Anda di halaman 1dari 6

PLEISTOSEN

Kondisi Alam Pada Jaman Pleistosen-Holosen


Pada tahun 1839, charles lyell memberikan nama pleistosen untuk jaman geologi yang
mengikuti jaman pliosen. Jaman ini dimulai dari awal kuarter hingga kira-kira 11.000 tahun
yang lalu. Jaman pleitosen didefinisikan dengan dasar bahwa lapisan sedimen mengandung
90% hingga 100% dari fauna yang masih hidup.
Gunung tengah atlantik masih terus mekar dengan kecepatan 2 cm pertahun pada
jama ini. Karena pendeknya waktu pleistosen, tektonik yang terjadi belum banyak merubah
morfologi dan struktur bumi. Namun demikian perubahan tektonik yang terjadi yang terkait
dengan perkembangan dan pencairan lempeng es di daerah kutub telah sangat berpengaruh
pada perubahan muka laut yang menyertainya.
Pada kala pleistosen, zona penujaman jawa pindah ke selatan, kearah samudera india.
Mulai terbentuk gunungapi kuarter, termasuk merapi, merbabu, lawu, ungaran, yang sebagian
masih hingga holosen. Susut laut yang mulai terjadi sejak pliosen terus berlangsung hingga
pertengahan pleistosen awal. Dijawa tengan susut laut ini disertai dengan pengangkatan dari
pegunungan kendeng. Akibatnya laut yang terletak diantara kendeng dan pegunungan selatan
( yang telah terangkat sejak pliosen ) dimana daerah sangiran terletak berubah menjadi lautan
tertutup dan kemudian menjadi daerah rawa. Pengangkatan yang terus berlangsung segera
diikuti oleh erosi, dan hasil erosi tersebuit masuk ke cekungan rawa tersebut diatas yang
kemudian menghadilkan endapan lempung hitam ( formasi pucangan ). Pengisian terus
menerus dari rawa tersebut berakibat daerah tersebut menjadi daratan dengan sungai yang
mengalir diatasnya (Sartono, 1976). Pengangkatan kendeng tersebut juga
berakibatterbentuknya endapan teras yang bertingkat-tingkat sepanjang lembah sungai,
misalnya aliran Bengawan Solo diantara Ngawi dan Cepu (Sartono, 1976).
Pada masa jaman es, karena suhu udara rata-rata lebih rendah dari sebelumnya, hal ini
mengakibatkan bahwa zona vegetasi bumi belahan utara berpindah keselatan lebihdari 2000
km dari posisi pra jaman es. Di eropa selatan, daerah tundra yang sangat luas yang dialasi
permafrost ( tanah yang beku secara permanen), melempar jauh kearah selatan lempengan es
hingga sejauh tepian dari laut tengah. Pada daerah seperti itu berkembang pesat fauna daerah
dingin seperti rusa kutub (reindeer), mammoth dan badak berbulu lebat.
Selama Pleistosen, perkembangan golongan mamalia sangat pesat, mungkin akibat
tersedianya relubg ekologi yang tepat. Muncul golongan baru misalnya mammoth, badak
berbulu tebal dan harimau bergigi pedang. Satu hal yang sangat penting adalah bahwa
muncul golongan hominid yang terwakili oleh homo erectus, homo habilis dan akhirnya
homo sapiens. Kondisi iklim yang tidak terlalu basah pada pleistosen menyukarkan
pertumbuhan hutan lebat. Hutan yang ada bukan merupakan hutan rimba, tetapi steppa.
Kondisi seperti ini berakibat berkembang pesatnya mamalia darat golongan gajah yang
berukuran besar seperti Stegodon trigonocephalus, mastodon, mammoth. Golongan hominid
mulai menggunakan peralatan batu, mulai bberburu dan berakibat punahya beberapa hewan
perburuan.

Keadaan alam pada kala pleistosen-holosen


1. Proses glasiasi
Berakibat pendangkalan air laut sehingga menjadi daratan dan menjadi jembatan perpindahan
hewan untuk bermigrasi karena perubahan musim.
2. Proses interglasiasi / post glasiasi (pencairan kembali air laut)
Berakibat naiknya permukaan air laut daerah tropis menjadi lembab, penyempitan wilayah
jelajah fauna sehingga terjadi pengkerdilan fauna tertentu
3. Proses pembentukan daratan karena tenaga endogen dan eksogen
4. Aktifitas vulkanisme
Berakibat terbentuknya daratan-darataan baru dan dapat merubah keadaan alam sebelumnya.

Pada kala pleistosen sebagian besar daratan ditutupi oleh es (divilium / jaman es).
Akibatnya banyak fauna yang bermigrasi. Inilah pembatasan antara jaman tersier ke kala
pleistosen ditandai dengan banyaknya fauna dan flora tertentu dan digantikan dengan varietas
baru yang disebabkan evolusi akibat penyesuaian diri.
Dengan lewatnya jaman wurm, maka berakhirlah jaman divilium dan mulailah jaman
holosen (post glacial) tanda-tanda peninggalan jaman es dapat dilihat dari ditemukannya
fauna vertebrata Ngandong serta Pithecanthrorupus Soloensis dalam undak-undakan di
Bengawan Solo. Pada jaman post glasial es mencair kembali dan Paparan Sunda tergenang
kembali oleh laut Jawa serta laut Cina Selatan. Paparan Sahul juga tergenang oleh laut
Arafura dan semakin dalamnya laut di daerah Maluku. Dengan demikian pada Jaman wurm
daratan Indonesia terbagi oleh lautan yang terjadi pada zaman post glacial sehinnga
terbentuklah kepulauan.
Masa setelah pleistosen adalah masa holosen yang berlangsung ±10.000 th
yang lalu sampai dengan sekarang. Masa holosen dibatasi dengan suatu corak
masyarakat prasejarah yang tinggal di gua, bercocok tanam dan menjinakan binatang.
Manusia baru muncul pertama kali kira-kira muncul 3 juta tahun yang lalu,
bersamaan dengan berkali-kali glasiasi di kala pleistosen (masa glacial/zaman es).
Peristiwa glasiasi di kala plestosen terjadi beberapa kali di selingi oleh masa-masa
antar glacial ( pencairan kembali).
Pada saat glasiasi, daerah tropic yang tidak terkena es mengalami masa pluvial
(hujan), tetapi masa berlangsungnya belum jelas. Peristiwa pada kala plestosen yang
besar pengaruhnya terhadap kehidupan manusia antara lain:
 Meluasnya es ke sebagian muka bumi
 Perubahan iklim
 Turun naiknya permukaan air laut
 Letusan gunung berapi
 Timbul tenggelamnya sungai
Manusia pada kala itu mengalami perkembangan akal yang di pengaruhi
tuntutan mempertahankan hidup, oleh karena itu mereka membuat alat-alat untuk
memudahkan mereka. Ciri manusia kala plestosen adalah manusia lebih mudah
mendapat makanan. Pada masa berikutnya (post-plestosen, holosen) kira-kira 10000
tahun yang lalu-sekarang kecerdasan dan kehidupan manusia meningkat sangat maju.
Iklim merupakan peranan penting dalam corak kehidupan manusia, keadaan yang
sangat dingin merupakan paksaan bagi manusia dan hewan untuk bermigrasi,
makhluk yang tidak dapat menyesuaikan diri pasti akan punah. Adaptasi ini juga
mengakibatkan perubahan fisik.
Gerakan alam yang dapat merubah bentuk muka bumi antara lain orogenesa
(pengangkutan) erosi (pengikisan) dan kegiatan vulkanik, serta gerakan endogen (dari
dalam bumi) dan eksogen (dari luar bumi). Sampai sekarang pun masih terjadi
pembentukan tersebut. Pegunungan Himalaya yang tingginya 8000 meter di atas
permukaan laut adalah contoh dari endapan laut Tethys.
Pada kala plestosen bagian barat kepulauan Indonesia berhubungan dengan
daratan Asia Tenggara, sementara itu bagian timur berhubungan dengan Australia.
Bagian daratan yang menghubungkan Indonesia bagian barat dengan Asia Tenggara
disebut paparan Sunda(Sunda shelf), dan daratan penghubung Irian dengan Australia
disebut paparan Sahul (Sahul Shelf).
Sebelum kala plestosen, yaitu jaman tersier bumi masih dikuasai mamalia
raksasa yang mencapai puncak perkembangannya dalam jaman ini. Baru sejak jaman
kuarter awal munculah manusia yang dapat menguasai bumi karena kelebihan
akalnya.

Dating

Rentang waktu umur pleistosen adalah 2.588.000 (± 5.000) sampai 12.000 tahun
sebelum masehi, dengan waktu akhir dinyatakan dalam tahun radiokarbon sekitar
10.000 karbon-14 tahun sebelum masehi. Ini mencakup sebagian besar periode terbaru
dari perulangan gasial , sampai dengan awal musim kering. Akhir dari musim kering adalah
sekitar 9640 SM.
Pada tahun 2009 International Union of geological sciences (IUGS)
menegaskan perubahan dalam jangka waktu Pleistosen, diawali pada tahun 1,806-2,588 juta
tahun SM, dan menunjukan Pleistosen sebagai awal dari zaman es.
Pleistosen mencakup periode terakhir dari zaman es. Nama Plio-Pleistosen yang
berart izaman es terakhir. Definisi revisi Kuarter, dengan mendorong
kembali tanggal awal Pleistosen menjadi 2,58 Ma.

Paleogeografi dan iklim


Kontinen moderen merupakan hal yang penting dalam menentukan posisi yang
sekarang, dimana lempengan kemungkinan telah mengalami pergeseran satu sama lain tidak
lebih dari 100 km sejak awal periode.

Berdasarkan pendapat Mark Lyans, iklim rata-rata Pleistosen bisa menjadi karakter
atas berlangsungnya El nino dengan pergerakan angin di Pasifik selatan mengarah ke timur,
udara panas meningkat di dekat Peru, air hangat menyebar dari pasifik barat dan lautan indian
ke pasifik timur, dan jejak El nino lain.
Fauna

Baik fauna kontinen dan semudera memiliki binatang penting, spesifik, mamalia yang relatif
lebih besar daripada mamalia moderen.

Beberapa perubahan iklim selama zaman es memiliki dampak yang besar pada flora dan
fauna. Seperti daerah kontinen mengalami kehilangan populasi besar, hewan dan tumbuhan
mengahadapi tingkatan stress yang tinggi akibat zaman es ini. Hasil dari perubahan iklim
yang drastis itu adalah pengurangan populasi, dan makan suplay makanan yang habis.

Beberapa perubahan iklim selama zaman es memiliki dampak yang besar pada flora dan
fauna. Seperti daerah kontinen mengalami kehilangan populasi besar, hewan dan tumbuhan
mengahadapi tingkatan stress yang tinggi akibat zaman es ini. Hasil dari perubahan iklim
yang drastis itu adalah pengurangan populasi, dan makan suplay makanan yang habis.
ZAMAN PLEISTOSEN

Disusun oleh :

Wildan Tri Koesmawardani

07210073

TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI

UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

2012

Anda mungkin juga menyukai