3. Etiologi
a. Penyebab KEP dibedakan menjadi dua, yaitu :
1) Penyebab langsung
Yaitu masukan makanan yang kurang baik dari gizi makro berupa
karbohidrat, protein, lemak dan gizi mikro berupa vitamin A, B dan Fe
maupun penyakit atau kelainan yang diderita anak misalnya penyakit
infeksi, malabsorbsi, dll.
2) Penyebab tidak langsung
Faktor ekonomi, faktor fasilitas, perumahan, dan sanitasi, faktor
pendidikan dan pengetahuan, faktor fasilitas pelayanan kesehatan dan
faktor pertanian, dll.
b. Penyebab KEP bervariasi, sehingga derajat KEP bervariasi dari yang paling
ringan sampai yang berat :
1) KEP ringan dan sedang, merupakan keadaan patologik akibat kekurangan
energi dalam waktu yang cukup lama, meskipun masukan protein dan zat
gizi lainnya mungkin mencukupi. Bila hasil penimbangan BB pada KMS
terletak pada pita warna kuning diatas garis merah atau BB/U 70% - 80%
(Baku median WHO-NCHS).
2) Marasmus, dimulai dengan mengurangnya energi hingga hilangnya sub
kutan yang berlanjut dengan menyusutnya jaringan otot serta organ
lainnya, baik morfologi maupun fungsinya (dikatakan anak marasmik
hidup dari tubuhnya sendiri).
3) Kwashiorkor terjadi akibat tubuh selalu kekurangan protein dalam diit dan
lebih banyak mendapat diit kaya karbohidrat (energi relatif cukup)
4) marasmic-kwashiorkor merupakan peralihan yang terjadi dari kwashiokor
menjadi marasmus atau sebaliknya, bergantung pada diit yang
diperolehnya.
c. Secara garis besar ditandai dengan tiga tingkatan
1) KEP Ringan : Bila hasil penimbangan BB pada KMS terletak pada pita
warna kuning diatas garis merah atau BB/U 70% - 80% (Baku median
WHO-NCHS).
2) KEP Sedang : Bila hasil penimbangan BB pada KMS berada dibawah
garis merah (BGM) atau BB/U 60% - 70% (Baku median WHO-NCHS).
3) KEP Berat : bila hasill penimbangan BB/U < 60% (Baku median WHO-
NCHS) pada KMS tidak ada garis pemisah antara KEP berat dan KEP
ringan.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Antropometri
BB menurut umur, TB menurut umur, LLA(lingkar lengan atas) menurut umur,
BB menurut TB, LLA menurut TB
b. Biopsy hati
Ditemukan perlemakan yang kadang-kadang demikian hebatnya sehingga sel
hati valkual lemak besar.
c. Pemeriksaan serum
Pemeriksaan albumin serum menurun
Glukosa darah rendah
Asam amino essensial plasma menurun
Kolesterol serum rendah
Kadar kalium dan magnesium menurun sehingga menimbulkan gangguan
metabolik pada otot, ginjal dan pancreas
Penurunan nilai komponen serum dari nilai normal menunjukkan gangguan
nutrisi.
d. Pemeriksaan Hb
Untuk mengetahui kekurangan zat besi, sering terjadi pada anak balita.
e. Pemeriksaan urine
Meliputi pemeriksaan nitrogen dan urine kreatinin. Jika kadar nitrogen urea
rendah menujukkan adanya penurunan pengambilan intake protein sedang bila
terjadi peningkatan urine creatinin menunjukkan peningkatan urine creatinin
menunjukkan peningkatan intake protein otot.
7. Komplikasi
a. Noma atau stomatitis ganggrainosa merupakan pembusukan mukosa mulut
yang bersifat progresif hingga dapat menembus pipi, bibir,dan dagu.
b. Xeroftalmia
c. Penyakit infeksi lain. (Solihin, 2000)
d. Dehidrasi sedang dan berat
e. Defisiensi vit. A
f. Anemia berat. (Sudaryat Suratmaja, 2000)
8. Penatalaksanaan
Petunjuk dari WHO tentang pengelolaan KEP berat dirumah sakit dengan
menetapkan 10 langkah tindakan pelayanan melalui 3 fase (stabilisasi, transisi dan
rehabilitasi) dan dilamjutkan dengan fase ‘follow up’ sebagai berikut :
a. Fase Stabilisasi
Porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa
Energi : 100 kkal/kgBB/hari
Protein : 1-1,5 g/kgBB/hari
Cairan : 130 ml/kgBB/hari (bila sembab berat: 100ml/kgBB.hari)
Teruskan ASI pada anak menetek
Bila selera makan bak dan tidak sembab pemberian makan bias dipercepat
Pantau dan catat : jumlah cairan yang diberikan, yang tersisa; jumlah
cairan yang keluar seperti muntah, frekuensi buang air, timbang BB/hari.
(Sudrajat Suratmaja, 2000)
b. Fase Transisi
Pemberian energi masih sekitar 100 kkal/kgBB/hari
Pantau frekuensi nafas dan denyut nadi
Bila nafas meningkat > 5 kali/menit dan nadi >25 kali/menit dalam
pemantauan tiap 4 jam berturutan, kurangi volume pemberian formula
Setelah normal bisa naik kembali
c. Fase Rehabilitasi
Beri makan/formula WHO, jumlah tidak terbatas dan sering TKTP
Energi : 150-220 kkal/kgBB/hari
Protein : 4-6g/kgBB/hari
ASI diteruskan, tambahkan makanan formula; secara perlahan kepada
keluarga
Pemantauan : kecepatan pertambahan BB setiap minggu (timbang BB
setiap hari sebelum makan)
d. Tindakan Khusus
1. Hipoglikemia : berikan bolus 50 ml glukosa 10% atau sukrosa secara
oral/sonde nasogastrik
2. Hiponatremia : pakaikan anak selimut/letakan anak dekat lampu
3. Dehidrasi : cairan resomal/pengganti 5 ml/kgBB. (Sudrajat Suratmaja,
2000)
II. FEBRIS
1. Pengertian
Febris/ demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas variasi sirkardian yang
normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak
dalam hipotalamus anterior. (Isselbacher, 1999)
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 380 C atau
lebih.Ada juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,80C.Sedangkan bila
suhu tubuh lebih dari 400C disebut demam tinggi (hiperpireksia). (Julia, 2000)
Demam adalah kenaikan suhu tubuh karena adanya perubahan pusat
termoregulasi hipotalamus (Berhman, 1999). Seseorang mengalami demam bila
suhu tubuhnya diatas 37,8ºC (suhu oral atau aksila) atau suhu rektal. (Donna L.
Wong, 2003)
2. Klasifikasi Demam
a. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari
dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai
keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun
ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
b. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua
derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
c. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu
hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan
bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut
kuartana.
d. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
e. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti
oleh kenaikan suhu seperti semula.
3. Etiologi
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat
berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik
maupun penyakit lain (Julia, 2000). Menurut Guyton (1990), demam dapat
disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau
dehidrasi.
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan
toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan
pusat regulasi suhu sentral (misalnya: perdarahan otak, koma). Pada dasarnya
untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain:
ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik,
observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium.serta
penunjang lain secara tepat dan holistik.
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul
demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lian yang menyertai
demam. Demam belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien
mengalami demam terus menerus selama 3 minggu dan suhu badan diatas 38,3
derajat celcius dan tetap belum didapat penyebabnya walaupun telah diteliti
selama satu minggu secara intensif dengan menggunakan sarana laboratorium dan
penunjang medis lainnya.
5. Fatofisiologi
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point, tetapi
ada peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidak
disertai peningkatan set point(Julia, 2000). Demam adalah sebagai mekanisme
pertahanan tubuh (respon imun) anak terhadap infeksi atau zatasing yang masuk
ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan
merangsang sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen.
Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh
(pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi
oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing
(non infeksi). Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima
(reseptor) yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di
hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam
arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini
akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan
pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran
panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran
panas.Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini
akanmerangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk
memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang
menghasilkan asam amino yang berperan dalam pembentukan antibodi atau
sistem kekebalan tubuh. (Sinarty, 2003)
Sedangkan sifat-sifat demam dapat berupa menggigil atau krisis/flush.
Menggigil, bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari tingkat
normal ke nilai yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari kerusakan
jaringan, zat pirogen atau dehidrasi. Suhu tubuh biasanya memerlukan beberapa
jam untuk mencapai suhu baru. Krisis/flush, bila faktor yang menyebabkan suhu
tinggi dengan mendadak disingkirkan, termostat hipotalamus dengan mendadak
berada pada nilai rendah, mungkin malahan kembali ke tingkat normal. (Guyton,
1999)
6. Komplikasi
a. Dehidrasi : demam mengakibatkan terjadinya peningkatan penguapan cairan
tubuh
b. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi
pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama
demam dan umumnya sebentar, tidak berulang.
7. Penatalaksanaan
a. Secara Fisik
Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara berkala
setiap 4-6 jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau
mengigau.Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik ke atas atau
apakah anak mengalami kejang-kejang. Demam yang disertai kejang yang
terlalu lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak
mampu mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat
rusaknya sel-sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat
terjadi berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu.
Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke
otak yang akan berakibat rusaknya sel – sel otak.
Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak –banyaknyaMinuman yang
diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare menyesuaikan), air buah
atau air teh. Tujuannnya adalah agar cairan tubuh yang menguap akibat
naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya.
Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya untuk
menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh
dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh digunakan untuk
menguapkan air pada kain kompres. Jangan menggunakan air es karena
justru akan membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak dapat
keluar. Menggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan intoksikasi
(keracunan).
Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-suam
kuku. Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka suhu di luar terasa
hangat dan tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluar cukup panas.
Dengan demikian tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak
supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi. Di samping itu
lingkungan luar yang hangat akan membuat pembuluh darah tepi di kulit
melebar atau mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit
terbuka sehingga akan mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.
b. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu
di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan
prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set
point hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah
memproduksi panas diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak
ada lagi. Petunjuk pemberian antipiretik :
Bayi 6 – 12 bulan : ½ – 1 sendok the sirup parasetamol
Anak 1 – 6 tahun : ¼ – ½ parasetamol 500 mg atau 1 – 1 ½ sendokteh sirup
parasetamol
Anak 6 – 12 tahun : ½ 1 tablet parasetamol 5oo mg atau 2 sendok the sirup
parasetamol.
V. Pathway KEP
KEP
C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
1. Data umum meliputi : ruang rawat, kamar, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, diagnosa medis, perawat yang mengkaji, nomor medical record.
2. Identitas klien dan keluarga klien meliputi : nama, umur, tanggal lahir, jenis
kelamin, agama, suku bangsa dan alamat.
3. Ayah meliputi : nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, dan alamat
4. Ibu meliputi : nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, dan alamat saudara
kandung meliputi: umur, jenis kelamin dan pendidikan
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Keluhan utama penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Provocative, yaitu penyebab/hal-hal yang mendahului sebelum terjadi
keluhan utama.
Qualitas/quantitas, yaitu seberapa berat keluhan dirasakan, bagaimana
rasanya seberapa sering terjadinya.
Region/radiasi, yaitu lokasi keluhan utama tersebut dirasakan/ditemukan,
daerah/area penyebaran sampai kemana.
Severity scale, yaitu skala keperawatan/tingkat kegawatan sampai seberapa
jauh. Pada pasien bronchopnemonia biasanya sesak dirasakan sangat berat
diikuti oleh demam tinggi dan kejang sampai terjadi penurunan kesadaran.
Timing, yaitu kapan keluhan tersebut mulai ditemukan/dirasakan.
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Meliputi penyakit yang pernah dialami (apa kapan dirawat/tidak dimana,
reaksi anak), pernah dirawat (dimana, kapan, berapa lama, bagaimana reaksi
anak), pengobatan yang pernah diberikan (jenis, berapa lama, dosis), tindakan
medis (operasi, vena pungtie dan lain-lain) alergi atau tidak.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi keluarga inti, ayah, ibu, nenek, kakek, parnan, bibi dan lain-
lain, penyakit yang pernah diderita/masih diderita penyakit menular, penyakit
keturunan dan lain-lain.
5. Riwayat Kehamilan
a. Pre Natal
Meliputi penyakit ibu selama hamil, perdarahan, makanan pantangan,
pemeriksaan kehamilan.
Trisemester I (0-12 minggu) tiap 4 minggu (7 kali pemeriksaan)
Trisemester II (13-24 minggu) : tiap 2 minggu (7 kali pemeriksaan)
Trisemester III (25-36 minggu) : tiap minggu sampai bayi lahir
imunisasi TT 2 kali selama kehamilan
b. Intra Natal
Meliputi : bayi waktu lahir ditolong siapa, jenis persalinan, Apgar
score, berat badan lahir, adakah proses kelahiran yang lama, perdarahan,
posisi janin waktu lahir.
c. Post Natal
Meliputi kesehatan ibu yang buruk pada masa post natal, kesehatan
bayi, kelainan congenital, infeksi, hipo/hipertermin nutrisi (colostrums)
segera setelah lahir, menunggu asi keluar diganti pasi, pantangan makanan
ibu.
6. Riwayat Tumbuh Kembang
Meliputi kejadian penting pada perkembangan masa kanak-kanak
seperti tengkurap, berjalan, imunisasi dan lain-lain.
7. Riwayat Psikologis
a. Pola interaksi, meliputi dengan orang tua, teman dan orang lain
b. Pola kognitif, meliputi kemampuan berfikir, berbahasa dan intelegensi
c. Pola emosi, meliputi bila marah, sedih, takut, gembira dan lain-lain
d. Konsep diri meliputi penilaian atau pandangan terhadap dirinya; harga diri,
bodi image, ideal diri / cita-cita hal yang terbaik, dan aktualisasi diri.
e. Pola pertahanan diri, meliputi bagaiman keluarga menghadapi masalah
yang dihadapi. (Anastasia anne, 2006)
8. Riwayat Sosial
Yang harus dikaji adalah pola kultural atau norma yang berlaku,
rekreasi, lingkungan tempat tinggal klien dan keadaan ekonomi.
9. Kebiasaan Sehari-hari
Meliputi pola nutrisi, eliminasi, istirahat, aktifitas seperti bermain dan
personal hygiene.
c. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum.
Pada klien KKP umumnya lemah, kompos mentis, bersifat cengeng atau
rewel dan apatik, dapat disusul dengan terjadinya stupor, koma dan kematian
biasanya sering dijumpai pada pasien dengan KKP type kwashiorkor.
(Nelson, 1994).
2. TTV.
Suhu = Sub normal, nadi lambat, metabolisme basal menurun sehingga ujung
tangan dan kaki dingin, sianosis dan TD lebih rendah, BB dan TB lebih
rendah dari normal.
3. Rambut dan kepala.
Rambut kusam, kering, kaku, jarang dan warna hitam menjadi merah, coklat
mapun putih. Rambut alispun berubah demikian, wajah terlihat seperti bulan
(Moonface) dikarenakan mengalami oedema.
4. Thoraks.
Atrofil pada otot jantung, cardiac output menurun, waktu sirkulasi
memanjang, brakikardi, hypotensi. Umumnya tangan dan kaki klien terasa
dingin dan pucat disebabkan insufisiensi sirkulasi yang timbul.
5. Abdomen.
Inspeksi
Perut membulat dan tegang karena mengalami diare.
Auskultasi
Hyperplastik karena malabsorbsi usus.
Perkusi
Terdengar suara hypertimpani.
Palpasi
Ditemukan adanya pembesaran hati, sampai batas hati setinggi pusat.
6. Anus
Dengan seringnya mendapatkan tekanan, terutama bila tekanan tersebut terus-
menerus dan disertai kelembaban oleh keringat maka timbul crozy pavement
dermatos atau merupakan bercak-bercak putih atau merah muda dengan tepi
hitam.
7. Muskuloskeletal.
Mengalami atrofi pada otot. Gejalanya klien tampak lemah karena terjadinya
penurunan otot, maturasi tulang terhambat karena defisiensi vitamin D,
calsium dan phosphor.
8. Sistem integument.
Rambut dan kulit kusam, kering, kaku, kemerahan, dan mudah rontok.
3. Intervensi keperawatan
1) Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan edema
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama .....x 24 jam menurunkan edema
dan mencegah komplikasi. dengan kriteria hasil :
Memperlihatkan penurunan edema perifer dan sacral
Wajah tidak sembab
Intervensi :
a. Pantau kulit terhadap luka tekan
R/ Edema rentan terhadap perlukaan
b. Dengan perlahan cuci antara lipatan kulit dan keringkan dengan hati-hati
R/ Lipatan kulit lebih lembab dan mudah iritasi
c. Hindari plester bila mungkin
R/ Untuk menghindari perlukaan
d. Ubah posisi sedikit setiap 24 jam
R/ Untuk mencegah lecet dan dekubitus
e. Jaga ekstrimitas yang mengalami edema
R/ Ektrimitas sering digunakan sehingga rentan terhadap perlukaan dan
infeksi
f. Kaji masukan diet dan kebiasaan yang menunjang retensi cairan
R/ Untuk menghindari peningkatan akumulasi cairan
g. Instruksikan anak untuk menghindari celana kaos/korset
R/ Celana kaos/korset bias menyebabkan iritasi dan perlukaan
h. Lindungi kulit yang edema dari cedera
R/ Cedera pada edema bias menyebabkan infeksi
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
protein. DO : kulit dan membrane mukosa kering, edema, anemia, rambut
mudah tercabut, tipis dan kusam.
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ....x24 jam mencukupi
kebutuhan nutrisi dan mencegah komplikasi dengan criteria hasil :
Kulit dan membrane mukosa lembab,
Edema berkurang,
Rambut tidak mudah tercabut
TTV normal
Intervensi :
a. Tentukan kebutuhan kalori harian dan adekuat, konsul pada ahli gizi
R/ Kalori yang masuk harus sesuai dengan kebutuhan
b. Timbang setiap hari, pantau hasi laboraorium
R/ Untuk mengetahui perubahan secara dini terhadap fungsi tubuh
c. Beri dorongan untuk makan dengan orang lain
R/ Untuk meningkatkan selera makan
d. Berikan kesenangan suasana makan
R/ Untuk meningkatkan selera makan
e. Bantu untuk istirahat sebelum makan
R/ Untuk mencegah kelelahan, istirahat setelah tidur bisa merangsang
muntah
f. Ajarkan untuk menghindari bau makanan yang merangsang muntah
R/ Untuk mencegah muntah
g. Pertahankan kebersihan mulut dan gigi
R/ Untuk mencegah komplikasi normal
h. Tawarkan makan porsi kecil tapi sering
R/ Makanan porsi kecil tapi sering meningkatkan pemasukan kalori
i. Atur agar mendapat nutrient yang berkalori dan berprotein
R/ Nutrisi yang bekalori dan berprotein dapat mengembalikan fungsi tubuh
3) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan edema (perpindahan cairan dari
intravaskuler ke intertisial). DO: kulit kering bersisik, rambut dan kuku mudah
patah, pruritis, kulit kemerahan.
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam .... x 24 jam mengembalikan
kelembaban kulit dan mencegah komplikasi dengan criteria hasil :
Kulit lembab dan elastis,
Rambut
Kuku tidak mudah patah,
Kulit tidak gatal-gatal.
Intervensi :
a. Catat perubahan pada kulit
R/ Perubahan kulit bisa menandakan adanya sindrom-sindrom seperti crazy
pavement dermatosis.
b. Bersihkan kuli yang mengalami penekanan dan keringkan
R/ Kulit yang mengalami penekanan bisa menyebabkan luka dan infeksi.
c. Ganti segera pakaian yang basah
R/ Untuk mencegah iritasi
d. Ubah posisi setiap 2 jam
R/ Mencegah penekanan
e. Berikan pendidikan mengenai kebersihan diri dan fungsi zat gizi
R/ Agar sepulang dari rumah sakit, keluarga dapat mengasuh anak dengan
mandiri.
4) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan kondisi tubuh yang
lemah. DO : feses encer, kulit kendor, anoreksia.
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ....x24 jam mengembalikan
fungsi hati dan mencegah komplikasi dengan criteria hasil :
Klien dapat menunjukkan status hidrasi yang kuat
Nafsu makan meningkat
Turgor kulit normal
Bebas dari proses infeksi nosokomial selama di rumah sakit
Memperlihatkan pengetahuan tentang factor resiko yang berkaitan
Intervensi :
a. Pantau terhadap tanda infeksi (mis; letargi, kesulitan makan, muntah,
ketidak stabilan suhu, dan perubahan warna tersembunyi)
R/ Pemantauan lebih dini bisa mengurangi resiko
b. Identifikasi individu yang beresiko terhadap infeksi nosokomial
R/ Infeksi nosokomial adalah yan g didapat dari proses perawatan dirumah
sakit
c. Kaji status nutrisi
R/ Nutrisi yang cukup bisa meningkatkan daya tahan tubuh
d. Kurangi organisme yang masuk ke dalam indivdu dengan cuci tangan,
teknik aseptic
R/ Untuk menghindari resiko infeksi nasokomial
e. Lindungi individu yang mengalami deficit imun dari infeksi; batasi alat
invasive
f. Dorong dan pertahankan masukan kalori dan protein dalam diet.
R/ Untuk mempertahankan daya tahan tubuh
g. Berikan pengetahuan kepada keluarga mengenai penyebab, resiko, dan
kekuatan penularan dari infeksi
R/ Untuk meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga untuk mencegah
infeksi
5) Resiko tumbang anak terganggu
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama .....x24 jam mempertahankan
fungsi tubuh yang ada, menunjukkan pertumbuhan yang tepat dengan
seusianya.
Intervensi :
a. Kaji tingkat perkembangan anak dalam seluruh area fungsi menggunakan
alat-alat pengkajian yang spesifik (mis; table pengkajan brazelton, DDST
perangkat skrining perkembangan denver)
R/ Untuk mengetahui status perkembangan anak sesuai usia
b. Berikan waktu bermain yang cukup dan ajarkan permainan baru sesuai
dengan tingkat perkembangan
R/ Bermain dapat merangsang system motorik dan sensorik anak
c. Bicarakan dengan anak mengenai perawatan yang diberikan
R/ Anak menjadi tidak trauma dengan tindakan yang diberikan
d. Sering bicara dengan anak tentang perasaan, ide-ide, kepedulian terhadap
kondisi atau perawatan
R/ Memberi kesempatan pada anak menuangkan perasaanya
e. Berikan kesempatan untuk berinterasi dengan teman seusianya
R/ Interaksi dengan anak membantu mempertahankan kehidupan social
f. Berikan asupan nutrisi dan kalori sesuai dengan kebutuhan
R/ Nutrisi dan kalori yang cukup membantu proses pertumbuhan dan
perkembangan
DAFTAR PUSTAKA
http//www.pediatrik.com
http//www.bsn.id
http//www.gizi.net
http//www.kompas.com
http//www.suaramerdeka.com
http//www.google.com
Pudjiadi solihin, 2000. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. edisi ke 4. FKUI, Jakarta
Suraatmaja sudaryat. 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak RSUP
Sanglah Denpasar. FK UNUD, Denpasar
Wong, 2001. Essentials Of Pediatric Nursing. 6 th edition. Mosby Year Book Louise,
Missouri