Anda di halaman 1dari 4

FISSURA ANI

Definisi

Fisura ani adalah sobekan kecil pada jaringan lembab tipis yang melapisi
anus sehingga timbul rasa nyeri saat buang air besar. Biasanya fisura ani terjadi
akibat ketegangan saat buang air yang besar atau keras. Walaupun menyebabkan
rasa nyeri dan ketidaknyamanan, fisura ani umumnya tidak menyebabkan masalah
serius. Kondisi ini dapat terjadi pada berbagai usia, bahkan pada orang sehat.
Keadaan ini cukup umum dan menjadi sekitar 15% kasus yang ditangani dokter
spesialis usus dan saluran pembuangan (kolorektal). Fisura ani lebih sering terjadi
pada bayi muda dan orang tua.

Fisura ani dapat bersifat tiba-tiba (akut) atau berkepanjangan (kronis).


Kasus akut atau jangka pendek biasanya dapat sembuh dalam beberapa hari.
Sedangkan, fisura kronis tidak sembuh dalam waktu 8 sampai 12 minggu dan
biasanya perlu perawatan lebih lanjut.

Gejala Fisura Ani

Gejala penyakit ini dapat bersifat ringan hingga parah. Gejala yang dapat
terjadi adalah sebagai berikut:

a. Gatal (pruritus ani) pada pembukaan anus


b. Perdarahan (darah berwarna merah terang) yang terpisah dari tinja
c. Sensasi tajam, terbakar atau menyengat saat buang air besar yang dapat
bertahan untuk sesaat atau bertahan selama beberapa jam
d. Bau busuk dari pembukaan anus (biasanya untuk kasus parah), yang
mungkin menandakan kemungkinan infeksi
e. Sering buang air kecil atau ketidakmampuan untuk buang air kecil
f. Beberapa fisura ani tidak menunjukkan gejala dan tidak menyakitkan.
Perdarahan dapat terjadi dari waktu ke waktu tetapi tanpa gejala lain.
Penyebab Fisura Ani

Fisura ani biasanya disebabkan oleh luka atau cedera pada anus. Hal ini
dapat terjadi ketika adanya kotoran besar, termasuk sembelit. Selain itu, dapat
juga dipicu oleh diare berulang sehingga menyebabkan iritasi pada lapisan dubur,
atau disebabkan oleh ketegangan saat melahirkan. Fisura juga dapat disebabkan
oleh hubungan seks anal atau efek samping dari pemeriksaan dubur.
Luka terjadi karena ketegangan berlebih dalam dua cincin otot yang
disebut sfingter yang mengendalikan pembukaan anus. Sfingter luar dikendalikan
oleh otot, sedangkan sfingter dalam adalah tipe involunter. Jika tekanan di daerah
tersebut meningkat, maka aliran darah dapat berkurang dan menyebabkan
tegangan, yang dapat menuju pada fisura. Tekanan dan tegangan secara terus-
menerus di daerah tersebut juga dapat menyebabkan lambatnya pemulihan total
dari fisura.

Penyakit lain seperti penyakit radang usus (IBD) seperti penyakit Crohn
dan luka radang usus (kolitis ulseratif), serta penyakit menular seksual seperti
sifilis dan herpes dapat menyebabkan fisura ani.

Penanganan

Fisura ani biasanya tidak memerlukan penanganan dokter segera. Dalam


kebanyakan kasus terutama fisura yang terjadi tiba-tiba (akut), gejala akan
menghilang dalam beberapa hari. Namun, jika gejala menjadi berkepanjangan
(kronis) dan memburuk, mempengaruhi buang air besar normal, maka Anda akan
perlu untuk berkonsultasi dengan dokter secepat mungkin.

Selama konsultasi, dokter terlebih menghilangkan kemungkinan penyakit


lain dengan gejala yang sama, termasuk wasir (pembengkakan di sekitar anus).
Beberapa tes akan dilakukan tergantung pada tingkat keparahan gejala Anda.
Setelah menanyakan riwayat kesehatan Anda, pemeriksaan fisik atau pemeriksaan
colok dubur (kolonoskopi atau sigmoidoskopi) dapat dilakukan untuk kasus yang
parah. Dokter juga dapat merujuk Anda ke spesialis kolorektal bila diperlukan.
Ahli bedah kolorektal adalah ahli dalam menangani fisura ani dan masalah
usus dan saluran pembuangan (kolorektal) serta anal lainnya. Dokter ini dapat
melakukan tindakan bedah yang canggih untuk kasus ini, selain tindakan bedah
umum. Ahli bedah kolorektal telah tersertifikasi dengan melewati ujian intensif
sebelum mereka dapat melakukan operasi usus besar dan dubur.

Pengobatan untuk Fisura Ani

Hampir semua pilihan pengobatan untuk fisura ani ditujukan untuk


menurunkan ketegangan dan kejang pada sfingter ani sehingga otot-otot dapat
melemas. Tekanan yang rendah dapat mempercepat penyembuhan fisura. Untuk
kasus akut, pola makan tinggi serat dan suplemen serat biasanya dianjurkan tanpa
penanganan dokter. Dengan pola makan tinggi serat, ketegangan akan sedikit
berkurang saat buang air besar sehingga memungkinkan percepatan proses
penyembuhan fisura ani. Selain itu, penting juga untuk menghindari makanan
seperti kacang-kacangan, berondong jagung dan keripik yang sulit untuk dicerna.
Konsumsi air yang banyak atau asupan cairan juga penting dalam gerakan usus
yang sehat dan sering. Perawatan di rumah seperti mandi air hangat (mandi Sitz)
dan kompres hangat selama 10-20 menit beberapa kali sehari akan mendorong
seseorang untuk bersantai dan meningkatkan aliran darah, yang dapat
mempercepat waktu penyembuhan.

Untuk fisura ani kronis, bius oles seperti lidokain, silokain dan pramoksin
mungkin dianjurkan sebelum buang air besar untuk mengurangi dan mengatasi
rasa sakit. Steroid yang biasanya sebagai bius dapat digunakan untuk mengurangi
peradangan akibat fisura. Salep yang mengandung nitrogliserin juga mungkin
dianjurkan untuk mengendurkan otot-otot sfingter dan mendukung penyembuhan.
Disarankan juga krim atau salep dengan calcium channel blocking (CCBs), yang
bekerja sama dengan nitrogliserin tetapi dengan efek samping yang lebih sedikit.

Selain itu, kasus-kasus fisura ani yang serius biasanya membutuhkan


penanganan bedah. Ahli bedah kolorektal dapat menyuntikkan Botulinum Toxin
(Boton) ke otot sfingter anal (sebuah tindakan yang disebut sfingterotomi) agar
sfingter ani melemas, rasa sakit dan tegangan berkurang, yang memungkinkan
daerah fisura menjadi sembuh. Dokter bedah awalnya akan membahas risiko
sfingterotomi untuk menentukan pengobatan yang terbaik. Pemulihan dari
perawatan bedah untuk fisura ani memakan waktu sekitar 6 sampai 10 minggu,
tetapi pasien biasanya dapat melanjutkan kegiatan sehari-hari dalam beberapa
hari.

Fisura mudah kambuh ketika dipicu trauma lain. Hal ini sangat penting
untuk melanjutkan pola makan tinggi serat dan buang air yang lancar bahkan
setelah gejala mereda. Jika masalah memburuk, maka diperlukan penilaian ulang
untuk menyingkirkan masalah kolorektal lebih serius lainnya.

Referensi:
 Valente, Michael A., DO. American Society of Colon and Rectal Surgeons
(2012). “Anal Fissure.” Available:
http://www.fascrs.org/patients/conditions/anal_fissure/
 Dozois EJ, Pemberton JH (2006). Anal fissure section of Hemorrhoids and other
anorectal disorders. In MM Wolfe et al., eds., Therapy of Digestive Disorders, pp.
948–950. Philadelphia: Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai