Anda di halaman 1dari 10

PERAN PERAWAT TENTANG INSIDEN NYARIS CEDERA

PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT


Lidya Andriani S
lidyahartinisihombing@gmail.com

Insiden keselamatan pasien menjadi salah satu indikator mutu pelayanan di


rumah sakit. Monitoring variasi insiden sebagai kontrol dalam melakukan upaya
perbaikan mutu dan keselamatan pasien. Keselamatan pasien merupakan sebuah
prioritas utama yang harus diprogramkan dan dilaksanakan oleh rumah sakit, yang
bertujuan untuk melindungi pasien dari setiap kejadian tak terduga yang tak
diharapkan. Pada tahun 2004, World Health Organization (WHO) mencanangkan
Safety Is a Fundamental Principle of Patient Care and a Critical Component of
Quality Management, program tersebut merupakan program bersama dengan
berbagai negara untuk meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit.
Keselamatan pasien (patient safety) saat ini telah menjadi isu global dan nasional
bagi Rumah Sakit. Rumah sakit tidak hanya berorientasi terhadap laba semata,
namun harus tetap memperhatikan kualitas layanan terhadap para konsumen terutama
berkenaan dengan isu keselamatan pasien (patient safety). Tujuan: Tujuan dari
pengkajian ini untuk meningkatkan kualitas keselamatan pasien di Rumah Sakit,
meningkatkan standar layanan kesehatan terhadap pasien dan masyarakat serta
mencegah menurunya kualitas atau kejadian yang tidak diharapkan. Metode: Metode
yang digunakan dalam membahas ini yakni literature review dengan cara
menggunakan analisis data dari beberapa sumber seperti jurnal atau text book.
Metode ini menggambarkan penerapan standar sasaran keselamatan pasien di Rumah
Sakit melalui literature. Hasil: Kejadian Nyaris Cedera (KNC) dan Kejadian Tidak
Cedera (KTD) masih terjadi di Rumah Sakit. mengingat insiden yang berkaitan
dengan keselamatan pasien sangat erat kaitannya dengan mutu pelayanan fasilitas
kesehatan dan hukum. Perawat juga harus memahami tindakan yang akan diambil
dengan melakukan laporan Insiden Keselamatan Pasien KKP-RS merupakan suatu
pelaporan anonim dan tertulis ke KKP-RS setiap KTD atau KNC yang terjadi pada
pasien yang kemudian dilakukan analisis penyebab, rekomendasi dan solusinya,
terhadap bagaimana alur pelaporan yang dimiliki oleh rumah sakit.
Keyword: Keselamatan Pasien, Cedera, Rumah Sakit

1
LATAR BELAKANG sesuatu atau tidak mengambil tindakan.
Artinya kejadian tersebut dapat dicegah,
Rumah Sakit merupakan pelayanan
sebelum terjadi insiden yang
kesehatan dimana terdapat banyak jenis
mengancam nyawa pasien. Selanjutnya,
obat, bermacam-macam tes, berbagai
diperoleh informasi bahwa dari sekitar
alat kesehatan dan teknologinya, serta
1.292 Rumah Sakit (RS) di Indonesia
berbagai profesi yang memberikan
yang telah terakreditasi (60%), belum
pelayanan kepada pasien. Keberagaman
semuanya menerapkan standar
tersebut dapat mengakibatkan suatu
keselamatan pasien secara optimal.
insiden apabila tidak dikelola dengan
Indikator untuk KP diantaranya
baik (Depkes, 2008). Insiden
adalah jumlah insiden yang terjadi, baik
Keselamatan Pasien adalah setiap
KNC atau KTD. Data insiden KP yang
kejadian yang tidak disengaja dan
tercatat pada bulan September 2006
kondisi yang mengakibatkan atau
-Agustus 2007, dari 9 provinsi terdapat
berpotensi mengakibatkan cedera yang
145 insiden KP yang dilaporkan.
dapat dicegah pada pasien (Kementerian
Institute of Medicine(IOM) mencatat
Kesehatan, 2017).
sebanyak 44.000-98.000 orang
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
meninggal per tahunnya di Amerika
merupakan kejadian yang
Serikat yang disebabkan oleh kesalahan
mengakibatkan cedera yang tidak
medis.Angka kematian akibat kejadian
diharapkan pada pasien karena suatu
tidak diharapkan (KTD) pada pasien
tindakan (commission) atau karena tidak
rawat inap di Amerika yang berjumlah
bertindak (omission) dan bukan karena
33,6 juta (Kementerian Kesehatan ,
underlying disease atau kondisi pasien.
2017).Laporan insiden keselamatan
Sedangkan Kejadian Nyaris Cedera
pasien (IKP) di Inggris berdasarkan
(KNC) merupakan suatu kejadian yang
National Reporting and Learning
berhubungan dengan keamanan pasien
System (NRLS) tahun 2015 mencatat
yang berpotensi atau mengakibatkan
sebanyak 825.416 insiden. Laporan
efek diakhir pelayanan, yang dapat
tersebut meningkat 6% dari insiden
dicegah sebelum konsekuensi aktual
ditahun sebelumnya. Dari laporan
terjadi atau berkembang. Dan menurut
tersebut, 0.22% insiden didapatkan telah
departemen kesehatan, KNC adalah
menyebabkan kematian. National
suatu insiden yang tidak menyebabkan
Patient Safety Agency tahun 2017
cedera pada pasien akibat melakukan

2
melaporkan angka kejadian IKP di jumlah pelaporan insiden sejak 2016
Inggris tahun 2016 sebanyak 1.879.822 sampai 2018. Jumlah terjadinya KTD
insiden, dan untuk Indonesia dalam meningkat tiga kali lipat secara
rentang waktu 2006–2011, sedangkan berturut-turut: 315, 498, dan 578. KNC
Komite Keselamatan Pasien Rumah juga mengalami peningkatan selama
Sakit (KKPRS) melaporkan adanya tiga tahun: 216, 415, dan 464.
sejumlah 877 insiden (NHS England, Beberapa kasus juga menunjukkan
2015) Pelaporan Insiden Keselamatan bahwa sebanyak 30% pelaporan insiden
Pasien di Indonesia berdasarkan dibuat tidak tepat waktu, sebanyak 23%
provinsi mencatat bahwa provinsi DKI laporan tidak lengkap, dan 30% laporan
Jakarta menempati urutan tertinggi, menunjukkan kejadian yang berulang
yaitu 37,9% lebih besar dari antara dari kasus lama, misalnya reaksi setelah
delapan provinsi lainnya (Jawa Tengah transfusi darah (44), salah identifikasi,
15,9%, D.I. Yogyakarta 13,8%, Jawa salah pelabelan (83), pasien jatuh (5),
Timur 11,7%, Sumatera Selatan 6,9%, kesalahan pengobatan (107), dan data
Jawa Barat 2,8%, Bali 1,4%, Aceh tidak lengkap atau hilang (44).
10,7%, dan Sulawesi Selatan Kasus-kasus yang berulang terjadi
0,7%).Sedangkan dalam bidang karena sistem pembelajaran dan
spesialisasi penyakit, ditemukan bahwa rekomendasi yang dibuat dari sistem
kesalahan paling banyak terjadi pada pelaporan tidak dilakukan secara
unit penyakit dalam, bedah dan anak optimal.
sebesar 56,7%. Jumlah tersebut lebih
TUJUAN
besar dibandingkan unit kerja lain
(KKP-RS, 2016). Sedangkan apabila Pembahasan ini bertujuan agar
dilihat dari tipe kejadian perawat dan mahasiswa keperawatan
insiden,ditemukan bahwa Kejadian dapat meningkatkan pemahaman
Nyaris Cedera (KNC) memiliki terhadap standar sasaran keselamatan
presentase 47,6%; lebih banyak pasien di Rumah sakit. Serta
dibandingkan Kejadian Tidak Meningkatkan pemahaman terhadap
Diharapkan (KTD) yang sebesar 46,2% penerapan budaya keselamatan pasien,
(Arjaty, 2006). Data dari sebuah rumah maka diharapkan agar meminimalkan
sakit swasta di Kabupaten Kudus berbagai risiko dalam asuhan
menunjukkan peningkatan dalam keperawatan. Dengan tujuan kita tahu

3
apa saja yang harus dilakukan dalam artikel, kata kunci yang digunakan yaitu
melakukan keselamatan pasien tersebut, peran perawat tentang insiden nyaris
contohnya seperti membangkitkan cedera pada pasien di rumah sakit.
kesadaran diri setiap individu akan nilai
keselamatan pasien dan saling belajar, HASIL
berbagi pengalaman tentang
keselamatan pasien. Meningkatkan Dari metode literature review yang
standar keselamatan pasien di Rumah digunakan didapatkan bahwa penerapan
Sakit. Meningkatnya akuntabilitas standar sasaran keselamatan pasien
rumah sakit terhadap pasien dan sangat penting dilakukan pada pasien di
masyarakat. rumah sakit. Yang dimaksud dari
Sasaran Keselamatan Pasien yakni
METODE mendorong peningkatan spesifik dalam
keselamatan pasien. Sasaran ini
Metode yang digunakan dalam menyoroti area yang bermasalah dalam
membahas ini yakni literature review pelayanan kesehatan serta menguraikan
dengan cara menggunakan analisis data tentang solusi terhadap permasalahan ini.
dari beberapa sumber bertujuan agar Keselamatan pasien yakni suatu sistem
menguraikan masalah serta yang mencegah terjadinya Kejadian
mengevaluasi masalah dan merangkum Tidak Diharapkan (KTD) akibat
menjadi pembahasan untuk tindakan yang dilakukan atau bahkan
menyelesaikan masalah tersebut. tidak dilakukan oleh tenaga medis
Metode ini menggambarkan penerapan maupun non medis. Hasil dari data yang
standar sasaran keselamatan pasien di telah dikumpul dari berbagai sumber,
Rumah Sakit melalui literature, agar banyak perawat yang sudah menerapkan
mendapatkan bahasan sesuai dengan budaya keselamatan pasien dengan baik,
topic yang sedang dibicarakan. Metode tetapi ada beberapa perawat yang masih
penelitian yang digunakan yakni kurang tepat dan lengkap dalam
menganalisis artikel, , jurnal maupun melakukan penerapan standar sasaran
text book, yang telah diterbitkan keselamatan pasien di Rumah Sakit.
sepuluh tahun terakhir yang Penerapan standar sasaran keselamatan
menggunakan google scholar, google pasien dapat meningkatkan kemampuan
book dan science direct. Dalam mencari perawat dalam melakukan keselamatan

4
pasien yang standar. Meningkatkan disebut insiden yaitu setiap kejadian
pengetahuan dan pemahaman yang yang tidak disengaja dan kondisi yang
diperoleh dari pelatihan akan mengakibatkan atau berpotensi
mendukung peningkatan budaya mengakibatkan cedera yang dapat
pelaksanaan prosedur keselamatan dicegah pada pasien, terdiri dari
pasien yang lebih tepat. kejadian tidak diharapkan, kejadian
nyaris cedera, kejadian tidak cedera,
PEMBAHASAN kondisi potensial cedera dan kejadian
sentinel (Permenkes Nomor 1691/
Keselamatan telah menjadi isu Menkes/ PER/ VIII/ 2011). Tindakan
global termasuk juga untuk rumah sakit. kerja merupakan keadaan seseorang
Keselamatan yang dapat melaksanakan tugas atau
pasien merupakan sebuah sistem yang pekerjaan sehingga menghasilkan
membuat asuhan pasien lebih aman. barang atau jasa yang sesuai dengan
Sistem tersebut terdiri dari assesment diharapkan. kemampuan kerja perawat
risiko, identifikasi dan pengelolaan dapat dilihat dari kompetensi yang
risiko pasien, pelaporan dan analisis miliki perawat. kompentensi perawat ini
insiden, kemampuan belajar dari insiden diperoleh proses pendidikan formal atau
dan tindak lanjutnya, serta implementasi pelatihan-pelahitan yang ikuti oleh
solusi untuk meminimalkan timbulnya perawat. Kemampuan kinerja yang
risiko dan mencegah terjadinya cedera dimiliki akan memberikan dampak yang
yang disebabkan oleh kesalahan akibat lebih positif terhadap kinerja perawat
melakukan suatu tindakan atau tidak jika didukung oleh motivasi kuat karena
mengambil tindakan yang seharusnya motivasi berpengaruh untuk
diambil. Insiden keselamatan pasien membangkit, mengarahkan individu
merupakan setiap kejadian yang tidak untuk menjalankan aktivitas-aktivitas
disengaja dan kondisi yang profesi (Wahyudi,2010). Peran perawat
mengakibatkan atau berpotensi sebagai pemberi asuhan keperawatan
mengakibatkan cedera yang dapat dan terlibat kontak langsung dengan
dicegah pada pasien (Kementerian pasien sangat berkaitan dengan
Kesehatan RI, 2017). Keselamatan terjadinya infeksi nosokomial. Perawat
pasien terdapat istilah insiden bertanggung jawab menyediakan
keselamatan pasien yang selanjutnya lingkungan yang aman bagi pasien

5
terutama pencegahan infeksi. Perawat mendokumentasikan laporan insiden,
dalam menghadapi tuntutan masyarakat analisis dan solusi pelayanan. Pelaporan
yang semakin tinggi terhadap mutu insiden di Rumah Sakit dilakukan ketika
pelayanan keperawatan kiranya terjadi insiden. Beberapa jenis insiden
kemampuan dalam pencegahan risiko yang harus dilaporkan adalah Kejadian
pasien jatuh perlu ditingkatkan. Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian
Komitmen bersama merupakan kunci Tidak Cedera (KTC), Kondisi Potensial
keberhasilan dari peningkatan mutu Cedera (KPC) atau Kejadian Nyaris
keselamatan pasien. Adanya standar Cedera (KNC) yang menimpa pasien
prosedur operasional yang jelas menjadi atau keluarga dan pengunjung. Laporan
panduan bagi perawat bekerja sesuai insiden keselamatan pasien Rumah
standar minimal yang berlaku. Fasilitas Sakit dilakukan oleh petugas yang
rumah sakit pun perlu ditingkatkan menemukan insiden, kemudian Rumah
seperti penyediaan format pengkajian sakit akan melaporkan ke Komite
resiko jatuh dan gelang identifikasi, Keselamatan Pasien Rumah sakit
tanda resiko jatuh. Menurut pendapat (KKP-RS) secara anonim dan tertulis
Perrow upaya keselamatan harus setiap KTD atau KNC yang terjadi pada
didukung oleh sistem yang baik yang pasien, yang kemudian dianalisis
didalamnya terdapat standart dan penyebab, rekomendasi dan solusinya.
prosedur yang harus diikuti13. Pada Standar keselamatan pasien tersebut
penelitian yang dilakukan oleh Mulyana terdiri dari tujuh standar yaitu :
didapatkan adanya hubungan yang 1. Hak pasien
bermakna antara kerjasama tim dengan 2. Mendidik pasien dan keluarga
terjadinya insiden keselamatan pasien, 3. Keselamatan pasien dan
dimana kerjasama tim yang kurang baik kesinambungan pelayanan
akan berpeluang terjadinya insiden 4. Penggunaan metode-metode
keselamatan pasien dibanding dengan peningkatan kinerja untuk melakukan
kerjasama tim yang baik14 . Demikian evaluasi dan program peningkatan
pula dalam penelitian ini, kerjasama tim keselamatan pasien
berhubungan secara bermakna dengan 5. Peran kepemimpinan dalam
terjadinya KNC/KTD. meningkatkan keselamatan pasien
Pelaporan insiden keselamatan 6. Mendidik staf tentang keselamatam
pasien merupakan sistem yang pasien

6
7. Komunikasi merupakan kunci bagi kompetensi perawat ini diperoleh proses
staf untuk mencapai keselamatan pasien pendidikan formal atau
Keberhasilan penerapan patient safety, pelatihan-pelatihan yang ikuti oleh
khususnya sarana pelayanan rumah sakit, perawat. kemampuan kinerja yang
perlu diperhatikan beberapa aspek dimiliki akan memberikan dampak yang
berikut (Cahyono, 2008): lebih positif terhadap kinerja perawat
 Diperlukan kepemimpinan dan budaya jika didukung oleh motivasi kuat karna
yang terbuka, adil disertai komitmen motivasi berpengaruh untuk
dan fokus yang kuat untuk keselamatan membangkit, mengarahkan individu
pasien untuk menjalankan aktivitas-aktivitas
 Rumah sakit dengan padat kerumitan, profesi (Wahyudi, 2010). Perawat dalam
dimulai dengan adanya bauran berbagai melaksanakan tindakan asuhan
profesi yang tersebar secara struktur keperawatan dituntut untuk professional.
yang seringkali kaku. Dalam kerumitan Keperawatan sebagai profesi merupakan
ini maka keselamatan pasien rawan salah satu pekerjaan dimana
terjadi bila "multi system teamwork" menentukan tindakannya didasari ilmu
melemah. pengetahuan serta memiliki

 Diperlukan paradigma baru yang keterampilan yang jelas dalam

hanya dapat dilaksanakan melalui kewenangan dan tanggungjawab dalam

sistem pelaporan insiden keselamatan tindakan serta kode etik dalam

pasien yang aman. pekerjaannya kemudian berorientasi

 Diperlukan penggerak yang terlatih pada pelayanan dengan melalui pemberi

dalam bidang keselamatan pasien dan asuhan keperawatan dengan melalui

risiko medis. pemberi asuhan keperawatan bagi


individu, kelompok atau masyarakat
 Pengembangan komunikasi dengan
(Notoadmodjo, 2005). Bentuk asuhan
pasien dan keluarganya.
keperawatan ini tersendiri merupakan
Tindakan kerja merupakan keadaan
suatu proses dalam praktik keperawatan
seseorang yang dapat melaksanakan
yang langsung diberikan kepada klien
tugas atau pekerjaan sehingga
pada berbagai tatanan pelayanan
menghasilkan barang atau jasa yang
kesehatan, praktik keperawatan juga
sesuai dengan diharapkan. kemampuan
merupakan tindakan mandiri perawat
kerja perawat dapat dilihat dari
proffesional melalui kerja sama
kompetensi yang miliki perawat.

7
berbentuk kolaborasi dengan pasien dan tindakan dan membutuhkan bantuan
tenaga kesehatan lainnya dalam untuk meminta perawat membantunya
memberikan asuhan keperawatan sesuai agar mengurangi resika dari terjadinya
dengan pasien dan tenaga kesehatan hal yang tidak di harapkan. Penerapan
lainnya dalam memberikan asuhan perawat tentang insiden dalam
keperawatan sesuai dengan lingkup keselamatan pasien, harus memiliki
wewenang dan tanggung jawab. perhatian yang lebih serius dari pihak
rumah sakit. Serta mulai membimbing
PENUTUP para perawat agar dapat melaporkan
KESIMPULAN kejadian atau insiden yang terjadi
terhadap pasien agar dapat segera
Dalam menerapkan keselamatan ditangani, dan tidak terjadi isu di
pasien merupakan suatu sistem yang masyarakat yang membuat hal tersebut
mencegah terjadinya Kejadian Tidak menjadi perbincangan. Serta perawat
Diharapkan (KTD) akibat tindakan yang harus memiliki dasar yang baik dalam
dilakukan atau bahkan tidak dilakukan menangani insiden yang terjadi dan
oleh tenaga medis maupun non medis. pemahaman tentang tindakan dan
Serta memberikan pengarahan terhadap tahapan pelaporan insiden ke pihak
pasien apabila ingan melakukan rumah sakit.

8
DAFTAR PUSTAKA
Simamora, R. H., & Nurmaini, C. T. S. (2019). Knowledge of Nurses about
Prevention of Patient Fall Risk in Inpatient Room of Private Hospital in
Medan. Indian Journal of Public Health Research & Development, 10(10), 759-763
Gunawan, Fajar. Y. W., & Tatong. H. (2015). Analisis Rendahnya Laporan Insiden
Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 28(2), 206-213.
Ismainar, H. (2015). Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit. CV Budi Utama.
Isnaini. N. M., & Muhamad. R. (2014). Pengalaman Perawat Pelaksana dalam
Menerapkan Keselamatan Pasien. Jurnal Managemen Keperawatan, 2(1), 30-37.
Lombogia. A., Julia. R., & Michael. K. (2016). Hubungan Perilaku Dengan
Kemampuan Perawat Dalam Melaksanakan Keselamatan Pasien (Patient Safety) Di
Ruang Akut Instalasi Gawat Darurat Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. e-journal
Keperawatan (e-Kp), 4(2), 1-8.
Mudayana. A. A. (2014). Peran Aspek Etika Tenaga Medis Dalam Penerapan Budaya
Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Supplemen Majalah Kedokteran Andalas, 37(1),
1-6.
Nivalinda. D., M. C. Inge. H., & Agus. S. (2013). Pengaruh Motivasi Perawat dan
Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang Terhadap Penerapan Budaya Keselamatan
Pasien Oleh Perawat Pelaksana Pada Rumah Sakit Pemerintah di Semarang. Jurnal
Managemen Keperawatan, 1(2), 138-145.
Nursery., & Septi. M. C. (2018). Pelaksanaan Enam Sasaran Keselamatan Pasien
Oleh Perawat dalam Mencegah Adverse Event di Rumah Sakit. Jurnal Keperawatan
Suaka Insan, 3(2), 1-10.
Pambudi. Y. D. W., Ani. S., & Dudella. D. F. Y. (2018). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Perawat Dalam Penerapan 6 Skp (Sasaran Keselamatan Pasien) Pada
Akreditasi JCI (Joint Commission International) di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Panti Waluya Malang. Nursing News, 3(1), 729-747.
Tristantia. A. D. (2018). Evaluasi Sistem Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien di
Rumah Sakit. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia, 6(2), 83-94.
Triwibowo. C., Sulhah. Y., & Nur. A. H. (2016). Handover Sebagai Upaya
Peningkatan Keselamatan Pasien (Patient Safety) di Rumah Sakit. Jurnal
Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), 11(2), 76-80.

9
10

Anda mungkin juga menyukai