Anda di halaman 1dari 4

Dampak Kekerasan Pada Istri Dalam Rumah Tangga Terhadap Kesehatan

Reproduksi

Emi Sutrisminah-Staff Pengajar Prodi D3 Kebidanan FIK Unissula

Dampak kekerasan terhadap istri yang bersangkutan adalah: mengalami


sakit fisik, tekanan mental, menurunnya rasa percaya diri dan harga diri,
mengalami rasa tidak berdaya, mengalami ketergantungan pada suami yang sudah
menyiksa dirinya, mengalami stress pasca trauma, mengalami depresi, dan
keinginan untuk bunuh diri. Dampak kekerasan terhadap pekerjaan si istri adalah
kinerja menjadi buruk, lebih banyak waktu dihabiskan untuk mencari bantuan
pada Psikolog ataupun Psikiater, dan merasa takut kehilangan pekerjaan.

Dampaknya bagi anak adalah: kemungkinan kehidupan anak akan


dibimbing dengan kekerasan, peluang terjadinya perilaku yang kejam pada anak-
anak akan lebih tinggi, anak dapat mengalami depresi, dan anak berpotensi untuk
melakukan kekerasan pada pasangannya apabila telah menikah karena anak
mengimitasi perilaku dan cara memperlakukan orang lain sebagaimana yang
dilakukan oleh orang tuanya.

Asuhan Kebidanan yang dapat diberikan untuk menolong kaum


perempuan dari tindak kekerasan dalam rumah tangga adalah :

1. Merekomendasikan tempat perlindungan seperti crisis center, shelter dan one


stop crisis center.

2. Memberikan pendampingan psikologis dan pelayanan pengobatan fisik korban.


Disini perawat dapat berperan dengan fokus meningkatkan harga diri korban,
memfasilitasi ekspresi perasaan korban, dan meningkatkan lingkungan sosial yang
memungkinkan. Bidan berperan penting dalam upaya membantu korban
kekerasan diantaranya melalui upaya pencegahan primer terdiri dari konseling
keluarga, modifikasi lingkungan sosial budaya dan pembinaan spiritual, upaya
pencegahan sekunder dengan penerapan asuhan
kebidanan sesuai permasalahan yang dihadapi klien, dan pencegaha tertier melalui
pelatihan/pendidikan, pem-bentukan dan proses kelompok serta pelayanan
rehabilitasi.

3. Memberikan pendampingan hukum dalam acara peradilan.

4. Melatih kader-kader (LSM) untuk mampu menjadi pendampingan korban


kekerasan.

5. Mengadakan pelatihan mengenai perlindungan pada korban tindak kekerasan


dalam rumah tangga sebagai bekal perawat untuk mendampingi korban.

PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA


DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA

La Jamaa Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Ambon Jl. Dr. H. Tarmizi
Taher Kebun Cengkeh Batu Merah Atas Ambon E-mail: lajamaa26@gmail.com

DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA PADA PEREMPUAN KORBAN KDRT


(FAMILY SOCIAL SUPPORT TO WOMEN VICTIMS OF DOMESTIC
VIOLENCE)

Atyanty Rizky Nurendra1, Husni Abdul Gani2, Erdi Istiaji3 Bagian Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember
E-mail: atyanty04@gmail.com

Dukungan emosional keluarga pada perempuan korban KDRT berupa


empati, kepedulian dan perhatian, dan kasih sayang keluarga terhadap korban pun
tidak pernah berubah meskipun anggota keluarganya ada yang menjadi korban
KDRT. Dukungan informatif keluarga pada perempuan korban KDRT berupa
nasehat-nasehat dan saran yang bersifat positif namun keluarga tidak memberikan
informasi pada korban bagaimana upaya mengatasi masalah kekerasan dalam
rumah tangga korban disebabkan kurangnya pengetahuan keluarga mengenai
KDRT dan cara penanganannya.

Dukungan penghargaan keluarga pada perempuan korban KDRT dengan


memberikan penghargaan positif, motivasi untuk terus semangat menjalani
kehidupan, dan penerimaan yang baik dari keluarga tanpa diikuti dengan
perbandingan dengan orang lain dengan arti menerima kembali setiap kelebihan
dan kekurangan korban. Dukungan instrumental keluarga pada perempuan korban
KDRT berupa materi, mengasuh anak korban, dan barang pada korban dan anak
korban. Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan :
1) Bagi Bidang Pemberdayaan Perempuan BPPKB Kabupaten Jember lebih
meningkatkan sosialisasi mengenai keberadaan dan fungsi lembaga Pusat
Pelayanan Terpadu (PPT) Kabupaten Jember dan meningkatkan sosialisasi adanya
program pemberdayaan perempuan korban KDRT berupa pelatihan-pelatihan
untuk lebih meningkatkan kemandirian ekonomi terutama bagi korban yang
mengalami KDRT karena ketergantungan ekonomi pada suami.

2) Bagi Keluarga Perempuan Korban KDRT diharapakan memberikan informasi


yang baik mengenai KDRT dan cara penangannya sehingga kasus dapat segera
dilaporkan dan memperoleh penanganan yang tepat.

3) Bagi Pendamping Korban KDRT Petugas PPT Kabupaten Jember


meningkatkan motivasi keluarga terkait keterlibatannya dalam penyelesaian
masalah perempuan korban KDRT dan memberikan pemahaman bahwa
penerimaan keluarga terhadap korban KDRT akan sangat bermakna.

4) Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang dukungan sosial keluarga
KDRT dapat menganalisis pengaruh dukungan sosial keluarga terhadap
pemulihan kesehatan mental perempuan korban KDRT.
JURNAL

REALISASI PEMENUHAN HAK KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH


TANGGA KHUSUSNYA PEMBANTU RUMAH TANGGA

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis dalam bab sebelumnya, dapat


ditarik kesimpulan bahwa realisasi pemenuhan hak korban kekerasan dalam
rumah tangga khususnya pada pembantu rumah tangga belum ter-realisasikan
sesuai dengan Undang – Undang No.23 tahun 2004Tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga dimana dalam Undang – Undang tersebut
pembantu rumah tangga yang menjadi korban kekerasan mempunyai hak untuk
mendapatkan perlindungan baik secara jasmani maupun rohani tetapi pada
kenyataannya, upaya pemenuhan hak korban belum ter-realisasikan karena pada
faktanya sebagian besar tidak ada kasus yang ditangani naik ke pengadilan, tetapi
diselesaikan secara kekeluargaan karena kurangnya pengetahuan dari pembantu
rumah tangga mengenai hak – hak mereka sebagai korban kekerasan dalam rumah

tangga.

Saran

1. Untuk memperjelas status pembantu rumah tangga maka pemerintah harus


mengkategorikan pembantu rumah tangga dalam Undang – Undang tenaga kerja
yaitu Undang – Undang No 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan

2. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat awam tentang pemenuhan hak


pembantu rumah tangga agar tidak terjadi lagi kekerasan terhadap pembantu
dalam rumah tanggga

3. Bagi para majikan diharapkan memberikan kelonggaran waktu bagi pembantu


rumah tangga untuk bersosialisasi dan menambah wawasan mengenai hak – hak
pembantu rumah tangga

Anda mungkin juga menyukai