LANDASAN PENDIDIKAN
Disusun Oleh :
Anastasia Juwita Rani (1304617015)
Dewi Sulistyowati (1304617045)
Gia Laras Pangestu (1304617047)
Indarti Isolina (1304617048)
Nandita Fazriati (1304617075)
Ni Luh Chandrika D. S. (1304617013)
Nur Annisa Ardhiani (1304617011)
Rania Az-Zahra (1304617042)
1
KATA PENGANTAR
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman
2.1 Resume.................................................................................. 6
2.2 Analisis.................................................................................. 7
2.3 Komentar............................................................................. 10
2.4 Kasus di Indonesia yang mirip Film The First Grader...........11
2.5 Keprihatinan ........................................................................ 12
3
BAB I
PENDAHULUAN
Selain itu, masih banyak para orang tua di negeri ini yang buta
huruf. Mereka beranggapan bahwa diusia mereka yang sekarang ini, tidak
diperlukan lagi kemampuan untuk membaca dan menulis. Berdasarkan
hal tersebut, penulis tertarik untuk membahas sedikit tentang film “The
First Grader” dan membandingkannya dengan pendidikan yang ada di
Indonesia.
4
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Resume
Hal ini tentu mengejutkan karena Maruge adalah seorang kakek tua.
Seumur hidupnya, ia buta huruf karena tidak mempunyai biaya untuk
mengenyam pendidikan. Ia juga merupakan pejuang anti-kolonial Inggris
dari keturunan suku Kikuyu yang pada tahun 1950-an mencetuskan
pemberontakan Mau Mau.
6
Keputusan Jane membuat publik dan media massa menyorot
keberadaan Maruge yang dianggap fenomenal karena masih bersekolah
pada usianya yang sudah senja. Banyak media yang datang untuk
mewawancarai Maruge sendiri.
2.2 Analisis
Menurut analisa saya mengenai film The First Grade adalah film ini
memiliki beberapa kemiripan dengan keadaan di Indonesia yang
sesungguhnya. Seperti dalam film digambarkan bahwa satu ruangan
kelas memiliki banyak sekali murid, bahkan ada murid yang duduknya
dilantai. Hal tersebut juga terjadi dibeberapa sekolah di Indonesia.
Pendaftaran sekolah yang tidak teratur di dalam film juga terjadi di
7
Indonesia. Orang tua akan mengantri dari subuh-subuh untuk
mengantarkan anak mereka mendaftar sekolah, lalu walaupun sudah
memiliki antrian tetap saja ujungnya akan terjadi kekacauan.
Hal lain yang perlu disoroti adalah kegigihan Maruge yang sangat
ingin untuk bisa belajar membaca dan menulis. Sangat jarang orang
berusia lanjut di Indonesia yang ingin bisa membaca dan menulis. The
First Grader juga menceritakan betapa birokrasi yang kaku menyulitkan
para guru di lapangan untuk dapat memberikan sarana pendidikan terbaik
bagi para muridnya. Seharusnya pemerintah memudahkan akses
pendidikan untuk semua orang tidak peduli siapa dan berpakah umurnya
untuk menunjang pendidikan menjadi lebih baik lagi.
2.3 Komentar
Film ini adalah film yang cocok ditonton oleh semua umur dan juga
cocok untuk mereka yang masih malas mengenyam pendidikan padahal
mereka dapat dengan mudah mendapatkannya. Sulitnya mendapat
pendidikan di Kenya akan membuka mata dan membuat kita merasa
bersyukur karena pendidikan yang ada di Indonesia masih lebih baik dari
pada di Kenya.
2.4 Kasus di Indonesia yang Serupa dengan film “The First Grader”
Salah satu kasus yang mirip film The First Grader adalah kasus
yang terjadi di salah satu Madrasah Depok. Siswa sekolah Madrasah
Tsanawiyah Negeri (MTSN) Depok di Kampung Sawah, Jatimulya
Cilodong, Depok terpaksa harus belajar di tengah keprihatinan. Para
siswa terpaksa belajar beralaskan lantai.
Di sana lebih dari 60 siswa kelas IX harus belajar di lantai lantaran
tidak adanya meja maupun kursi yang dimiliki sekolah. Di sekolah itu ada
8
enam kelas namun yang empat sudah ada meja dan kursinya. Satu kelas
diisi 33 siswa yang terpaksa belajar ala kadarnya. Pihak sekolah sudah
pernah mengusulkan bantuan atas kekurangan meja dan kursi belajar.
Sayangnya sampai sekarang usulan itu belum direalisasikan.
2.5 Keprihatinan
9
Kisah tentang Maruge pada film ini juga membuktikan kepada kita
bahwa orang-orang belum ada kesadaran untuk belajar. Terlihat dari
orang-orang yang selalu mengejek Maruge ketika ia lewat saat ingin
berangkat maupun pulang sekolah. Seharusnya mindset yang ada di
masyarakat diubah. Jika kita terus menyepelekan pendidikan, apa jadinya
nanti bangsa ini? Karena sumber daya manusia yang cerdas akan
membawa suatu negara maju dan tentunya tidak terbelakang.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
https://subsymphonika.wordpress.com/2012/02/01/the-first-grader-
review/
http://julianoeigo.blogspot.co.id/2013/01/analisis-film-surat-kecil-untuk-
tuhan.html
http://www.imdb.com/title/tt0790663/
www.tempo.co.id
www.okezone.com
https://www.google.co.id/amp/m.tribunnews.com/amp/nasional/2017/05
/02/museum-taman-siswa-dan-perjuangan-ki-hajar-dewantara
https://kumparan.com/bily-nazal/perjuangan-kartini-demi-emansipasi-
wanita
12