien atau keluarga menolak untuk dirawat lebih lanjut ICU ( Keluar Paksa )
13. Pasien hanya memerlukan observasi intensif saja, sedangkan ada pasien yang lebih
gawat lagi yang memerlukan terapi dan observasi yang lebih intensif.

RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 19

Calibri 12 bold miring


Tabel 1.1 National Early Warning Score (NEWS)

Parameter fisiologis 3 2 1 0 1 2 3

Pernafasan (x/menit) ≤8 9-11 12-20 21-24 ≥ 25

Saturasi O2(%) ≤ 91 92-93 94-95 ≤ 96

Suplementasi O2 Ya Tidak

Suhu (Celsius) ≤ 35 35.1-36 36.1-38 38.1-39 ≥ 39.1

101- 111- ≥ 220


TD sistolik ≤ 90 91-100
110 219
Denyut Jantung 111- ≥ 131
≤ 40 41-50 51-90 91-110
(x/menit) 130
V,P
Tingkat Kesadaran A atau U

Catatan :

 Pasien dalam pengaruh sedasi, penilaian kesadaran disesuaikan .


 Pasien gagal napas hiperkapnea sehubungan dengan PPOK, target saturasi O2 88-92%.
Skor pasien tetap dicatat bila saturasi O2 < 92%, kecuali penilaian dilakukan oleh klinisi
yang kompeten dan target saturasi O2 pasien sudah tertulis dalam rekam medis.
 Semua suplementasi oksigen, harus dicantumkan.
Tabel 1.2 Respon klinis terhadap penggunaan NEWS

Skor NEWS Frekuensi Monitoring Respon klinis

0 ≥ per 12 jam Lanjutkan monitoring dengan skor NEWS

1-4 ≥ 4-6 jam  Tentukan perawat yang harus melakukan


pengkajian
 Tentukan perawat yang dapat mengambil
keputusan apabila terdapat kebutuhan
penambahan observasi dan atau terjadi

RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 2


0
Calibri 12 bold miring
perubahan klinis
≥ 5 atau 3 ≥ satu jam  Perawat segera melapor ke Dokter Jaga
pada  Pengkajian segera dilakukan oleh Dokter
Jaga
salah satu
 Pasien dipindahkan ke ruang perawatan
parameter dengan Monitor

F. INFORMEDCONSENT
1. Sebelum pasien dimasukkan di HIGH CARE UNIT( HCU ), pasien dan atau
ketuarganya harus mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang dasar
pertimbangan mengapa pasien harus mendapatkan perawatan di ruang HCU, serta
berbagai macam tindakan kedokteran yang mungkin diiakukan selama pasien dirawat
di ruang HCU serta prognosa penyakit yang diderita pasien
2. Penjelasan tersebut diberikan oleh petugas IGDatau dokter yang bertugas pada saat
itu
3. Setelah mendapatkan penjelasan , pasien dan atau keluarganya bisa menerima atau
tidak bisa menerima.
4. Pernyataan pasien dan atau ketuarganya tersebut harus dinyatakan dalam formulir
yang ditanda tangani.
5. Pasien dan keluarga harus memematuhi peraturan di RS sesuai dengan yang tertera
di General Concent ( terlampir )

H. ALUR PELAYANAN
Pasien yang mendapatkan pelayanan HCU dapat berasal dari:
1. Pasien dapat berasal dari ICU
2. Pasien dapat berasal dari iGD
3. Pasien dapat berasal dari Kamar Operasi
4. Pasien dapat berasal dari bangsal (Ruang Rawat Inap)

RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 21

Calibri 12 bold miring


Bagan Alur Pelayanan HIGH CARE UNIT( HCU ) di Rumah Sakit

PASIEN GAWAT

TIDAK YA

IGD
POLIKLINIK

KAMAR ICU HCU RUANG RAWAT


OPERASI INAP

G. KEBIJAKAN DAN PROSEDUR


1. Pelayanan dan Pengelolaan HIGH CARE UNIT( HCU ) dilaksanaan mengacu pada
Kebijakan dan prosedur tertulis.

RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 2


2
Calibri 12 bold miring
2. Prosedur pengelolaan dan pelayanan HIGH CARE UNIT( HCU ) secara rinci diatur
dalam tiap-tiap SPO.
SPO di HIGH CARE UNIT( HCU ) meliputi:
a. SPO Pemasangan stomach tube
b. SPO Balance cairan
c. SPO Penggunaan alat medis, antara lain:
a) Patien Monitor
b) Syringe pump
c) Suction
3. Secara berkala dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pengelolaan dan pelayanan
di HIGH CARE UNIT( HCU )
4. Prosedur Penyediaan Alat Kesehatan Dan Obat - obatan
a. Tersedianya obat - obat emergency di troly emergency yang memadai untuk
menunjang life saving, seperti Sulfas Atropin, Adrenalin, Anti Aritmia, lidokain,
dopamine dan lain - lain
b. Obat - obat tersebut diletakkan di tempat yang mudah terjangkau untuk memudahkan
dalam penggunaan saat tindakan emergency ke pasien.
c. Tersedianya alkes, cairan infus dan alat - alat yang menunjang untuk kebutuhan
emergency yang diletakkan di tempat yang mudah terjangkau, seperti : Nasopharing,
Oropharing, Laringoscop, Endotrakeal Tube, alat ventilasi manual, masker oksigen,
infus RL, NaCl 0,9 %, Koloid 6 %, dan juga spuit dari ukuran 1 cc hingga 50 cc
beserta water injeksi.
d. Daftar obat - obatan emergency dan alat - alat kesehatan sebagaimana tercantum
dalam daftar
5. Perencanaan Peralatan / Peremajaan
a. Program Perencanaan peralatan dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan rumah sakit, apabila ada hal - hal yang insidentil dan mendesak bisa
dilaksanakan sewaktu -waktu.
b. Peremajaan peralatan diiakukan bekerjasama dengan Logistik, Keuangan dan
Pihak terkait dari peralatan tersebut

H. PENANGGULANGAN KEGAWATAN
1. Jenjang terapi henti jantung (Algoritma)

RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 2


3
Calibri 12 bold miring
a. Bantuan Hidup Dasar yang harus diberikan adalah Airway, Breathing, Circulation
tanpa alat dan dengan alat11 SELALU "harus segera diberikan pada pasien yang henti
nafas dengan atau tanpa henti jantung.
b. Diagnosis henti nafas diiakukan dengan cara :
• Look, Listen dan Feel
• Meraba nadi carotis dan femoralis pada pasien dewasa
• Meraba nadi brachialis pada pasien bayi
c. Denyut nadi negative berarti henti jantung telah terjadi
d. Algoritma penanganan henti jantung (terlampir)
ALGORITMA HENTI JANTUNG

RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 2


4
Calibri 12 bold miring
1. VENTRICULER FIBRILASI
VF

2. VENTRICULER TACHICARDIA
( VT – PULSELESS )

RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 2


5
Calibri 12 bold miring
RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 2
6
Calibri 12 bold miring
RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 2
7
Calibri 12 bold miring
RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 2
8
Calibri 12 bold miring
RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 2
9
Calibri 12 bold miring
RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 3
0
Calibri 12 bold miring
3. VT / VF Tanpa Denyut Carotis (PULSESES)
a. Harus segera mendapatkan defibrilasi
Jika tidak ada defibrillator BHD harus segera dimulai
b. Jika henti jantung sempat disaksikan dimonitor maka lakukan resusitasi awal dengan
PRECORDIAL THUMP
4. Bukan VF / VT
Prognosis sangat jelek, kecuali penyebab segera dapat segera dikoreksi
5. Asistole
a. Penting sekali dipastikan kabel elektroda tidak tetiepas
b. BHD harus segera dimulai selama 3 menit, pastikan jalan nafas terbuka
c. Lakukan intubasi dan berikan ventilasi dengan oksigen 100%
d. Pertahankan akses intravena untuk jalus obat - obat resusitasi agar segera beredar
dalam sirkulasi sistemik.
6. EMD/PEA
a. ECG masih menunjukkan irama yang seolah - olah diikuti adanya sirkulasi darah
(curah jantung memadai) tetapi denyut nadi carotis tidak ada / henti jantung.
b. Pertolongan mungkin bisa berhasil jika penyebab henti jantungnya dapat dikoreksi
c. Lakukan BHD sambil mencari faktor 4 H ( Hypoxia, Hypovolemia, Hyperkalemia /
Hypokalemia, Hypotermia ) dan 4 T ( Tension Pneumothorax, Tamponade Jantung,
Thromboemboli, Toksik / Over Dosis Obat)
7. Obat - obatan untuk Resusitasi Jantung Paru
a. Epinephrin (Adrenalin )
1) Indikasi : henti jantung (VF, VT tanpa nadi, asistole, PEA) , bradikardi, reaksiatau
syok anfilaktik, hipotensi.
2) Dosis 1 mg iv bolus dapat diutang setiap 3-5 menit, dapat diberikan intratrakeal atau
transtrakeal dengan dosis 2-2,5 kali dosis intra vena. Untuk reaksi reaksi atau syok
anafilaktik dengan dosis 0,3-0,5 mg sc dapat diulang setiap 15-20 menit. Untuk
terapi bradikardi atau hipotensi dapat diberikan epinephrine perinfus dengan dosis
1mg (1 mg = 1 ; 1000) dilarutkan dalam 500 cc NaCI 0,9 %, dosis dewasa 1 mg/mnt
dititrasi sampai menimbulkan reaksi hemodinamik, dosis dapat mencapai 2-10
mg/mnt

RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 31

Calibri 12 bold miring


3) Pemberian dimaksud untuk merangsang reseptor ft adrenergic dan meningkatkan
aliran darah ke otak dan jantung
b. Lidokain (lignocaine, xylocaine)
1) Pemberian ini dimaksud untuk mengatasi gangguan irama antara lain VF, VT,
Ventrikel Ekstra Sistoi yang multipel, multifokal, konsekutif / salvo dan R on T
2) Dosis 1-1,5 mg/kg BB bolus i.v dapat diulang dalam 3 - 5 menit sampai dosis
total 3 mg/kg BB dalam 1 jam pertama kemudian dosis drip 2-4 mg/menit sampai
24 j dapat diberikan intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 2-2,5 kali dosis IV
3) Kontra indikasi : alergi, AV blok derajat 2 dan 3, sinus arrest dan irama
idioventrikuler
c. Sulfas Atropin
1) Merupakan antikolinergik, bekerja menurunkan tonus vagal dan memperbaiki
sistim konduksi AtrioVentrikuler
2) Indikasi : asistole atau PEA lambat (kelas II B), bradikardi (kelas II A) selain AV
blok derajat fl tipe 2 atau derajat ill (hati-hati pemberian atropine pada bradikardi
dengan iskemi atau infark miokard), keracunan organopospat (atropinisasi)
3) Kontra indikasi : bradikardi dengan irama EKG AV blok derajat II tipe 2 /derajat
III.
4) Dosis 1 mg IV bolus dapat diulang dalam 3-5 menit sampai dosis total 0,03-0,04
mg/kg BB, untuk bradikardi 0,5 mg IV bolus setiap 3-5 menit maksimal 3 mg. dapat
diberikan intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 2-2,5 kali dosis intra vena
diencerkan menjadi 10 cc
d. Natrium bikarbonat (Nabic)
1) Diberikan untuk dugaan hiperkatemia (kelas I), setelah sirkulasi spontan yang
timbul pada henti jantung lama (kelas II B), asidosis metabolik karena hipoksia
(kelas III) dan overdosis antidepresi trisiklik.
2) Dosis 1 meq/kg BB bolus dapat diulang dosis setengahnya.
3) Jangan diberikan rutin pada pasien henti jantung.
e. Kalsium gluconat / Kalsium klorida
1) Digunakan untuk perbaikan kontraksi otot jantung, stabilisasi membran sel otot
jantung terhadap depolarisasi. Juga digunakan untuk mencegah transfusi masif atau
efek transfusi akibat darah donor yang disimpan lama

RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 3


2
Calibri 12 bold miring
2) Diberikan secara pelahan-lahan (V selama 10-20 menit atau dengan menggunakan
drip
3) Dosis 4-8 mg/Kg BB untuk kalsium glukonat dan 2-4 mg/Kg BB untuk Kalsium
klorida. Dalam tranfusi, setiap 4 kantong darah yang masuk diberikan 1 ampul
Kalsium gluconat
8. Obat - obat pada periode peri arrest
1) Dopamin
a) Untuk merangsang efek alfa dan beta adrenergic agar kontraktiiitas miokard, curah
jantung (cardiac output) dan tekanan darah meningkat
b) Dosis 2-10 ug/kgBB/menit dalam syringe pump.
2) Digoxin
a) Indikasi Fibrilasi Atrium dengan respon ventrikel cepat
b) Kegagaian ventrikel kiri
c) DosisAwal : 0,5 mg dilarutkan dalam 10 cc D5 % IV diberikan selama 10 menit
d) Lanjut : 0,25 mg oral ( 1 / 2 kali) sampai tercapai dosis total 0,75-1mg
e) / 24jam
3) Verapamil
a) Indikasi SVT dan Angina Pectoris
b) Dosis awal diberikan 5 - 10 mg IV dalam 2 menit dapat diulang 5 mg lagi setelah 5
menit
c) Verapamil IV hanya diberikan pada SVT yang sudah pasti karena efek inotropik
negatifnya cukup besar.
d) Efek anti aritmia berlangsung sekitar 6 jam
4) Dobutamin
a) Efek inotropik positif pada infark miokard,bedah jantung, kardiomiopati, syok
septik dan syok kardiogenik (IONI hal 173, 2008)
b) Dobutamin bekerja dengan memperkuat daya kontraksi jantung akibat stimulasi 01
adrenoreseptor di jantung. Dobutamin juga berdaya vasodilatasi karena stimulasi
D2 reseptor (Tan Hoan Tjay hal 599, 2007).

9. Obat - obat emergency lainnya


a) Magnesium Sulfat

RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 3


3
Calibri 12 bold miring
1) Direkomendasikan untuk pengobatan Torsades de pointes pada ventrikel takikardi,
keracunan digitalis.Bisa juga untuk mengatasi preeklamsia
2) Dosis untuk Torsades de pointes 1-2 gr dilarutkan dengan dektrose 5% diberikan
selama 5-60 menit. Drip 0,5-1 gr/jam iv selama 24 jam
b) Morfin
1) Sebagai analgetik kuat, dapat digunakan untuk edema paru setelah cardiac arrest.
2) Dosis 2-5 mg dapat diulang 5-30 menit
c) Kortikosteroid
Digunakan untuk perbaikan paru yang disebabkan gangguan inhalasi dan untuk
mengurangi edema cerebri
d) Furosemide
1) Digunakan untuk mengurangi edema paru dan edema otak
2) Efek samping yang dapat terjadi karena diuresis yang beiiebih adalah hipotensi,
dehidrasi dan hypokalemia
3) Dosis 20 - 40 mg intra vena
e) Diazepam
1) Digunakan untuk mengatasi kejang-kejang, ekfamsia, gaduh gelisah dan tetanus
2) Efek samping dapat menyebabkan depresi pernafasan
3) Dosis dewasa 1 amp (10 mg) intra vena dapat diulangi setiap 15 menit.
f) Norepineprin
1) Syok kardiogenik berat dan secara hemodinamik : hipotensi signifikan (TDS < 70
mmHg) dengan resistensi perifer keseluruhan rendah
2) Diberikanhanya melalui jalur IV
3) Campurkan 4 mg atau 8 mg noradrenalin ke dalam 250 ml D5%, atau campur
dengan 50 cc D5 % dengan menggunakan syringe pump
4) Dibutuhkan dosis yang lebih besar untuk meningkatkan perfusi yang adekuat pada
kasus drug-induced hypotension
5) Meningkatkan oxygen demand miocard, TD dan HR
6) Bisa menginduksi aritimia. Hati-hati penggunaan pada pasien iskemia akut;
monitor cardiac output
7) Ekstravasasi obat menimbulkan nekrosis jaringan, jika terjadi : campur
phentolamin 5 - 10 mg ke dalam 10 - 15 ml NS, infiltrasikan ke area ekstravasasi

RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 3


4
Calibri 12 bold miring
g) Cairan Resusitasi
1) Kristaloid
2) Keloid

I. MONITORING PASIEN
Monitoring pasien di HIGH CARE UNITdilakukan oleh perawat dan selanjutnya
dikomunikasikan dengan dokter yang merawat.Langkah – langkah pelaksanaan monitoring
adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi masalah
2. Observasi 24 jam
a. Kardio vaskuler: peredaran darah, nadi, EKG, suhu tubuh dilkukan penecekan manual
tiap 4 jam 1 x
b. Respirasi: menghitung pernafasan,menginterprestasikan hasil BGA, keluhan,
pemeriksaan fisik dan foto thorax.
c. Ginjal : jumlah urine tiap jam, jumlah urine selama 24 jam
d. Pencernaan : pemeriksaan fisik, cairan lambung, intake oral, muntah , diare
e. Tanda infeksi: peningkatan suhu tubuh / penurunan (hipotermi), pemeriksaan kultur,
berapa lama antibiotic diberikan
f. Nutrisi klien : enteral, parenteral
g. Mencatat hasil lab yang abnormal.
h. Menghitung intake / output (balance cairan)
3. Urutan prioritas penanganan kegawatan didasarkan pada 6B yaitu :
a. B-1 Breath - Sistem pernafasan
b. B-2 Bleed - Sistem peredaran darah
c. B-3 Brain - Sistem syaraf pusat
d. B-4 Blader - Sistem urogenital
e. B-5 Bowel - Sistem pencernaan
f. B-6 Bone - Sistem tulang dan persendian

RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 3


5
Calibri 12 bold miring
J. INDIKASI DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN
RADIOLOGI
1. Pemeriksaan laboratorium HIGH CARE UNIT( HCU ) terpusat di laboratorium dan
bisa diilakukan jam 07.00 – 21.00 WIB .
a. Bila ada pemeriksaan laborat, maka petugas HIGH CARE UNIT( HCU )
memberitau ke petugas Laborat tentang pemeriksaan yang diminta.
b. Petugas HIGH CARE UNITmembuatkan surat permintaan pemeriksaan laborat
pada lembar pemeriksaan laborat, sesuai dengan permintaan dokter.
c. Petugas laborat datang ke HIGH CARE UNIT( HCU ) untuk melakukan
pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan laborat sesuai dengan surat
permintaan tersebut.
d. Bila hasil pemeriksaan sudah ada, maka petugas ( HCU ) mengambil ke laborat
e. Pemeriksaan laboratorium sito bisa diminta sewaktu-waktu
2. Pemeriksaan Radiologi terpusat di radiologi dan bisa dilakukan jam 07.00 – 21.00
WIB.
a. Bila ada pemeriksaan radiologi maka petugas HIGH CARE UNIT( HCU )
memberitaukan ke petugas radiologi tentang pemeriksaan radiologi yang diminta.
b. Petugas HIGH CARE UNIT( HCU ) mengantarkan pasien ke ruang radiologi untuk
diiakukan pemeriksaan
c. Bila hasil pemeriksaan sudah ada, maka petugas ( HCU ) mengambil hasinyal ke
radiologi mengantar hasilnya ke HIGH CARE UNIT( HCU ).
d. Pemeriksaan radiologi sito dapat diminta sewaktu-waktu 24 jam

K. SISTEM RUJUKAN
Rujukan adalah penyelenggaraan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas / wewenang
dan tanggung jawab secara timbale balik baik horizontal maupun vertical terhadap kasus
penyakit atau masalah penyakit atau permasalahan kesehatan karena keterbatasan dalam
memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh pasien.
1. Jenis Rujukan
a. Rujukan Eksternal
Rujukan antar fasilitas pelayanan kesehatan yang terdiri dari :
1) Rujukan vertikal
Contoh : Rujukan dari HIGH CARE UNIT( HCU ) Rumah Sakit ke Rumah Sakit
dr Soetomo Surabaya ,RSUD Sidoarjo

RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 3


6
Calibri 12 bold miring
2) Rujukan horizontal
Rujukan dari HIGH CARE UNIT( HCU ) Rumah Sakit ke Rumah Sakit yang
memiliki kemampuan lebih tinggi dalam suatu tingkatan yang sama
b. Rujukan Internal
Rujukan didalam fasilitas pelayanan kesehatan dari tenaga kesehatan ke tenaga
kesehatan lainnya (dokter ke dokter, residen ke spesialis, rujukan triage).
Ruang lingkup rujukan, terdiri dari:
• Rujukan kasus penyakit atau masalah penyakit
Rujukan yang diiakukan berkaitan dengan pengobatan dan pemulihan berupa
pengiriman pasien / kasus, specimen dan pengetahuan tentang penyakit
• Rujukan permasalahan kesehatan
Rujukan yang diiakukan berkaitan dengan upaya pencegahan dan peningkatan
kesehatan berupa fasilitas, tehnologi dan operasional
2. Rumah sakit mempunyai kewajiban untuk merujuk pasien yang memerlukan pelayanan
diluar kemampuan pelayanan rumah sakit
3. Rumah sakit penerima rujukan harus mampu menjamin bahwa pasien yang dirujuk
tersebut akan mendapatkan penanganan segera
4. Rujukan balik kefasilitas pelayanan kesehatan yang merujuk harus diiakukan segera
setelah alasan rujukan ke rumah sakit sudah tertangani. Oleh karena itu rujukan
merupakan proses timbal balik yang meliputi kerja sama, koordinasi dan transfer
informasi diantara fasilitas pelayanan kesehatan.
5. Tujuan rujukan
Tujuan diiakukan rujukan adalah :
a. Membutuhkan pendapat dari ahli lain (Second Opinion)
b. Memeriukan pemeriksaan yang tidak tersedia difasilitas tersebut
c. Memerluklan intervensi medis diluar kemampuan fasilitas kesehatan tersebut
d. Memerlukan penatalaksanaan bersama dengan ahli lainnya.
e. Memerlukan perawatan dan pemantauan lanjutan.

L. PENGIRIMAN PASIEN
1. Pengiriman ke rawat inap
a. Pasien pindah dari HIGH CARE UNITdengan kriteria :
1) Pindah alas persetujuan dokter
2) Pindah atas permintaan sendiri

RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 3


7
Calibri 12 bold miring
b. Pemindahan pasien dari Instalasi Rawat Intensif( HCU ) :
1) Petugas (perawat) memastikan pasien telah ada kepastian pindah ruangan
2) Petugas ( perawat ) memberikan informasi pada keluarga pasien, dan meminta
keluarga pasien untuk memilih kamar yang diinginkan di unit pendaftaran.
3) Petugas pendaftaran meminta persetujuan kepada keluarga pasien dan selanjutnya
memesankan kamar sesuai dengan yang diinginkan oleh keluarga pasien tersebut
4) Perawat HIGH CARE UNITmempersiapkan pemindahan pasien ke ruang rawat
inap, antara lain : membuat / mengisi formulir hand over, obat -obatan, status
pasien, dan hasil pemeriksaan penunjang.
5) Perawat Ruang Rawat Inap ( sesuai dengan kamar yang diminta oleh keluarga
pasien) menjemput pasien di Instalasi Rawat Intensif.
6) Perawat HIGH CARE UNITmelakukan serah terima / hand over dengan perawat
Ruang Rawat Inap
7) Jika kondisi memungkinkan Perawat HIGH CARE UNITmembantu dalam
pemindahan pasien tersebut ke ruang rawat inap
2. Pengiriman ke kamar operasi
Pengiriman pasien yang akan diiakukan operasi, pengiriman ke kamar operasi sesuai
dengan SPO persiapan pasien perioperasi.
3. Pengiriman pasien untuk pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan penunjang medis ( CT Scan, EEG, MRI ) dan tindakan medis
(Haemodialisa) dilaksanakan diluar Rumah Sakit
b. Pelaksanaan pengiriman pasien sesuai dengan SPO pemeriksaan penunjang dan
tindakan medis diluar Rumah Sakit
4. Pengiriman Pasien dalam kerjasama dengan pelayanan rujukan
a. HIGH CARE UNIT( HCU ) melakukan rujukan ke rumah sakit yang mempunyai
tingkat pelayanan yang lebih tinggi kemampuannya.
b. Pasien rujuk / pindah rumah sakit berdasarkan :
1) Saran dokter yang merawat dengan pertimbangan akan mendapatkan terapi
lebih lanjut dan alat yang lebih tinggi tingkat kemampuannya.
2) Permintaan dari keluarga pasien .
c. HIGH CARE UNIT( HCU ) Rumah Sakit menerima rujukan dari rumah sakit atau
klinik yang tingkat pelayanannya lebih rendah.

RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 3


8
Calibri 12 bold miring
d. Kriteria pasien rujukan yang masuk HIGH CARE UNIT( HCU ) sesuai dengan
kebijakan pasien masuk Instalasi Rawat Intensif( HCU ).

M. PENCATATAN DAN PELAPORAN


Pencatatan dan pelaporan di pelayanan HCU meliputi pencatatan rekam medis pasien
dan pelaporan kegiatan pelayanan Rumah Sakit yang dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pencatatan rekam medis pada pelayananan HCU sangat dibutuhkan oleh Tim untuk
pemantauan dan evaluasi yang berkesinambungan dan sebagai dasar pertimbangan dalam
mengambil keputusan untuk melakukan tindakan medis serta untuk kepentingan
perlindungan hukum bagi Dokter/ Dokter Spesialis.
1. Catatan di HIGH CARE UNITdi verifikasi dan ditanda tangani oleh dokter yang
melakukan pelayanan dan dokter tersebut harus bertanggung jawab terhadap semua
yang telah dikerjakan
2. Pencatatan menggunakan status khusus HCU yang meliputi diagnosis lengkap yang
menyebabkan dirawat di HCU, data tanda vital, pemantauan fungsi organ khusus
(jantung, paru, ginjal, dan sebagainya ) secara berkala, jenis dan jumlah asupan nutrisi
dan cairan, catatan pemberian obat, serta jumlah cairan tubuh yang keluar dari pasien
3. Pencatatan nilai pengukuran tanda vital secara berkala dilakukan oleh perawat HCU
minimal 1 jam sekali dengan interval sesuai dengan kondisi pasien
4. Pemantauan dan pelaporan secara umum dan khusus setiap pagi dan sore hari oleh
dokter jaga atau perawat HCU kepada DPJP / PRIMER
5. Dalam keadaan emergency laporan bisa dilaksanakan sewaktu - waktu sesuai dengan
kondisi pasien dengan menggunkan Metode SBAR
6. Hal – hal yang perlu dilaporkan adalah pemantauan umum yang meliputi:
a. Pemeriksaan tanda - tanda vital
b. Pemeriksaan fisik
c. Balans cairan diiakukan tiap 3 - 6 jam
d. Evaluasi
e. Pemeriksaan laboratorium antara lain :
• Gula darah, Darah rutin, SE,
• BUN, Creatinin, Keton darah, Keton urine, FH, SGOT, SGPT sesuai indikasi
• Pemeriksaan lain bila dibutuhkan bila tidak adad di RSA Cito fatimah maka
akan dilakuakan di Laboratorium di luar yang bekerja sama dengan RS

RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 3


9
Calibri 12 bold miring
7. Urutan pelaporan kondisi pasien didasarkan pada 6B yaitu :
a. B-1 Breath - Sistem pernafasan
b. B-2 Bleed - Sistem peredaran darah
c. B-3 Brain - Sistem syaraf pusat
d. B-4 Blader - Sistem urogenital
e. B-5 Bowel - Sistem pencernaan
f. B-6 Bone - Sistem tulang dan persendian
8. Pelaporan secara umum setiap pagi oleh dokter jaga atau perawat HCU kepada kepala
Instalasi Rawat Intensif, jika di perlukan.
9. Pelaporan umum meliputi:
a. Jumlah dan kondisi pasien yang di rawat di Instalasi High Care Unit
b. Rencana pemeriksaan dan tindakan yang akan dilakukan
10. Pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan ( HCU ) ditulis dalam Buku Register
Pasien, buku laporan harian tiap shif dan sensus harian.

N. REKAM MEDIS
1. Cara Pengisian DRM HIGH CARE UNIT( HCU ) berdasarkan JUKNIS pengisian
DRM Instalasi Rawat Intensif.
2. Berkas DRM HIGH CARE UNIT( HCU ) dimasukkan dalam berkas rawat inap
kemudian disimpan di rekam medis paling lambat 2 x 24 jam setelah pasien tersebut
pulang atau di rujuk ke RS yang lebih tinggi tingkat kemampuannya, atau pasien
tersebut pulang atas permintaan sendiri, atau pindah RS lain.
3. Bila pasien keluar dari HIGH CARE UNIT( HCU ) tetapi masih dirawat di ruang Rawat
lain dalam RS , maka berkas DRM HIGH CARE UNITdisertakan dalam status rawat
inap pasien tersebut.

RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 4


0
Calibri 12 bold miring
BAB V
LOGISTIK

A. PROSEDUR PENYEDIAAN ALAT KESEHATAN DAN OBAT

Penyediaan alat logistik dibagi menjadi:

a. Penyediaan alat kesehatan disediakan sebagai stok tetap dengan juumlah yang
disesuaikan dengan kebutuhan pasien, dimana setiap pasien baru masuk
menggunakan alat kesehatan yang disediakan (stok tetap) dan menulis di buku
peminjaman alkes kemudian dilakukan permintaan dengan resep ke apotik sesuai
dengan kebutuhan pasien, bila alkes sudah dikirim dan apotik maka dikembalikan
ke stok tetap sesuai dengan yang dipinjam oleh pasien. Setiap bulan tgl 30 ,
dilakukan stok opname untuk obat emergency dan alkes yang dilakukan oleh pihak
logistik apotik untuk melakukan kontrol terhadap jumlah alkes dan obat emergency
yang ada di rungan. Dan sebagai evaluasi untuk kebutuhan alkes yang digunakan
oleh rungan untuk bulan berikutnya.,

b. Penvediaan obat : obat yang disediakan di HCU adalah obat emergency, tata
laksana penggunaan tercantum di dalam SPO. Untuk pemakain obat - obatan selain
obat emergency setiap pasien langsung diberi resep kemudian di acc kan ke apotik.

c. Penyediaan alat rumah tangga yang diminta melalui gudang logistik Rumah tangga

Alat kesehatan, obat dan alat rumah tangga yang tersedia di HCU disesuaikan
dengan standar minimal dan maksimal alkes,obat dan alat rumah tangga yang
dibuat oleh unit HCU dan telah disepakati oleh bagian logistik dan farmasi dalam
pelaksanaan pemenuhan barang tersebut dilakukan setiap hari kecuali han minggu
dan pada saat penyelesaian stok opname tgl 30 dan alat logistik harus ada
persetujuan dan kepala ruangan HCU.

RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 41

Calibri 12 bold miring


BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. PENGERTIAN
Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi:
1. Asesmen resiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
1. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
2. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
B. TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
C. STANDAR KESELAMATAN PASIEN
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
D. KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN ( KTD )
1. Adverse event:

RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 4


2
Calibri 12 bold miring
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil,
dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Dapat diakibatkan oleh
kesalahan medis / bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah
2. KTD yang tidak dapat dicegah ( Unpreventable Adverse Event) :
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan
pengetahuan mutakhir
E. KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC )
1. Near Miss:
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan ( commission ) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai
pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi:
■ KarenaM keberuntungan"
■ Karena" pencegahan"
■ Karena" peringanan"
2. Kesalahan Medis (Medical Errors) :
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien
F. KEJADIAN SENTINEL (SENTINEL EVENT)
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti:
operasi pada bagian tubuh yang salah.Pemilihan kata "sentinel" terkait dengan keseriusan
cedera yang terjadi ( seperti, amputasi pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta
terhadap kejadian ini mengungkap adanya masalah yang serius pada kebijakan dan
prosedur yang berlaku.
G. TATALAKSANA
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
2. Melaporkan pada dokter jaga IGD
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
4. Mengobservasi keadaan umum pasien
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir Pelaporan Insiden
Keselamatan

RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 4


3
Calibri 12 bold miring
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. PENDAHULUAN
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak langsung
dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai resiko
terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan
darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.
B. TUJUAN
1. Petugas kesehatan didaiam menjalankan tugas dan kewajtbannya dapat melindungi diri
sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didaiam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko
tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan
paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip "Universal Precaution".
C. TINDAKAN YANG BERESIKO TERPAJAN
1. Cuci tangan yang kurang benar.
2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
5. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.
D. PRINSIP KESELAMATAN KERJA
Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah
menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga
prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah kontak
dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan

RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 4


4
Calibri 12 bold miring
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
Uraian mengenai keselamatan kerja tersebut terdapat dalam Pedoman MRS dan tahapan
pelaksanaannya terlampir dalam SPO

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu dan kualitas pelayanan HIGH CARE UNITmerupakan suatu program yang
bersifat obyektif dan berkelanjutan untuk menilai dan memecahkan masalah yang ada sehingga
dapat memberikan kepuasan pada pelanggan dan mencapai standart klinis yang
bermutu.Indikator mutu di HIGH CARE UNITadalah sebagai berikut:
1. Angka ketidak lengkapan rekam medis
2. Angka ketidak lengkapan Asuhan Keperawatan
3. Angka kematian spesifik
4. Angka infeksi nosokomial (, infeksi saluran kemih, infeksi jarum infus)
5. Indikator klinik dan insiden keselamatan pasien
6. Penurunan skoring derajat keparahan pasien, seperti: SOFA (Sequential Organ Failure
Assessment), SAPS(Simplified Acute Physiology Score), dan sebagainya.
7. Jumlah pasien yang pindah ke HCU.
8. Angka kejadian stress ulcer.
9. Angka kejadian phlebitis.
10. Angka kejadian dekubitus.

RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 4


5
Calibri 12 bold miring
BAB IX
PENUTUP

Pedoman High Care Unit ini disusun dalam rangka memberikan acuan bagi Rumah Sakit yang
telah maupun akan menyelenggarakan pelayanan HCU yang bermutu, aman, efektif dan efisien
dengan mengutamakan keselamatan pasien. Oleh karena itu, setiap Rumah Sakit diharapkan
dapat menyesuaikan dengan ketentuan yang terdapat dalam buku pedoman ini dan dapat
mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan Rumah Sakit.
Rumah Sakit yang belum memiliki ICU dan telah memiliki HCU diharapkan dapat
mengembangkan sumber daya (tenaga dan sarana) sehingga kelak dapat membentuk ICU yang
merupakan pelayanan lanjutan dari HCU.
Rumah Sakit yang telah memiliki ICU dan HCU diharapkan tetap menjaga kualitas HCU
sehingga berfungsi sebagai mana diharapkan.

Ditetapkan di :SIDOARJO
Pada tanggal :15 Rabiul Awal 1439 H.
3 Januari 2018 M.

Direktur,

dr. TJATUR PRIJAMBODO, M.Kes


NBM.906381

RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 4


6
Calibri 12 bold miring
RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN ISLAMI PROFESIONAL SINERGIS 4
7
Calibri 12 bold miring

Anda mungkin juga menyukai