Anda di halaman 1dari 69

TESIS

Pengembangan Dan Uji REABILITAS Skala Braden Berbasis Aplikasi Android


Dalam Memprediksi Risiko Pressure Injury Pada Pasien Stroke

Irfanita Nurhidayah

P4200215030

PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perubahan

neurologis yang disebabkan oleh adanya gangguan suplai darah ke bagaian dari

otak. (Black & Hawks, 2014). Di seluruh dunia, Stroke adalah penyebab utama

terjadinya kematian dan kecacatan. Di negara-negara Miskin dan menengah,

yang meliputi orang-orang dari kawasan Asia Tenggara dilaporkan lebih dari 11

juta insiden stroke terjadi setiap tahun. Hal ini menyebabkan kematian lebih dari

4 juta orang per tahun, dan sekitar 30% dari korban mengalami kecatatan yang

serius. Pasien yang dinyatakan sembuh, kemungkinan 70% akan menderita

stroke berulang (WHO, 2016).

Sebagai salah satu Negara di kawasan Asia Tenggara, Prevalensi stroke di

Indonesia berdasarkan diagnosis dokter diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang

(7%). Prevalensi Stroke berdasarkan diagnosis dokter dan gejala tertinggi

terdapat di Sulawesi Selatan (17,9%), DI Yogyakarta (16,9%), Sulawesi Tengah

(16,6%), diikuti Jawa Timur (16%) (RISKESDAS, 2013).

Stroke merupakan penyebab imobilisasi yang dapat menimbulkan risiko

Pressure Injury. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mutia,

Pamungkas & Anggraini (2015) profil penderita Pressure Injury di ruang rawat

inap berdasarkan diagnosis yang disebabkan tirah baring terdapat 29 pasien

(53,7%) dengan diagnosis stroke. Hal ini sejalan yang dengan penelitian yang

2
dilakukan oleh Pratama (2015) dari 98 kasus Pressure Injury dari Januari 2011

sampai dengan Desember 2013 diagnosa yang paling banyak adalah pasien

stroke (DIO, 2015). Hasil survey yang dilakukan di oleh Wahyuni tahun 2013 di

instalasi rawat inap diperoleh hasil bahwa dari 113 pasien yang didiagnosa stroke

di dapatkan insiden Pressure Injury sebesar 38% (Wahyuni, 2014).

Diperkirakan 14.8 % penduduk Amerika Serikat mengalami luka

Pressure Injury dan sekitar 60.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat

Pressure Injury (Kaltenthaler, Whitefield, Walters, Akenburst, & Paisley, 2001;

NPUAP, Pressure Ulcer Awareness Day, 2012). Pressure Injury di Amerika

meningkat secara signifikan, dari 7% pada tahun 2000 sampai 15% pada tahun

2009. Prevalensi Pressure Injury adalah 2,8% sampai 9% dalam perawatan akut

dengan insiden lebih tinggi hingga 23,9% pada pasien ICU, 8,5% di panjang

perawatan jangka akut (LTAC), 3,6% sampai 59% dalam perawatan jangka

panjang (LTC), dan 4,5% menjadi 6,3% dalam perawatan rumah (Ayello, 2017).

Penelitian yang dilakukan oleh Amir et al menyatakan Pravelensi Pressure

Injury secara keseluruhan di empat rumah sakit umum Indonesia adalah 8%, dan

keseluruhan nosokomial prevalensi ulkus dekubitus adalah 4.5% (Amir,

Lohrmann, Halfens, & Schols, 2016). Suriadi (2007) menyatakan angka kejadian

luka Pressure Injury di Indonesia mencapai 33,3% pada ruang intensif care unit

(Suriadi, Kitagawa, Sanada, Sugama, Kinoshita, & Sizoku, 2002), dimana angka

ini sangat tinggi apabila dibandingkan dengan insiden Pressure Injury di

ASEAN yang hanya berkisar 2.1% sampai 31.3 % (Sugama, Sanada, Inagaki, M,

& Kanagawa, 1992; Seongsook, Ihnsook, & Younghee, 2004; Kwong, Pang,

3
Wong, Ho, Shao-ling, & Li-jun, 2005). Angka prevalensi Pressure Injury yang

terjadi di Rumah Sakit di Jakarta dalam jangka waktu 10 bulan terakhir pada

tahun 2012-2013 yaitu sekitar 1,6 %. Dalam penelitian yang dilakukan oleh

Cahyopoetro pada tahun 2014 menyebutkan bahwa penderita Pressure Injury

yang menjalani perawatan di RSWS diperkirakan sebanyak 30 orang

(Cahyopoetra, 2015).

Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Curtis, Alman & Hill di peroleh

informasi bahwa di Amerika Serikat, biaya yang dibutuhkan untuk perawatan

pasien yang menderita Pressure Injury berkisar antara 5 juta sampai dengan 450

juta rupiah, sedangkan biaya yang dibutuhkan untuk tindakan pencegahan

Pressure Injury tidak mencapai setengah dari biaya yang dipakai untuk

mengobati Pressure Injury (Curtis, Allman, & Hill, 2007). Biaya pencegahan

lebih rendah dibandingan dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk perawatan

Pressure Injury.

Pressure Injury dapat menyebabkan komplikasi bagi individu dirawat di

rumah sakit, memperpanjang pengobatan dan rehabilitasi, mengurangi kualitas

hidup, menyebabkan rasa sakit dan meningkatkan angka kematian (Reddy &

Gill, 2006; Thomas, 2001). Mortalitas pada pasien dengan Pressure Injury

mencapai 67% dibandingkan dengan kematian dengan risiko yang sama tetapi

tidak mengalami Pressure Injury yaiu sekitar 15% (Thomas, 2001). Sehingga

perawat perlu melakukan upaya untuk pencegahan terjadinya Pressure Injury

dengan mendeteksi faktor reiko terjadinya Pressure Injury (Roger,

Ranganathan, & sahgal, 2005).

4
Pengkajian risiko Pressure Injury harus dilakukan pada pasien stroke

untuk mencegah terjadinya Pressure Injury dan membantu dalam intervensi

perawatan kulit yang dilakukan. Schindler (2012) menjelaskan pengkajian

terhadap pasien yang berisiko mengalami Pressure Injury jarang sekali

dillakukan, sehingga dapat meningkatkan Length of stay dan hospital cost

(Schindler, et al., 2011).

Berdasarkan hal tersebut sangat penting untuk mengunakan suatu skala

dalam menilai risiko Pressure Injury dan menentukan risiko kerusakan

integritas kulit dan intervensi pencegahan yang sesuai. Salah satu instrument

yang umum digunakan adalah Skala Braden. Skala Braden adalah alat penilaian

yang membantu perawat memprediksikan klien berisiko mengalami Pressure

Injury. (Teslim, Ogunsanya, Oniyangi, Awotidebe, & Ojoawo, 2012; Potter &

Perry, 2006; Kale, 2014).

Banyak penelitian yang menguji validitas dan reliabilitas dari skala

braden. Hasil menunjukan validitas dan reliabilitas Skala braden lebih tinggi bila

dibandingkan dengan alat ukur lainnya yaitu Norton scale dan waterlow scale.

NPUAP juga merekomendasikan skala Braden sebagai alat pengkajian risiko

Pressure Injury yang paling baik digunakan dalam memprediksi pressure Injury

(Braden & Bergstrom, 1994; Hidalgo, Fernandez, Medina, & Nieto, 2006;

(NPUAP), 2016; Ayello, 2017).

Beberapa penelitian menyarankan pengunaan skala Braden antara lain

hasil penelitian yang dilakukan oleh Kale tahun 2014 menunjukan bahwa skala

Braden mempunyai validitas prediksi yang baik yaitu memiliki nilai sensitifitas

5
88.2% dan spesifitas 72.7% (Kale, 2014). Hal ini sejalan dengan Penelitian yang

dilakukan oleh Fernandes dan Caliri menyatakan bahwa skala Braden dapat

membantu perawat untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko mengalami

Pressure Injury (Fernandes & Caliri, 2008).

Salah satu alat yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya adalah skala

Braden, namun di Indonesia belum diimplementaikan pada smartphone. Menurut

penelitian yang dilakukan oleh Brata et al (2012) diperoleh data bahwa 50%

yang memiliki smartphone di Indonesia menjadikan smartphone sebagai

peralatan komunikasi yang utama. Bahkan pertumbuhan smartphone pada tahun

2016 mencapai 37.1%. Peran smartphone dapat dimanfaatkan diberbagai lini.

Salah satu bidang yang begitu terbantu dengan perkembangan teknologi ini

adalah dibidang kesehatan (Yanti, 2011).

Dokumentasi keperawatan adalah bagian yang penting dari dokumentasi 

klinis. Namun pada  realitanya dilapangan, asuhan  keperawatan  yang dilakukan

masih bersifat manual dan konvensional, belum disertai dengan sistem

/perangkat tekhonolgi yang memadai. Pendokumentasian asuhan keperawatan

masih manual, sehingga perawat mempunyai potensi yang besar terhadap proses

terjadinya kelalaian dalam praktek. Perawat memerlukan yang banyak waktu

untuk mencatat asuhan keperawatan tersebut, sehingga beban kerja perawat

meningkat hal ini menimbulkan dampak hasil dokumentasi keperawatan yang

dicatat juga tidak memuaskan, kadang tidak semua tercatat dengan baik.

Akhirnya kualitas asuhan keperawatan kurang baik karena dokumentasi yang

dibuat tidak dapat mengkomunikasikan secara optimal asuhan keperawatan yang

6
telah diberikan kepada pasien. Munculnya aplikasi berbasis android yang

semakin mudah digunakan dan diakses dapat begitu membantu para tenaga

kesehatan dalam meningkatkan mutu pelayanan (BRUSCO, 2010; Sriningsih,

2012).

Masalah komunikasi juga menjadi perhatian utama dalam layanan

kesehatan. Peningkatkan dokumentasi berbasis android dapat meningkatkan

efsiensi komunikasi antara perawat. Dokumentasi berbasis android membantu

dalam mencari informasi yang cepat sehingga dapat membantu pengambilan

keputusan secara cepat. Salah satu contoh aplikasi berbasis android yaitu

Penelitian yang dilakukan oleh Kim et al (2015) dimana Peneliti

mengembangkan sistem prototipe mobile bernama Sappire (Skin Assessment for

Pressure Injury Prevention, an Integrated Recording Environment) yang

berbasis android untuk membantu perawat untuk melakukan penilaian kulit dan

dokumentasi di samping tempat tidur. Sappire menunjukkan kemampuan

mendukung capture berdasarkan standar-dan transfer Data pengkajian

keperawatan di samping tempat tidur dengan menambahkan fungsi pendukung

keputusan (Kim, Chung, Wang, Jiang, & Cho, 2015). Sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Rodrigues et al (2013) yang mengembangkan aplikasi

berbasis android yang bernama mULCER, dimana mULCER ini dapat

mendeteksi risiko kejadian Pressure Injury dan memudahkan komunikasi antara

tenaga kesehatan dan memudahkan dalam pengambilan keputusan untuk

tindakan perawatan selanjutnya (Rodrigues, Pedro, Vardasca, Martins, & Diez,

2013).

7
Sistem operasi Android bisa memberikan keleluasaan untuk

mengembangkan aplikasi Android sesuai kebutuhan, memunculkan gagasan

untuk membuat sebuah aplikasi format pengkajian skala Braden berbasis android

yang akan memudahkan perawat dalam menilai risiko terjadinya Pressure

Injury. Pendokumentasian berbasis android diharapkan dapat membantu perawat

dalam melaksanakan tugasnya dalam memberikan pelayanan keperawatan

kepada pasien karena dapat meningkatkan efisiensi dan akurasi

pendokumentasian, serta memudahkan komunikasi antar perawat saat merawat

pasien.

B. Rumusan Masalah

Pressure Injury merupakan adalah cedera lokal terhadap kulit atau

jaringan di bawahnya, umumnya tonjolan tulang, akibat tekanan atau kombinasi

tekanan dengan friksi atau pergeseran. Perkembangan Pressure Injury yang

cepat dapat menyebabkan komplikasi bagi individu dirawat di rumah sakit,

memperpanjang pengobatan dan rehabilitasi, mengurangi kualitas hidup,

menyebabkan rasa sakit dan meningkatkan angka kematian.

Populasi yang memiliki risiko tinggi terkena Pressure Injury adalah pada

pasien stroke. Pada pasien stroke mengalami hilangnya sensasi proteksi dan

penurunan kemampuan untuk bergerak meningkatkan risiko pada cedera kulit

berdasarkan hal tersebut sangat penting untuk mengunakan suatu skala dalam

menilai risiko Pressure Injury. Pressure Injury bisa dicegah dengan melakukan

deteksi terhadap risiko terjadinya dengan menggunakan alat screening.

8
Skala Braden sudah diuji validitas dan reliabilitasnya adalah namun belum

diimplmentasikan pada smartphone. Penelitian yang dilakukan oleh Mashudi

(2010) menyatakan apabila tindakan perawatan langsung meningkat maka

pendokumentasian berkurang selain itu Masalah komunikasi juga menjadi

perhatian utama dalam layanan kesehatan. Mengingat hal tersebut perlu adanya

tehnik pendokumentasian yang mudah, memberikan informasi yang akurat dan

komunikasi yang efektif yaitu dengan dokumentasi keperawatan yang berbasis

aplikasi android.

Peningkatkan dokumentasi berbasis android dapat meningkatkan efsiensi

komunikasi antara perawat dan mengurangi beban kerja perawat. Berdasarkan

hal tersebut pertanyaan penelitian yang diajukan adalah Bagaimana

pengembangan dan uji validitas skala Braden berbasis aplikasi android dalam

memprediksi kejadian Pressure Injury pada pasien stroke.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengembangkan skala Braden berbasis android dan melakukan uji

reabilitas skala Braden berbasis android dalam memprediksi kejadian

Pressure Injury pada pasien stroke.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi Karakteristik demografi pasien stroke yang berisiko

mengalami Pressure Injury.

b. Melakukan Perancangan skala Braden berbasis aplikasi android untuk

memprediksi kejadian Pressure Injury pada pasien stroke.

9
c. Menganalisis reabilitas skala Braden berbasis android pada pasien

stroke.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat aplikatif

Hasil penelitian ini diharapkan bagi perawat dapat digunakan sebagai salah

satu metode pengkajian terhadap deteksi dini risiko terjadinya Pressure

Injury yang berbasis aplikasi android.

2. Manfaat teoritis

Hasil dari penelitian diharapkan dapat menjadi dasar ataupun acuan bagi

penelitian selanjutnya untuk mensintesis ilmu dan teori keperawatan.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Metode Searching

Strategi pencarian literature ini melalui website Pubmed studi ini

mengunakan bahasa inggris dan bahasa Indonesia dengan mengunakan

keyword I “Skala Braden” dan “Braden Scale” menampilkan hasil sebanyak

431 artikel. keyword II yang kedua yang dimasukkan adalah “validity”

menampilkan 51390 artikel. Selanjutnya dilakukan penggabungan antara

keyword I dan II sehingga ditemukan 89 artikel. kemudian dilakukan filtrasi

pada full text, peneltian pada manusia, dan menggunakan bahasa Inggris

sehingga di dapatkan 39 artikel. Kemudian dilakukan skrining sitasi yang

ditolak berdasarkan judul tidak sesuai dengan topic penelitian sebanyak 19

artikel. Skrining sitasi yang ditolak berdasarkan abstrak tidak sesuai dengan

topic penelitian sebanyak 4 artikel. Artikel yang ditolak setelah dibaca

keseluruhan sebanyak 5 artikel. Total artikel yang terseleksi sebanyak 13

artikel. Pencarian artikel dengan menggunakan Pubmed dengan keyword

“Stroke and Pressure Ulcer” menampilkan 20 artikel. Pencarian artikel dengan

Pubmed dengan keyword “Android Application and Nursing“ menampilkan 6

artikel yang terkait kemudian difilter dengan melihat judul, abstrak dan

setelah dibaca secara keseluruhan diperoleh 3 artikel. Pencarian artikel dengan

Google Scholar dengan keyword “pengembangan aplikasi android dalam

11
keperawatan“ menampilkan 12 artikel yang terkait kemudian difilter dengan

melihat judul, abstrak dan setelah dibaca secara keseluruhan diperoleh 4

artikel. Metode searching dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1

METODE SEARCHING

Total referensi dari dua data base


N= 41
10 tahun
Human
Bahasa inggris

Skrining judul
N= 39

Sitasi yang ditolak berdasarkan


judul
N=19
Skrining Abstrak
N= 20

Sitasi yang ditolak berdasarkan


abstrak
N= 4
Skrining isi artikel
N= 16

Artikel yang ditolak setelah dibaca


keseluruhan N= 5

Artikel yang terseleksi


N = 13

B. Tinjauan Literatur

1. Stroke

Stroke adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan

perubahan neurologis yang disebabkan oleh adanya gangguan suplai darah

12
ke bagaian otak. Pasien stroke umumnya mengalami gangguan mobilisasi

sehingga rentan untuk terjadi Pressure Injury yang disebabkan adanya

penekanan konstan pada bagian tubuh secara terus menerus. (Black &

Hawks, 2014). Dalam Penelitian yang dilakukan oleh Puspaningrum pada

tahun 2013 menyimpulkan bahwa ada hubungan antara mobilitas dengan

risiko terjadinya Pressure Injury pada pasien stroke. Purnama et al pada

tahun 2012 menjelaskan bahwa usia, status aktivitas, nutrisi, faktor status

aktivitas merupakan faktor mempengaruhi kejadian Pressure Injury pada

pasien stroke di Rumah Sakit Dr. Moewardi.

Sroke adalah penyebab utama kecatatan pada orang dewasa. Sekitar

4 juta jiwa di Amerika mengalami defisit neurologi akibat stroke, dua

pertiga dari definisi ini bersifat sedang sampai parah. Kemungkinan

meninggal akibat stroke adalah 30% - 35% dan kemungkinan kecatatan

mayor pada orang yang selamat adalah 35% - 40%. Sackley et al dalam

penelitiannya menyatakan dari 122 penderita stroke sebanyak 26 (22%)

penderita mengalami Pressure Injury. Penelitian lainnya di Inggris

mengatakan pasien Stroke yang mengalami Pressure Injury sebanyak 56

orang (21%). Penelitian Dewi (2011), menyebutkan bahwa pasien stroke

memiliki risiko terhadap pressure injury, dimana dari 469 kasus pasien

stroke di Rumah Sakit Dr.Moewardi Surakarta, 120 atau 26% diantaranya

mengalami pressure injury (Sackley, et al., 2009; Langhorne, et al., 2010;

Dewi, 2011).

13
Pada pasien stroke yang mengalami gangguan mobilisasi berisiko

mengalami Pressure Injury hal ini disebabkan karena pasien hanya

mampu berbaring dan tidak mampu mengubah posisi. Tindakan

pencegahan Pressure Injury harus dilakukan sedini mungkin hal ini

disebakan karena pada pasien stroke dengan gangguan mobilisasi yang

mengalami tirah baring berisiko tinggi terjadinya Pressure Injury

(Yulianto, 2011). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Suriadi (2007)

menyatakan bahwa gangguan mobilisasi merupakan faktor risiko yang

signifikan terjadinya Pressure Injury (Suriadi, et al., 2007).

2. Pressure Injury

Pressure Injury merupakan masalah kesehatan yang serius.

NPUAP (National Pressure Ulcer Advisory Panel) menyatakan bahwa

lebih banyak pasien yang menderita Pressure Injury dari pada luka

kanker. Sekitar 60.000 orang meninggal dunia setiap tahunnya akibat

Pressure Injury. Pressure Injury menghabiskan dana sebanyak 9.1 trilyun

sampai 11.6 triliyun setiap tahunnya di Amerika Serikat. Lebih dari

17.000 kasus hukum berkaitan dengan Pressure Injury setiap tahunnya

merupakan tuntutan kedua setelah penyebab kematian yng salah, dan lebih

besar tuntutan akibat jatuh dan stress emosional (NPUAP, Pressure Ulcer

Awareness Day, 2012).

Meskipun sebagian besar literature membahas mengenai

pencegahan dan strategi pengobatan, namun terdapat kesulitan secara

konseptual, mengenai defenisi Pressure Injury , klasifikasi dan perbedaan

14
dari lesi jaringan lainnya (Kottner, K, T, & S., 2009). Pada tahun 2009

NPUAP mendefenisikan ulang Pressure Injury sebagai kerusakan kulit

setempat atau jaringan di bawahnya yang biasanya pada daerah tulang

yang menonjol, sebagai akibat adanya tekanan, atau adanya tekanan

dengan pergeseran. Pada tahun 2016 NPUAP menganti terminology

pressure ulcer menjadi Pressure Injury. Perubahan dalam terminologi

dianggap lebih akurat dalam menggambarkan Pressure Injury untuk kedua

kulit utuh dan ulserasi (NPUAP Pressure Ulcer Stages/Categories, 2009;

(NPUAP), 2016).

Pressure Injury dideskripsikan berdasarkan NPUAP tahun 2016

dalam 4 kategori dan 2 klasifikasi tambahan. Kategori I (non blanchabel

erytema) dicirikan oleh kulit utuh dengan ‘non blanchabel erytema’ pada

daerah penonjolan tulang. Sulit menemukan ‘non blanchabel erytema’

pada orang yang berkulit hitam. Salah satu petunjuk adalah warna kulitnya

mungkin berbeda disbanding daerah sekitarnya. Kategori II (Partial

thickness loss) pada kategori ini lapisan luka telah mencapai lapisan

epidermis, dasar luka tampak berwarna merah atau pink tanpa diserta

adanya slough/slaf. Dapat juga disertai dengan bullae yang terbuka/robek .

jaringan lemak dan jaringan yang lebih dalam tidak terlihat. Cedera ini

umumnya akibat dari iklim mikro yang merugikan dan geser di kulit di

atas panggul dan geser di bagian tumit. Kategori III (Full thickness tissue

loss) adalah luka yang memiliki kehilangan jaringan dengan ketebalan

penuh. Luka mencapai lapisan subkutan, tetapi belum sampai ke tulang,

15
tendon, atau otot. Biasanya disertai adanya Slough/slaf, undermining dan

tunneling. Ketegori IV memperlihatkan hilangnya jaringan dengan

ketebalan penuh, dengan tulang, tendon, atau otot yang terpajan (NPUAP

Pressure Ulcer Stages/Categories, 2009; Black & Hawks, 2014).

Kategori tambahan yaitu Suspected Deep Tissue Injury dan

Unstageble. Suspected Deep Tissue Injury dicirikan luka tampak berwarna

ungu atau merah tua pada area terlokalisir atau perubahan warna pada

kulit yang utuh, atau blister disertai akumulasi akibat kerusakan jaringan

yang disebabkan oleh tekanan atau pergeseran. Unstageble dicirikan

kehilangan jaringan hingga subkutan tetapi tertutupi oleh slough/slaf

dengan atau tanpa adanya eschar pada bantalan luka (NPUAP Pressure

Ulcer Stages/Categories, 2009)

Pressure Injury merupakan akibat dari tekanan yang terlalu lama

pada permukaan tulang yang menonjol sehingga terjadi tekanan arteri

kapiler pada kulit dan menyebabkan pembuluh darah pada kulit menjadi

kolaps dan menghalangi oksigensai dan nutrisi ke jaringan & area yang

tertekan, menyebabkan terhambatnya aliran darah menyebabkan jaringan

setempat mengalami iskemik akhirnya menyebabkan nekrosis (Bryant,

2007). Kottner et al (2009) menjelaskan 4 teori mekanisme terjadinya

Pressure Injury yaitu iskemia yang disebabkan oleh sumbatan kapiler

yang menimbulkan infusiensi vaskuler, anoksia jaringan, dan kematian sel

(Kottner, K, T, & S., 2009).

16
Braden tahun 1987 mengemukkan beberapa faktor risiko

terjadinya Pressure Injury yaitu Persepsi Sensorik, Kelembapan,

Aktivitas, Mobilisasi, Nutrisi, Friction dan Gesekan . Kerusakan sensori

persepsi dimana pasien tidak mampu merasakan atau mengkomunikasikan

nyeri yang dirasakan akibat tekanan cenderung mengalami pressure injur.

Pada pasien stroke pasien tidak mampu merasakan adanya nyeri atau

tekanan. (Ignatavicius & Workman, 2006; Braden & Bergstrom, 1994).

Pasien yang mobilisasinya berkurang, persepsi sensoriknya

berkurang, inkontinensia feses atau urine, dan atau nutrisi yang buruk

memiliki risiko mengalami ulkus tekan. Tekanan yang terus menerus dan

lama akan mempengaruhi metabolisme sel dengan menurunkan atau

menghambat aliran darah, sehingga iskemia jaringan dan selanjutnya

kematian jaringan. Semakin besar tekanan dan durasinya, maka semakin

besar pula insidensinya terbentuknya luka (Potter & Perry, 2006).

Terdapat suatu teori iskemik, yang terkenal dalam penelitian-penelitian

Pressure Injury, yang mengemukakan bahwa tekanan pada daerah

tonjolan tulang (bony prominiences) sebesar 32 mmHg diyakini

menyebabkan oclusi pembuluh darah setempat sehingga menyebabkan

ischemic jaringan yang berdampak pada kerusakan jaringan irreversibel

(Maklebust & Sieggreen, 2001)

Pada penelitian yang dilakukan oleh Staarink (1995) menunjukkan

bahwa tekanan tertinggi berada pada bagian internal pada tuberositas

ischial yakni 22.5 kPa sedangkan pada kulit hanya sebesar 8.4 kPa

17
(Staarink, 1995). Risiko kejadian Pressure Injury berdasarkan lokasi

adalah sacrum 32.6%, siku 8.8%, Tronchanter 8.3%, Buttock 11.4%,

Angkles 9.1% dan Heels sebanyak 29.75% (Staarink, 1995).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suheri (2009)

mengenai lama hari rawat dalam terjadinya luka Pressure Injury

menyatakan Pressure injury bisa terjadi pada hari ketiga sampai hari

kelima pada pasien immobilisasi 88.8% dengan diagnose paling banyak

adalah pasien stroke dan sebanyak 33.3% pada pasien bedrest

Kadir (2007), menyatakan Secara umum, pasien yang masuk

rumah sakit dan menunjukkan Pressure Injury setelah 72 jam atau 3 hari

pasien berada di Rumah sakit. Bhoki et al mengatakan bahwa Pressure

Injury dapat terjadi pada hari ke-2 sampai hari ke-5 perawatan. Penelitian

eksperimen di ICU menunjukkan bawa dari 77 pasien dengan tirah baring

selama 2-11 hari secara signifikan telah terjai Pressure Injury (Bhoki,

Mardiyono, & Sarkum, 2010). Hal ini didukung dengan penelitian yang

dilakukan oleh Theaker et al, dalam penelitian menemukan pasien dengan

immobilisasi selama tiga hari atau lebih secara signifikan berisiko

terjadinya Pressure Injury. Sekitar 34% responden pada perawatan hari

ke-3 mengalami pressure injury (Theaker, MannanM, N, & Soni, 2002).

Penelitian juga menyebutkan bahwa Pressure Injury sudah terjadi pada

hari ke-2 yaitu sebesar 26.7% dan semakin lama hari perawatan semakin

banyak responden yang mengalami Pressure Injury dengan persentasi hari

ke-5 sebesar 40% (Keller, Wille, Ramshort, & Werken, 2002).

18
Perkembangan Pressure Injury yang cepat dapat menyebabkan

komplikasi bagi individu dirawat di rumah sakit, memperpanjang

pengobatan dan rehabilitasi, mengurangi kualitas hidup, menyebabkan

rasa sakit dan meningkatkan angka kematian (NPUAP, Pressure Ulcer

Awareness Day, 2012). Pressure Injury akan memperpanjang lama

perawatan yang akan meningkatkan biaya perawatan (Bryant R. , 2007)

Langkah awal yang sangat penting yang dilakukan oleh seorang

perawat adalah mencegah agar tidak terjadi Pressure Injury. Pencegahan

Pressure Injury dimulai dengan mengidentifkasi klien yang berisiko.

Pencegahan dilakukan dengan menggunakan alat pengkajian risiko

Pressure Injury yang telah ditetapkan untuk memonitor faktor risiko

secara individual. Schindler (2012) menjelaskan pengkajian terhadap

pasien yang berisiko mengalami Pressure Injury jarang sekali dillakukan,

sehingga intervensi pencegahan Pressure Injury juga sangat jarang

dilakukan. Risiko Pressure Injury dapat diekspresikan secara numeric

menggunakan instrument untuk menilai risiko seperti alat skala Braden

(Black & Hawks, 2014).

3. Skala Braden

Skala Braden adalah alat penilaian yang membantu perawat

memprediksikan klien berisiko mengalami Pressure Injury . Skala Braden

adalah salah satu alat yang banyak digunakan di Negara Amerika Serikat

untuk mengukur risiko Pressure Injury. NPUAP merekomendasikan skala

Braden sebagai alat pengkajian risiko terjadinya Pressure Injury yang

19
paling baik dalam meprediksi Pressure Injury (NPUAP Pressure Ulcer

Stages/Categories, 2009)

Skala breden merupakan suatu alat yang dirancang untuk

memudahkan pengkajian fakto risiko terjadinya Pressure Injury . Dalam

skala Braden terdapat 6 (enam) subskala untuk menentukan tingkatan

risiko terjadinya Pressure Injury , Subskala tersebut antara lain adalah :

Persepsi Sensorik, Kelembapan, Aktivitas, Mobilisasi, Nutrisi, Friksi dan

Gesekan. kelembaban kulit, status gizi, dan gesekan / geser (Braden &

Bergstrom, 1994).

Berikut adalah penjelasan dari masing-masing skala:

a. Persepsi Sensorik

Definisi: kemampuan untuk merespon tekanan berarti yang

berhubungan dengan ketidaknyamanan.

Pada subskala ini terdapat 4 (empat) tingkat nilai, yaitu; 1 adalah nilai

terendah (risiko tinggi) dan 4 adalah nilai tertinggi (risiko rendah).

1. Nilai 1 diberikan apabila terjadi keterbatasan total, yaitu tidak

adanya respon pada stimulus nyeri akibat kesadaran yang menurun

ataupun karena pemberian obat-obat sedasi atau keterbatasan

kemampuan untuk merasakan nyeri pada sebagian besar

permukaan tubuh.

2. Nilai 2 diberikan apabila sangat terbatas, yaitu hanya berespon

hanya pada stimulus nyeri. Tidak dapat mengkomunikasinya

ketidaknyamanan, kecuali dengan merintih dan / atau gelisah. Atau

20
mempunyai gangguan sensorik yang membatasi kemampuan untuk

merasakan nyeri atau ketidaknyamanan pada separuh permukaan

tubuh.

3. Nilai 3 diberikan pada saat hanya terjadi sedikit keterbatasan yaitu

dalam keadaan klien berespon pada perintah verbal, tetapi tidak

selalu dapat mengkomunikasikan ketidaknyamanan atau harus

dibantu membalikkan tubuh. Atau mempunyai gangguan sensorik

yang membatasi kemampuan merasakan nyeri atau

ketidaknyamanan pada 1 atau 2 ektrimitas.

4. Nilai 4 diberikan pada saat tidak terjadi gangguan, yaitu dalam

berespon pada perintah verbal dengan baik. Tidak ada penrunan

sendorik yang akan membatasi kemampuan untuk merasakan atau

mengungkapkan nyeri atau ketidaknyamanan.

b. Kelembapan

Definisi: Tingkat kulit yang terpapar kelembapan.

Pada subskala ini terdapat 4 (empat) tingkat nilai, yaitu; 1 adalah nilai

terendah (risiko tinggi) dan 4 adalah nilai tertinggi (risiko rendah).

1. Nilai 1 diberikan apabila terjadi kelembapan kulit yang konstan,

yaitu saat kulit selalu lembab karena perspirasi, urine dsb.

Kelembapan diketahui saat klien bergerak, membalik tubuh atau

dengan dibantu perawat.

21
2. Nilai 2 diberi apabila kulit sangat lembab, yaitu saat kelembaban

sering terjadi tetapi tidak selalu lembab. Idealnya alat tenun dalam

keadaan ini harus diganti setiap pergantian jaga.

3. Nilai 3 diberikan pada saat kulit kadang lembab, yaitu pada waktu

tertentu saja terjadi kelembaban. Dalam keadaan ini, idealnya alat

tenun diganti dengan 1 kali pertambahan ekstra (2 x sehari).

4. Nilai 4 diberikan pada saat kulit jarang lembab, yaitu pada saat

keadaan kulit biasanya selalu kering, alat tenun hanya perlu diganti

sesuai jadwal (1 x sehari).

c. Aktifitas

Definisi: Tingkat Aktifitas Fisik.

Pada subskala ini terdapat 4 (empat) tingkat nilai, yaitu; 1 adalah nilai

terendah (risiko tinggi) dan 4 adalah nilai tertinggi (risiko rendah).

1. Nilai 1 diberikan kepada klien dengan tirah baring, yang

beraktifitas terbatas di atas tempat tidur saja.

2. Nilai 2 diberikan kepada klien yang dapat bergerak (berjalan)

dengan keterbatasan yang tinggi atau tidak mampu berjalan. Tidak

dapat menopang berat badannya sendiri dan / atau harus dibantu

pindah ke atas kursi atau kursi roda.

3. Nilai 3 diberikan kepada klien yang dapat berjalan sendiri pada

siang hari, tapi hanya dalam jarak pendek/dekat, dengan atau tanpa

bantuan. Sebagian besar waktu dihabiskan di atas tempat tidur atau

kursi.

22
4. Nilai 4 diberikan kepada klien yang dapat sering berjalan ke luar

kamar sedikitnya 2 kali sehari dan di dalam kamar sedikitnya 1 kali

tiap 2 jam selama terjaga.

d. Mobilisasi

Definisi: Kemampuan mengubah dan mengontrol posisi tubuh.

Pada subskala ini terdapat 4 (empat) tingkat nilai, yaitu; 1 adalah nilai

terendah (risiko tinggi) dan 4 adalah nilai tertinggi (risiko rendah).

1. Nilai 1 diberikan pada klien dengan imobilisasi total. Tidak dapat

melakukan perbuahan posisi tubuh atau ekstrimitas tanpa bantuan,

walaupun hanya sedikit.

2. Nilai 2 diberikan kepada klien dengan keadaan sangat terbatas,

yaitu klien dengan kadang-kadang melakukan perubahan kecil pada

posisi tubuh dan ekstrimitas, tapi tidak mampu melakukan

perubahan yang sering dan berarti secara mandiri.

3. Nilai 3 diberika kepada klien yang mobilisasinya agak terbatas,

yaitu klien yang dapat dengan sering melakukan perubahan kecil

pada posisi tubuh dan ekstrimitas secara mandiri.

4. Nilai 4 diberikan kepada klien yang tidak memiliki

ketidakterbatasan dalam hal mobilisasi, yaitu keadaan klien dapat

melakukan perubahan posisi yang bermakna d an sering tanpa

bantuan.

e. Nutrisi

Definisi: Pola asupan makanan yang lazim.

23
Pada subskala ini terdapat 4 (empat) tingkat nilai, yaitu; 1 adalah

nilaiterendah (risiko tinggi) dan 4 adalah nilai tertinggi (risiko rendah).

1. Nilai 1 diberikan kepada klien dengan keadaan asupan gizi yang

sangat buruk, yaitu klien dengan keadaan tidak pernah makan

makanan lengkap. jarang makan lebih dari 1/3 porsi makanan yang

diberikan. Tiap hari asupan protein (daging / susu) 2 x atau kurang.

Kurang minum. Tidak makan suplemen makanan cair.  Atau

Puasa dan/atau minum air bening atau mendapat infus > 5 hari.

2. Nilai 2 diberikan kepada klien dengan keadaan mungkin kurang

asupan nutrisi, yaitu klien dengan jarang makan makanan lengkap

dan umumnya makan kira-kira hanya 1/2 porsi makanan yang

diberikan. Asupan protein, daging dan susu hanya 3 kali sehari.

Kadang-kadang mau makan makanan suplemen.  Atau menerima

kurang dari jumlah optimum makanan cair dari sonde (NGT).

3. Nilai 3 diberikan kepada klien dengan keadaan cukup asupan

nutrisi, yaitu klien dengan keadaan makan makanan > 1/2 porsi

makanan yang diberikan. Makan protein daging sebanyak 4 kali

sehari. Kadang-kadang menolak makan, tapi biasa mau makan

suplemen yang diberikan.  Atau diberikan melalui sonde (NGT)

atau regimen nutrisi parenteral yang mungkin dapat memenuhi

sebagian besar kebutuhan nutrisi.

4. Nilai 4 dinerika kepada klien yang baik asupan nutrisinya, yaitu

klien dengan keadaan makan makanan yang diberikan. Tidak

24
pernah menolak makan. Biasa makan 4 kali atau lebih dengan

protein (daging/susu). Kadang-kadang makan di antara jam makan.

Tidak memerlukan suplemen.

f. Friction dan Gesekan

Pada subskala ini terdapat 3 (tiga) tingkat nilai, yaitu; 1 adalah nilai

terendah (risiko tinggi) dan 3 adalah nilai tertinggi (risiko rendah).

1. Nilai 1 diberikan pada klien dengan masalah, yaitu klien yang

memerlukan bantuan sedang sampai maksimum untuk bergerak.

Tidak mampu mengangkat tanpa terjatuh. Seringkali terjatuh ke

atas tempat tidur atau kursi, sering membutuhkan maksimum untuk

posisi kembali Kejang, kontraktur atau agitasi menyebabkan friksi

terus menerus.

2. Nilai 2 diberikan kepada klien dengan masalah yang  berpotensi,

yaitu klien yang bergerak dengan lemah dan membutuhkan bantuan

minimum. Selama bergerak kulit mungkin akan menyentuh alas

tidur, kursi, alat pengikat atau alat lain. Sebagian besar mampu

mempertahankan posisi yang relatif baik diatas kursi atau tempat

tidur, tapi kadang-kadang jatuh ke bawah.

3. Nilai 3 diberikan kepada klien yang tidak memiliki masalah, yaitu

klien yang bergerak di atas tempat tidur maupun kursi dengan

mandiri dan mempunyai otot yang cukup kuat untuk mengangkat

sesuatu sambil bergerak. Mampu mempertahankan posisi yang baik

di atas tempat tidur atau kursi.

25
Nilai total pada pada skala Braden ini berada pada rentang 6-23,

tergantung pada hasil penilaian perawat tersebut. Semakin rendah

total skor yang diperoleh pasien maka pasien itu semakin berisiko

terkena Pressure Injury . Total skor itu dibagi dalam 5 kategori

yaitu : > 18 tidak berisiko, 15-18 mempunyai risiko ringan, 13-14

mempunyai risiko sedang, 10-12 mempunyai risiko tinggi dan < 9

mempunyai risiko sangat tinggi (Braden & Bergstrom, 1994; Black

& Hawks, 2014).

Review literature yang dilakukan oleh Ayello (2003) dari 14

artikel menunjukkan skala Braden dalam memprediksi Pressure Injury

cukup baik dengan nilai sensitiftas cut off point 15 berkisar 83%-100%

dan senstifitas dari 64%-90%. Braden menemukan instrumen untuk

menunjukkan sensitivitas (0.83 - 1.00) dan spesifisitas (0.64 - 0.90)

dengan menggunakan titik cut-off dari 15 (Braden & Bergstrom, 1994).

Hal ini Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bhoki (2014) yang

menyatakan bahwa skala Braden lebih efektif dalam memprediksi risiko

Pressure Injury di ruang ICU.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Alfiyanti et al (2012)

menyimpulkan bahwa Skala Braden efektif untuk dapat mendeteksi

Pressure Injury dengan sensitifitas 88% dan spesifitasnya 58 %, peneliti

menyimpulkan bahwa skala Braden efektif dalam memprediksi kejadian

Pressure Injury di ruang perawatan. Penelitian yang dilakukan oleh

lainnya menyatakan bahwa skala Braden menunjukkan prediktive validity

26
yang baik. Hasil penelitian oleh menunjukkan bahwa alat ini dapat

membantu perawat untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko, dengan

maksud untuk perencanaan asuhan keperawatan (Hyun, et al., 2013).

Dalam penelitian Lahmann dkk (2009) di Jerman Subskala yang

paling mempengaruhi terjadinya Pressure Injury menurut penelitian

tersebut adalah subskala friksi dan gesekan. Subskala yang dianggap

penting selanjutnya adalah nutrisi dan aktifitas.

4. Pengembangan Aplikasi Android

Peran teknologi dapat dimanfaatkan diberbagai bidang, salah

satunya dalam bidang keperawatan. Munculnya aplikasi berbasis android

yang semakin mudah digunakan dan diakses dapat begitu membantu

perawat dalam meningkatakan mutu pelayanan.

Beberapa aplikasi android yang dikembangkan dalam dunia kesehatan

antara lain yang penelitian dilakukan oleh Hadisumito et al (2015) yang

bertujuan merancang aplikasi aplikasi kamus keperawatan berbasis

android yang dapat digunakan dalam mempelajari istilah-istilah

keperawatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kamus keperawatan

dapat di bangun menggunakan software eclipse yang mana eclipse adalah

sebuah IDE (Integrated Development Environment) untuk

mengembangkan perangkat lunak dan dapat dijalankan di semua platform

(platform independent) (Hadisumito, Labolo, & Pomalingo, 2015).

Aplikasi android untuk Paramedis ini digagas oleh Puskesmas

Ngadirojo Pacitan Jawa Timur dengan alamat website

27
www.puskesmasngadirojo.com. Aplikasi tersebut diberi nama Paramedis.

Secara lengkap namanya adalah IK (Instruksi Kerja) Medis Paramedis.

Aplikasi Paramedis ini berisikan SOP beberapa tindakan medis seperti

penjahitan luka, perawatan luka, pengangkatan jahitan, irigasi mata dan

lain sebagainya (Ngadirojo, 2013). Pengembangan aplikasi yang

dilakukan oleh Sahulata et al menghasilkan Aplikasi kerangka tubuh

manusia yang perancangannya dalam bentuk tiga dimensi (3D) dan pada

penelitian ini menampilkan tulang – tulang manusia dari kepala, badan

dan anggota gerak. Aplikasi ini digunakan untuk sarana pengenalan dalam

bentuk virtual (Sahulata, Wahyudi, Wuwungan, & Nayoan, 2016).

Langkah awal dalam melakukan pengembangan aplikasi android

yang dilakukan adalah melakukan translasi skala Braden dari bahasa

Inggris ke Bahasa Indonesia. Melakukan translasi bukan hanya suatu

kegiatan menggantikan teks bahasa sumber (Tsu) ke dalam teks bahasa

sasaran (Tsa) melainkan perlu dipandang sebagai suatu tindak komunikasi,

bukan sekedar kumpulan kata dan kalimat. Dalam melakukan translasi,

seorang translator harus memiliki pengetahuan tentang tahapan-tahapan

dalam melakukan translasi (Nawawi, 2010).

Tahapan translasi terdiri dari analisis, pengalihan dan penyerasian.

Analisis dilakukan untuk memahami maksud penulisan, cara atau gaya

penyampaian dan pemilihan satuan bahasa. Pengalihan dilakukan untuk

menggantikan unsur teks bahasa sumber (Tsu) dengan teks bahasa sasaran

(Tsa) yang sepadan baik bentuk maupun sisnya dengan meninga bahwa

28
kesepadanan bukanlah kesamaan. Penyerasian dilakukan untuk

penyesuaian hasil terjemahan dengan kaidah dan peristilahan dalam

bahasa sasaran apabila tahapan-tahapan tersebut telah dilakuakn, maka

akan dihasilkan sebuah terjemahan (Sayogie, 2008; Nawawi, 2010).

Perancangan aplikasi berbasis android dilakukan setelah melakukan

translasi. Android adalah sebuah system operasi untuk perangkat mobile

berbasis linux yang mencakup system operasi, middleware dan aplikasi.

Andorid menyediakan platform terbuka bagi para pengembang untuk

menciptakan aplikasi mereka (Safaat, 2012).

Android dipuji sebagai “Platform Mobile pertama yang lengkap,

Terbuka dan Bebas”. Lengkap (Complete Platform) adalah dimana para

desainer dapat melakukan pendekatan yang komprehensif ketika mereka

sedang mengembangkan Platform Android. Android merupakan system

operasi yang aman dan banyak menyediakan tools dalam membangun

software dan memungkinkan untuk peluang pengembangan aplikasi.

Terbuka (open source platform) adalah platform android disediakan

melalui lisensi open source. Pengembangan dapat dengan bebas untuk

mengembangkan aplikasi. Free (free platform) dimana platform/aplikasi

yang bebas untuk develop. Tidak ada lisensi atau biaya royalty untuk

dikembangkan pada platform android. Tidak ada biaya keanggotaan

diperlukan. Tidak diperlukan biaya pengujian. Tidak ada kontrak yang

diperlukan. Aplikasi untuk android dapat didistribusikan dan

diperdagangkan dalam bentuk apapun (Safaat, 2012).

29
Pengembangan memiliki beberapa pilihan ketika membuat aplikasi

yang berbasis android. Kebanyakan pengembang menggunakan Eclipse

yang tersedia secara bebas untuk merancang dan mengembangkan aplikasi

android (Safaat, 2012).

Pengembangan aplikasi pada platform android memerlukan android

SDK (Software Development Kit) atau tool API (Appplication

Programming Interface) yang menggunakan bahasa pemprograman Java.

Saat ini disediakan android SDK (Software Development Kit) sebagai alat

bantu API untuk memulai mengembangkan aplikasi pada platform

Android menggunakan bahasa pemrograman Java. Sebagai platform

aplikasi-netral, android memberi kesempatan untuk membuat aplikasi

yang kita butuhkan bukan merupakan aplikasi bawaan Smartphone

(Supriadi, 2014).

Android Development Tools (ADT) merupakan penghubung Eclipse

dengan SDK (Software Development Kit). Android Development Tools

(ADT) adalah plug-in untuk eclipse IDE yang dirancang untuk

memberikan lingkungan yang powerfull dan terpadu untuk membangun

aplikasi Android (Safaat H, 2012). ADT plug-in digunakan untuk

memudahkan pengembangan aplikasi Android mengunakan Eclipse/ADT

memperluas kemampuan eclipse untuk mempercepat dalam pembuatan

project Android baru, membuat aplikasi GUI, menambahkan komponen

berdasarkan Android Framework API, debug aplikasi menggunakan

Android Tools SDK, dan bahkan expore unsigned (.apk) file dalam rangka

30
untuk mendistribusikan aplikasi. Mengembangkan aplikasi Android di

eclipse dengan ADT sangat dianjurkan dan merupakan cara tercepat untuk

memulai membuat aplikasi Android (Safaat, 2012).

Saat ini perhatian difokuskan pada aplikasi berbasis android sebagai

salah satu bagian dari strategi pencegahan dan pengobatan pressure

injury. Kim et al yang mengembangkan prototipe Sappire aplikasi mobile

untuk penilaian risiko tekanan ulkus. Sappire menunjukkan data

dokumentasi sesuai dengan standar terminologi yang relevan, pertukaran

data dengan menggunakan Kontinuitas Perawatan Catatan (CCR) standar

dan display pintar dari data pasien yang relevan dengan parameter risiko

untuk mempromosikan penilaian risiko Pressure injury secara akurat

(Kim, Chung, Wang, Jiang, & Cho, 2015).

C. Kerangka Teori

Salah satu model keperawatan yang telah dikembangkan dalam asuhan

keperawatan adalah model konservasi yang dikembangkan oleh Mira E.

Levine. Model konservasi menurut Levine bertujuan untuk meningkatkan

adaptasi individu dan mempertahanakan keutuhan dengan menggunakan

prinsip-prinsip konservasi. Model konservasi mendeskripsikan tentang cara

yang kompleks yang memungkinkan individu untuk melanjutkan fungsi

meskipun menghadapi hambatan yang berat (Alfiyanti, Nurhaeni, & Eryando,

2012).

Konsep sentral dari teori Levine adalah konservasi. Konservasi adalah

menggambarkan system yang kompleks agar mampu melanjutkan fungsi

31
ketika terdapat beberapa ancaman. Tujuan dari konservasi adalah sehat. Focus

utama knservasi adalah pada integritas dari kesatuan individu. Prinsip-prinsip

konserrvasi adalah sebagai berikut :

1. Konservasi energy

Individu membutuhkan keseimbangan energy dan menghasilkan energy

yang knstan untuk mempertahankan kehidupan. Energy diperlukan untuk

penymbuhan dan pertumbuhan serta untuk mempertahankan termodinamik.

2. Konservasi intergitas struktur

Penyembuhan adalah proses untuk mengembalikan integritas struktur.

Perawat harus berusaha meningkatkan jumlah perbaikan jaringan yang

mengalami sakit dengan mengidentifikasi secara cepat perubahan fungsi.

Pencegahan risiko Pressure Injury dengan mengidentifikasi faktor risiko.

3. Konservasi integritas personal

Nilai diri dan identitas sangatlah penting bagi individu. Tujuan

keperawatan difokuskan untuk mengajarkan pengetahuan dan kekuatan

sehingga pasien dapat hidup mandiri. Klien menyadari pentingnya harga

diri dan identitas diri pasien serta penghormatan terhadap privasi.

4. Konservasi integritas social

Tujuan dari konservasi integritas social adalah untuk melestarikan dan

pengakuan dari interaksi manuasia, terutama klien, orang lain yang

signifikan yang terdiri dari system dukungannya. Perawat berperan

menyediakan kebutuha terhadap keluarga, membantu kehidupan religious

dan menggunakan hubungan interpersonal.

32
Teori keperawatan Levine pada dasarnya sama dengan elemen-lelemn

proses keperawatan. Levine berpendapat perawat harus selalu mengobservasi

klien, memberikan intervensi yang tepat sesuai dengan perencanaan dan

mengevaluasi yang bertujuan untuk membantu klien. Dalam teori Levine,

klien dipandang dalam posisi ketergantungan. Klien membutuhkan bantuan

dari perawat untuk beradaptasi terhadap gangguan kesehatannya.

Pada pengkajian pasien dikaji melalui dua metode yaitu wawancara

dan obaservasi, pengkajian berfokus pada pasien, keluarga, anggota lainnya

dan mempertimbangkan penjelasan dari mereka dalam membantu

menyelesaikan permasalahan kesehatan klien. Dalam pngkajian menyeluruh,

perawat menggunakan prinsip teori Levine yang disebut pedoman pengkajian.

Perawat menitikberatkan pada keseimbangan energy pasien dan pemeliharaan

integritas pasien. Perawat mengumpulkan data tentang sumber energy pasien,

data tentang integritas structural pasien, termasuk pemeliharaan tubuh dan

struktur fisik, integritas personal, serta integritas social (Alligood, Nursing

Theory : Utilization & Application, 2014). Berdasarkan hal tersebut maka

kerangka teori dapa dilihat pada Gambar 2.

33
Gambar 2

KERANGKA TEORI

Stroke adalah gangguan sindrom klinis


akibat gangguan pembuluh darah otak

Faktor Risiko Pressure Injury


Mobilisasi
Nutrisi Gangguan mobilitas fisik
Persepsi sensori (immobilisasi)
Kelembaban Penurunan Aktifitas
Friction dan gesekan Penurunan Persepsi sensori
Aktifitas

Tekanan

Teori levine
Pengkajian risiko Pressure Injuri
dengan skala braden berbasis android

Konservasi integritas struktur

Mengidentifikasi perubahan fungsi

(Braden & Bergstrom, 1994; Black & Hawks, 2014; Alligood, 2014)

34
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL & HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konseptual Penelitian

Kerangka konseptual penelitian merupakan suatu uraian dan

visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang

lainnya, atau variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang

ingin diteliti (Notoatmodjo, 2010 )

Berdasarkan tujuan penelitian dimana peneliti ingin mengetahui

validitas skala Braden berbasis android dalam mendeteksi risiko Pressure

Injury maka kerangka konseptual penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3

KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN

Pasien Stroke
Pasien Stroke

Observer Intra Rater Reliability(?) Expert


Skala braden Test retest Reliability(?) Skala braden
android android
perawatan perawatan hari
hari ke 2 ke 3

35
B. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu atribut, nilai/ sifat dari objek, individu / kegiatan yang

mempunyai banyak variasi tertentu antara satu dan lainnya yang telah

ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan dicari Informasinya serta ditarik

kesimpulannya. (Sugiyono, 2009). Variabel yang digunakan dalam penelitian

adalah skala Braden berbasis paper dan skala Braden berbasis android.

C. Defenisi Operasional & Kriteria Objektif

Defenisi operasional merupakan salah satu aspek dalam penelitian yang

memberikan informasi ilmiah tentang bagaimana seorang peneliti mengukur

variabel penelitian berdasarkan suatu konsep (Arikunto, 2009). Defenisi

operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan untuk meneliti dan

mengoperasikan konstrak, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain

untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau

mengembangkan cara pengukuran konstrak yang lebih baik (Sugiyono, 2009).

Defenisi operasional untuk masing-masing variabel dapat dilihat pada table 1

berikut.

Tabel 1

DEFENISI OPERASIONAL

36
Variabel Defenisi Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Penelitian Opresional Ukur

37
Intra Rater keandalan antar
reliability observer
digunakan
untuk menilai
sejauh mana
penilai atau
pengamat yang
sama
memberikan
perkiraan yang
konsisten dari
fenomena yang
sama
Skala Braden Pengembangan Skala Braden Rentang Ordinal
Berbasis skala braden berbasis android skor skala
Android dalam bentuk diperiksa Braden
perawatan sistem operasi perawatan hari ke Berbasis
hari ke -2 berbasis Linux 2 Android.
yang
dirancang
untuk
perangkat
bergerak layar
sentuh seperti
smartphone
yang dapat
dengan mudah
dibuka
menggunakan
smartphone

dengan Skor
total skala
baden yang
berbasis
android yang
terdiri dari 6

38
(enam)
subsakala,
yaitu Persepsi
Sensorik,
Kelembapan,
Aktivitas,
Mobilisasi,
Nutrisi, Friksi
dan Gesekan
pada
pengkajian
mendeteksi
risiko
Pressure
Injury.

Skala Braden Pengembangan Skala Braden Rentang Ordinal


Berbasis skala braden berbasis android skor skala
Android dalam bentuk diperiksa Braden
perawatan sistem operasi perawatan hari ke Berbasis
hari ke -3 berbasis Linux 3 Android.
yang
dirancang
untuk
perangkat
bergerak layar
sentuh seperti
smartphone
yang dapat
dengan mudah
dibuka
menggunakan
smartphone
dengan Skor
total skala
baden yang
berbasis
android yang
terdiri dari 6

39
(enam)
subsakala,
yaitu Persepsi
Sensorik,
Kelembapan,
Aktivitas,
Mobilisasi,
Nutrisi, Friksi
dan Gesekan
pada
pengkajian
mendeteksi
risiko
Pressure
Injury.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis Nol (Ho)

Skala Braden berbasis android tidak realibel dalam memprediksi risiko

Pressure Injury pada pasien stroke.

Hipotesa Alternatif (Ha)

Skala Braden berbasis android realibel dalam memprediksi risiko Pressure

Injury pada pasien stroke.

40
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan cohort

prospektif yang bertujuan untuk meneliti reabilitas skala Braden berbasis

android dalam memprediksi risiko Pressure Injury pada pasien Stroke.

B. Translation Procces

Translation Procces atau proses penerjemahan adalah rangkaian tindakan

dimana penterjemah mencurahkan pengetahuan, keterampilan, kemampuan,

dan kebiasaannya untuk mengalihkan pesan dari bahasa sumber ke dalam

bahasa sasaran. Dalam penelitian ini Translation Procces dilakukan oleh dua

penerjemaah yang menerjemahkan skala braden dari bahasa inggris ke bahasa

Indonesia dan sebaliknya.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di perawatan Lontara 3 Belakang Neuro di RSUP

DR. Wahidin Sudirohusodo. Alasan Pemilihan lokasi penelitian merupakan

rumah sakit yang belum pernah menggunaka skala Braden dalam menilai

41
risiko kejadian Pressure Injury dan rumah sakit mempunyai pasien dalam

jumlah yang cukup untuk dijadikan subjek penelitian.

Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan April tahun 2017.

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian atau obyek yang akan

diteliti (Tiro, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien

dengan stroke yang dirawat di perawatan Lontara 3 Belakang Neuro di RSUP

DR. Wahidin Sudirohusodo selama dalam waktu penelitian.

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga

dianggap mewakili populasinya (Sastroasmoro & Ismail, 2002). Pengambilan

sampel dilakukan secara terpilih sesuai dengan kiteria inklusi sampai

mencukupi jumlah sampel yang tersedia.

Kriteria inklusi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pasien dengan diagnose stroke

2. Usia ≥ 20-80

3. Pasien atau keluarga bersedia diteliti dengan menandatangani lembar

persetujuan

4. Pasien Stroke dengan gangguan mobilisasi parsial ataupun total.

Kriteria eksklusi adalah :

1. Mempunyai riwayat luka tekan sebelumnya

42
2. Menolak atau menghentikan partisipasi menjadi responden

3. Tidak memiliki keluarga yang menjaga dalam 24 jam.

Besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini ditetapkan dengan

menggunakan power analyze. Estimasi Total sampel yang diikutkan pada

analisa data adalah sebanyak 40 orang.

E. Teknik sampling

Tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan cara non probability sampling jenis Consecutive Sampling

dimana setiap pasien yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam

penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah pasien yang

diperlukan terpenuhi. Adapun alur dalam penelitian dapat dilihat pada gambar

4.

43
Gambar 4

ALUR PENELITIAN

Populasi
(semua pasien dengan stroke yang dirawat di
perawatan Lontara 3 Belakang Neuro di RSUP
DR. Wahidin Sudirohusodo selama dalam
waktu penelitian)

Consecutive Sampling
Sampel
(sebagian dari populasi yang memenuhi criteria
inklusi dan eksklusi)

Melakukan translasi

Desain Aplikasi

Pembuatan Protipe

Melakukan pengembangan aplikasi

Pengujian

Skala Braden Berbasis Android

Uji Reabilitas (observer dan expert)

Pengkajian hari ke- 2 Pengkajian hari ke- 3


Perawatan Risiko Pressure Perawatan Risiko Pressure
Injury dengan Skala Braden Injury dengan Skala Braden
Berbasis Android Berbasis Android

44
F. Instrument, Metode & Prosedur Pengumpulan Data

Instrumen penelitian

Instrument yang digunakan untuk pengumpulan data adalah sebagai berikut :

1. Kuesioner karakteristik responden

Data karakteristik responden diperoleh dengan cara wawancara yang

mencakup : umur, jenis kelaimin, pendidikan terakhir, pekerjaan, riwayat

kesehatan, riwayat penyakit, dan hasil laboratorium.

2. Skala Braden berbasis Android dan Skala Braden paper

Skala braden berbasis Android dan Skala Braden paper digunakan untuk

memprediksi risiko Pressure Injury yang mempunyai 6 sub skala yaitu :

Persepsi sensori, kelembaban, aktifitas, mobilitas, nutrisi, friksi dan

gesekan. Pada 5 sub skala yaitu sensori persepsi, aktifitas, mobilitas, status

nutrisi dan kelembaban akan mendapatkan skor dari 1 sampai 4, dimana 4

menggambarkan kondisi yang terbaik. Pada sub skala friksi dan gesekan

akan mendapat skor 1 sampai 3 dengan 3 mengambbarkan konsisi terbaik.

Pada penelitian ini pengambilan data menggunakan skala Braden berbasis

Android dan Skala Braden Paper untuk memprediksi risiko Pressure

Injury dilakukan oleh peneliti sendiri.

G. Tehnik Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan data

Setelah data yang diperlukan terkumpul, proses selanjutnya dilakukan

45
a. Editing

Editing dilakukan untuk memeriksa validitas data yang masuk.

Kegiatan ini terdiri dari pemeriksaan atas kelengkapan pengisian

kuesioner dan alat ukur, langkah-langkah yang dilakukan adalah

sebagai berikut:

1) Memeriksa kelengkapan data

2) Memeriksa kesinambugan data

3) Memeriksa keseragaman data

b. Coding

Codiing adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengklasifikasikan

data/jawaban menurut kategorinya dengan memberikan symbol-simbol

tertentu dalam bentuk angka setiap jawaban. Semua variabel pada

penelitian ini dikategorikan pada proses coding.

c. Entry data

Entry data dilakukan untuk memasukkan data yang telah dibersihkan

ke alat elektronik, yaitu computer dengan menggunakan program

computer

d. Tabulasi

Tabulasi dat dilakukan untuk meringkas data yang masuk atau data

mentah ke dalam table-tabel yang telah dipersiapkan. Proses tabulasi

data meliputi :

46
1) Mempersiapkan table dengan kolom dan baris yang telah disusun

dengan cermat sesuai kebutuhan.

2) Menghitung banyaknya frekuensi untuk tiap kategori jawaban.

3) Menyusun distribusi dan table frekuensi silang dengan tujuan agar

data dapat tersusun rapi, mudah dibasa dan dianalisis

2. Analisa data

Peneliti dalam tahap analisis data menggunakan program SPSS 20 for

Windows. Selanjutnya analisis dilakukan secara bertahap yang terdiri dari:

a. Univariat

Dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum dengan cara

mendeskripsikan tiap variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu

melihat distribusi frekuensinya.

b. Uji Reabilitas

Uji reabilitas yang digunakan adalah uji korelasi spearman.

H. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, Peneliti memandang perlu adanya rekomendasi

dari komisi etik dengan nomor etik UH17050288 dan permohonan ijin kepada

instansi tempat penelitian. Setelah mendapatkan persetujuan barulah

dilakukan penelitian dengan menekankan masalah etika penelitian yang

meliputi:

1. Informed Consent

Informed Consent merupakan pernyataan kesediaan dari subjek penelitian

untuk diambil datanya dan diikutsertakan dalam penelitian. Dalam

47
Informed Consent harus ada penjelasan tentang penelitian yang akan

dilakukan baik mengenai tujuan penelitian, tata cara penelitian, manfaat

yang akan diperoleh, risiko yang mungkin terjadi dan adanya pilihan

bahwa subjek penelitian dapat menarik diri kapan saja.

2. Confidentiality

Peneliti menjamin kerahasiaan identitas responden dengan tidak

menuliskan nama, tetapi dengan kode-kode tertentu sehingga responden

tidak merasa khawatir. Semua catatan dan data responden disimpan sebagai

dokumentasi penelitian dan tidak mencantumkan nama pasien pada

publikasi hasil penelitian ini.

3. Justice

Prinsip keadilan perlu dijaga oleh peneliti. Peneliti mengkondisikan

tempat pengambilan data dengan menyediakan tempat khusus untuk

memberikan pemeriksaan neuropati. Tujuannya adalah untuk

mendukung kenyamanan dan privasi partisipan selama pemeriksaan

dilakukan. Semua partisipan mendapatkan perlakuan yang sama tanpa

membedakan gender, agama, dan sebagainya.

4. Beneficience dan Nonmaleficence

Hasil penelitian memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas pelayanan

kepada pasien terutama pasien yang mengalami gangguan mobilisasi

sehingga tindakan pencegahan yang tepat dapat diberikan kepada pasien.

48
I. Proses Pengembangan Skala Braden Berbasis Aplikasi Android

Gambar 5

Alur Pengembangan Skala Braden Android

Skala Braden Paper Membuat project baru

Menghubungi Ms. Barbara Braden Via Menambahkan komponen yang


Facebook dan Via email mengenai skala dibutuhkan
braden Versi Indonesia

Mengatur block editor


Rekomendasi Dr. Suriadi, MSN, AWCS
mengenai skala braden Versi Indonesia

Coding
Skala Braden Versi Indonesia

Test aplikasi
Log in aplikasi MIT app Inventor melalui
gmail

Skala Braden Aplikasi Android

Langkah awal dalam melakukan pengembangan skala braden berbasis

aplikasi android adalah melakukan translasi, namun sebelum melakukan

translasi peneliti meminta rekomendasi dari Ms.Barabara Braden mengenai

49
skala braden Indonesia Version melalui via facebook dan email. Ms. Barbara

Braden dan pada tanggal 21 mei 2017 Ms. Barbara Braden

merekomendasikan Dr. Suriadi, MSN, AWCS. Peneliti kemudian

menghubungi Dr. Suriadi mengenai Skala Braden terjemahaan Indonesia.

Penelitian yang dilakukan oleh Suriadi et all pada study prospective mengenai

uji validitas skala braden yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia

mempunyai sensitiftas 80% dan spesifitas 54%. Berdasarkan nilai sensitifitas

dan spesifitas dapat disimpulkan skala braden yang diterjemahkan ke dalam

Bahasa Indonesia mempunyai kemampuan yang baik dalam memprediksi

risiko pressure injury. Setelah mendapatkan skala braden yang diterjemahkan

ke dalam Bahasa Indonesia selanjutnya dilakukan pengembangan skala

braden berbasis aplikasi android.

Pengembangan aplikasi dilakukan dengan menggunakan aplikasi MIT

app inventor. MIT app inventor aplikasi web sumber terbuka yang awalnya

dikembangkan oleh Google, dan saat ini dikelola oleh Massachusetts Institute

of Technology (MIT). Saat ingin mengakses MIT App Inventor harus login

dengan akun Google. Masukkan username dan password akun google dan

kemudian diarahkan ke halaman permission request untuk mengakses

beberapa informasi akun Google. Aplikasi MIT App inventor akan terbuka.

Selanjutnya klik strat new projet dan tambahkan komponen yang dibutuhkan.

Langkah selanjutnya adalah mengatur Block Editor dimana Blocks editor

merupakan tempat dimana setiap aktivitas dan interaksi diproses selanjutnya

50
memulai coding dengan blocks. Setelah semua proses telah selesai dilakukan

dapat dilakukan test aplikasi menggunakan smartphone yang terhubung

internet. Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah aplikasi bisa berjalan

sesuai harapan atau belum.

51
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 7 Juli 2017 sampai dengan tanggal 2

Agustus 2017 di 3 Rumah Sakit di Kota Makassar antara lain Rumah Sakit

Umum Pusat Wahidin Sudirohusodo diruang Brain Center dan Lontara 3 bawah

belakang, Rumah Sakit Labuang Baji diruang baji kamase, baji pamai, baji ada’

dan ICU sedangkan untuk Rumah Sakit Pelamonia diruang asoka, tulip dan

melati. Penelitian ini menggunakan metode observasi dengan pendekatan

prospektif. Besar responden dalam penelitian ini yang memenuhi kriteria inklusi

sebanyak 44 responden, sebanyak 2 responden drop out dalam penelitian ini

dengan alasan keluarga kurang kooperatif dan responden meninggal dunia.

Selanjutnya, data diolah menggunakan SPSS 22.

Hasil data yang ditampilkan berupa analisis univariat dan validitas.

Analisis univariat meliputi karakteristik responden berdasarkan data demografi

dan data status kesehatan. Data demografi meliputi : usia, jenis kelamin,

Pendidikan, suku, status pernikahan, dan pekerjaan. Data status kesehatan yang

meliputi : riwayat penyakit, riwayat stroke, riwayat merokok, diagnose, sistolik,

diastolic, gula darah sewaktu, hemoglobin, hematocrit, dan kolesterol total., pada

52
pasien stroke. Analisis reabilitas menggunakan pendekatan Test-Retest

menggunakan uji korelasi spearman dan analisis reabilitas antara observer

dengan expert dengan menggunakan analisis Intraclass Correlation Coefficient .

Total
Variabel
n = 42 %
Usia (Tahun)
(mean, ± SD) 61.05 ±11.54
Dewasa awal (26 – 35 tahun) 0 0
Dewasa akhir (36 – 45 tahun) 4 9.5
Lansia awal 46 – 55 tahun) 9 21.5
Lansia akhir (56 – 65 tahun) 13 35.7
Manula (>65 tahun) 33 33.3
Jenis Kelamin
Perempuan 19 45.2
Laki – laki 23 54.8
Pendidikan
Sekolah Dasar 20 47.6
Sekolah Menengah Pertama 5 11.9
Sekolah Menengah Atas 9 21.4
Sarjana 7 16.7
Magister 1 2.4
Suku
Bugis 17 40.5
Makassar 16 38.1
Toraja 8 19
Jawa 1 2.4
Status Pernikahan
Menikah 34 81
Janda 8 19
Duda 0 0
Belum menikah 0 0
Pekerjaan
IRT 17 40.5
Pensiunan 6 14.3
Petani 4 9.5
PNS 7 16.7
Tentara 1 2.4
Tidak Bekerja 1 2.4
Wiraswasta 6 14.3

53
Tabel 2 Analisis Demografi Responden

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan rata-rata umur responden adalah

61.05 tahun dengan standar deviasi 11.54 tahun. Sebanyak 4 responden

(9.5%) responden berada pada usia dewasa akhir (36 – 45 tahun), 9

responden (21.5%) responden berada pada usia Lansia awal (46 – 55 tahun), 9

responden (21.5%) responden berada pada usia Lansia awal (46 – 55 tahun),

13 responden (21.5%) responden berada pada usia Lansia akhir (56 - 65

tahun) dan 33 responden (33.3%) responden berada pada usia Manula (>65

tahun). Dari 42 responden sebanyak 17 responden (45.2%) berjenis kelamin

Perempuan dan 23 responden (54.8 %) berjenis kelamin laki-laki. Dari 42

responden sebanyak 17 responden suku bugis, 16 responden suku makassar,

selebihnya suku toraja dan jawa. Sebagain besar status pernikahan responden

adalah menikah yaitu sebanyak 34 responden menikah. Dari 42 responden

sebanyak 17 responden yang berprofesi sebagai IRT, 6 responden berprofesi

sebagai pensuinan, 4 responden berprofesi sebagai petani, 7 responden

berprofesi sebagai PNS, 1 responden berprofesi sebagai tantara, 1 responden

tidak bekerja, dan 6 orang responden berprofesi sebagai wiraswasta.

54
Tabel 3 Analisis Status Kesehatan
Total
Variabel
n = 42 %
Riwayat Penyakit
Diabetes Melitus 1 2.4
Hipertensi 23 54.8
Hipertensi dan Diabetes Melitus 12 28.6
Hipertensi dan Penyakit Jantung 3 7.1
Tidak ada 3 7.1
Riwayat Stroke
Ada 11 26.2
Tidak ada 31 73.8
Riwayat Merokok
Ada 22 55.4
Tidak ada 20 47.6
Diagnosa
HS 12 28.6
NHS 30 71.4
Sistolik (JNC 7)
(mean, ± SD) 159.95 ±24.13
Normal 3 7.1
Pre Hipertensi 3 7.1
Hipertensi Stage 1 11 26.2
Hipertensi Stag 2 25 59.6
Diastolik (JNC 7)
(mean, ± SD) 91.07 ±10.09
Normal 7 16.7
Pre Hipertensi 0 0
Hipertensi Stage 1 25 59.5
Hipertensi Stag 2 10 23.8
Gula Darah Sewaktu (WHO)
(mean, ± SD) 149.21 ±67.82
Normal 26 61.9
Prediabetes 9 21.4
Diabetes 7 16.7
Hemoglobin

55
(mean, ± SD) 13.013 ±2.06
>13 8 19
13-17 29 69
<17 5 12
Hematokrit
(mean, ± SD) 39.17 ±8.26
>37 12 28.6
37-48 26 61.9
<48 4 9.5
Kolesterol Total (WHO)
(mean, ± SD) 193.74 ±59.52
Optimal 26 61.9
Intermediate 7 16.7
High 9 21.4

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan sebagian besar responden mempunyai

riwayat hipertensi yaiu sekitar 23 responden (54.8%). Sebagian besar responden

mempunya riwayat merokok yaitu sekitar 22 responden (55.4%). Sebagian besar

responden mempunyai diagnose mdis NHS yaitu sekitar 30 responden (71.4%). Rata-

rata tekanan sistolik sekitar 159.95 dengan standar deviasi 24.13 dan rata-rata tekanan

diastolic sekitar 91.07 dengan standar deviasi 10.09. Rerata Gula Darah Sewaktu

adalah 149.21 dengan standar deviasi 67.82, rata-rata untuk Hemoglobin adalah 13.01

dengan standar deviasi sekitar 2.06, dan rata-rata untuk kolesterol Total adalah

193.74 dengan standar deviasi 59.52.

Tabel 5. Hasil analisis Test retest reability Skala Braden Android

Skala Braden Android Perawatan Hari ke- 2

Skala Braden Android Perawatan Hari ke-3 r = 0.909


P< 0.001
n = 42
Uji Korelasi Spearman

56
Berdasarkan table 4 menunjukkan analisis korelasi Spearman antara skala

braden android perawatan hari ke-2 dengan skala braden android perawatan hari

ke-3 diperoleh nilai p < 0.001 nilai r = 0.909 dengan jumlah sampel sebanyak 42

responden.

B. Pembahasan

Tujuan dari penelitian ini adalah uji reabilitas skala Braden berbasis android

dalam memprediksi risiko Pressure Injury pada pasien stroke. Pada penelitian

menggunakan pendekatan Test-Retest dengan uji korelasi spearman. Dari hasil

penelitian didapatkan nilai p< 0.001 yang menunjukkan bahwa korelasi antara skor

skala braden android pada hari perawatan ke- 2 dan skor skala braden android pada

hari perawatan ke – 3 bermakna. Nilai korelasi Spearman sebesar 0.901

menunjukkan korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang kuat. Kesimpulan

dari penelitian ini skala braden berbasis aplikasi android handal dalam

memprediksi risiko pressure injury pada pasien stroke.

Pada Penelitian ini dilakukan analisis Intraclass Correlation Coeffient antara

peneliti sebagai observer dan expert. Hasil dari analisis Intraclass Correlation

Coeffient (ICC) antara observer dan expert untuk skala braden paper 0.94 (95%CI;

0.895 – 0.976) dan untuk skala braden berbasis android adalah 0.94 (95% CI 0.895

– 0.976). Dari Uji Analisis tersebut dapat disimpulkan tidak ada perbedaan

57
persepsi antara observer dengan expert mengenai skala braden paper dan skala

braden berbasis android.

Peneliti menilai skala braden berbasis android yang dikembangkan mudah

digunakan oleh perawat. Pada halaman awal perawat tinggal klik ‘masuk’ dan

skala braden berbasis langsung bisa digunakan untuk menilai risiko pressure

injury. Skala braden berbasis android ini bisa digunakan tanpa terhubung internet

atau offline, dapat diakses dimanapun dan kapanpun sehingga memberi

kemudahan bagi pengguna.

Salah satu keuntungan terbesar penggunaan aplikasi berbasis androiduatan

pada smartphone adalah akses yang mudah dan cepat. Salah satu aplikasi dalam

bidang ksehatan adalah aplikasi yang dikembangkan oleh Husain et al, 2010

mengenai Kalkulator medis sangat membantu karena mencakup berbagai

algoritma medis yang biasa digunakan oleh Perawat. Algoritma medis dalam

aplikasi tersebut meliputi perhitungan BMI, roda nurses. Perawat. Examples

include BMI calculations, OB wheel, Braden scale, glomerular filtration rate,

creatinine clearance, Contohnya meliputi perhitungan BMI, roda OB, skala

Braden, laju filtrasi glomerulus, klirens kreatinin, perhitungan dosis pediatrik

MedCalc medis populer kalkulator, , tersedia gratis untuk Palm Window Mobile,

iPhone dan tersedia di Google OS untuk Andorid (Husain, Alkadhi, & Misra S,

2015).

Temuan lainnya yang serupa dengan penelitian ini yaitu mengembangkan

suatu skala berbasis android untuk mendeteksi risiko pressure injury adalah

penelitian yang dilakukan oleh Grey et al bertujuan untuk Memvalidasi the

58
Pressure Ulcer Risk Scale (PURS) dalam mendeteksi resiko pressure injury di

rumah sakit akut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pressure Ulcer Risk Scale

(PURS) mempunyai sensitivitas 72.9% dan spesifitas 71.3%. Kesimpulan dari

penelitian tersebut menyatakan bahwa PURS menunjukkan kemampuan kuat

untuk mendeteksi risiko pressur injury di lingkungan medis, bedah, dan ortopedi

umum dalam perawatan akut, sebanding dengan tindakan lainnya. Pengurangan

beban penilaian tanpa kehilangan kelengkapan dapat dicapai dengan

mengintegrasikan skala risiko ke dalam sistem penilaian yang ada (Xie, Peel,

Hirdes, Poss, & Gray, 2016).

Berbeda dengan Penelitian yang dilakukan oleh Hayn et al yang

mengembangkan sebuah aplikasi dengan nama Sistem eHealth dimana system ini

bertujuan untuk penilaian risiko pressure injury berdasarkan keunggulan

accelerometer dan sensor tekanan untuk pemantauan fakor risiko pressure injury

data sensor kemudian dikirm ke tablet dimana akan dianalisis dan disajikan secara

grafis. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan Korelasi yang lemah di antara

system eHealth dan skala Braden paper dalam memprediksi risiko pressure injury

(aktor korelasi = 0.31) (Hayn, et al., 2015).

Penelitian lainnya yang mengembangkan aplikasi berbasis android adalah

penelitian yang dilakukan oleh Kim (2016) yang mengembangkan aplikasi

berbasis android yang bertujuan untuk mendeteksi risiko pressure injury.

Penelitian dilakukan secara pilot study. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan

aplikasi berbasis android yang dikembangkan mampu memdeteksi risiko pressure

injury. Aplikasi ini juga menyediakan fungsi pendukung keputusan ringan untuk

59
menampilkan data penilaian yang dikumpulkan yang sesuai dengan parameter

skala Braden (Kim et al, 2016). Temuan lainnya yang dilakukan oleh Pedro (2011)

yang mengembangkan aplikasi Mobile health platform for pressure ulcer

monitoring dari hasil uji coba interaksi aplikasi dan data registrasi mndapatkan

hasil yang positif mempercepat akses informasi penting, membuat pekerjaan lebih

mudah dan lebih baik, informasi penting menjadi aman dan catatan data lebih

kredibel. Aplikasi yang direkomendasikan dapat membantu pekerjaan

keperawatan. Kegunaan aplikasi Mobile health platform for pressure ulcer

monitoring dapat mempercepat pengambilan keputusan dapat mengurangi masalah

yang dimaksud saat menggunakan kertas (Pedro, Rodrigues, & Vardasca, 2011).

Aplikasi mobile semakin banyak digunakan untuk menunjang pekerjaan

dalam dunia keperawatan, salah satu aplikasi mobile yang dapat dimanfaatkan

adalah aplikasi yang dikembangkan oleh Rodrigues et al, 2013 yang

mengembangkan mULCER dapat mendukung insiatif intervensi terhadap pasien

yang berpotensi mengalami pressure injury (Torre-Díez, Pedro, Rodrigues ,

Martins, & Vardasca, 2013).

Skala braden berbasis aplikasi android ini masih perlu perbaikan untuk dapat

diintegrasikan pada pengkajian digital yang digunakan dirumah sakit. Walaupun

hasil penelitian menunjukkan skala braden berbasis android realibel atau handal

dalam memprediksi risiko pressure injury peneliti mengarapkan dapat dilakukan

penelitian selanjtnya dengan jumlah sampel yang lebih besar. Selain itu Pada

pengembangan selanjutnya, peneliti berharap skala braden berbasis aplikasi

android dapat di upload ke Play Store maupun google Store sehingga dapat

60
digunakan untuk masyarakat yang pada akhirnya dapat mengurangi prevalensi

pressure injury pada pasien yang berisiko utamanya pada pasien stroke. Skala

braden berbasis android dapat dikembangkan sehingga kompatibel pada platform

selain Android, seperti iOS, Windows Phone, ataupun Blackberry OS.

Masalah lain yang mungkin akan muncul dalam membuat apilkasi android ini

adalah tidak ada jaminan aplikasi akan berjalan lancar di setiap device. Mungkin

saat anda memakai samsung, aplikasi yang anda buat lancar namun saat di insall di

Experia atau tipe android yang berbeda kemungkinan tidak dapat berjalan

sebagaimana mestinya.

Gambar 6 Tampilan Skala Braden Berbasis Aplikasi Android

Gambar 1

Halaman Awal

Gambar 2

Tampilan Halaman Pengkajian Skala Braden Berbasis Android dengan 6 Faktor Risiko Pressure Injury

61
Gambar 3 Gambar 4
Halaman Penjelasan Subskala Halaman Pengembang Skala Braden Berbasis Android

Gambar 6 menampilkan halaman awal klik ‘masuk’ maka akan kehalaman

berikutnya yaitu halaman utama seperti yang terlihat pada gambar 2 yang terdiri

dari 6 subskala factor risiko pada skala braden berbasis android. Klik ‘?’ pada

halaman utama maka akan muncul halaman penjelasan 6 subskala factor risiko

pressure injury seperti yang terlihat pada gambar 3. Gambar 4 menampilkan

halaman pengembang dan sumber terjemahan skala braden berbasis android.

C. Keterbatasan Penelitian

62
1. Skala Braden Berbasis Android perlu dievaluasi dan disempurnakan secara

menyeluruh Berdasarkan kebutuhan pengguna yang luas, yang direncanakan

sebagai langkah selanjutnya dalam penelitian ini.

2. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah consecutive sampling

dimana kelemahan dalam metode ini adalah tidak semua anggota populasi

mempunyai peluang yang sama untuk menjadi responden dengan demikian

hasil penelitian tidak bias digeneralisasikan pada populasi yang lebih besar.

3. Jumlah sampel yang kecil (<80 responden)

4. Skala Braden berbasis aplikasi android tidak ada jaminan aplikasi akan

berjalan lancar di setiap device

63
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Skala braden berbasis aplikasi android realibel dalam memprediksi risiko

pressure injury pada pasien stroke

2. Dari Uji Analisis Intraclass Correlation Coeffient (ICC) tersebut dapat

disimpulkan tidak ada perbedaan persepsi antara observer dengan expert

mengenai skala braden paper dan skala braden berbasis android.

B. Saran

1. Disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel

yang lebih besar.

2. Disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengevalusi dan

menyempurnakan skala braden berbasis aplikasi android sehingga dapat

diintegrasikan dalam format pengkajian digital yang digunakan di Rumah

Sakit.

64
3. Disarankan untuk penelitian selanjutnya Skala braden berbasis android dapat

dikembangkan sehingga kompatibel pada platform selain Android, seperti

iOS, Windows Phone, ataupun Blackberry OS.

DAFTAR PUSTAKA

(NPUAP), N. P. (2016). National Pressure Ulcer Advisory Panel (NPUAP)


announces a change in terminology from pressure ulcer to pressure injury and
updates the stages of pressure injury. http://www.npuap.org/national-
pressure-ulcer-advisory-panel-npuap-announces-a-change-in-terminology-
from-pressure-ulcer-to-pressure-injury-and-updates-the-stages-of-pressure-
injury/ , 1.
Alfiyanti, D., Nurhaeni, N., & Eryando, T. (2012). Pengaruh Perawatan Kulit
Berdasarkan Skor Skala Braden Q Terhadap Kejadian Luka Tekan Anak Di.
Jurnal Unimus , 1-9.
Aligood, M. R. (2014). Nursing Theory : Utilization & Application. United States of
America: Elsevier.
Amir, Y., Lohrmann, C., Halfens, R. J., & Schols, J. (2016). Pressure ulcers in four
Indonesian hospitals: prevalence, patient characteristics, ulcer characteristics,
prevention and treatment. International Wound Journal , 1-10.
Arikunto. (2009). Prosedur penelitian : Suatu Pendekkatan praktik edisi revisi VII.
Jakarta: Rineka Cipta.
Ayello, E. A. (2017). Predicting Pressure Injury Risk. The Hartford Institute for
Geriatric Nursing, New York University, College of Nursing , 1-2.
Balzer, K., Pohl, C., Dassen, T., & Halfens, R. (2007). The Norton, Waterlow,
Braden, and Care Dependency Scales Comparing Their Validity When
Identifying Patients’ Pressure Sore Risk. J Wound Ostomy Continence Nurs ,
1-10.

65
Bhoki, M. W., Mardiyono, & Sarkum. (2010). Braden Scale and Norton in Predicting
Risk of Pressure Sores in ICU Room. Poltekkes Kemenkes Semarang , 1-11.
Black, J. M., & Hawks, H. J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah (8th ed.).
Singapore: Elsevier.
Borghardt, A. T., Prado, T. N., Araújo, T. M., Rogenski, N. M., & Bringuente, M. E.
(2015). Evaluation of the pressure ulcers risk scales with criticaly ill patients:
a prospective cohort study. Rev. Latino-Am. Enfermagem , 1-8.
Braden, B. J., & Bergstrom, N. (1994). Predictive Validity of the Braden Scale for
Pressure Sore Risk in a Nursing Home Population. Research in Nursing &
Health , 1-12.
BRUSCO, J. M. (2010). Using Smartphone Applications in Perioperative Practice.
AORN Journal , 1.
Bryant, R. (2007). Acute and Chronic Wounds Nursing Management, Second Edition.
Missouri, St. Louis: Mosby Inc.
Cahyopoetra, A. J. (2015). Identification Of Bacterial Patterns And Antibiotic
Resistance Test In Patients With Decubitus Ulcers At Wahidin Sudirohusodo
Hospital. DIgitalisasi Perpustakaan Pusat Unhas , 1.
Curtis, Alman, & Hill. (2007). Pressure ulcer prevention and treatment. UAB School
Of Medicine , 1.
DIO, R. P. (2015). Gambaran Faktor Risiko Kasus Ulkus Dekubitus di RSUP. DR.
M. DJAMIL PADANG TAHUN 2011-2013. . Diploma thesis, UPT.
Perpustakaan Unand. , 1.
Fernandes, L., & Caliri, M. H. (2008). USING THE BRADEN AND GLASGOW
SCALES TO PREDICT PRESSURE ULCER RISK IN PATIENTS
HOSPITALIZED AT INTENSIVE CARE UNITS. Rev Latino-am
Enfermagem , 1-6.
Handayani, R. S. (2010). Efektifitas Penggunaan Virgin Coconut Oil (Vco) Dengan
Massage Untuk Pencegahan Luka Tekan Grade I Pada Pasien Yang Berisiko
Hayn, D., Falgenhauer, M., Morak, J., Wipfler, K., Willner,, V., Liebhart, W., &
Schreier, G. (2015). An eHealth System for Pressure Ulcer Risk Assessment
Based on Accelerometer and Pressure Data. Journal of Sensors, 1-5.

Hyun, S., Vermillion, B., Newton, C., Fal, M., Li, X., Kaewprag, P., et al. (2013).
Predivtive Validity of The Braden Scale For Patients In Intensive Care Units.
AJCC AMERICAN JOURNAL OF CRITICAL CARE , 1-8.

66
Ignatavicius, & Workman. (2006). Medical surgical nursing ;Critical Thinking for
collaborative care 5 edition. Philadelphia: W.B Sounders Company.
Kale, E. D. (2014). Efektifitas skala Braden dalam memprediksi kejadian luka tekan
di bangsal bedah-dalam RSU Prof. Dr. W.Z. Yohannes Kupang.
Perpustakaan Universitas Indonesia , 1.
Kaltenthaler, E., Whitefield, Walters, Akenburst, & Paisley. (2001). UK, USA and
Canada: how do their pressure ulcer prevalence and incidence data compare?
journal of Wound Care , 1-4.
Keller, Wille, Ramshort, & Werken. (2002). Pressur ulcers in intensive :a review of
risk and prevention. Intensive Care Med , 1-10.
Kim, H., Chung, H., Wang, S., Jiang, X., & Cho, J. (2015). SAPPIRE: a Prototype
Mobile Tool for Pressure Ulcer Risk Assessment. Stud Health Technol Inform
, 1-11.
Kottner, K, B., T, D., & S., H. (2009). Pressure ulcers: a critical review of definitions
and classifications. Ostomy Wound Management , 1-8.
Kwong, Pang, Wong, Ho, Shao-ling, & Li-jun. (2005). Predicting pressure ulcer risk
with the modified Braden,Braden, and Norton scales in acute care hospitals in
mainland China. Applied Nursing Research , 1-6.
Langhorne, P., Lewsey, J. D., Jhund, P. S., Gillies, M., Chalm, J. W., Redpath, A., et
al. (2010). Estimating the impact of stroke unit care in a whole population: an
epidemiological study using routine data. Journal Of NeuroInterventional
Surgery , 1-11.
Lehrer. (2008). Bedsore : Decubitus Ulcer.
Lemone, & Burke. (2008). Medical surgical nursing : Critical thinking and clent
care. St.Louis: Mosby.
Maklebust. (1987). Pressure ulcers: etiology and prevention. Nurs Clin North Am. , 1.
Maklebust, J., & Sieggreen, M. (2001). Pressure Ulcers: Guidelines for Prevention
and Management. United State of America: Lippincott Williams & Wilkins.
Maryunani, A. (2013). Perawatan Luka Modern terkini dan terlengkap. Jakarta: In
Media.
Nawawi, R. (2010). Analisa Kalimat Efektif Bahasa Indonesia Terhadap Terjemahan
Irsyadul Ibad Ila Sabilirrasyad. Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta , 1-87.
Notoatmodjo, S. (2010 ). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

67
NPUAP. (2012). Pressure Ulcer Awareness Day. National Pressure Ulcer Advisory
Panel , 1.
NPUAP. (2012). Pressure Ulcer Awareness Day. http://www.npuap.org/ , 1.
NPUAP Pressure Ulcer Stages/Categories. (2009). Retrieved 11 2, 2017, from
www.npuap.org: http://www.npuap.org/wp-content/uploads/2012/01/NPUAP-
Pressure-Ulcer-Stages-Categories.pdf
PARK, S.-H., & LEE, H. S. (2015). Assessing Predictive Validity of Pressure Ulcer
Risk Scales- A Systematic Review and Meta-Analysis. Iran J Public Health,
Vol. 45, No.2, Feb 2016, pp. 122-133 , 1-12.
Potter, & Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,Proses, Dan
Praktik, edisi 4, Volume.2. Jakarta: EGC.
Reddy, M., & Gill, S. (2006). (2008). Preventing Pressure Ulcer : A Systemic
Review. JAMA , 1-10.
RISKESDAS. (2013). RISET KESEHATAN DASAR. Jakarta: BADAN PENELITIAN
DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN.
Rodrigues, J. J., Pedro, L. M., Vardasca, T., Martins, H. M., & Diez, I. (2013).
Mobile health platform for pressure ulcer monitoring with electronic health
record integration. Health Informatics Journal , 1-12.
Roger, Ranganathan, & sahgal. (2005). Suppotr Surface Intterface Pressure
Mikroenvironment and the Prevalence Of Pressure Ulser. Medline Jurnal , 1-
5.
Sabandar. (2008). Decubitus. Jakarta: EGC.
Sackley, C., Brittle, N., Patel, S., Ellins, J., Scott, M., Wright, C., et al. (2009). The
Prevalence of Joint Contractures, Pressure Sores,Painful Shoulder, Other Pain,
Fals, and Depression in theYear After a Severely Disabling Stroke.
ahajournals , 1-7.
Safaat, N. H. (2012). Pemrograman Aplikasi MobileSmartphone dan Tablet PC.
Bandung: Informatika Bandung.
Sastroasmoro, S., & Ismail, S. (2002). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis.
Jakarta: Binarupa Aksara.
Sayogie, F. (2008). Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia.
Lembaga Penelitian UIN , 1-8.

68
Schindler, C., Mikhailov, T., Kuhn, E., Christopher, J., Conway, Ridling, et al.
(2011). Protecting fragile skin: nursing interventions to decrease development
of pressure ulcers in pediatric intensive care. Am J Crit Care , 1-11.
Seongsook, Ihnsook, & Younghee. (2004). Validity of pressure ulcer assessment
scales: Cubbin and Jackson, Braden, and Douglas scales. International
Journal of Nursing Studies , 1-5.
Smeltzer, Bare, Hinkle, & Chever. (2008). Testbook Of medical-surgical nursing :
Brunner & Suddarth's 11 editition. Philadhelpia: Lippincott Williamx &
Wilkins.
Sriningsih, N. (2012). Penerapan Dokumentasi Keperawatan Dengan Elektronik
Dalam Upaya Meningkatkan Pelayanan Keperawatan Di Rumah Sakit.
Univeritas Indonesia , 1-11.
Staarink. (1995). Sitting posture,comfort and pressure. The quality of wheelchair
cushion, . Delft University of technology , 1-11.
Sugama, Sanada, Inagaki, M, N., & Kanagawa. (1992). Study on the risk factors of
pressure sore development in the intensive care unit with pressure–relieving
care. Memoirs of Alied Medical Profession Kanazawa University; , 1-7.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D). Bandung: Alfabeta.
Supriadi. (2014). Semua Bisa Menjadi Programmer Android. Jakarta: PT. Elex Media
Komputer.
Suriadi, Kitagawa, Sanada, Sugama, Kinoshita, & Sizoku. (2002). Study of reliability
and validity of the Braden scale translated into Indonesian. Journal of Tissue
Viability , 1-6.
Suriadi, Sanada, Sugama, Kitagawa, Thigpen, Kinosita, et al. (2007). Risk Faktors In
the Development of Pressure Ulcer in an Intensive Care Unit in Pontianak.
International Wound Journal , 1-7.
Teslim, O. A., Ogunsanya, I. G., Oniyangi, S. O., Awotidebe, T. O., & Ojoawo, A. O.
(2012). An Evaluation of Risk Factors and Preventive Techniques for
Decubitus Ulcers in Selected Nigeria Hospitals. TAF Preventive Medicine
Bulletin , 1-6.
Theaker, MannanM, N, I., & Soni. (2002). Risk factors for pressure sores in the
criticaly ill. Journal of Association of Anaesthesia , 1-5.
Thomas. (2001). preventive and treatment of pressure ulcer:what works?whatdoesn't?
cleveland clinic journal of medicine , 1-17.

69

Anda mungkin juga menyukai