Oleh :
Jumahir Badrun
NPM : 12105.10212.06.010
Ismail Asri
NPM : 12105.10212.06.006
FAKULTAS TEKNIK
TERNATE
2011
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim
Puji Syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena limpahan rahmat,
nikmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada kita yang tidak terhitung nilai dan
harganya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan Kerja Praktek (KP) ini
disusun berdasarkan referensi yang dijadikan rujukan untuk penyusunan Laporan Kerja Praktek
(KP) ”Study Preparasi Sampel Endapan Nikel Laterit Hasil Pemboran Eksplorasi” yang
diperoleh langsung dari perpustakaan dan buku-buku kuliah di berbagai perguruan tinggi.
Maksud dan tujuan penulisan laporan Kerja Praktek (KP) usulan penelitian ini adalah untuk
memenuhi persyaratan untuk melanjutkan penelitian Tugas Akhir dalam Jurusan Teknik
Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Maluku Utara (UMMU) Ternate dan
juga menjadi salah satu tuntutan kurikulum. Dengan selesainya penyusunan laporan Kerja
Praktek (KP) ini.
Dengan selesainya laporan ini, tak lupa penulis mengucapka terima kasih kepada :
2. Bapak Arbi Haya, ST. M.Eng, Dekan Fakultas Teknik UMMU Ternate
3. Bapak Muhammad Djunaidi, ST, MT, Ketua Jurusan Teknik Pertambangan UMMU
Ternate.
4. Bapak Abjan Hi. Masuara, ST, MT, Sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktunya dalam penyusunan laporan ini.
5. Bapak Ruslan M. Umar, ST, Sekertaris jurusan teknik pertambangan UMMU Ternate
7. Seluruh staf dan karyawan PT. Weda Bay Nickel yang telah banyak membantu selama
praktek berlangsung
8. Para Karyawan Coreshed PT. Weda Bay Nickel dan PT. Intetek Testing Service.
9. Para Karyawan PT. Weda Bay Nickel, camp 2 dan camp Sake West.
11. Kedua orang tua kami, yang telah memberikan cinta dan kasih sayang dan pengorbananya
yang tiada berkurang.
12. Teman-teman seprjuangan Angkatan “06” dan seluruh rekan – rekan teknik pertambangan
yang selalu memberikan dorongan moril demi terselesainya penyusunan laporan kerja praktek
ini
Akhirnya segala saran dan kritikan yang konstruktif dari pembaca demi kesempurnaan laporan
ini akan diterima dengan segala kerendahan hati. Amin
PENULIS
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Sampul
Halaman Pengesahan
Kata Pengantar
…………………………………………………………………………………… i
Daftar Isi
……………………………………………………………………………………………. ii
3.3.1 Sampling………………………………………………………………..24
BAB V. PEMBAHASAN………………………………………………………………….. 44
Sample………………………………………………………………………….. 44
5.2.1 Timbang………………………………………………………………… 44
5.2.2 Drying/Pengeringan………………………………………………… 46
5.2.3 Crusher…………………………………………………………………. 47
5.2.4 Pulverizing…………………………………………………………….. 48
5.2.7 Packing…………………………………………………………………. 51
6.1 Kesimpulan……………………………………………………………………. 52
5.2 Saran…………………………………………………………………………….. 52
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………. 53
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
LAMPIRAN
L-1. Moisture Determination Report
BAB I
PENDAHULUAN
Bahan galian adalah semua bahan atau substansi yang terjadi dengan sendirinya di alam dan
sangat dibutuhkan oleh manusia untuk keperluan industrinya. Bahan tersebut dapat berupa logam
maupun non logam dan dapat berupa bahan tunggal ataupun berupa campuran lebih dari satu
bahan.
Dewasa ini penggunaan logam nikel diberbagai sektor industri di dunia semakin meningkat, bagi
Indonesia nikel merupakan salah satu komoditi tambang yang utama hingga saat ini masih
menjadi komoditi penghasil devisa cukup besar bagi Negara, sehingga nikel laterit merupakan
cadangan yang strategis, khususnya bagi Negara kiata yang mempunyai cadangan nikel laterit
yang cukup besar untuk dapat memberikan konstribusi memasok kebutuhan nickel di dunia.
(Nickel Laterit, PT. Antam Tbk. Unit Gamin, 2003).
Oleh karena itu kegiatan eksplorasi merupakan suatu kegiatan penting yang harus di lakukan
sebelum suatu usaha pertambangan di laksanakan. Hasil dari kegiatan eksplorasi itu harus dapat
memberikan informasi yang lengkap dan akurat mengenai sumber daya mineral/bahan galian
maupuan kondisi geologi yang ada, agar upaya kelayakan untuk pembukaan usaha pertambangan
yang di maksud dapat di lakukan dengan teliti dan benar (akurat).
Pemboran adalah pembuatan lubang eksplorasi yang daimeternya relative kecil bila di
bandingkan dengan kedalamannya. Pemboran ini biasanya di lakukan pada batuan atau formasi
batuan dalam rangka pengumpulan data informasi dan pengambilan conto (sample).
Preparasi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam mempersiapkan contoh untuk dianalisis,
yang metodenya disesuaikan dengan keadaan contoh dan kepentingan. Berdasarkan keadaan
contohnya, terdapat 2 jenis preparasi:
2. Konsentrat dulang
Tingkat kepastian dari penyebaran endapan, jumlah cadangan serta kualitas cadangan merupakan
dasar dalam perencanaan aktivitas pada industri pertambangan, sehingga peranan kegiatan
eksplorasi menjadi hal yang sangat penting sebagai langkah awal dari seluruh rangkaian
pekerjaan dalam industri pertambangan.
Pada tahun 2007, terjadi peningkatan permintaan pasar terhadap bijih nikel. Tingginya
permintaan terhadap bijih nikel ini datangnya dari pasar internasional seperti China, India,
Jepang dan Eropa Timur. Hal inilah yang melatar belakang salah satu perusahan tambang swasta
Indonesia yaitu PT. Weda Bay Nickel, melakukan kegiatan eksplorasi terhadap endapan nikel
laterit yang terdapat di Halmahera Tengah, yang gunanya untuk memulai usahanya di bidang
pertambangan.
Saat ini PT. Weda Bay Nickel masih dalam tahap eksplorasi dan kontruksi. Kegiatan ekplorasi
dilakukan untuk mengetahui bentuk penyebaran biji nikel dan kegiatan kontruksi dilakukan
dengan membangun perkantoran, perumahan staf dan karyawan, jalan, laboratorium dan fasilitas
penunjang kegiatan pertambangan yang lain, kemudian dilanjutkan dengan pembanguan pabrik.
Kegiatan eksplorasi lebih difokuskan agar cepat terselesaikan dan dilanjutkan dengan kegiatan
yang lain seperti kontruksi dan penambangan.
Atas dasar latar belakang inilah yang mendorong kami untuk melakukan kerja praktek (KP)
dengan judul :
“ Study Preparasi Sampel Endapan Nikel Laterit Hasil Pemboran Eksplorasi Pada PT. Weda Bay
Nickel, Kecamatan Weda Tengah Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara ”.
Adapun dalam kegiatan kerja praktek ini, penulis membatasi masalah pada kegiatan preparasi
sampel endapan nikel laterit hasil pemboran eksplorasi di PT. Weda Bay Nickel.
1.4. Tujuan Penilitian
2. Untuk mengetahui peralatan apa saja yang digunakan dalam kegiatan preparasi sampel
3. Untuk mengetahui seperti apa hasil akhir (produk) dari preparasi sampel.
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti khususnya tentang kegiatan preparasi
sample hasil pemboran eksplorasi nikel laterit, disamping itu penelitian ini juga diharapkan dapat
berguna bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian dengan topik yang
sama.
Hasil penelitian ini merupakan salah satu bahan masukan kepada pihak lembaga pendidikan
dalam rangka meningkatkan dan pemberdayaan perpustakaan di Fakultas Teknik, khususnya
Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Muhammadiyah Maluku Utara.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pihak perusahaan
terutama di PT. Weda Bay Nickel.
Teknik pengambilan data dilapangan dilakukan bebrapa tahapan diantaranya adalah sebagai
berikut:
a. Studi Literatur
Dilakukan dengan mengumpulkan data, referinsi dan informasi-informasi lain yang terkait
dengan judul penelitian.
b. Data sekunder, data yang diperloleh dari hasil pengumpulan beberapa daftar bacaan yang
berhubungan dengan permasalahan yang ada, antara lain : lokasi dan kesampaian daerah, kondisi
geologi, iklim dan curah hujan, serta vegetasi dan topografi.
Pengolahan data didasarkan pada data yang diambil langsung dari lapangan, yaitu mendiskripsikan
seluruh kegiatan preparasi sampel mulai dari awal hingga akhir kegiatan.
Pengambilan Data
Wawancara :
-Hasil sampel
Pengolahan Data
Analisa Data
Hasil Penelitian
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1. Lokasi dan Kesampaian Daerah
Daerah Tanjung Ulie (Wilayah Kontrak Karya PT. Weda Bay Nickel) secara administratif
terletak di daerah kecamatan Weda, Kabupaten Halmahera Tengah Provinsi Maluku Utara.
Secara geografis wilayah Kontrak Karya PT. Weda Bay Nickel, terletak pada titik koordinat 00°
35’ 44,3” Lintang Utara dan 128° 00’ 29,1” Bujur Timur.
Untuk mencapai lokasi penelitian dapat ditempuh dengan rute sebagai berikut:
1. Ternate-Tanjung Ulie
Ternate-Tanjung Ulie, Menggunakan pesawat udara Merpati dengan waktu tempuh ± 15 menit.
2. Ternate – Sofifi
Ternate – Sofifi, Dicapai dengan mengunakan transportasi laut (Speed Boat) dengan waktu
tempuh kurang lebih 45 menit.
3. Sofifi – Weda
Sofifi – Weda, Dicapai dengan mengunakan kendaraan roda empat dengan waktu tempuh kurang
lebih 4 jam.
Weda-Lelief (Tanjung Ulie), Menggunakan speed-boat atau long boat dengan waktu tempuh ± 2
jam. Alternatif lain bisa dilalui dengan menggunakan kendaraan roda dua ke Desa Kobe
kemudian dilanjutkan ke Desa Lelief (Tanjung Ulie) dengan waktu tempuh 30 menit.
Luas areal eksplorasi yang dikelola oleh PT. Weda Bay Nickel (WBN) adalah sebesar 54.000 Ha
dengan 5 lokasi pertama oleh PT. Weda Bay Nickel adalah weda project, kemudian Pinto, Boki
Makot, Sake West, dan Uni-uni (Tarzan).
Pulau Halmahera didominasi oleh batuan vulkanik dimana berjalannya waktu menjadi
lingkungan batuan tertua, dibagian selatan tersingkap di pulau Bacan juga pulau Obi dan
sekitarnya yaitu batuan metamorf skis kristalin berumur jura. Wilayah ini merupakan busur
kepulauan sejak akhir paleogen, dimana batuan vulkanik berumur akhir dengan batuan klastik
sedimen karbonat yang diperkirakan merupakan aktivitas vulkanik pada lingkungan laut.
(Pushehsrosvky, 1973).
Mandala tektonik Halmahera Timur (Gag, Gebe, Weda, dan Waigeo) dicirikan dengan batuan
ultra basa, sedangkan Halmahera Barat (Morotai, Bacan dan Obi) oleh batuan gunung api. Zona
perbatasan antara kedua mandala tersebut terisi oleh batuan formasi weda yang sangat terlipat
dan tersesarkan, disebut garis meridian. Struktur lipatan berupa sinklin dan antiklin terlihat jelas
pada formasi Weda berumur miosen tengah-pliosen awal. Sumbu lipatan berarah utara-selatan,
timur laut-barat daya dan barat laut tenggara. Struktur sesar terdiri dari sesar normal dan sesar
naik, umumnya berarah utara-selatan dan barat laut-tenggara. (Silitonga, 1985).
Kegiatan tektonik kemungkinan dimulai pada kapur dan awal tersier, dicirikan oleh adanya
komponen batu lempung berumur kapur dan batuan ultra basa didalam konglomerat yang
membentuk formasi dorosagu. (Silitonga, 1985).
Akibat dari perkembangan tektonik tersebut, maka Maluku Utara dan (Pulau Halmahera dan
pulau-pulau sekitarnya) dikelompokkan menjadi tiga wilayah tektonik (R. Sukamto dkk, 1980 ;
R. Sokamto dan Suhanda, 1977). Masing-masing wilayah ini berbeda dari segi fisiografi,
kelompok batuan yang membentuknya, stratigrafi struktur dan perkembangan tektonik.
Mandala Geologi Halmahera Timur, batuan tertua daerah ini dibentuk oleh Satuan
batuan ultra basa yang sebarannya cukup luas dan satuan batuan beku basa, serta satuan
batuan beku intermediate yang mengintrusi kedua satuan batuan sebelumnya.
Satuan Batuan Ultra Basa terdiri dari serpentinit, piroksenit dan dunit, umumnya
berwarna hitam atau hitam kehijauan, getas, terbreksikan, mengandung asbes dan
garnerit. Pada satuan ini teramati batuan metasedimen dan rijang, posisinya diantara sesar
dalam batuan ultra basa.Satuan batuan ini oleh Bessho, 1994, dinamakan Formasi Watileo
(Watileo Series), hubungannya dengan satuan batuan yang lebih muda berupa bidang
ketidakselarasan atau bidang sesar naik.
Satuan Batuan Beku Basa, terdiri dari gabro piroksen, gabro hornblende dan gabro
olivine, tersingkap di dalam komplek Satuan Batuan Ultra Basa dan ini dinamakan Seri
Wato-wato( Bessho,1944)
Satuan Batuan Intermediate, terdiri dari batuan diorit kuarsa dan diorit hornblende,
tersingkap juga dalam komplek batuan ultra basa. Selain itu teramati sejumlah retas
andesit dan diorit yang tidak terpetakan di daerah Formasi Bacan.
Secara tidak selaras, batuan tertua ini ditutupi oleh Formasi Dodaga yang tersusun oleh
serpih berselingan dengan batugamping coklat muda dan sisipan rijang yang berumur
Kapur
Satuan Batugamping, dengan batuan yang lebih tua (ultra basa) oleh ketidakselarasan dan
dengan batuan yang lebih muda oleh sesar, tebal kurang lebih 400 meter. Satuan ini
berumur Paleosen – Eosen
Formasi Dorosagu, terdiri dari batupasir berselingan dengan serpih merah dan
batugamping,. Hubungan dengan batuan yang lebih tua (ultra basa) berupa
ketidakselarasan dan sesar naik, tebal ± 250 meter. Formasi ini diduga berumur Paleosen
– Eosen.
Satuan Konglomerat, tersusun oleh batuan konglomerat dengan sisipan batupasir,
batulempung dan batubara yang tebalnya lebih dari 500 meter. Satuan ini berumur Kapur
Atas.
Formasi Bacan, tersusun oleh batuan gunungapi berupa lava, breksi, dan tufa dengan
sisipan konglomerat dan batupasir. Oleh adanya sisipan batupasir dapat diketahui umur
Formasi Bacan yaitu Oligosen – Miosen Bawah.
Formasi Weda, terdiri dari batupasir berselingan dengan napal, tufa, konglomerat dan
batugamping. Formasi Tingteng. Formasi ini identik dengan Weda series ( Bessho,
1944 ). Formasi ini berumur Miosen Tengah – Awal Pliosen
Satuan Konglomerat, berkomponen batuan ultra basa, basal, rijang, diorit, dan batusabak
tebal ± 100 meter, menutupi satuan batuan ultra basa secara tidak selaras, diduga berumur
Miosen Tengah – Awal Pliosen.
Formasi Tingteng, tersusun oleh batugamping hablur dan batugamping pasiran dengan
sisipan napal dan batupasir, berumur Akhir Miosen – Awal Pliosen, tebal ± 600 meter.
Formasi Kayasa, berupa batuan gunungapi terdiri dari breksi, lava dan tufa diduga
berumur Pliosen.
Satuan Tufa, utamanya tufa batuapung berwarna putih dan kuning.
Mengenai adanya endapan nikel secara geologi dapat disebutkan bahwa pelapukan batuan ultra
basa membentuk lapisan laterit yang menghasilkan residual serta pengkayaan nikel yang tidak
mudah larut dan membentuk endapan nikel (Ni) dan Magnesium (Mg) dalam bentuk garnierite
(Ni Mg)3 SiO2 Os (OH)4 pada lapisan saprolit terbentuk pula mineral himatit (Fe2 O3 ) pada
lapisan laterit. Singkapan batuan ultra basa umumnya telah mengalami pelapukan berwarna
kuning kecoklatan berbentuk hitam atau abu-abu putih dengan warna kehijauan pada bagian tepi
atau pinggir.
Tampak pula batuan ultra basa pada penelitian ini telah mengalami proses serpentinisasi yang
cukup kuat selain oleh keadaan morfologi. Pembentukan endapan bijih nikel laterit brecia sangat
banyak pula terpengaruh oleh tektonik lempeng. Pelapukan batuan pada hakekatnya dipermudah
karena adanya bagian yang lemah seperti perakahan, retakan, sesar dan sebagiannya. Pada
lapangan terlihat bahwa banyak rekahan-rekahan kecil yang umumnya telah terisi oleh mineral-
mineral sekunder (silica dan magnetit).
Litologi endapan nikel didaerah ini hampir seluruhnya berasal dari pelapukan batuan ultra basa
yang lebih dikenal dengan sebutan endapan bijih nikel laterit : harzburgit merupakan batuan asal
penghasil nikel tersebut, secara umum disusun oleh mineral-mineral olivine dan ortopiroksine.
Olivine itu sendiri mengandung nikel dalam jumlah kecil ± 0,25%, kemudian mengalami
pengayaan hingga mencapai kadar bijih tertentu. Proses pelapukan pada batuan ultra mafik
tersebut antara lain oleh pensesaran, perlipatan, dan pengkekaran yang terjadi dalam waktu yang
cukup lama dan berulang-ulang sehingga mineral penyusunnya mengalami desintegrasi dan
dekomposisi.
Stratigrafi daerah Weda project disusun oleh beberapa batuan diantaranya adalah batuan ultra
basa dan batuan sediment kapur :
Dunit umumnya berwarna hijau tua franerik, granular eahedral dalam keadaan segar, dan
mengandung olivine > 90% dan piroksin. Harzburgit : berwarna hijau tua, fanerik sedang,
granular subhedral mengandung piroksin dan olivine.
Berupa batu gamping berwarna putih kelabu dan merah, berbutir halus-sedang, mengandung
banyak fosil dan plankton, menunjukkan umur kapur akhir dengan pengendapan laut dalam.
Secara umum ciri khas yang menonjol pada lokasi penelitian adalah Topografi yang landai dan
ditandai dengan kemiringan lereng yang sangat curam dengan kemiringan lereng yang berkisar ±
35° – 45°. Daerah dataran hanya ditemukan pada beberapa tempat disepanjng daerah pesisir
pantai.
Kondisi morfologi daerah penelitian, merupakan daerah perbukitan yang berlereng curam
dengan ketingian mencapai ± 400 – 500 meter diatas permukaan laut. Pada tiap daerah
perbukitan terlihat adanya pungungan utama yang kemudian di batasi oleh lembah hingga lereng
dengan kedalaman yang sangat berfariasi dan daerah ini dicirikan oleh batuan ultra basa yang
menjadi penyusun utama dari daerah ini.
Vegetasi yang ada pada daerah ini sama halnya dengan daerah sekitarnya dapat dibedakan secara
vertikal terdiri dari vegetasi bakau, vegetasi hutan pantai, dan vegetasi hutan pegunungan.
Vegetasi hutan pantai menempati hampir seluruh garis pantai daerah PT. Weda Bay Nickel dan
sekitarnya. Vegetasi yang ada merupakan asosiasi yang terdiri dari pohon kelapa, pohon
ketapang, dan pohon nyamplung. Tumbuhan bawah yang terdiri dari tanaman pandan, rumput-
rumputan, alang-alang dan sejenis liana berdaun lebar. Sedangkan vegetasi hutan pegunungan
disusun oleh sebagian vegetasi yang hampir sama dikepulauan Halmahera dan sekitarnya. Pada
bagian punggung, vegetasi yang ada merupakan asosiasi jenis-jenis berdaun jarum seperti
cemara, pinus irian, damar, dan hanya sebagian kecil tumbuhan berdaun lebar.
Keadaan iklim daerah Santa Monica, PT. Weda Bay Nickel pada dasarnya sama dengan keadaan
iklim Indonesia pada umumnya dan daerah-daerah di Wilayah Propinsi khususnya, yaitu daerah
yang beriklim tropis dengan curah hujan dari tahun 2008-2010, rata-rata 307,3 mm/tahun.
Musim yang berlangsung setiap tahun dipengaruhi oleh keadaan angin yaitu musim utara dan
musim selatan diselingi oleh musim pancaroba yang merupakan masa transisi antara kedua
musim tersebut.
BAB III
DASAR TEORI
Pemboran adalah pembuatan lubang eksplorasi yang daimeternya relative kecil bila di
bandingkan dengan kedalamannya. Pemboran ini biasanya di lakukan pada batuan atau formasi
batuan dalam rangka pengumpulan data informasi dan pengambilan conto (sample).
3. Kontrol pertambangan
5. Penirisan tambang
6. Ventilasi tambang
7. Geoteknik
Pelaksanaan pemboran sangat penting jika kegiatan yang di lakukan adalah untuk menetukan
zona mineralisasi dari permukaan sebaik mungkin, namun demikian kegiatan pemboran dapat di
hentikan jika telah dapat mengetahui gambaran geologi permukaan dan mineralisasi bawah
permukaan secara menyeluruh.
a. Membuka/mengeluarkan core
1. Buka dengan menggunakan kunci innertube bagian head dan core lifter case
3. Sambungan bagian yang ada dopnya (posisi head) dengan join ke pompa air
4. Berikan tekanan pompa secara perlahan sehingga split innertube terdorong keluar
5. Pada split mulai terdorong oleh tekanan pompa, pegang split tersebut jangan sampai jatuh
7. Pasang core lifter case, lumuri split dengan pelumas dan masukan kedalam innertube
dengan didorong, pasang dop, pasang head innertube, maka innertube assay siap di pergunakan.
b. Menyimpan Core
3. Ukur dan catat panjang core yang ada pada split innertube
4. Masukkan core pada core box mulai dari bagian atas/head innertube (bagian core yang
pertama masuk pada innertube)
6. Tuliskan kedalaman bor (dari – sampai) pada core box dengan posisi kedalaman awal pada
bagian core sebelah atas dan kedalaman yang di capai pada posisi core sebelah bawah
7. Tuliskan pada bagian muka core box, nomor box, kode titik bor, size penginti, dan tulis
pada bagian samping kedalaman bor (dari – sampai) dimana box penuh
8. Tiap box terdiri dari lima alur penyimpanan core dengan panjang isi 1 meter
1. Sambungan Dalam Spindel : Setelah bor di hentikan mata bor tetap pada posisi bottom,
spindle posisikan ke nol, beri tanda. Angkat rangkaian roods sampai sampai sambungan terlihat
di atas spindle. Kunci roods dengan chuck. Ukur dari batas tadi sampai sambungan, kurangi
tinggi spindle dengan hasil pengukuran, maka selisihnya adalah panjang roods yang muncul di
permukaan tanah, jumlah rangkaian rood dan core barrel dikurangi selisih pengurangan tinggi
spindle, maka hasilnya adalah kedalaman bor. Untuk menjumlahkan rangakaian, rood yang
belum masuk kebawah permukaan tanah/casing tidak dihitung
2. Sambungan di bawah permukaan tanah/casing : Bor posisi netral, beri tanda pada rood
sejajar permukaan tanah atau casing, angkat rangakaian sampai terlihat sambungan, ukur dari
batas sampai sambungan. Hitung rangkaian rod dan core barel (rod bagian atas di abaikan) dan
jumlahkan dengan panjang rod hasil pengukuran (pengukuran dari batas sampai sambungan),
maka hasilnya adalah kedalaman bor
3. Sambungan di bawah spindle, di atas permukaan tanah atau casing dalam perhitungan
kedalaman dengan mengabaikan rod bagian atas. Ukur dari sambungan ke permukaan
tanah/casing. Jumlah rangkaian rod dan core barel di kurangi hasil pengukuran, itulah
kedalaman bor.
Core recovery, kemajuan dan kedalaman bor dihitung dan di catat pada form laporan, ini penting
di karenakan kualitas product pengeboran adalah besarnya core recovery yang dihasilkan (max
100%).
Preparasi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam mempersiapkan contoh untuk dianalisis,
yang metodenya disesuaikan dengan keadaan contoh dan kepentingan. Berdasarkan keadaan
contohnya, terdapat 2 jenis preparasi:
2. Konsentrat dulang
Sebelum dilakukan pengamatan dengan mikroskop, secara umum preparasi untuk contoh adalah
sebagai berikut:
1. Pengeringan
Contoh yang diterima dalam keadaan basah dikeringkan terlebih dahulu di udara terbuka atau
dalam oven dengan temperatur di bawah 1000 C.
2. Penumbukan
Penumbukan hanya dilakukan terhadap contoh berupa sedimen dan batuan padat untuk
mendapatkan butiran mineral dan fragmen batuan yang halus, tanpa merusak bentuk aslinya.
3. Penimbangan
Contoh yang sudah kering ditimbang dan dicatat dalam formulir analisis.
4. Pembagian
Pembagian contoh (cone quartering/splitting) dilakukan apabila berat contoh yang diterima
melebihi kebutuhan (> 1000 gram).
5. Pengayakan
3.3.1 Sampling
Sampling atau pengambilan sampel/contoh adalah tahap awal dari suatu analisis, oleh karena itu
pengambilan contoh ini dipilih seperlunya saja tetapi representatif. Pengambilan contoh
merupakan pekerjaan pengambilan sebagian kecil dari material, sedemikian rupa sehingga
contoh mewakili sifat seluruh material tersebut. Didalam melakukan pengambilan, lebih baik
mengambil contoh beberapa kali dengan jumlah kecil daripada mengambil contoh hanya sekali
dengan jumlah yang banyak.
1. Ukuran Populasi
Populasi adalah sekumpulan besar material yang akan diambil contohnya. Besarnya populasi
akan berpengaruh pada kuantitas atau jumlah contoh yang harus diambil. Semakin besar
pengambilan dilakukan, maka semakin baik data yang diperoleh, tetapi perlu diingat segi biaya,
waktu, serta tenaga.
2. Increment
Adalah jumlah satuan mineral yang dikumpulkan dari populasi sebagai bagian dari contoh yang
diperoleh dengan sekali pengambilan contoh.
Bentuk dan ukuran material akan menentukan cara pengambilan sampel/setiap increment-nya.
Keberhasilan analisis terhadap bahan galian ditentukan berhasil tidaknya hasil sampling.
1. Hand sampling
Hand sampling adalah suatu cara pengambilan contoh yang dilakukan dengan tangan. Cara ini
sangat sederhana, sehingga hasilnya sangat tergantung pada ketelitian operatornya. Cara
pengambilan contoh secara hand sampling ini ada beberapa macam yaitu :
a. Grab sampling
Grab sampling adalah cara pengambilan sampel yang paling sederhana. Cara ini memerlukan
ketelitian dari operatornya dan dilakukan apabila material yang akan diambil benar-benar
homogen (serba sama). Cara pengambilannya dengan menggunakan sekop tangan dengan jumlah
yang sama dan dalam interval tertentu. Sampel yang diperoleh biasanya kurang representatif.
b. Shovel sampling
Shovel sampling adalah cara pengambilan sampel dengan menggunakan shovel. Dengan cara ini
mempunyai keuntungan antara lain adalah lebih murah, waktu yang diperlukan sedikit, dan
memerlukan tempat yang tidak begitu luas. Syarat pengambilannya dengan metode ini adalah
bahwa sampel yang diambil tidak boleh lebih dari dua inci ukuran butirnya.
c. Stream sampling
Stream sampling adalah cara pengambilan contoh dengan menggunakan alat yang disebut hand
sampel cutter. Sampel yang diambil harus berupa pulp basah dan diambil searah aliran yang ada
pada stream tersebut.
d. Pipe sampling
Pipe sampling adalah suatu cara pengambilan sampel dengan menggunakan alat pipa atau tabung
dengan diameter ½ inchi, 1 inchi, 1,5 inchi. Bentuk dari alat ini berupa pipa dengan ujung yang
satu dibuat rinci dan ujung lainnya dibuat untuk pegangan. Pipa tersebut terdiri dari dua buah
pipa dimana yang ada dibagian dalam berukuran lebih kecil, sehingga antara kedua pipa tersebut
terdapat celah untuk tempat sampel nantinya. Cara ini dipakai apabila material yang akan
diambil berupa material padat yang tidak terlalu keras dan halus. Cara pengambilannya hanya
dengan menekankan alat tersebut pada material yang akan diambil dengan posisi tegak lurus,
kemudian pipa diputar kekanan dan kekiri kemudian diangkat.
Cara ini merupakan cara yang tertua tetapi masih banyak digunakan dalam laboratorium.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam cara ini adalah :
1. Dilakukan pencampuran (mixing) terhadap material yang akan diambil sebagai contoh.
3. Kerucut tersebut ditekan hingga bagian atasnya rata membentuk kerucut terpotong,
kemudian dibagi menjadi empat bagian yang sama besarnya.
1. Mechanical Sampling
Metode ini biasanya dipergunakan untuk mengambil contoh dalam jumlah banyak dibandingkan
dengan cara hand sampling. Disamping itu dengan cara ini akan didapat hasil yang lebih
representative dari pada “ Hand Sampling “. Dari hasil pengambilan contoh baik dengan metode
“Hand sampling “ maupun “mechanical sampling”, sebagai langkah selanjutnya adalah
melakukan pengalisaan. Contoh alat termasuk mechanical sampling adalah :
a. Riffle sampler
Alat ini bentuknya berupa persegi panjang dan pada bagian dalam dibagi menjadi beberapa sekat
yang arahnya saling berlawanan. Riffle-Riffle inilah yang berfungsi sebagai pembagi contoh
tersebut dengan harapan dapat terbagi sama rata.
b. Vezin sampler
Alat ini pada bagian dalamnya dilengkapi dengan “revolting cutter”. Yaitu pemotong yang dapat
berputar pada porosnya sehingga akan membentuk suatu area yang bulat/bundar sehingga
diharapkan dapat memotong seluruh alur dari bijih.
4. Mengetahui “Recovery”.
Dalam analisa ayak ini diperlukan peralatan yang menunjang antara lain adalah :
- Screen (ayakan)
- Timbangan
- Microscop
Standar ukuran yang dipakai dalam screen dapat dinyatakan dalam mesh maupun dalam metrik
(mm). untuk ukuran dalam mesh maka makin besar angkanya berarti makin halus material itu.
Tetapi sebaliknya untuk metric (mm), semakin besar angkanya maka akan semakin besar pula
ukuran material itu.
Untuk mesh disini yang dimaksud adalah bahwa dalam satu inchi persegi screen terdapat lubang
sebanyak sekian lubang, tergantung numeriknya, misalnya 20 mesh berarti dalam satu inchi
persegi terdapat 20 lubang. Jadi dalam mesh ini bukan menunjukkan besarnya diameter dari
partikel, tetapi menunjukkan berapa banyaknya lubang pada screen setiap inchi persegi.
Pelolosan material dalam pengayakan dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain adalah :
b. Ukuran bukaan
c. Sifat lainnya dari feed : seperti berat jenis, kandungan air, dan temperature.
Effisiensi screen dalam mechanical engineering didefinisikan sebagai perbandingan dari energy
out put dengan input. Dengan demikian dalam screening bukannya effisiensi melainkan ukuran
keefektifan dari operasi. Effisiensi secara umum dalam screen tergantung pada beberapa hal
sebagai berikut :
c. Kecepatan feed
e. Cocoknya lubang ayakan dengan bentuk dan ukuran rata-rata material yang diolah.
Batuan induk bijih nikel adalah batuan peridotit. Menurut Vinogradov batuan ultra basa rata-rata
mempunyai kandungan nikel sebesar 0,2 %. Unsur nikel tersebut terdapat dalam kisi-kisi kristal
mineral olivin dan piroksin, sebagai hasil substitusi terhadap atom Fe dan Mg. Proses terjadinya
substitusi antara Ni, Fe dan Mg dapat diterangkan karena radius ion dan muatan ion yang hampir
bersamaan diantara unsur-unsur tersebut. Proses serpentinisasi yang terjadi pada batuan peridotit
akibat pengaruh larutan hydrothermal, akan merubah batuan peridotit menjadi batuan serpentinit
atau batuan serpentinit peroditit. Sedangkan proses kimia dan fisika dari udara, air serta
pergantian panas dingin yang bekerja kontinu, menyebabkan disintegrasi dan dekomposisi pada
batuan induk.
Pada pelapukan kimia khususnya, air tanah yang kaya akan CO2 berasal dari udara dan
pembusukan tumbuh-tumbuhan menguraikan mineral-mineral yang tidak stabil (olivin dan
piroksin) pada batuan ultra basa, menghasilkan Mg, Fe, Ni yang larut; Si cenderung membentuk
koloid dari partikel-partikel silika yang sangat halus. Didalam larutan, Fe teroksidasi dan
mengendap sebagai ferri-hydroksida, akhirnya membentuk mineral-mineral seperti geothit,
limonit, dan haematit dekat permukaan. Bersama mineral-mineral ini selalu ikut serta unsur
cobalt dalam jumlah kecil.
Larutan yang mengandung Mg, Ni, dan Si terus menerus kebawah selama larutannya bersifat
asam, hingga pada suatu kondisi dimana suasana cukup netral akibat adanya kontak dengan
tanah dan batuan, maka ada kecenderungan untuk membentuk endapan hydrosilikat. Nikel yang
terkandung dalam rantai silikat atau hydrosilikat dengan komposisi yang mungkin bervariasi
tersebut akan mengendap pada celah-celah atau rekahan-rekahan yang dikenal dengan urat-urat
garnierit dan krisopras. Sedangkan larutan residunya akan membentuk suatu senyawa yang
disebut saprolit yang berwarna coklat kuning kemerahan. Unsur-unsur lainnya seperti Ca dan Mg
yang terlarut sebagai bikarbonat akan terbawa kebawah sampai batas pelapukan dan akan
diendapkan sebagai dolomit, magnesit yang biasa mengisi celah-celah atau rekahan-rekahan
pada batuan induk. Dilapangan urat-urat ini dikenal sebagai batas petunjuk antara zona
pelapukan dengan zona batuan segar yang disebut dengan akar pelapukan (Root of weathering).
1. Batuan Asal
Adanya batuan asal merupakan syarat utama untuk terbentuknya endapan nikel laterit, macam
batuan asalnya adalah batuan ultra basa. Dalam hal ini pada batuan ultra basa tersebut: – terdapat
elemen Ni yang paling banyak diantara batuan lainnya – mempunyai mineral-mineral yang
paling mudah lapuk atau tidak stabil, seperti olivin dan piroksin – mempunyai komponen-
komponen yang mudah larut dan memberikan lingkungan pengendapan yang baik untuk nikel.
2. Iklim
Adanya pergantian musim kemarau dan musim penghujan dimana terjadi kenaikan dan
penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan terjadinya proses pemisahan dan
akumulasi unsur-unsur. Perbedaan temperatur yang cukup besar akan membantu terjadinya
pelapukan mekanis, dimana akan terjadi rekahan-rekahan dalam batuan yang akan
mempermudah proses atau reaksi kimia pada batuan.
1. Penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih mudah dengan mengikuti jalur akar pohon-
pohonan
Keadaan ini merupakan suatu petunjuk, dimana hutannya lebat pada lingkungan yang baik akan
terdapat endapan nikel yang lebih tebal dengan kadar yang lebih tinggi. Selain itu, vegetasi dapat
berfungsi untuk menjaga hasil pelapukan terhadap erosi mekanis.
4. Struktur
Struktur yang sangat dominan yang terdapat didaerah Polamaa ini adalah struktur kekar (joint)
dibandingkan terhadap struktur patahannya. Seperti diketahui, batuan beku mempunyai porositas
dan permeabilitas yang kecil sekali sehingga penetrasi air sangat sulit, maka dengan adanya
rekahan-rekahan tersebut akan lebih memudahkan masuknya air dan berarti proses pelapukan
akan lebih intensif.
5. Topografi
Keadaan topografi setempat akan sangat mempengaruhi sirkulasi air beserta reagen-reagen lain.
Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak perlahan-lahan sehingga akan mempunyai
kesempatan untuk mengadakan penetrasi lebih dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-pori
batuan. Akumulasi andapan umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landai sampai
kemiringan sedang, hal ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk topografi.
Pada daerah yang curam, secara teoritis, jumlah air yang meluncur (run off) lebih banyak
daripada air yang meresap ini dapat menyebabkan pelapukan kurang intensif.
6. Waktu
Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup intensif karena akumulasi
unsur nikel cukup tinggi.
Profil endapan nikel laterit keseluruhan terdiri dari 4 zona gradsi sebagai berikut:
1. Iron Capping
Berwarna merah tua, merupakan kumpulan massa goethite dan limonite. Iron capping
mempunyai kadar besi yang tinggi tapi kadar nikel yang rendah. Terkadang terdapat mineral-
mineral hematite, chromiferous.
2. Limonite Layer
Berwarna merah coklat atau kuning, lapisan kaya besi dari limonit soil menyelimuti seluruh area.
Lapisan ini tipis pada daerah yang terjal, dan sempat hilang karena erosi. Sebagian dari nikel
pada zona ini hadir di dalam mineral manganese oxide, lithiophorite. Terkadang terdapat mineral
talc, tremolite, chromiferous, quartz, gibsite, maghemite.
3. Silika Boxwork
Berwarna putih – orange chert, quartz, mengisi sepanjang fractured dan sebagian menggantikan
zona terluar dari unserpentine fragmen peridotite, sebagian mengawetkan struktur dan tekstur
dari batuan asal. Terkadang terdapat mineral opal, magnesite. Akumulasi dari garnierite-pimelite
di dalam boxwork mungkin berasal dari nikel ore yang kaya silika. Zona boxwork jarang
terdapat pada bedrock yang serpentinized.
4. Saprolite
Merupakan campuran dari sisa-sisa batuan, butiran halus limonite, saprolitic rims, vein dari
endapan garnierite, nickeliferous quartz, mangan dan pada beberapa kasus terdapat silika
boxwork, bentukan dari suatu zona transisi dari limonite ke bedrock. Terkadang terdapat mineral
quartz yang mengisi rekahan, mineral-mineral primer yang terlapukkan, chlorite. Garnierite di
lapangan biasanya diidentifikasi sebagai kolloidal talc dengan lebih atau kurang nickeliferous
serpentin. Struktur dan tekstur batuan asal masih terlihat.
5. Bedrock
Merupakan bagian terbawah dari profil laterit. Tersusun atas bongkah yang lebih besar dari 75
cm dan blok peridotit (batuan dasar) dan secara umum sudah tidak mengandung mineral
ekonomis (kadar logam sudah mendekati atau sama dengan batuan dasar). Zona ini
terfrakturisasi kuat, kadang membuka, terisi oleh mineral garnierite dan silika. Frakturisasi ini
diperkirakan menjadi penyebab adanya root zone yaitu zona high grade Ni, akan tetapi posisinya
tersembunyi.
BAB IV
KEGIATAN LAPANGAN
Kegiatan eksplorasi pada PT. Weda Bay Nickel meliputi beberapa pekerjaan yang dilaksanakan
antara lain persiapan kegiatan pemboran, kegiatan pemboran, logging core, sampling, hingga
preparasi sampel. Kemudian dilanjutkan dengan analisa kimia (assay).
Penentuan titik bor dilakukan oleh tim survai dengan menggunakan alat ukur Total Station
sesuai dengan perencanaan yang telah di buat terlebih dahulu oleh departemen eksplorasi,
kemudian di lakukan pengukuran ulang setelah kegiatan pemboran untuk mengetahui pergeseran
titik bor jika ada perubahan koordinat.
Drill Site adalah tempat yang dipersiapkan untuk melakukan aktivitas pengeboran, luas drill site
sesuai SOP adalah 6×8 meter.
Yang dimaksud dengan water line adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan suplai air dari
sumbernya menuju drill site untuk keperluan pemboran.
Sarana pendukung yang dibutuhkan untuk kegiatan pemboran berupa Core box, core block, alat
tulis dan meteran serta peralatan lainnya.
- menyalurkan fluida
Bit memotong/menghancurkan batuan Diamond seri 2 – 6
Core barrel menampung core Triple core barrel
Core box penyimpanan core -
Fluida bor - mengangkut cuttings ke
permukaan
- mendinginkan bit
- meredam getaran
Reiming shell memperbesar lubang -
Chuck memegang rod -
Pompa mengatur WOB
-
hidraulik
Drill collar menambah WOB -
Core lifter menahan core dalam core barrel -
Dalam pelaksanaan pemboran, proses pengambilan inti bor (core) sesuai dengan Standard
Operational Procedure (SOP) yang ditetapkan oleh perusahaan. Dilakukan maksimal setiap
kedalaman 1 m, jika core recovery yang didapat >90% dan akan diperpendek menjadi 0,50 m,
dan 0,30 m jika core recovery <90%.
Core yang didapat selanjutnya diukur untuk mengetahui core recovery, kemudian disimpan
dalam core box dan dipisahkan sesuai kedalaman pemboran dengan menggunakan core block.
Rangkaian proses ini disebut sebagai Perlakuan sampel, dan hal yang harus diperhatikan adalah
pengukuran core dan posisi penyimpanan core jangan sampai terbalik.
Setelah pemboran selesai dilaksanakan, maka selanjutnya sampel dikirim ke Coreshed untuk di
lakukan logging.
1. Tentukan batasan lithotype ( limonite, saprolite dan bedrock ), dengan menggunakan pita
berwarna kuning.
2. Tentukan rubble zone (zona pecahan) dengan menggunakan pita putih. Rubble zone
merupakan yang panjangnya <5 cm yang berada dalam zona saprolite.
3. Tentukan batasan corestone dengan menggunakan pita biru. Batuan dianggap sebagai
corestone bila memiliki panjang ≥5 cm, dan umumnya keras.
4. Tentukan batasan yang akan disampling dengan menggunakan pita merah. Panjang
maksimal break sampling adalah 1,5 m dan minimal 0,5 m.
Tujuan dari logging core adalah untuk mengetahui ketebalan setiap lapisan, serta deskripsi
lainnya untuk interpretasi bawah permukaan. Dan data logging core nantinya akan
dikomparasikan dengan data assay.
Setelah di logging, selanjutnya dilakukan sampling yaitu kelanjutan dari logging core, dimana
kegiatan ini bertujuan mengambil setengah dari core yang telah dideskripsi dan diberikan tanda
break sampling guna keperluan preparasi sampel, dan setengahnya disimpan untuk berbagai
keperluan (Arsip).
4.5 Preparasi Sample
1. Catat berat sample dari lapangan kemudian sample tersebut ditumpahkan ke basin untuk
dilakukan pengeringan pada oven selama 24 jam dengan temperatur ± 105 0 C.
2. Sample yang sudah dalam kondisi kering kemudian ditimbang untuk mengetahui berat
keringnya
4. Cek hasil pulverizing apakah kehalusannya sudah mencapai 200 mesh (95 % harus lolos
200 mesh), bila tidak tercapai maka dilakukan pulverizing kembali dengan cara sample
dipanaskan terlebih dahulu kemudian dilakukan pulverizing dengan set waktu tambahan 1 menit
dan dicek kehalusan sample kembali
5. Setelah kehalusannya sudah mencapai 200 mesh sample dimixing dan displitting untuk
kemudian diambil 100 gram untuk dianalisis dan sisanya dijadikan duplikat.
6. Sample hasil pulverizer dimasukkan kedalam box sample sesuai dengan titik bor dan kode
hasil preparasi kemudian dikirim ke laboratorium analisis di Jakarta.
BAB V
PEMBAHASAN
Preaparasi Sample yaitu suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui berapa kadar ore yang
ada pada lokasi pemboran atau yang akan ditambang, apakah lokasi tersebut layak untuk
ditambang atau tidak, tergantung dari hasil kegiatan Preparasi Sample. Kegiatan Preparasi
sample pada PT. Weda Bay Nickel ditangani oleh PT. Itertek Testing Services.
Sample yang sudah dibor dilapangan kemudian dimasukan ke core shed untuk dilogging dan
disampling. Sample dilogging dan disampling sesuain dengan nomor core box. Kemudian di
masukan ke laboratorium untuk di preparasi.
Setelah sample diterima dari core shed, langkah awal yang dilakukan yaitu sample ditimbang.
Sebelum sample ditimbang, sample harus dicek kembali. Pastikan sample sudah pada urutannya
dimilai dari nomor yang terkecil sampai pada nomor terbesar dan lihat nomor digit pada lebel
alumunium tag yang ada didalam tray. Setelah sample cek dan tidak ada masalah, sample
tersebut kemudian di timbang untuk mengetahui berapa berat dan kadar air pada sample, dan
untuk menghitung moisture. Sebelum di masukkan kedalam oven pengering. Sample di timbang,
timbangan yang gunakan yaitu timbangan digital AND FG < 30 KAM, timbangan ini
dapat menimbang sample dengan berat maximal 30 kg.
Sample ditimbang sesuai dengan nomor urut sample yang sada di didalam tray, dimulai dari
nomor yang paling kecil. Sample yang sudah ditimbang kemudian diatur diatas troly, sample
yang beratnya lebih dari 2 kg dibagi menjadi dua tray, untuk mempermudah proses pengeringan
didalam oven
5.2.2 Drying/Pengeringan
Setelah semua sample ditimbang dan telah diatur diatas troly, sample tersebut kemudian
dimasukan kedalam oven pengering. Oven hanya mampu menampung satu buah troly,
sedangkan satu troly mampu menampung sample sebanyak 150 sample yang sudah diletakan
didalam tray. Sample yang diatur diatas troly tidak bias terlalu banyak, karena akan
memperlambat proses pengeringan. Sample dikeringkan selama 1 X 24 jam atau satu hari,
dengan suhu 1050 C, dalam pengeringan sample ini suhu tidak boleh lebih dari 1050 karena akan
mengurangi elemen-elemen dari sample tersebut.
5.2.3 Crusher
Crusher yaitu tahapan untuk menghancurkan sample yang sudah dikeringkan didalam oven.
Tetapi sebelum sample dihancurkan, Sample yang sudah dikeringkan kemudian diditimbang lagi
untuk mengetahui berapa % kadar air yang hilang setelah sample dikeringkan, atau untuk
menghitung moisture.
WT1 + WT2
WT1
Keterangan :
5.2.4 Pulverizing
Setalah semua sample sudah dihancurkan, kemudian digiling dengan ukuran butir 200 mesh (200
lubang ayak). Sample yang sudah dihancurkan kemudian dituangkan ke dalam bowl dan
selanjutnya dimasukkan ke dalam mesin penggiling untuk digilling. Mesin penggiling yang
digunakan yaitu mesin LAB TECHNIK dari Australia (LM 02). Ada tiga jenis bowl yang
digunakan pada tahapan ini yaitu :
1. Bowl 500, bowl ini hanya digunakan untuk menggiling sample jenis tanah. Bowl ini hanya
bisa menggiling sample dengan ukuran maksimal 400-500 gr.
2. Bowl 1000, bowl ini bisa digunakan untuk menggiling sample jenis tanah dan batu, namun
untuk sample jenis tanah, waktunya tidak terlalu cepat, karena bowl ini menggunakan disc
seperti pada bowl 500, bowl ini menampung sample dengan ukuran maksimal 700 gr.
3. Bowl 2000, bowl ini sama dengan bowl 1000 namun ukurannya lebih besar, sehingga
mampu menggiling sample dengan ukuran maksimal 1 – 2,7 kg.
Waktu penggilingan tidak ditentukan karena ada sample yang cepat halus digiling dan ada juga
yang lama digiling tergantung volume sample dan type sample. Untuk sample yang ukurannya
lebih dari 2 kg akan digiling 2 kali, karena daya tampung dari bowl tidak sampai 2 kg.
Pada proses penggilingan ini, setiap selesai menggiling sample bowl harus dibersihkan dengan
barren wash/batu batu pembersih yang digunakan yaitu batu rijang (chert), untuk menghindari
terjadinya kontaminasi pada sample.
Roll mix yaitu suatu metode yang digunakan dalam kegiatan preparasi sample, tujuannya untuk
menyatukan sample yang digiling, sample yang di roll mix hanya yang digiling dua kali, untuk
sample yang hanya digiling satu kali tidak perlu di roll mix. Setelah diroll mix, untuk sample
yang nomornya masuk pada test kehalusan sample, dibawa ke meja test kehalusan, sedangkan
untuk sample yang nomornya tidak masuk pada test kehalusan sample langsung diambil sekitar
100 gr untuk dikirim ke LAB ITS Jakarta untuk dianalisa, dan sisanya dimasukan kegudang
sebagai arsip.
kehalusan sample harus selalu di test setiap 20 sample dan dicatat dalam buku yang telah
disediakan.
test kehalusan sample menggunakan ayakan 200# (200 lubang ayak) dengan ketentuan bahwa %
kehalusan (-200#):95 %-100% atau % kekasaran (+200#):0-5%.
jumlah sample yang akan di ayak untuk di test tidak boleh tidak terlalu sedikit, (minimum 30 gr)
apabila terlalu sedikit,dianggap tidak mewakili.
Dimana :
5.2.7 Packing
Yaitu akhir dari tahapan preparasi sample. Sample yang sudah di masukan ke kedalam packet
kecil, kemudian di masukan lagi kedalam karton kecil lalu bungkus dengan karung yang
sudah di sediakan untuk dipacking. selanjutnya sample yang sudah dipacking itu kemudian di
timbang dan selanjutnya dibawa ke kantor untuk dikirim ke Jakarta.
Target penggilingan sample yang diberikan PT. Weda Bay Nickel kepada PT. ITS yaitu satu hari
ITS harus menggiling sample sebanyak 100 sample. Dalam satu hari ITS mampu manggiling
sample sebanyak 100 sample bahan lebih dari 100 sample, sehingga dalam 1 tahun ITS
menggiling sample sekitar 40.000 sample.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
2) Kegiatan pemboran.
3) Logging core.
4) Sampling.
5) Analisa Laboratorium.
6.2 Saran
1. Untuk mencapai target, pekerjaan di preparasi di bagi dua shift yaitu shift siang dan malam
1. Sample yang besar volumenya dan kadar air yang tinggi harus dibagi dua, agar
mempermudah proses pengeringannya
2. Crew yang bekerja harus di tambah.