Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN HASIL MINI RISET

KELAYAKAN PENYELENGARAAN PENDIDIKAN PADA


TK DIAN EKA WATI MEDAN

Mata Kuliah:Konsep Dasar Pendidikan luar sekolah

DosenPengampu: Dr. Nurlaila, S.Pd., M.Pd

DisusunOleh :

Dinul Akbar Pinem (1193351035)


Latifah Janna Arasy (1193351028)
Lidya Munawarah Siregar (1193151026)
Nurul Lisya (1191151011)
Sekar Sari (1191151013)
Tengku Muhammad fajar (1193351027)

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya sehingga kami masih diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan mini riset
ini tepat pada waktunya.  Mini riset inikami  buat guna memenuhi penyelesaian tugas  pada
mata kuliah konsep dasar pendidikan luar sekolah, semoga mini riset ini dapat menambah
wawasan dan pengatahuan bagipara pembaca.
Dalam penulisan  min iriset ini, kami tentu saja tidak dapat menyelesaikannya sendiri
tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada
Pihak–pihak yang telah membantu kami.
1. Ibu Dr. Nurlaila S.Pd., M.Pd
2. Kepala Yayasan serta Guru TK Dian Ekawati
3. Teman-Teman Sekalian
Kami menyadari bahwa mini riset ini masih jauh dari kata sempurna karena masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami dengan segala kerendahan hati meminta maaf dan
mengharapkan kritik serta saran  yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan
kedepannya. Akhir kata kami mengucapkan selamat membaca dan semoga dapat bermanfaat
sebagaimana mestinya bagi para pembaca.

                                                                                                           Medan, November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi Masalah 2
C. Batasan Masalah 2
D. Rumusan Masalah 3
E. Tujuan Survey 3
F. Manfaat Survey 3
BAB II. LANDASAN TEORI 4
1. Asas-asas Pendidikan Non formal 6
2. Tugas-Tugas Dan Sasaran Populasi Pendidikan Non Formal 7
3. Falsafah Pendidikan Luar Sekolah 9
BAB III.METODE SURVEY 11
A. Tempat dan Waktu Survey 11
B. Subject Survey 11
C. Teknik Pengambilan Data 11
D.Instrumen Survey (satu atau lebih dari instrumen berikut: format isian, pedoman
wawancara, lembar observasi, qualiy checklist, atau kuesioner jika diperlukan) 11
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 12
A. Gambaran Hasil Survey 12
B. Pembahasan 12
C. Temuan Lapangan 13
BAB VPENUTUP 14
A. Kesimpulan 14
B. Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 14
LAMPIRAN 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Anak Usia Dini memegang peranan yang sangat penting karena
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar pembelajaran yang akan
mengembangkan dan mengoptimalkan potensi-potensi yang telah dimiliki oleh anak. Seperti
yang tercantum dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 pasal 1 butir 14 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Taman
Kanak-Kanak (TK) merupakan salah satu bentuk lembaga pendidikan anak usia dini yang
berada pada jalur pendidikan formal, sebagaimana tertuang pada Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 pasal 28 ayat (3) bahwa “Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan
formal berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang
sederajat”. Keberadaan dan penyelenggaraan TK merupakan sarana untuk menstimulasi anak
dengan melakukan pembiasaan-pembiasaan dalam pembelajaran.Usia dini (0-8 tahun) sering
disebut dengan usia emas (golden ages), karena pada usia dini anak sedang dalam tahap
pertumbuhan dan 2 perkembangan baik fisik maupun mental. Anak mudah menerima,
melihat, mengikuti dan mendengarkan segala sesuatu yang dicontohkan, diperdengarkan, dan
diperlihatkan.
Di TK perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang dikenalkan pada
anak usia dini. Pada tahap ini anak mulai mengenal dan memahami konsep bilangan
sederhana.Anak dapat mengenal dan memahami dengan melihat benda-benda secara
langsung.Untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak di TK, kegiatan pembelajaran di
TK salah satunya melalui kegiatan mengenal huruf A-Z dengan benda-benda konkrit
(mengenal konsep huruf dengan benda secara sederhana).
Di TK Dian Ekawati anak-anak kelompok A masih belum memahami konsep
Pembelajaran sederhana. Hal ini karena pada kelompok ini usia mereka belum seharunya
ditekankan untuk menulis dan membaca. Tetapi dengan tuntuan sekarang bahwa ketika
memasuki jenjang sekolah selanjutnya yaitu Sekolah Dasar mereka harus mampu menulis
dan membaca untuk menghadapi ujian tes masuk. Maka dengan itu pihak TK harus
menyesuaikan tuntutan yang ada. Dengan Berbagai metode pembelajaran yang dilakukan

3
oleh pendidik agar peserta didik mampu mengikuti pembelajaran tersebut. Upaya yang
dilakukan yaitu dengan menggunakan kegiatan pembelajaran yang tepat bagi anak sehingga
anak lebih mudah memahami konsep pembelajaran sederhana.Kegiatan pembelajaran dalam
membilang bilangan di Taman Kanak-Kanak sebaiknya menggunakan benda-benda konkrit
atau nyata. Guru perlu mengetahui karakteristik anak dan cara belajar masing-masing anak,
sehingga akan mempermudah kegiatan pembelajaran. Melalui benda-benda konkrit,
pembelajaran akan lebih bermakna. Benda-benda konkrit dapat memberi pengalaman
menarik pada anak dan kegiatan tersebut bisa dilakukan anak dalam kehidupan sehari-hari.
Guru sebaiknya menggunakan kegiatan pembelajaran yang menarik dan kreatif
sehingga dapat memotivasi anak dalam melakukan kegiatan belajar di dalam kelas maupun di
luar kelas. Anak juga dapat merasakan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan (bermain
sambil belajar).Kegiatan pembelajaran mengenal huruf di Taman Kanak-Kanak melalui
kegiatan bermain dengan benda-benda konkrit diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
anak dalam membaca. Melihat paparan di atas, maka penulis mengambil judul
“Pengembangan Kemampuan Membaca Melalui Kegiatan Bermain dengan Benda-Benda
Konkrit pada Anak-anak Kelompok A TK Dian Ekawati TVRI Medan.

B. Indentifikasi Masalah
Dari beberapa uraian yang dikemukakan pada latar belakang, maka dapat
diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :
1. Kemampuan anak dalam mengenal huruf A-Z di kelompok A TK Dian Ekawati
masih rendah.
2. Kurangnya kualitas dan kuantitas para pengajar pendidikan anak usia dini.
3. Beberapa lembaga pendidikan anak usia dini di Indonesia belum mengajarkan
mengenai kecerdasan intelektual..
4. Usia Anak yang masih ingin bermain membuat kegitan pembelajaran kurang efektif.

C. Batasan Masalah.
Peneliti membatasi permasalahan pada upaya untuk mengembangkan kemampuan
kognitif anak menegnal huruf A-Z melalui kegiatan bermain dengan benda-benda konkrit di
kelompok A TK Dian EkaWati TVRI Medan Tahun Pelajaran 2019/2020.

4
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana pengembangan kemampuan Mengenal Huruf A-Z melalui
kegiatan bermain dengan benda-benda konkrit pada anak di kelompok A Taman Kanak-
Kanak Dian EkaWati TVRI Medan?

E. Tujuan Survey
Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengembangkan kemampuan mengenal huruf
melalui kegiatan bermain dengan benda-benda konkrit pada anak-anak di kelompok A Taman
Kanak-kanak Dian EkaWati TVRI Medan.

F. Manfaat Survey
Penelitian ini diharapkan bermanfaat, antara lain;
1. Siswa, penelitian ini dapat membantu mengembangkan kemampuan anak dalam
membilang dan mengenalkan bilangan dengan benda-benda konkrit kepada anak.
2. Guru, penelitian ini akan bermanfaat sebagai salah satu cara untuk dapat mengembangkan
kemampuan anak dalam membilang dengan benda-benda konkrit di dalam kegiatan belajar
mengajar.
3. Sekolah, penelitian ini dapat meningkatkan kegiatan pembelajaran di sekolah khususnya
mengenal huruf A-Z.
4. Peneliti, penelitian ini akan memperoleh pengalaman sehingga dapat menambah wawasan
ilmu pengetahuan.
5. Lembaga PAUD, dengan penelitian ini dapat bermanfaat sebagai salah satu cara untuk
meningkatkan kreativitas guru dalam pembelajaran mengenal huruf dengan benda-benda
konkrit.

5
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Asas-asas Pendidikan Non Formal
Dimaksud dengan asas adalah prinsip atau landasan berpijak.Pendidikan luar sekolah
sebagai bagian dari pendidikan nasionaal memiliki asas yang menjadi landasan
berpijaknya yaitu asas kebutuhan, pendidikan sepanjang hayat, asas relevansi dengan
pengembangan masyarakat dan asas wawasan ke masa depan, seperti yang
diungkapkan oleh Sudjana (2004).

1. Asas kebutuhan, memberi arti bahwa penyusunan program pendidikan luar


sekolah, proses pendidikan dan kebutuhan akan pendidikan berlangsung sepaanjang
hidup manusia, pendidikan bukanlah terbatas pada waktu-waktu tertentu dan juga
tidak dibatasi oleh tempat, tetapi belajar dilakukan terus menerus sepanjang hayat.

2. Asas relevansi dan pengembangan masyarakat, pendidikan luar sekolah sebagai


bagian penting dari program pengembangan masyarakat mengandung makna bahwa
setiap kebijakan dan kegiatan pengembangan masyarakat memuat pula kebijakan dari
program pendidikan luar sekolah. Dengan demikian pendidikan luar sekolah
merupakan upaya yang disengaja untuk membantu masyarakat agar mereka dapat
merubah sikap dan prilaku membangun dalam upaya meningkatkan taraf hidupnya.

3. Asas wawasan ke masa depan, asas ini memberi arah bahwa pendidikan luar
sekolah berorientasi pada perubahan yang mungkin terjadi pada masa yang akan
datang. Walaupun keadaan masa depan itu baru merupakan alternatif kemungkinan,.

4. Asas pendidikan sepanjang hayat, artinya pendidikan ini hanya berakhir tatkala


manusia meninggalkan dunia ini. Tujuan pendidikan sepanjang hayat adalah tidak
sekedar perubahan melainkan untuk tercapainya kepuasan bagi setiap orang yang
melakukannya. Fungsi pendidikan sepanjang hayat adalah sebagai kekuatan motivasi
bagi peserta didik agar ia dapat melakukan kegiatan belajar berdasarkan dorongan dan
arahan oleh dirinya sendiri (self directed learning) dengan cara berpikir dan berbuat
dalam kehidupannya.

6
2. Tugas-Tugas Dan Sasaran Populasi Pendidikan Non Formal

1. Para buruh dan petani

Merupakan golongan terbesar dari masyarakat, mereka dengan pendidikan yang sangat
rendah atau bahkan tanpa pendidikan sama sekali. Pada umumnya mereka hidup dalam
suasana tradisional dan kebiasaan hidup yang masih belum maju.Mereka inilah terutama yang
membutuhkan program baca tulis secara fungsional (fungtional literacy).

Program pendidikan yang harus diberikan kepada mereka adalah:

 yang bisa atau mampu menolong meningkatkan produktivitas mereka dengan cara
mengajarkan berbagai keterampilan dan metode baru terutama seperti bertani atau
sejenisnya. Dengan demikian diharapkan memungkinkan mereka meningkatkan hasil
pekerjaannya.
 yang mampu mendidik mereka agar bisa memenuhi kewajiban sebagai warga negara
dan sebagai kepala keluarga yang baik, sehingga mereka menyadari bahwa
pendidikan bagi anak-anak mereka adalah sangat penting.
 yang mendidik mereka bagaimana memanfaatkan waktu senggang secara efektif,
terutama dengan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan serta produktif, sehingga
hidupnya lebih berarti.

2. Para remaja putus sekolah

Golongan remaja yang menganggur karena tidak mendapatkan pendidikan keterampilan atau
under employed, disebabkan kurangnya bakat dan kemampuannya, memerlukan pendidikan
vokasional yang khusus.Dalam upaya perkembangan pribadinya, mereka perlu diberi
pendidikan kultural dan kegiatan-kegiatan yang rekreatif, serta pendidikan yang bersifat
remedial.Pendidikan ini harus dapat menarik, merangsang dan relevan dengan kebutuhan
hidupnya.
3. Para pekerja yang berketerampilan
Agar mampu menghadapi berbagai tantangan yang menghadang hari depan mereka, program
pendidikan yang diberikan kepada mereka hendaknya yang bersifat kejuruan dan teknik, yang
dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka miliki.

7
Bagi golongan pekerja yang berketerampilan ini, program pendidilan yang akan diberikan
kepada mereka harus mengandung minimal dua tujuan, yaitu:

 dapat menyelamatkan mereka dari bahaya keuangan, pengetahun dan keterampilan


yang mereka miliki
 akan membuka jalan bagi mereka untuk naik jenjang dalam promosi kedudukan yang
lebih baik.

4. Golongan teknisi dan profesional

Mereka umumnya menduduki posisi-posisi penting dalam masyarakat, karena itu kemajuan
masyarakat banyak tergantung pada golongan ini.Agar mereka tetap berperan dalam
masyarakatnya, maka mereka harus senantiasa memperbaharui dan menambah pengetahuan
dan keterampilannya.

5. Para pemimpin masyarakat

Golongan ini termasuk para pemimpin politisi, agama, sosial dan sebagainya.Mereka dituntut
untuk mampu mensintesiskan pengetahuan dari berbagai macam profesi atau keahlian, dan
selalu memperbaharui sikap-sikap dan gagasan yang sesuai dengan kemajuan dan
pembangunan.Biasanya pengetahuan tersebut tidak pernah mereka peroleh dari pendidikan
formal atau jalur sekolah.

6. Anggota masyarakat yang sudah tua

Disebabkan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, banyak pengetahuan


yang belum mereka ketahui pada waktu masih muda, karena itulah pendidikan ini
merupakan kesempatan yang sangat berharga bagi mereka, meskipun kalau dilihat
dari segi materi tidak banyak menguntungkan.

Jumlah mereka makin lama makin bertambah besar, seiring dengan mkin bertambah
panjangnya usia harapan hidup rata-rata manusia, disebabkan lebih baiknya
kesehatan.

8
3. Falsafah Pendidikan Luar Sekolah
Sejak manusia memulai kehidupannya dalam masyarakat sejak itu pula terjadilah proses
pematangan dan pendewasaan. Melalui pendidikan, penghayatan dan pengamalan ajaran
agama merupakan salah satu aspek dan sikap batin yang berkembang dalam pribadi manusia
secara bertahap sejalan dengan tingkat kematangan dan kedewasaan manusia.

Manusia sebagai Homo Education memiliki kemampuan dasar untuk mengembangkan diri
pribadinya sampai titik optimal melaluiusaha pendidikan (proses belajar mengajat). Sebagai
makhlukyang bernaluri sosial, individual, dan moral, manusia memiliki kelengkapan-
kelengkapan potensi jasmaniah dan kejiwaan yang tumbuh dan berkembang dalam
lingkungan hidup keluarga dan berlanjut dalam lingkungan masyarakat.

Dalam lingkungan hidup keluarga dan di luar keluarga terjadilah proses interaksi edukatif
antara sesama masyarakat. Dan proses edukatif ini akan memiliki makna apabila dilakukan
secarateratur baik di alam keluarga maupun di sekolah.Sehubungan dengan pendekatan ini
penghayatan

1. Hakikat Manusia
Memahami manusia adalah memahami diri sendiri. Individu lain adalah representasi dari
dirinya sendiri. Akan tetapi di dalam diri setiap manusia, baik sebagai individu maupun
dalam suatu komunitas, tetap mengandung misteri yang tidak dapat terungkap secara tuntas.
Poespowardoyo dalam buku Sekitar Manusia: Bunga Rampai tentang Filsafat Manusia,
mengulas secara panjang lebar hakekat manusia dalam rangka manusia seutuhnya. Dikatakan
bahwa, membicarakan manusia, baik dari sisi hidup, arti dan peranan eksistensia merupakan
persoalan yang tidak pernah basi.Manusia selalu menjadi pokok permasalahan.Persoalan
apapun yang terjadi di dunia ini pada dasarnya dan akhirnya berkaitan dengan
manusia.Manusia merupakan tema central dalam setiap peristiwa di muka bumi ini.

Dalam kehidupan nyata terdapat berbagai pendapat tentang manusia. Manusia menurut
seorang theolog, manusia menurut psikolog, manusia menurut antropolog, dan manusia
menurut ahli-ahli yang lain. Masalahnya disini, bukan manusia menurut siapa.Akan tetapi
adalah manusia seutuhnya, manusia sebagai manusia. Oleh karena itu, telaah terhadap
persoalan manusia dapat ditempuh dengan cara memberikan makna terhadap eksistensi
manusia itu sendiri.

9
Manusia adalah makhluk yang unik, ia adalah subjek sekaligus objek. Dirinya berpikir untuk
mempersoalkan dirinya.Pandangan ini didasarkan atas filsafat yang menelaah manusia.

Immanuel Kant (1724-1804), seorang filosuf terkenal pada zaman modern yang menghormati
ide-ide pendidikan mengajukan beberapa pertanyaan filsafati untuk mengungkap tabir misteri
manusia. Beberapa pertanyaan yang ia ajukan ialah: (1) Apakah manusia itu?; (2) Apa yang
boleh saya perbuat?; (3) Apakah yang dapat saya ketahui?; (4) Apa yang saya harapkan?.
Keempat pertanyaan tersebut ialah pertanyaan antropologi, etika, metafisika, dan
religius.Jawaban atas keempat pertanyaan ini dapat mendekati eksistensi manusia secara utuh
sebagai objek.

Antropologi mempelajari manusia beserta hasil karyanya dan hasil dari perbuatan manusia
seperti cara manusia mengatasi alam sekelilingnya, sistem kehidupan sosial, perkawinan,
bahasa, kesenian dan sebagainya. Dalam hal ini manusia mencoba mengerti diri sebagai
realitas yang konkret dalam hubungan dengan dunia nyata dimana manusia hidup.Manusia
mengakui fakta keberadaannya sebagai manusia dan tugas yang wajib ditunaikannya untuk
tetap menyatakan dirinya sebagai manusia, yaitu dengan berbudaya.

Dalam etika, manusia mempertanyakan kaitan dirinya dengan norma dan sesamanya. Disini
dipersoalkan mengapa suatu tindakan dikatakan baik sehingga dianjurkan untuk dilakukan,
sementara yang lainnya dikatakan jelek sehingga tidak boleh dilakukan.Tindakan manusia
dinilai berdasar ide-ide umum, berdasar ukuran-ukuran yang umum diterima oleh kesatuan
sosial atau lingkungan tertentu.

Pertanyaan metafisika mencoba mengaitkan keberadaan manusia dengan dimensi lain, yaitu
zat di balik yang tampak. Realitas yang tidak tampak adalah realita ultimate (yang
sebenarnya, yang dicari manusia) sehingga manusia cenderung berusaha mendapatkan
kebenaran yang ultimate ini melalui jalan yang disebut religi.Pada gilirannya, kenyataan
metafisik ini menghadapkan manusia dengan masalah-masalah religi. Dalam religi manusia
mengikatkan diri untuk memperoleh kepuasan untuk mendapatkan jawaban dari mana ia
berasal dan kemana ia akan kembali.

Pemahaman terhadap hakekat manusia dapat mendekati kebenaran (bukan kebenaran


mutlak), dengan mengakui kenyataan-kenyataan sebagimana dijelaskan diatas. Dengan kata
lain, upaya memahami jati diri manusia dapat dilakukan dari dimensi individual, dimensi
sosial, dimensi kesusilaan, dan dimensi keagamaan.

10
BAB III

METODE SURVEY
A. Tempat Dan Waktu Survey

Gambaran Umum Mengenai Tempat Dan Waktu Survey

Nama Sekolah : TK DIAN EKAWATI TVRI SUMUT


Alamat Sekolah : JL.Kapten M Jamil Lubis No. 182
Kode Pos : 20371
Kecamatan : Medan Tembung
Kabupaten : Kota Medan
Propinsi : Sumatra Utara
Status kelas : Swasta
Jenjang Pendidikan : TK
Nama Kepala Sekolah : SAKILAH
Waktu Survey : Pagi jam 10.00 Wib

B. Subjek Survey
Subjek survey yaitu mewawancarai salah satu Guru yang mengajar di kelas TK A
Dian Ekawati TVRI Medan.
C. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan datanya yaitu menggunakan Metode Data Kualitatif berdasarkan
hasil dari pembelajaran yang dilakukan untuk meningkatkan Kurangnya kualitas dan
kuantitas para pengajar dalam pehaman membaca dan menulis pada anak didik
tersebut terutama dalam mengenal huruf dari A-Z.
D. Instrumen Survey

Instrument survey ini meggunakan instrumen wawancara, wawancara merupakan


suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber
data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (Tanya jawab) yang berkaitan
antara tema penelitian dan hasil yang diharapkan. Kami melakukan wawancara
dengan guru tk dian eka wati dan memberikan beberapa pertanyaan yang dilakukan
secara sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian dan dilakukan secara
lisan dan secara langsung

11
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Hasil Survey
Gambaran hasil survey tentang kelayakan pembelajaran di TK Dian EkaWati TVRI
Medan mencakup pembahasan tentang bentuk pembelajaran yang dilakukan untuk
meningkatkan Kurangnya kualitas dan kuantitas para pengajar pemahaman membaca dan
menulis pada anak didik tersebut terutama dalam mengenal huruf A-Z.

B. Pembahasan
Pada temuan penelitian hasil kegiatan observasi kelayakan pembelajaran di TK Dian
Eka Wati pada siswa TK A dipaparkan berdasarkan wawancara secara langsung dengan salah
satu guru kelas TK A tersebut.
TK Dian Ekawati sudah berdiri sejak tahun 1978. terdapat beberapa kelas pada TK tersebut
Dimana kami melakukan penelitian pada kelas TK A yang siswanya berusia kisaran antara
usia 4 tahun sampai 4.5 tahun, yang terdiri dari 11 siswa perempuan dan 5 siswa laki-laki.
Metode pembelajaran anak usia dini merupakan cara-cara atau teknik yang digunakan
agar tujuan pembelajaran tercapai. Penggunaan metode pengajaran yang tepat dan sesuai
dengan karakter anak akan dapat memfasilitasi perkembangan berbagai potensi dan
kemampuan anak secara optimal serta tumbuhnya sikap dan perilaku positif bagi anak.
Metode metode pembelajaran yang dapat digunakan di Taman Kanak–Kanak antara lain
yaitu  metode bercerita,metode bercakap-cakap,metode tanya jawab dan lainnya.
memfasilitasi media pembelajaran pada anak mampu mengembangkan 6 aspek yaitu kognitif,
sosial emosi, bahasa, psikomotorik, nilai moral, agama.

Kami juga mengajukan beberapa pertanyaan pada Guru kelas A TK Dian Ekawati
berikut pertanyaannya :
1. Aktivitas apa yang dilakukan guru TK Dian Ekawati saat jam istirahat ?
Jawab : Pada saat jam isirihat anak-anak bermain diluar tepatnya di sekitaran TK
tersebut, dan Guru tetap mengawasi anak-anak bermain, Tidak ada kegiatan guru
untuk bercerita, bermain handphone, Masing-masing guru berpencar mengawasi anak
didiknya agar anak-anak tersebut terjamin bermainnya supaya tidak terjadi hal yang
tidak diinginkan.
2. Jumlah Guru dan murid pada kelas A TK Dian Ekawati

12
Jawab : Jumlah guru pada kelas A ada 2 guru, dan jumlah siswa pada kelas berjumlah
16 siswa, 11 siswa perempuan 5 siswa laki-laki.
3. Apakah Gedung dan peralatan pada TK Dian Ekawati sudah memfasilitasi kegiatan
belajar secara optimal ?
jawab : Sudah lengkap sesuai dengan media yang digunakan, seperti pembelajaran
menggunakan benda konkret pada tema binatang sudah menyediakan gambar
binatang ataupun binatang aslinya seperti mengenalkan binatang di air TK Dian
Ekawati mempunyai Akuarium untuk lebih mengoptimalkan pembelajaran dengan
mengenalkan kepada siswanya secara konkret.
4. Bagaimana perilaku siswa pada saat jam istirahat ?
jawab : Ada sebagian siswa pada saat jam istirahat lebih pendiam dan tidak ingin
bersosialisasi dengan teman lainnya, siswa tersebut hanya mau berteman dengan
teman sekelasnya saja, dan ada juga siswa yang ketika dikelas kurang aktif pada saat
jam istirahat siswa tersebut sangat aktif karena pada usia ini dimana usia bermain
pada anak.
5. Apakah ada hambatan yang dirasakan oleh guru kelas A tersebut ?
jawab : Hambatan yang dirasakan ialah kurang optimalnya pembelajaran yang
dilakukan sebab pada siswa kelas A rentang usia siswanya 3,5 tahun- 4,5 tahun yang
masih kurang bisa fokus untuk mengikuti pembelajaran yang dilakukan. sebenarnya
hal ini kami maklumkan sebab belum sepantasnya guru TK menekankan kemampuan
baca, tulis, dan berhitung kepada anak-anak didiknya. Memang, hal itu akan
meringankan kerja guru SD. Namun, yang seharusnya dicamkan oleh semua pihak
adalah usia TK itu merupakan usia anak untuk bermain.

C. Temuan Lapangan
Pada bagian ini peneliti akan mendepripsikan penemuan penelitian berdasarkan hasil
penelitian. Hasil penelitian merupakan uraian data penemuan tentang permasalahan penelitian
dilapangan. penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara.
Penelitian dilaksanakan TK Dian Ekawati TVRI jalan Perhubungan, Medan Tembung. subjek
penelitian ini adalah siswa kelas A TK Dian Ekawati. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan
pada tanggal 31 Oktober 2019.

13
BAB V

PENUTUP
A.KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian yang telah kami lakukan pada TK Dian Ekawati TVRI
Medan yaitu pada TK Dian Ekawati TVRI medan masih banyak peserta didik yang belum
mencukupi umurnya untuk masuk ke jenjang pendidikan yaitu TK ,pada TK Dian Ekawati
TVRI Medan ada peserta didik yang masih ber umur 4 dan 4.5 tahun ,ketika di dalam proses
pembelajaran guru harus selalu sabar dalam menghadapi sikap atau perilaku mereka karena
masih tergolong anak yang sangat aktif ,dan untuk meningkatkan pemahaman tentang
membaca dan menulis terutama dalam pengenalan angka dan huruf untuk peserta didik, guru
harus selalu menerapakan metode pembelajaran dengan memfasilitasi segala kebutuhan
untuk mendukung pembelajaran serta memberikan suatu metode dengan bercerita dan
bertanya jawab untuk meningkatkan perkembangan anak yang masih tergolong balita ,pada
saat bermain-main mereka harus selalu diawasi jangan sampai terjadi suatu peristiwa yang
tidak diinginkan karena guru tidak memperhatikan peserta didik ,guru hanya mementingkan
keperluan pribadinya saja ,jumlah guru harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa semakin
banyak siswa maka harus semakin banyak juga guru yang mengawasi ,guru pada TK Dian
Ekawati TVRI Medan telah menerapkannya dengan baik ,peserta didik yang kami temui
bermacam-macam sifatnya misalnya ada sebagiandari mereka suka menyendiri tidak senang
bersosialisasi dan juga ada yang suka bermain-main dan mengenal lingkungannya

B.SARAN

Saran dari kami setelah melakukan penelitian pada TK Dian Ekawati TVRI Medan
yaitu menurut kami seharusnya anak usia dini yang masuk ke TK telah memenuhi syarat
termasuk usia yang telah terpenuhi dengan batas 5 tahun dan sudah tergolong ke dalam anak-
anak yang sudah bisa diberikan suatu pembelajaran dengan baik ,maka tidak ada hambatan
atau kesulitan di dalam proses pembelajaran jika usia mereka telah tercukupi dan akan
terciptanya suatu pembelajaran yang kompleks demi melanjutkan pendidikan mereka yang
lebih baik kedepannya ketika masuk SD nanti ,dan alat pendidikan yang terus mendukung
proses pembelajaran misalnya guru yang berkualitas dengan lulusan dari PG PAUD bukan
dari lulusan yang lain serta peralatan pembelajaran seperti alat-alat untuk bermain sambil
belajar.

14
Daftar Pustaka

https://muhmdirpan.wordpress.com/2017/11/22/asas-asas-pendidikan-dan-penerapannya/

http://www.nblognlife.com/2014/12/tentang-pendidikan-non-formal.html

http://mytugasmm.blogspot.com/2015/06/makalah-pendidikan-nonformal.html

15
LAMPIRAN

16

Anda mungkin juga menyukai