PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
diharapkan atau dari cidera yang berasal dari perawatan kesehatan itu sendiri
adanya bahaya pada pasien dimana bahaya tersebut seharusnya dapat dicegah
rawat inap yang mengalami gangguan jiwa (Kanerva Aet al., 2012).
Salah satu yang menjadi perhatian terkait dengan keamanan pasien adalah
namun asuhan keperawatan mempunyai peran penting dalam area ini (Tzeng,
menurunkan risiko jatuh sebesar 30%. Beberapa strategi pencegahan jatuh yang
jatuh, pendidikan untuk pasien dan staf, perhatian terhadap alas kaki, gelang
1
2
sebanyak 240.000 pasien jatuh pada tahun 2010 dan meningkat menjadi sebanyak
250.000 pasien jatuh pada tahun 2011 (National Patient Safety Agency dalam
pasien rawat inap adalah 6,63 per 1000 OBDs (occupied bed day) dan rata-rata
angka kejadian jatuh yang menyebabkan cedera sedang, berat dan kematian
adalah sekitar 0,19 per 1000 OBDs (Royal College of Physicians, 2015).
Occupied Bed Days (OBDs) adalah hari yang dihitung ketika pasien masuk rumah
sakit sampai menginap pada malam hari (OECD Health Data, 2001).
sebanyak 504.512 pasien jatuh dan 19.442 diantaranya mengalami kejadian jatuh
yang berulang atau sebanyak 3,85% mengalami kejadian jatuh berulang setiap
tahun dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2011 (Lamet al., 2016). Data pasien
Pasien gangguan jiwa mempunyai risiko untuk jatuh tiga kali lebih besar
dibandingkan pasien tidak mengalami gangguan jiwa. Selain itu pasien yang
untuk jatuh (Allenet al., 2012). Berdasarkan laporan oleh Royal College Physician
di London pada tahun 2012 menunjukkan bahwa angka jatuh pada unit kesehatan
mental berkisar dari 7,7 sampai dengan 48 per 1000 OBDs yang mana lebih
tinggi daripada angka kejadian jatuh pada rumah sakit komunitas (4,5 sampai 12
yang berulang akan meningkatkan risiko untuk terjadi cidera yang parah. Pasien
yang mempunyai risiko cidera mayor dan pernah jatuh lebih dari tiga kali akan
mempunyai risiko lima kali lebih besar untuk jatuh (Tseng, 2013).
Kejadian jatuh pada pasien rawat inap mempunyai dampak negatif secara
fisik dan psikologi, yaitu membuat ketidakmampuan, nyeri kronis, tidak mandiri,
menurunnya kualitas hidup dan kematian. Selain itu kejadian jatuh pada pasien
tambahan dan tinggal di rumah sakit lebih lama (Accreditation Canada, 2014).
60% lebih tinggi dibandingkan dengan pasien lainnya. Selain itu, diperkirakan
biaya fasilitas untuk merawat luka akibat jatuh mencapai $54.9 milyar pada tahun
Perawat mempunyai peran utama pada area pencegahan kejadian jatuh. Pada
keselamatan pasien dan dapat memprakarsai praktek yang lebih baik untuk
al., 2012). Perawat harus dapat diandalkan dalam keahlian klinik dan pengambilan
keputusan di lingkungan populasi berisiko jatuh dan pencegahan luka akibat jatuh
beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk pencegahan jatuh pada pasien
4
gangguan jiwa, diantaranya adalah pengkajian risiko jatuh dan pencegahan risiko
jatuh di klinik. Analisis keadaan jatuh dan faktor risiko jatuh pasien yang dirawat
jatuh, seperti menggunakan Morse Fall Scale (MFS), Hendrich Fall Risk Model
(HFRM), Downtown scale dan St. Thomas Risk Assessment Tool in falling
Fall Risk Assessment Tool) sebagai instrumen pegkajian jatuh di bangsal jiwa
IRNA IV. Beberapa pasien yang dirawat di Bangsal Teratai RSUP DR Sardjito
mempunyai risiko jatuh karena mempunyai faktor risiko yang mayoritas ada pada
pasien yaitu usia, diagnosis depresi, dan obat anti psikotik, risperidon,
juga terkadang mendapatkan terapi medis yang berupa ECT (Electro Convulsif
B. Rumusan Masalah
pasien jiwa?
C. Tujuan Penelitian
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat risiko jatuh pada
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
E. Keaslian Penelitian
jatuh pada pasien jiwa dan penanganan risiko jatuh pada pasien yang dirawat di
6
inpatients psychiatric units. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor
yang mempengaruhi kejadian jatuh pada pelayanan kesehatan jiwa. Penelitian ini
mengguanakan metode retrospektif dengan melihat data kejadian jatuh dari 1 Juli
2007 sampai dengan 30 Juni 2010 di pelayanan kesehatan jiwa di Australia. Setiap
insiden jatuh yang dilaporkan direview oleh dua penulis untuk menentukan faktor
penelitian ini adalah terdapat 50% pasien jatuh dikarenakan factor fisiologi
kamar mandi, koridor dan luar ruangan. Aktivitas yang menyebabkan jatuh adalah
ketika berjalan (41%) dan transfer (15%). Persamaan dengan penelitian ini adalah
prediktor jatuh pada pasien dengan gangguan jiwa. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini dengan mengumpulkan data pasien jatuh dan pasien tidak jatuh pada
pasien gangguan jiwa. Hasil dari penelitian ini adalah faktor yang berkontribusi
jatuh pada pasien jiwa adalah usia tua, diagnosa schizophrenia, gangguan bipolar,
penelitian yaitu risiko jatuh pada pasien jiwa. Perbedaan dengan penelitian ini
7
adalah penelitian ini menentukan fakor prediksi risiko jatuh dengan mencari odd
ratio.