Tentang
Disusun oleh
kelompok VI
Dosen pembimbing :
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah meninggikan derajat para kekasihNya di hadapanNya,
yang memakaikan mahkota kemakrifatan kepada mereka, yang memberi mereka minuman
dari telaga cinta-Nya yang paling jernih, yang memilih mereka dengan menyampaikan diri
mereka keharibaan-Nya dan yang membukakan tabir rahasia keEsaan-Nya.
Shalawat serta salam yang utuh dan sempurna tercurahkan kepada junjungan kita,
pemimpin seluruh alam, orang yang paling sempurna dalam makam tajalli terhadap sifat
ketuhanan tuhan-Nya dan orang yang telah mencapai tujuan yang paling sempurna dari
ubudiyyah kepada tuhan-Nya. Dialah tuan dan sekaligus junjungan kita Nabi Muhammad SAW
, matahari hidayah dan makrifat yang terus bersinar diatas kerajaan-Nya.
Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa , karena atas berkat-Nya
makalah ini dapat disusun, sehingga bisa menjadi pegangan bagi pembaca .Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada Dr.Mulyadi,M.Pd selaku dosen mata kuliah
“PISIKOLOGI PERKEMBANGAN III ” dimana Beliau telah memberikan kami kesempatan untuk
membahas topik ini lebih dalam lagi. Dalam makalah ini kami membahas tentang “ Tugas-
Tugas Perkembangan Pada Usia Dewasa Madya”
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kekhilafan.
Karena itu, kepada para pembaca mohon saran dan kritik yang membangun demi perbaikan
kami untuk selanjutnya.
Pemakalah
BAB I
PENDAHULUAN
Seorang individu dalam rentang kehidupannya di dunia ini harus melalui berbagai
macam fase atau masa seiring perkembangan usia mereka. Dalam setiap fase memiliki tugas-
tugas perkembangan masing-masing, hal ini berbeda antara fase satu dengan fase yang
lainnya. Masing-masing individu dituntut untuk dapat menyelesaikan setiap tugas
perkembangannya sesuai dengan tahapan fase yang dilaluinya dan rentang usia yang sudah
ditentukan pada tiap fase tersebut.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
PEMBAHASAN
Pada umumnya usia madya atau usia setengah baya dipandang sebagai masa dianta
40 sampai 60 tahun. Masa tersebut pada akhirnya ditandai oleh perubahan-perubahan
jasmani dan mental. Setengah baya menunjukkan banyak kesamaan dengan masa remaja.
Khusus posisi usia setengah baya, sama dengan posisi masa remaja. Perubahan-perubahan
hal fisik dan psikis juga terdapat kesamaan antara dua masa kehidupan itu.[1]
Periode usia dewasa madya dikenal juga sebagai tahap usia pertengahan. Usia
pertengahan merupakan usia yang tidak spesifik diamana seseorang tidak tua, tidak juga
muda, namun berada di tengah-tengah. Pada tahap ini kematangan telah melewati
puncaknya. Manusia mulai menurun dari segi fisik dan mental secara sangat perlahan-lahan
dan lambat. Namun, penurunan yang terjadi pada tahap ini masih sulit untuk diperhatikan.[2]
Dalam Al-Qur’an tahap ini adalah tahap kemunduran langsung setelah mencapai
kondisi puncak, sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S Ar-Ruum ayat 54:
Adapun ciri-ciri atau karakteristik dari perkembangan masa dewasa madya atau
setengah baya adalah sebagai berikut:[3]
Usia madya merupakan masa yang menakutkan, orang-orang dewasa tidak akan
mengakui bahwa mereka telah mencapai usia tersebut. Bagi wanita, usia setengah baya tidak
saja berarti menurunnya kemampuan reproduktif dan datangnya menopause, tetapi juga
bararti merosotnya daya tarik seksual. Pada umumnya wanita merasa tidak lagi menggiurkan
bagi suami mereka. Tambahan pula dalam usia ini, bagi banyak keluarga, karena adanya
peningkatan karier serta pemantapan jabatan suami, banyak di antara suami yang sibuk dan
berkurangnya waktu di rumah. Akibatnya, banyak isteri yang merasa terabaikan dan kesepian
dan merasakan depresi.
Khusus bagi pria, setengah baya merupakan usia yang mengandung arti menurunnya
kemampuan fisik ( secara menyeluruh ) termasuk berkurangnnya vitalitas seksualnya.
Beberapa kaum pria yang mulai mengalami adanya tanda-tanda menurunnya kemampuan
seksual ini, mengalihkan perhatian mereka pada kesibukan kerja demi peningkatan prestasi.
Ada pula diantaranya yang justru sebaliknya, semakin memperhatikan penampilannya,
berdandan sedemikian rupa untuk menarik perhatian wanita muda. Perilaku ini
sesungguhnya merupakan pembungkus dari ketidakpercayaan terhadap daya tarik seksual
mereka. Kaum pria setengah baya seakan ingin membuktikan dirinya sebagai orang yang
masih muda dan mampu.
2. Masa transisi
Usia madya merupakan masa dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri
jasmanianya dan perilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan
yang akan diliputi oleh ciri-ciri jasmania dan perilaku baru. Transisi berarti penyesuaian diri
terhadap minat, nilai dan pola perilakunya yang baru. Dengan adanya perubahan-perubahan
hal pisik dan adanya pola-pola prilaku baru, mengharuskan individu-individu dalam usia ini
untuk belajar dan memainkan peranan-peranan baru pula. Sebagaimana halnya dalam masa
remaja, orang-orang dewasa setengah baya diharapkan untuk berfikir dan berlaku hal yang
berbeda dengan ketika mereka masih muda atau dewasa awal. Sama halnya dengan masa
pubertas, dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masa setengah baya mempunyai
hubungan yang berarti dengan keruwetan atau kesukaran-kesukaran emosional yang dialami
baik oleh pria maupun wanita. Dengan ini berarti bahwa menurunya kejantanan bagi pria
dapat membingungkan, menghawatirkan dan menyusahkan. Menurunnya kesuburan bagi
wanita setengah baya dapat sangat menyedihkan.
3. Masa stress
Maksudnya yaitu penyesuaian secara radikal terhadap peran dan pola hidup yang
berubah, khususnya bila disertai dengan berbagai perubahan fisik, selalu cenderung merusak
homeostasis fisik dan psikologis seseorang dan membawa kemana stress, suatu masa bila
sejumlah penyesuaian pokok yang harus dilakukan dirumah, bisnis dan aspek social kehidupan
mereka.[4]
Merupakan suatu masa dimana seseorang mengalami kesusuhan fisik sebagai akibat dari
terlalu banyak bekerja, rasa cemas yang berlebihan, ataupun kurang memperhatikan kehidupan.
Timbulnya penyakit jiwa datang dengan cepat dikalangan pria dan wanita, dan gangguan ini
berpuncak pada suisid (bunuh diri ), khususnya dikalangan pria. Usia setengah baya sebagai usia
berbahaya, juga mengandung arti bagi banyak aspek kehidupan lainnya. Antara lain, jika individu
sakit karena berlebihan dalam bekerja, berlebihan kekhawatirannya, atau hidup yang
sembarangan. Apabila sakit akibat kelebihan kerja demikian serius, dapat menuntun seorang ke
arah kematian.
Usaha-usaha menghindari timbulnya keadaan berbahaya dalam usia setengah baya. Para ahli
umumnya menitik beratkan perhatiannya pada akar permasalahan atau cikal-bakal terjadinya
keadaan bahaya itu.apabila ditelusuri latar belakanngnya, maka kebanyakann kasus
menghantarkan pada pekerja sosial, penyuluh ( konselor) perkawinan, atau psikiater pada adanya
perbedaan-perbedaan tingkat usia pasangan suami isteri sehingga dialai ketakseimbangan dalam
hal pencapaian keadaan “ betah di rumah.” Juga karena rasa terancam yang dialami oleh wanita
sehubungan datangnya menopause dan oleh pria sehubungan dengan datangnya climacteric dan
pensiun. Pengobatan yang sering dilakukan adalah usaha-usaha membelajarkan orang dewasa
setengah baya dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan pisik dan peranan yang
dialaminya. Semuanya diarahkan agar mereka “betah di rumah ,” dan menemukan aktivitas-
produktif.
Dimana pria dan wanita yang berusia madya bukan muda lagi tapi bukan juga tua.
Kemudian mereka merasa tidak dianggap. Orang –orang yang berusia madya sedapat
mungkin berusaha untuk tidak dikenal oleh orang lain. Oleh karena posisi yang demikian itu,
para setengah baya ini banyak yang merasa tidak mendapat pengakuan dari masyarakat
sekitarnya. Karena itu, mereka ingin menutupi ketuaan dengan berbagai cara dan sejauh
mungkin mencoba agar tidak terlihat tua. Adanya keinginan untuk tidak nampak tua itu,
dinyatakanya dengan antara lain pemilihan busana yang dikenakan.
6. Masa berprestasi
Merupakan masa dimana peran orang yang berusia madya akan menjadi lebih sukses
atau sebaliknya mereka berhenti dan tidak mengerjakan suatu apapun lagi.Dalam hal ini
Hurlock berpandangan bahwa apa yang dapat dicapai ini, tidak hanya sukses dalam hal
keuangan dan sosial, tetapi juga dalam hal kekuasaan dan prestise. Pada umumnya, puncak
prestasi itu dicapai dalam usia 40 sampai 50 tahun. Setelah itu seseorang tinggal bersenang-
senang menikmati jerih-payahnya. Para pejabat dan pemimpin formal kebanyakan dalam usia
itu.
Factor-faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian prestasi puncak itu tentu saja ada,
sehingga terdapat pula variasi cepat atau lambatnya dicapai puncak prestasi tersebut. Variasi itu
dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan kreativitas, tingkat pendidikan, bidang kegiatan dan
kesempatan; khususnya dala relasi-relasi sosial.[5]
7. Masa evaluasi
Saat pria dan wanita mencapai puncak prestasinya, maka masa ini juga merupakan
saat mengevaluasi prestasi tersebut berdasarkan aspirasi meerka semula dengan harapan-
harapan orang lain, khususnya anggota keluarga dan teman. Evaluasi disini tidak hanya
mengenai prestasi saja, tetapi juga evaluasi diri mengenai kesalahan-kesalahan atau dosa
yang pernah dilakukan selama ini.
8. Masa sepi
Masa sepi pada uisa madya lebih bersifat traumatic bagi wanita dari pada pria. Hal ini
benar khususnya pada wanita yang telah menghabiskan masa-masa dewasa mereka dengan
pekerjaan rumah tangga dan bagi mereka yang kurang memiliki minat atau sumber daya
untuk mengisi waktu senggang mereka pada waktu pekerjaan rumah tangga berkurang atau
selesai. Banyak yang mengalami tekanan bathin kerana di pensiunkan. Kondisi yang serupa
juga dialami pria ketika mereka mengundurkan diri dari pekerjaan.
9. Masa jenuh
Merupakan masa yang penuh dengan kejenuhan. Para pria dan wanita menjadi jenuh
dengan kegiatan sehari-hari dan dalam kehidupan keluarga hanya memberikan sedikit
hiburan, wanita yang menghabiskan waktunya untuk memelihara rumah dan membesarkan
anaknya, bertanya-tanya apa yang akan mereka lakukan pada usia dua puluh atau tiga puluh
tahun kemudian.
Masa setengah baya (middle age) adalah masa yang berlangsung antara usia 40
sampai 60 tahun. Konon, di kalangan tertentu, pria dan wanita yang sudah menginjak usia 40
tahun ke atas sering dijuluki sebagai orang yang sedang mengalami masa pubertas
kedua. Julukan ini timbul karena mereka senang lagi bersolek, suka bersikap dan berbuat
emosional atau mudah marah, dan bahkan jatuh cinta lagi.
Adapun tugas-tugas perkembangan pada fase setengah tua tersebut adalah sebagai
[6]
berikut:
3. Membantu anak yang sudah remaja untuk belajar menjadi orang dewasa yang
bertanggung jawab dan bahagia.
4. Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan- perubahan yang terjadi pada aspek
fisik (penurunan kemampuan atau fungsi).
Masa ini pada umumnya dimulai pada usia 40 tahun dan berakhir pada usia
60 tahun. Pada usia ini, aspek fisik sudah mulai agak melemah, termasuk fungsi-fungsi alat
indra,seperti tidak sedikit orang yang menggunakan kaca mata untuk membaca, atau
mengalami sakit dengan penyakit tertentu yang sebelumnya tidak teralami (seperti rematik,
atau asam urat). Tugas-tugas perkembangan yang harus dituntaskan pada usia ini meliputi :
Membantu anak-anak yang berusia belasan tahun (khususnya anak kandungnya sendiri)
agar berkembang menjadi orang-orang dewasa yang bahagia dan bertanggung jawab
b. Menghubungkan diri sedemikian rupa dengan pasangannya ( dengan suami atau istri )
sebagai orang pribadi yang utuh
c. Menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan psikologis yang lazim terjadi pada masa
setengah baya
e. Menyesuaikan diri dengan perikehidupan (khususnya dalam hal cara bersikap dan
bertindak) orang-orang yang berusia lanjut.
Selain tugas-tugas perkembangan di atas, ada beberapa tugas lainnya menurut para
ahli sebagai berikut :[7]
Tugas ini meliputi untuk mau melakukan penerimaan akan penyesuaian dengan
berbagai perubahan fisi yang normal terjadi pada usia madya. Penyesuaian diri terhadap
perubahan fisik terasa sulit karena adanya kenyataan bahwa sikap individu yang kurang
menguntungkan semakin diintensifkan lagi oleh perilaku sosial yang kurang menyenangkan
terhadap perubahan normal yang muncul bersama tahun-tahun selanjutnya. Perubahan fisik
yang terpenting, yang terhadapnya orang berusia madya harus menyesuaikan diri
diantaranya:[8]
Dengan pengutamaan menciptakan hubungan diri dengan suami atau isteri sebagai
pribadi (dalam persahabatan akrab), menyesuaikan diri dengan kehidupan orangtua yang
sudah lanjut usia, dan membantu anak-anak remajanya untuk menjadi orang dewasa yang
bertanggungjawab dan bahagia.
Pada masa ini, tugas-tugas yang harus dituntaskan adalah menerima dan
menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik dan fisiologik, pasangan dipandang sebagai
person menolong anak-anak muda menjadi dewasa, mencapai tanggung jawab sosial dan
warga negara secara penuh, mencapai dan mempertahankan standar hidup ekonomis, dan
merealisasikan kesantaian secara sesuai.[9]
Kendala sosial dan pribadi yang paling besar pada usia madya timbul karena
kecenderungan untuk menerima pendapat umum klise tentang kehidupan bahwa orang usia
madya biasanya gemuk dan mulai botak. Beberapa bahaya social dan pribadi dianggap
penting sehingga orang kesulitan dalam menyesuaikan diri.
a. Kendala Personal
Ada beberapa kendala personal bagi orang berusia madya dalam menyesuaikan diri
dengan peran dan gaya hidup baru. Dari semua itu, ada enam macam yang dianggap umum
dan serius antara lain:
Banyak orang usia madya khususnya kaum pria secara konstan menentang
pengelompokkan usia dalam pola perilaku umum. Mereka tidak mau dibatasi perilaku
dan kegiatannya. Sikap memberontak seperti itu berasal dari pengenalan terhadap
nilai bahwa masyarakat mengikat anak muda dan karena itu mereka menentang
terhadap setiap bentuk pembatasan, ini berarti mereka sedang tumbuh menjadi lebih
tua. Kondisi semacam ini menyebabkan mereka yang berusia madya menderita biasa
atau lebih serius.
3. Perubahan Peran
Untuk dapat menyesuaikan dengan baik dengan peran yang baru, seseorang
harus dapat menghilangkan emosi yang selama ini diterapkan dalam peran tertentu
dan memanfaatkannya pada kesempatan yang lain.[10]
kendala besar dalam penyesuaian diri seseorang pada usia madya timbul
karena ia mau tidak mau harus mengubah keinginan dan minatnya sesuai dengan
tingkat ketahanan tubuh dan kemampuan fisik serta memburuknya tingkat kesehatan
fisik.
5. Simbol status
Pada umumnya wanita semakin tua semakin tertarik pada symbol status, Ada
tiga reaksi umum sebagai bagian dari wanita yang sangat menentukan symbol
tersebut.
Orang berusia madya yang mempunyai keinginan yang tidak realistis tentang
apa yang ingin dicapai, akan menghadapi masalah yang serius dalam proses
penyesuaian diri dan social, apabila ia kelak menyadari bahwa ia tidak bias mencapai
tujuan tersebut.
b. Kendala Sosial
Penyesuaian sosial dalam usia ini kurang begitu dipengaruhi oleh kepercayaan
tradisional danstereotype dibandingkan dengan penyesuaian sosial. Namun bagaimanapun
juga penyesuaian sosial sedikit banyak dapat dipengaruhi oleh kepercayaan tradisional. Ada
beberapa kondisi yang dapat mempengaruhi penyesuaian sosial pada masa usia madya.
Kondisi ini umumnya dibawa secara bertahap sejak seseorang masih muda, terutama pada
waktu seseorang berusia remaja dan dewasa muda. Itulah sebabnya mengapa orang pada
masa mudanya tidak memiliki kemampuan penyesuaian sosial dengan cara yang baik sehingga
pada waktu ia berusia madya hasilnya akan sama saja.
Penyesuaian sosial yang buruk pada masa tersebut, merupakan kendala karena
semakin bertambah usia seseorang maka ia akan semakin bergantug pada orang lain,
terutama orang yang suami atau isterinya telah meninggal, sedang anak-anaknya sibuk
dengan keluarga masing-masing. Orang usia madya yang tidak dapat mengikuti
perkembangan penting untuk memegang tanggung jawab sosial dan tanggung jawab sebagai
warga negara di masa tuanya hidupnya akan terasa kesepian dan tidak bahagia sehingga
mengakibatkan ia terlambat dalam proses penyesuian sosialnya.[11]
a. Kendala Pekerjaan
Jenis dan macam kendala yang timbul dalam proses penyesuaian terhadap pekerjaan
pada usia madya, dimana beberapa dari kendala tersebut merupakan ciri dari periode
tersebut dan ada delapan kendala yang dianggap umum dan serius.
Kegagalan dalam mencapai cita-cita hidup yang sejak awal telah diimpikan oleh orang
berusia madya mengakibatkan menurunnya sikap egonya karena ia tahu bahwa usia madya
merupakan saat pencapaian puncak prestasi dan oleh sebab itu, ia tampaknya tidak berminat
lagi untuk meraih cita-citanya di saat usia sudah cukup lanjut. Reaksinya terhadap kegagalan
dalam mencapai cita-citanya mempengaruhi sikap mereka terhadap dirinya sendiri, terhadap
penyesuaian social, dan terhadap pribadinya pada saat kegagalan tersebut terjadi dan pada
waktu ia mencapai usia lanjut.[12]
2) Mandirinya Kreativitas
Kebanyakan para pekerja pada usia madya menampilkan gejala kreativitas kerjanya
mundur. Hal ini mengakibatkan orang merasa kkurang dengan prestasi yang diperolehnya dan
menyatakan bahwa kreativitasnya sudah tidak sehebat yang pernah dicapai dulu.[13]
3) Kebosanan
Perasaan bosan selama masa dewasa dini juga merupakan bahaya dalam bekerja,
karena hal itu akan mempengaruhi pekerja usia madya melebihi kebosanan pekerja yang lebih
muda, karena kesempatan mereka untuk mencari pekerjaan yang lebih menarik semakin lama
semakin kecil kemungkinan. Perasaan bosan umumnya menjangkiti pekerja industry yang
menghadapi kenyataan bahwa otomatisasi peralatan pabrik secara meningkat, menggantikan
pekerjaan setiap individu pekerja.
4) Keagungan
5) Perasaan Terperangkap
Banyak pekerja usia madya yang merasa “terperangkap” dalam pekerjaan sebagai sisa
hidupnya, dan merasa tidak akan dapat untuk membebaskan diri sendiri sampai ia mencapai
usia pensiun.
6) Pengangguran
Masalah pengangguran selalu menjadi masalah yang sangat serius terlebih lagi dalam
situasi resesi ekonomi daripada pada masa tidak resesi. Orang dewasa muda yang dipecat,
atau yang berhenti dari pekerjaannya biasanya dapat memperoleh pekerjaan baru dalam
tempo yang relative singkat. Tetapi bagaimanapun juga memperoleh pekerjaan menjadi
makin sulit karena makin bertambahnya tahun yang dilewatinya, sehingga periode
menganggur dialami dalam waktu yang relative bertambah lama. Empat kelompok pekerja
usia madya yang sulit mencari pekerjaan adalah mereka yang IQ-nya rendah, wanita, pria dari
kelompok minoritas dan pekerja pelaksana atau mereka yang bekerja paad tingkat kelompok
manajemen menengah.
8) Mobilitas Geogfrafis
Beberapa pekerja dihadapkan dengan kaharusan untuk pindah ke masyarakat lain
yang jaraknya sering puluhan kilometer, jauh dari rumah dimana ia sekarang tinggal, untuk
bekerja pada pekerjaan yang sama atau mencari pekerjaan baru agar ia tidak menganggur.
Kebanyakan orang yang berusia madya tidak senang untuk dipindahkan, khususnya apabila
orang masih mempunyai anak usia belasan yang masih sekolah, atau karena isterinya juga
bekerja atau aktif dalam organisasi atau kegiatan masyarakat.
b. Kendala Perkawinan
Bahaya perkawinan sering lebih serius dibandingkan dengan pada masa dewasa dini,
karena kesempatan untuk membangun penyesuaian yang baik berjalan lambat daripada
berjalannya waktu dan pada waktu anak-anak meninggalkan rumah, motivasi orang dewasa
untuk menjaga situasi keluarga yang bahagia menurun. Adapun bahaya dari perkawinan yaitu:
1. Kebosanan
Wanita yang membaktikan seluruh masa hidup dewasanya untuk mengurusi rumah
tangga menjadi bosan pada usia madya, pada ibu yang berperan sebagai ibu rumah tangga.
Banyak wanita usia madya dewasa ini melihat bahwa ada kesempatan untuk maju dalam
dunia kerja, kemudian memutuskan untuk belajar ketrampilan baru, atau berusaha
memperbaiki ketrampilannya yang mulai memudar dengan cara masuk kursus atau kuliah lagi.
Bagi kelompok wanita lain yang tidak mempunyai cukup uang untuk itu, atau yang kurang
memperoleh dukungan dan dorongan dari suaminya, hanya bias bertahan dalam
kebosanannya, sehingga proses penyesuaian diri, pernikahan dan social yang dilakukan sangat
jelek.[14]
Masalah yang serius kadang-kadang atau timbul pada waktu seorang anak usia remaja
atau anak yang sudah dewasa menikah dengan seseorang, sedang orang tuanya tidak setuju.
Apabila mereka menantang perkawinannya, hal ini akan menjadi penghalang dalam
menyesuaikan diri dengan cara yang memuaskan, pada saat berangkat meninggalkan rumah.
Tantangan semacam ini biasanya menjadi penghalang antara pihak orang tua dengan pihak
anak, yang mengakibatkan hubungan dan pertemuan antara anak dengan orang tua menjadi
jarang. Begitu juga hubungan dengan cucu dan anak besan menjadi tegang dan tidak
menyenangkan.
Salah satu tugas penting yang perlu dikembangkan pada usia madya adalah usaha
untuk menciptakan hubungan yang memuaskan dengan pasangan. Hal ini khususnya sulit bagi
wanita karena masalah yang dihadapinya dalam melakukan penyesuaian yang memuaskan
terhadap peran baru yang harus ia mainkan sekarang yakni bahwa anak-anak telah
meninggalkan rumah. Bahaya penyesuaian ini juga dialami oleh pria.
4. Penyesuian Seksual
Kegagalan untuk mencapai hubungan yang baik dengan pasangan mempunyai efek
balik dalam penyesuaian seksual selama masa usia madya. Faktor tersebut membahayakan
penyesuaian perkawinan dan sangat menambah kekecewaan terhadap perkawinan selama
periode tersebut. Wanita yang kecewa dengan perkawinannya, mungkin mencoba mencari
kompensasi dengan melakukan pemusatan segala daya upaya dan waktu untuk membantu
anak-anaknya yang sudah dewasa, aktif dalam kegiatan masyarakat atau dengan melakukan
hubungan seksual di uar nikah dengan seseorang yang dirasa lebih menghargainya daripada
suaminya. Pria usia madya yang kehidupan seksualnya tidak memuaskan akan melakukan
hubungan seksual di luar nikah atau ia merasa bersalah karena ia telah gagal memberikan
kepuasan seksual kepada isterinya.
Merawat orang tua usia lanjut dirumah sendiri merupakan bahaya yang serius bagi
kebanyakan pasangan usia madya, karena tugas tersebut menganggu penyesuaian mereka
satu sama lain setelah anak-anak mulai meninggalkan rumah. Akibatnya penyesuaian seksual
akan terpengaruh. Untuk mempersulit situasi tersebut adalah bahwa relasi orang tua tersebut
biasanya adalah ibu, dari salah satu pasangan. Apabila dia tidak mau mengubah perannya dari
kepala rumah tangga dan sekarang menjadi seseorang yang bergantung, mungkin dia akan
mencoba untuk mendominasi situasi sebagaimana biasa dilakukannya di rumahny sendiri
Sikap seperti ini menimbulkan ketegangan dengan seluruh anggota keluarga dan situasi
rumah biasanya diwarnai oleh ketegangan yang berlanjut.
6. Hilangnya Pasangan
Hilangnya pasangan karena kematian atau perceraian selama usia madya merupakan
bahaya terhadap penyesuaian social dari pribadi yang baik, karena banyaknya masalah.
Karena itu, perceraian atau ancaman perceraian adalah salah satu dari seluruh bahaya
perkawinan yang paling serius pada usia madya. Karena perceraian pada usia madya
merupakan oprasi besar, bagi suami maupun istri, maka mereka tidak buru-buru menerobos
untuk mengatakan dan meminta cerai tanpa pikir panjang lebar, seperti yang banyak
dilakukan pasangan muda. Bagaimanapun juga, ada bukti bahwa perceraian pada usia madya
berasal dari kondisi keluarga yang semakin memburuk yang sudah berlangsung selama
bertahun-tahun yang akhirnya tidak dapat dipertahankan lagi.
7. Kawin-lagi
Kawin lagi pada usia madya nampaknya menjadi berbahaya, khususnya apabila
karena perceraian. Selama masalah keuangan merupakan penyakit bagi orang dewasa yang
lebih muda, yang kawin lagi setelah cerai, masalah penyesuaian terhadap masing-masing dan
terhadap pola hidup baru merupakan gangguan yang lebih menonjol bagi keberhasilan
pernikahan pada usia madya. Hal ini selalu sulit bagi usia madya untuk mengubah peran dan
mengikuti pola hidup yang baru.
1. Dengan mempelajari tugas-tugas dewasa madya, maka kita akan paham mengenai tugas-
tugas yang ada pada dewasa madya
2. Akan membantu kita dalam memberi bantuan kepada seseorang yang bermasalah pada
usia madya
3. Kita akan mudah memberi bantuan karena kita sudah mengerti mengenai tugas-tugas
perkembangan pada dewasa madya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada umumnya usia madya atau usia setengah baya dipandang sebagai masa dianta 40
sampai 60 tahun. Masa tersebut pada akhirnya ditandai oleh perubahan-perubahan jasmani
dan mental. Tugas-tugas perkembangan yang harus dituntaskan pada usia ini meliputi:
Dari kesepuluh karakteristik usia madya yang telah dikemukakan pada makalah ini,
terlihat adanya ciri negatif dan ciri positif yang dialami individu usia madya. Dan jelas pula
terlihat bahwa ciri-ciri negative jauh lebih banyak serta intensitasnya nampak lebih kuat
dibanding dengan ciri positif yang ada. Dalam keadaan yang demikian itu, tentu saja
diharapkan banyak melakukan persiapan seseorang sebelum ia memasuki usia setengah baya
(madya). Dengan persiapan yang baik, besar kemungkinan seseorang dapat mengangkat
tinggi-tinggi nilai positif dari ciri-ciri usia madya dan menekan sebanyak mungkin
kemungkinan negative yang bakal timbul dalam usia itu.
A. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, kami sadar makalah ini masih banyak kekurangan
dalam penulisaannya, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan
untuk memperbaiki makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk kita
semua. Aamiin ya rabbal alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Dadang Sulaiman. Psikologi Remaja dan Dimensi Perkembangan. Jakarta: PT Bumi Aksara. 1995.
Yusus Samsu. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2000.
1
muhammad Ali. ddk, PsikologiRemaja. ( Jakarta: Bumu Aksara, 2006), hal. 34
[2]
Alwiaol, Psikologi Kepribadian, ( Malang: UMM Press, 2009), hal. 52
[3]
Atkinson, Pengantar Psikologi, (Jakarta: Erlangga, 1991), hal. 63
[4]
Sulaiman Dadang, Psikologi Remaja dan Dimensi Perkembangan, ( Jakarta: PT Bumi
Aksara, 1995), hal. 62
[5]
Ibid, hal. 63
6
Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Rosdakarya, 2005), hal. 71
[7]
Prayitna Elida, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Depdikbud, 1992), hal. 64
8
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1980), hal. 35
[9]
Samsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, ( Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2000), hal. 78
[10]
Andi Mappire, Psikologi Orang Dewasa,( Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hal. 48
[11]
Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta: Rajawali Press, 2000),hal. 25
[12] Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum,( Yogyakarta: Penerbit Andi, 2002), hal. 24
[13] Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan ( Jakarta: Kencana, 2011), hal. 60
[14]
Ibid, hal. 63
[15] Zulkifli, Psikologi Perkembangan, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 66
terimakasih komentarnya :)
‹
›
Beranda
aris tion
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.