PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Survei permasalahan BK di sekolah merupakan salah satu media efektif untuk calon
konselor dalam memahami kondisi di lapangan dalam rangka memahami konseli dan program
sekolah. Dengan survei calon konselor dapat mengetahui sumber permasalahan BK yang sering
muncul di sekolah, seperti SDM (guru) yang tidak memiliki kualifikasi pendidikan yang sesuai
(S1 BK), fasilitas sarana dan prasarana yang kurang mendukung terlaksanannya program BK,
letak geografis sekolah yang kurang strategis dan kompleksitas permasalahan yang dialami oleh
siswa.
Calon konselor mengadakan survei di sekolah bermaksud untuk mengubah paradigma keliru
tentang BK agar siswa dan wali murid dapat mengetahui fungsi BK sesungguhnya sehingga
dapat bekerjasama dengan baik dalam rangka mewujudkan tujuan program BK di sekolah.
Konselor akan lebih mudah melaksanakan program BK di sekolah ketika siswa dan wali murid
serta tenaga pendidik lain ikut serta dalam memaksimalkan program BK tersebut.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
HASIL SURVEI
A. PROFIL SEKOLAH
1. Lokasi Sekolah
Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Magelang terletak di tepi jalan Raya Payaman yang menjadi
akses tranportasi utama Magelang – Semarang – Temanggung dengan luas tanah yang cukup
lebar dengan luas tanah 9.878 m 2 dengan kepemilikan MAN sendiri dan Pemerintah serta dari
waqaf, memiliki luas bangunan 5.013.75 m2 yang cukup memadai untuk menampung siswa
dengan jumlah 600 siswa lebih. MAN 1 Kota Magelang dikelilingi oleh beberapa Pondok
Pesantren dengan jarak yang tidak lebih dari 1 KM dari MAN 1 Kota Magelang.
a) Visi
“Terbentuknya insan yang trampil, bertaqwa kepada Allah SWT yang populis serta
berakhlaqul karimah”
b) Misi
1) Menanamkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT melalui pendidikan dan
pendalaman ilmu serta pengalaman keagamaan.
2) Membentuk siswa yang terampil dengan memberikan beberapa ketrampilan dasar
kepada siswa, misal : menjahit, tata boga, komputer, bela diri dan lain – lain.
3) Menerjunkan atau mengirimkan siswa ke sekolah sekitar melalui kegiatan turun
Gudeb, Baksos, serta mengirim siswa untuk mengajar TPQ.
b) Berlaku hormat kepada orang yang lebih tua dan menyayangi sesama.
a. Pendidikan Nasional
Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia
yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945.
B. HASIL ANALISIS
1. Observasi
3) Fasilitas
Fasilitas yang di miliki sekolah MAN 1 Kota Magelang yaitu ruang kelas walupun tidak
semua kelas terdapat LCD sehingga ada kelas yang masih menggunakan whiteboard. Lapangan
olahraga di MAN 1 Kota Magelang hanya memiliki 2 lapangan volly dan tidak memiliki
lapangan sepak bola bahkan lapangan basket. Laboratorium yang dimiliki MAN 1 Kota
Magelang yaitu laboratorium komputer, laboratorium kimia, fisika, biologi yang masing –
masing mempunyai ruangan sendiri, sekolah ini juga terdapat hot spot area walupun tidak semua
ruangan difasilitasi hot spot area dan untuk parkir guru dan murid masing-masing terpisah,
sekolah ini memiliki 1 masjid yang merupakan pusat untuk melakukan ibadah bagi semua
komponen sekolah, dengan 2 lantai yang cukup bagus dan memadai untuk menampung siswa
dan guru MAN 1 Kota Magelang. Disetiap depan ruang kelas terdapat taman yang memperindah
bagian depan ruang kelas, terdapat kantin yang berrada di belakang masjid, ruangan yang khusus
yang disediakan untuk ruang koperasi yang berada di bawah ruang BK, dan juga MAN 1 Kota
Magelang terdapat halaman atau lapangan yang digunakan untuk upacara.
2. Wawancara
a. Analisis wawancara ke staf TU (Sri Supriyati)
Secara umum, kerjasama BK dengan staf TU sudah cukup baik, Staf TU mengetahui apa
peran, wewenang dan tanggung jawabnya dalam mensukseskan program sekolah yang ada.
Segala fasilitas yang diperlukan oleh BK sebisa mungkin staf TU memfasilitasinya dalam bentuk
data hand out maupun soft file atau kerjasama dengan lembaga lain yang melakukan tes
intelegensi.
Kepala Madrasah secara maksimal sudah mengontrol program BK dengan baik dan
terkoordinir, kepala madrasah yang kebetulan berlatar belakang pendidikan BK sehingga
memiliki jam masuk kelas 1 jam pada saat kelas BK. Sehingga kepala madrasah lebih efektif
dalam memahami, mengawasi, dan mengetahui secara langsung seberapa jauh program BK
sudah terlaksana di Madrasah. Kepala Madrasah dapat melakukan evaluasi kekurangan atau
ketidaktepatan program dengan kebutuhan siswa secara langsung.
Guru bidang studi bekerjasama dengan BK dalam bentuk melakukan pembelajaran di kelas,
ikut memotivasi anak, dan ikut memahami kelemahan dan kelebihan siswa dalam bidang
studinya, untuk dilaporkan ke guru BK sebagai acuan penjurusan siswa. Seandainya guru bidang
studi ada masalah dengan siswa maka guru tersebut tidak langsung melibatkan BK dalam
penyelesaian masalah. Guru bidang studi lebih bijaksana dalam menyelesaikan masalah karena
mengkomunikasikan kepada wali kelas terlebih dahulu, jika sampai disitu masalah sudah selesai
maka guru bidang studi tidak melibatkan BK. Dalam pembuatan program BK seharusnya guru
bidang studi diikut sertakan. Namun dalam kenyataannya tidak menurut guru bidang studi,
adanya BK sangatlah penting untuk membentuk perilaku siswa. Harapan terhadap BK pada
tahun ini harus lebih tegas, dan lebih tuntas dalam penyelesaian masalah siswa. Munurut guru
bidang studi, jumlah guru BK ada 3 orang kurang memadai karena harus mengampu 26 kelas
dengan rata-rata 30 siswa perkelas.
MAN 1 Kota Magelang sudah lumayan baik, terlihat dari sarana dan prasara yang ada dalam
ruangan tersebut. Latar belakang pendidikan guru pembimbingnya juga sudah sesuai (semua
berpendidikan S.Pd BK). Terkait dengan pandangan siswa terhadap guru BK yang dianggap
sebagai polisi sekolah sepertinya hal tersebut tidak berlaku di MAN 1 Kota Magelang karena
bukan guru pembimbing yang langsung terjun menangani siswa yang bermasalah, melainkan ada
badan khusus yang menangani anak-anak bermasalah yaitu STP2K yang kemudian datanya
diserahkan ke Guru Pembimbing. Dalam penyusunan program, guru BK juga melibatkan guru
lain sehingga dapat sesuai dengan kebutuhan siswa. Data yang dimiliki guru BK lengkap, dan tak
jarang guru pembimbing menggunakan layanan pendukung dalam menangani siswa. Layanan
pendukung yang sering digunakan yaitu Home Visit, karena kebanyakan masalah siswa
membutuhkan layanan tersebut. Hanya saja terkadang dari segi orang tua siswa yang tidak bisa
di ajak kerjasama dalam membantu menyelesaikan masalah putra-putri mereka, sehingga
kegiatan tersebut sering mengalami hambatan.
3. Angket
a. Dilihat dari beberapa indikator pada sub variabel tentang potensi dan tugas pembimbing
memiliki nilai sedang, dengan diwakilkan beberapa item pertanyaan positif yang ada
berarti dapat kita analisis bahwa program BK di MAN 1 Kota Magelang menurut
pandangan siswa sudah cukup tercapai, tetapi pada item pertanyaan negatif masih ada
anggapan keliru tentang BK yang menurut siswa MAN 1 Kota Magelang BK itu hanya
sekedar memberi nasehat, BK itu hanya polisi sekolah, dan BK itu hanya menangani
siswa yang bermasalah, tapi menurut kelompok kami anggapan seperti itu muncul
karena ada beberapa siswa yang belum mengerti fungsi BK sesungguhnya, atau belum
pernah melakukan konseling, jadi mereka mengangap bahwa BK itu polisi sekolah.
b. Pada sub variabel sikap terhadap guru pembimbing, ada beberapa indikator yaitu
respon siswa terhadap kehadiran guru BK, kepercayaan siswa terhadap layanan BK,
dan keingintahuan siswa terhadap BK, pada item pertanyaan ini siswa memiliki nilai
sedang, berarti 50:50 analisis kelompok kami item negatif punya nilai dan item positif
pun juga punya nilai, siswa menganggap kehadiran guru BK cukup membantu mereka,
guru BK bisa jadi sahabat dalam menyelesaikan masalah, tetapi mereka juga ada nilai
pada item negatif yang menyatakan bahwa siswa masih ada keraguan atau malu untuk
menceritakan masalahnya dengan guru BK, anggapan itu muncul karena
keanekragaman kepribadian siswa, ada yang tertutup dan ada yang terbuka, jika siswa
yang memiliki kepribadian ekstrovert akan lebih mudah menerima guru BK dan tidak
ada keraguan dalam menyelesaikan masalah, akan tetapi jika siswa memiliki
kepribadian yang introvert, maka mereka akan sulit menceritakan permasalahan mereka
terhadap guru BK bahkan akan muncul keraguan pada BK.
c. Sub variabel manfaat layanan BK bagi siswa, dengan indikator peningkatan prestasi
belajar, optimalisasi pengembangan diri siswa, menimbulkan kepercayaan diri pada
siswa, pada item positif siswa memiliki nilai sedang, mereka sudah cukup merasakan
adanya BK karena kepercayaan diri siswa MAN 1 Kota Magelang cukup tinggi tidak
merasa pesimis, dalam pengembangan diripun mereka juga punya nilai sedang, berarti
siswa merasa sudah ada wadah atau tempat untuk mengembangkan diri, tetapi ada item
yang memiliki nilai rendah yaitu siswa merasa bimbingan kelompok tidak cukup
membantu dalam bersosialisasi dengan teman, hal tersebut timbul karena siswa merasa
ada layanan lain yang lebih efektif menjadi media untuk bersosialisasi dengan teman,
seperti orientasi, informasi dan lain-lain.
d. Sub variabel optimalisasi pemberian layanan, dengan indikator cara pemberian layanan,
keefektifan layanan terkait dengan sarana dan prasarana, siswa MAN 1 Kota Magelang
merasa bahwa sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan BK sudah cukup
memadai, tetapi siswa juga punya nilai sedang pada item negatif yang isinya adalah
siswa merasa bosan ketika BK masuk di kelas, hal tersebut timbul karena siswa belum
memahami materi apa yang akan disampaikan oleh BK, tapi siswa juga punya nilai
sedang pada BK yang dapat menyajikan materi dengan menarik.
f. Sub variabel harapan siswa pada pembimbing dan program BK, dengan beberapa
indikator yaitu harapan pada pembimbing, program BK disekolah, dan tindakan siswa
setelah mendapatkan bimbingan karir, siswa merasakan bahwa adanya pembimbing
dan program BK membantu mereka memiliki gambaran masa depan dan memotivasi
mereka untuk melakukan studi lanjut atau melakukan tindakan yang terarah pada tujuan
atau cita-cita mereka, siswa mengharap program BK dapat disesuaikan dengan
kebutuhan siswa dan BK memiliki kebijakan tertentu untuk menyelesaikan
permasalahan siswa.
C. HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN SURVEI
1. Penyesuaian waktu pertemuan dengan pihak yang terkait (koordinator BK, kepala
madrasah, kepala TU dll).
2. Dalam proses wawancara kepada kepala madrasah diwakilkan oleh salah satu
guru BK, jadi kami harus mengembangkan jawaban kepala madrasah.
4. Data yang kami perlukan boleh diminta namun atas se-ijin koordinator BK yang
sedang tidak ada di tempat sehingga kami harus menunggu koordinator BKnya.
1. Siswa yang kurang mampu dalam ekonomi dan sering terlambat karena faktor biaya
transportasi maka setiap siswa wajib di asramakan untuk menghindari keterlambatan dan
ketertinggalan jam pelajaran.
2. Fasilitas, sarana dan prasarana yang memadai memang sangat membantu terlaksanaanya
program BK dengan maksimal, akan tetapi sumber daya manusia yang kurang akan
menghambat proses pelaksanaan program BK, jadi kekurangan guru BK dapat diatasi
dengan menerima lulusan BK untuk diangkat menjadi guru bantu atau meminta kepada
DEPAG untuk mengirim guru BK.
3. Dalam pembuatan program BK harus sesuai dengan kebutuhan siswa serta saran dan
masukan dari seluruh tenaga pendidik, maka dalam pembuatan program BK seluruh
tenaga pendidik yang terlibat dalam pelaksanaan program BK diikutsertakan agar
menghasilkan program BK yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan siswa.
4. Guru BK menelusuri lulusan MAN 1 Kota Magelang sebagai alat evaluasi untuk
perbaikan program kelanjutan (follow up) agar mengetahui out put MAN 1 kota
magelang apakah alumni tersebut melakukan studi lanjut, bekerja, atau berwiraswasta,
agar mengetahui keberhasilan siswa terutama dibidang karir terkait dengan adanya buku
lulusan.
6. Program BK di evaluasi secara rutin dan bentuk kegiatanya seperti rapat dengan sesama
gutu BK di sekolah dan tenaga pendidik.
7. Dalam assesment kebutuhan jangan menggunakan angket saja, tetapi juga menggunakan
wawancara, observasi, dll.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dalam melaksanakan program BK di sekolah banyak berbagai hambatan yang dialami oleh
konselor dari pemenuhan fasilitas, sarana dan prasarana, pandangan keliru tentang BK serta
kompleksitas permasalahan siswa yang muncul seiring perkembangan zaman, berbagai macam
teori harus di aplikasikan oleh seorang konselor untuk memantu mencari alternatif permasalaan
siswa maupun memaksimalkan potensi yang dimilikinya.
1. Saran
Konselor harus mengerti dan memahami secara mendalam siswanya karenan semakin
berkembangnya zaman maka keragaman masalah akan muncul, agar dapat melaksanakan
progaram BK secara maksimal, dapat membantu siswa dalam mewujudkan tujuan hidup, agar
dapat mengubah paradigma salah tentang BK dimata masyarakat.