Anda di halaman 1dari 5

Sharing Materi PTBMMKI wil 4 : Program kerja berupa berbagi ilmu tentang

kedawatdaruratan medis yang di terbitkan oleh perhimpunan tim bantuan medis mahasiswa
kedokteran indonesia wil 4 melalui feed official account PTBMMKI wil 4

Materi : Food Allergies (Alergi Makanan)

Alergi merupakan suatu reaksi hipersensitivitas akibat induksi oleh imunoglobulin E (IgE)
yang spesifik terhadap alergen tertentuyang berikatan dengan sel mast atau sel basofil.
Sedangkan, alergi makanan adalah reaksi alergi yang terjadi akibat sistem kekebalan tubuh
salah merespon protein yang berasal dari makanan dan menganggapnya sebagai suatu
ancaman.

1. Klasifikasi Alergi
a. Pembagian reaksi hipersensitivitas menurut Gell dan Coombs
Menurut Robert Coombs dan Philip HH Gell (1963), reaksi hipersensitivitas di bagi
dalam 4 tipe reaksi :

(Imunologi Dasar, FKUI)


Dari beberapa reaksi hipersensitivitas diatas, alergi makanan termasuk kedalam reaksi
hipersensitivitas tipe I. Patofisiologi alergi makanan secara umum dapat diperantarai IgE
maupun tidak diperantarai IgE.

a. Diperantarai IgE (Reaksi hipersensitivitas tipe I)

Pada gambar diatas dapat disimpulkan bahwa patofisiologi alergi makanan diperantarai IgE
atau reaksi HS tipe I ini dimana terjadi paparan pertama terhadap alergen  aktivasi antigen
sel Tfh dan sel Th2 dan rangsangan perubahan kelas IgE pada sel B  produksi IgE 
peningkatan IgE ke FcϵRI di sel mast  paparan berulang pada alergen  aktivasi sel mast
menyebabkan pelepasan mediator-mediatornya yaitu :

 amine vasoaktif dan mediator lipid  reaksi hipersensitivitas cepat (beberapa menit
setelah paparan berulang pada alergen)
 sitokin  reaksi fase lambat (6-24 jam setelah paparan berulang pada alergen)
b. Tidak diperantarai IgE
Patogenesis reaksi alergi makanan yang tidak diperantarai IgE belum diketahui
dengan jelas.

Tidak semua reaksi makanan yang tidak diinginkan dapat disebut sebagai alergi makanan.
Klasifikasi yang dikeluarkan EAACI (European Association of Allergy and Clinical
Immunology) membagi reaksi makanan yang tidak diinginkan menjadi reaksi toksik dan
reaksi non-toksik.
a. Reaksi toksik, ditimbulkan oleh iritan tertentu atau racun dalam makanan. Misalnya,
jamur, susu atau daging, terkontaminasi atau sisa pestisida dalam makanan.
b. Reaksi non-toksis, dapat berupa reaksi imunologis dan reaksi non-imunologis
(intoleransi makanan). Intoleransi makanan dapat diakibatkan zat yang terdapat pada
makanan tersebut (seperti histamin yang terdapat pada ikan yang diawetkan),
farmakologi makanan (seperti tiramin pada keju), atau akibat kelainan pada organ
tersebut (seperti difesiensi laktosa), atau idiosinkrasi.
2. Penyebab Alergi Makanan

Golongan Contoh
Makanan sehari-hari Susu sapi, telur
Legume Kacang tanah, kedelai
Tree nuts Almond, kemiri, kacang brazil, kacang mede,
kenari, filbert, pine nuts, pistachio
Biji-bijian Biji bunga matahari, opium, wijen, biji kapas
Crustacea Lobster, kepiting, udang, dan udang karang
Kerang-kerangan Remis, tiram, keong/siput, gurita, cumi-cumi
Sayuran Seledri, wortel, tomat, kentang
Buah-buahan Apel, peach, pir, aprikot, melon, semangka,
pisang, alpukat, kiwi
Sereal Gandum, gandum hitam, Barley
Protein bukan makanan Polen (serbuk sari tumbuhan)

3. Gambaran klinis

Reaksi hipersensitivitas cepat (tipe I) mempunyai gambaran klinis dan patologis yang
berbeda, yang semuanya dikaitkan pada mediator yang dihasilkan sel mast dalam jumlah
yang berbeda dan dijaringan yang berbeda

Sindrom klinis Manifestasi klinis dan patologis


Rinitis alergi, sinusitis ( hay fever) Peningkatan sekresi mukus; inflamasi saluran
napas atas
Alergi makanan Peningkatan peristaltik karena kontraksi otot
intestinal  muntah dan diare
Asma bronkial Obstruksi jalan napas disebabkan oleh
hiperaktivitas otot polos bronkial
Asma kronik Otot polos bronkus menjadi hipertrofi dan
hiperaktif terhadap berbagai stimuli hal ini
disebabkan oleh banyaknya eosinofil yang
terakumulasi di mukosa bronkus sehingga
terjadi sekresi berlebihan mukus di saluran
napas
Anafilaksis (mungkin disebabkan oleh obat, Penurunan tekanan darah (syok), edema pada
sengatan lebah, makanan) banyak jaringan termasuk laring, dan
bronkokitis

Terdapat gejala-gejala lain seperti : urtikaria, angioedem, nausea atau rasa mual, sakit
abdomen, muntah, dan diare.

4. Terapi
a. Anafilaksis : epinefrin  menyebabkan kontraksi sel otot polos vaskuler,
meningkatkan curah jantung (untuk mengatasi syok), dan menghambat kontraksi sel
otot polos bronkial
b. Asma bronkial dan Asma kronik
- Kortikosteroid : mengurangi inflamasi
- Antagonis leukotrin : melemaskan otot polos bronkial dan mengurangi inflamasi
- Penghambat fosfodiesterase : melemaskan otot polos bronkial
c. Rinitis alergi, sinusitis (hay fever) : anti histamin  menghambat kerja histamin pada
pembuluh darah dan otot polos
d. Alergi makanan : desensitisasi (pemberian berulang alergen dosis rendah)  tidak
diketahui pastinya bagaimana; akan tetapi mungkin untuk menghambat produksi IgE
dan meningkatkan produksi isotipe Ig yang lain; dan mungkin juga menginduksi
toleransi sel T
e. Berbagai penyakit alergi
- Antibodi anti IgE : netralisasi dan eliminasi IgE
- Kromolin : menghambat degranulasi sel mast
Referensi :

Abbas A.K, 2016. ‘Imunologi Dasar Abbas. Fungsi dan Kelainan Sistem Imun’ ed. 5 –
Elseiver Inc

Imunologi Dasar FKUI ed. 10

Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1, ed.VI

Olivier C.E, 2013. ‘Food Allergy. J Aller Ther S3: 004, doi: 10.4172/2155-6121.S3-004

Valenta R et.al, 2015. ‘Food Allergies: The Basic’. Gastroenterology 2015; 148: 1120-1131

Anda mungkin juga menyukai