Anda di halaman 1dari 34

PEMBUATAN DAN ANALISIS SHAMPO DARI EKSTRAK ETANOL TANAMAN

LAJA GOWAH (Alpinia malaccensis (Burm.F.)Roxb)

ABSTRAK
Shampo merupakan sediaan kosmetik yang fungsi utamanya untuk membersihkan
rambut dan kulit kepala dari segala macan kotoran, baik yang berupa minyak, debu, sel-sel
yang sudah mati dan sebagainya. Tanaman laja gowah adalah tanaman herba yang sering kita
jumpai di sekitar kita. Tanaman lengkuas hutan ini, yang merupakan nama lain dari tanaman
laja gowah memiliki berbagai manfaat dan khasiat untuk kehidupan manusia. Namun, bagi
sebagian orang tidak tau mengenai tanaman ini dan menganggapnya sebagai tanaman liar.
Salah satu bagian tanaman laja gowah yang memiliki manfaat yang banyak yaitu pada
rimpangnya. Di dalam rimpang laja gowah kandungan utama metil sinamat yang mempunyai
aktivitas antifungi, antimikroba, dan sebagai bahan pewangi pada shampo. Sehingga, kami
memformulasikan bahan utama yang digunakan yaitu rimpang laja gowah. Sediaan shampo
diformulasikan dengan formula pendahuluan sebanyak empat formula dan tiga formula
dengan menambah ekstrak etanol rimpang laja gowah dengan variasi konsentrasi sebesar 1%,
2%, dan 3%. Ekstraksi rimpang laja gowah dilakukan dengan metode maserasi menggunakan
pelarut etanol 70%. Hasil penelitian formula sediaan shampo optimum yaitu terdapat pada
formula 18.

Kata Kunci : Rimpang laja gowah, maserasi, formula optimum

ABSTRACK
Shampoo is a cosmetic preparation whose main function is to clean the hair and
scalp of any leopard, whether in the form of oil, dust, dead cells and so on. Gowah laja
plants are herbaceous plants that we often encounter around us. This galangal plant, which
is another name for the gowah laja plant, has many benefits and properties for human life.
However, for some people do not know about this plant and consider it as a wild plant. One
part of gaja laja plant that has many benefits that is in the rimpangnya. In the gimp rhizome
the main content of methyl cinnamate which has antifungi activity, antimicrobial, and as a
fragrance ingredient in shampoo. Thus, we formulate the main ingredient used is the gimpah
limp rhizome. The shampoo preparations are formulated with the introduction formula of
four formulas and three formulas by adding ethanol extract of gheeon rhizome with variation
of concentration of 1%, 2%, and 3%. The extraction of gowah lava rhizome was done by
maceration method using 70% ethanol solvent. The result of the optimum shampoo
formulation formula is found in formula 18.

Keywords: Ginger rhizomes, maceration, optimum formula


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanah air kita memiliki potensi alam yang berlimpah dan sangat bermanfaat

bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Potensi alam tersebut dapat dilihat dari beragam

macam tanaman yang mempunyai khasiat tertentu. Salah satunya yaitu tanaman laja

gowah yang dapat dimanfaatkan hampir semua bagiannya, yang kami pakai pada

pembuatan shampo kali ini adalah rimpang dan kulit buah. Khasiat dari rimpang

gambelu atau laja gowah yaitu digunakan sebagai obat bisul dan luka. Di Ambon,

rimpang digunakan untuk memelihara tenggorokan, agar suara tetap bagus. Selain itu,

rimpang juga sering digunakan untuk mengobati sakit perut, buahnya dapat dimakan dan

digunakan sebagai teh, dan juga sering dimanfaatkan sebagai sabun dan anti emetikum

(mencegah muntah), kulit buahnya dapat digunakan untuk mewangikan rambut (Riyanto,

2012), serta minyak rimpang gambelu digunakan untuk penyubur rambut (Heyne, 1987).

Salah satu tanaman potensial seperti tanaman laja gowah ini terdapat di

daerah Sumatera Barat yang dikenal dengan nama gambelu. Hasil penelitian sebelumnya

menunjukkan bahwa kandungan utama dari gambelu adalah metil sinamat (Muchtaridi,et

al., 2003). Secara empiris, gambelu baik rimpang, batang ataupun daunnya telah

dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat anti muntah. Gambelu digunakan masyarakat

Sumatera Barat untuk keperluan “Balimau”.

Begitu banyaknya manfaat dari tanaman laja gowah ini, tetapi masyarakat

Indonesia banyak yang belum mengetahui khasiat dari tanaman ini sehingga belum

digunakan semaksimal mungkin untuk kebutuhan masyarakat. Seperti yang dijelaskan

disebelumnya, tanaman laja gowah dapat digunakan untuk penyubur rambut sekaligus
untuk mewangikan rambut. Bagian yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan utama

pembuatan sediaan shampo yaitu rimpangnya, yang mengandung senyawa metabolit

sekunder dan minyak atsiri. Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik untuk membuat

sediaan formulasi shampo dari ekstrak etanol rimpang laja gowah yang dibuat dengan

bermacam formula sehingga didapatkan formula shampo yang optimum.

1.2.Rumusan Masalah

a. Bagaimana komposisi bahan penyusun dari pembuatan shampo dari ekstrak etanol

rimpang laja gowah yang optimum.

b. Bagaimana cara mendapatkan ekstrak dari rimpang laja gowah.

c. Bagaimana kualitas produk shampo dari ekstrak etanol rimpang laja gowah.

d. Apakah produk shampo dari ekstrak etanol rimpang laja gowah telah sesuai dengan

acuan yang ada.

1.3.Batasan Masalah

a. Melakukan pengujian terhadap tujuh formula dari dua puluh formula yang dilakukan

dalam satu kelompok.

b. Membuat empat formula pendahuluan tanpa ekstrak etanol rimpang laja gowah dan

tiga formula yang divariasikan ekstrak etanol rimpang laja gowah yaitu 1%, 2%, 3%.

1.4.Tujuan Penelitian

a. Menentukan komposisi bahan penyusun dari pembuatan shampo dari ekstrak etanol

rimpang laja gowah yang optimum.

b. Dapat mengetahui cara perolehan ekstrak dari rimpang laja gowah.

e. Dapat mengetahui kualitas produk shampo dari ekstrak etanol rimpang laja gowah.
c. Untuk mengetahui apakah produk shampo dari ekstrak etanol rimpang laja gowah

telah sesuai dengan acuan yang ada.

1.5. Manfaat Penelitian

a. Produk shampo dari ekstrak etanol rimpang laja gowah ini dapat memanfaatkan

sumber daya alam yang ramah lingkungan.

b. Produk shampo dari ekstrak etanol rimpang laja gowah yang dihasilkan dapat

diedarkan ke masyarakat dan dapat bersaing dengan shampo alami lainnya.

c. Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa shampo yang dihasilkan merupakan

shampo alami yang bermanfaat bagi rambut manusia dan sangat ramah lingkungan.

d. Memberikan kesehatan dan perlindungan dari kerusakan rambut bagi pemakainya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Laja Gowah

Gambar 2.1. Tanaman Laja Gowah

Tanaman lengkuas hutan adalah tanaman herba yang sering kita jumpai berada

di sekitar kita. Tanaman lengkuas hutan dapat kita temukan di hutan tropis. Nama

latin tanaman lengkuas hutan adalah Alpinia Malaccensis (Burm. F.) Roxb.

Sedangkan dalam bahasa inggris tanaman lengkuas hutan mempunyai nama Ring

Malacca. Menurut sejarah tanaman ini berasal dari India. Penyearan tanaman

lengkuas hutan ini berada di Indonesia, malaysia, Asia seperti India. Ciri-ciri tanaman

lengkuas hutan ini adalah bunga yang berwarna putih dan daun yang memanjang

seperti pita dan memiliki akar rimpang. Fungsi dan kegunaan tanaman lengkuas hutan

ini mungkin bagi sebagian orang yang tidak tahu akan menggangap tanaman ini

tanaman liar. Namun, ternyata tanaman ini memiliki berbagai manfaat dan khasiat

untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit yang ada di tubuh.


Klasifikasi Laja gowah (Alpinia malaccensis (Burm F.)) adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Subkelas : Sympatalae

Bangsa : Zingiberales

Suku : Zingiberaceae

Marga : Alpinia

Jenis : Alpinia Malaccensis (Burm. F.) Roxb

Kandungan dari Rimpang Laja Gowah

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, kandungan dari minyak atsiri

gambelu sebagai berikut dengan menggunakan GC-MS :

Tabel 1. Kandungan Minyak Atsiri Rimpang Laja Gowah

Rimpang laja Gowah

No Waktu
Komponen %Area
Retensi

1 5,014 2-Heptanol 0,61

2 5,739 Alpha-pinene 1,83

3 6,017 Alpha-pinene 3,13

4 7,025 B-pinene 20,59

5 7,46 Eucalyptol 14,11


6 9,699 Terpineol 9,97

7 12,746 Metil sinamat 44,86

8 13,121 Metil sinamat 2,31

9 13,64 Alpha.-Bisabolol 1,53

10 13,842 Phytol 0,27

11 14,181 Ergosterol 0,1

12 14,644 Phenylavetic acid,2-ethylhexyl ester 0,07

13 14,725 Asam salisilat 0,03

14 14,867 Hexadecanoic acid, methyl ester 0,03

15 14,951 Hexadecanoic acid, methyl ester 0,07

16 15,079 Bornylene 0,02

17 15,175 n-Hexadecanoic acid 0,05

18 15,326 Trimethylbicyclo 0,02

19 15,413 Tetracyclo 0,03

20 15,773 Bornylene 0,17

21 16,165 9-Octadecenoic acid (Z)-,methyl ester 0,05

22 16,383 Octacosane 0,16

(Sumber : Gustin, 2016)

Kandungan utama rimpang laja gowah yaitu metil sinamat. Metil sinamat

merupakan senyawa yang berbau strawberry dan balsamik. Dalam bidang kesehatan

digunakan sebagai anthelmintik (Claus, 1961). Metil sinamat merupakan turunan dari

asam sinamat yang banyak digunakan sebagai kosmetik pemutih kulit. Sedangkan

dalam industri, metil sinamat dapat digunakan sebagai bahan tambahan pada

pembuatan lotion, antiprespirant, deodoran, detergent, pelembut pakaian, sabun

mandi, dan shampo (IFF,2000).


Makhluk hidup dapat menghasilkan bahan organik sekunder (metabolit

sekunder) atau bahan alami melalui reaksi sekunder dari bahan organik primer

(karbohidrat, lemak, protein). Bahan organik sekunder (metabolit sekunder) ini

umumnya merupakan hasil akhir dari suatu proses metabolisme. Bahan ini berperan

juga pada proses fisiologi. Bahan organik sekunder itu dapat dibagi menjadi tiga

kelompok besar yaitu : fenolik, alkaloid dan terpenoid, tetapi pigmen dan porfirin juga

termasuk di dalamnya. Salah satu tanaman yang menghasilkan senyawa metabolit

sekunder yaitu tanaman temulawak dimana senyawa yang terkandung yanitu alkaloid,

terpenoid dan steroid.

Kandungan lain dari metabolit sekunder berupa molekul-molekul kecil,

bersifat spesifik (tidak semua organisme mengandung senyawa sejenis), mempunyai

struktur yang bervariasi, setiap senyawa memiliki fungsi atau peranan yang berbeda-

beda. Pada umumnya senyawa metabolit sekunder berfungsi untuk mempertahankan

diri atau untuk mempertahankan eksistensinya di lingkungan tempatnya berada.

Metabolit sekunder merupakan biomolekul yang dapat digunakan sebagai lead

compounds dalam penemuan dan pengembangan obat-obat baru. Senyawa metabolit

sekunder yang umum terdapat pada tanaman adalah : alkaloid, flavanoid, steroid,

saponin, terpenoid dan tannin.

Pemanfaatan dari zat metabolit sekunder sangat banyak. Metabolit sekunder

dapat dimanfaatkan dalam bidang farmakologi, diantaranya sebagai antioksidan,

antibiotik, antikanker, antikoagulan darah, menghambat efek karsinogenik, selain itu

metabolit sekunder juga dapat dimanfaatkan sebagai antiagen pengendali hama yang

ramah lingkungan.
Shampo

Shampo adalah salah satu kosmetik pembersih rambut dan kulit kepala dari segala

macam kotoran, baik yang berupa minyak, debu, sel – sel yang sudah mati dan sebagainya.

Pengertian ilmiah shampo adalah sediaan yang mengandung surfaktan dalam bentuk yang

cocok dan berguna untuk menghilangkan kotoran dan lemak yang melekat pada rambut dan

kulit kepala agar tidak membahayakan rambut, kulit kepala, dan kesehatan si pemakai.

Metode Ekstraksi Maserasi

Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali
pengadukan pada suhu ruangan. Prosedurnya dilakukan dengan merendam simplisia dalam
pelarut yang sesuai dalam wadah tertutup. Pengadukan dilakukan dapat meningkatkan
kecepatan ekstraksi. Kelemahan dari maserasi adalah prosesnya membutuhkan waktu yang
cukup lama. Ekstraksi secara menyeluruh juga dapat menghabiskan sejumlah besar volume
pelarut yang dapat berpotensi hilangnya metabolit. Beberapa senyawa juga tidak terekstraksi
secara efisien jika kurang terlarut pada suhu kamar (27oC). Ekstraksi secara maserasi
dilakukan pada suhu kamar (27oC), sehingga tidak menyebabkan degradasi metabolit yang
tidak tahan panas

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan ini dilaksanakan selama lebih kurang dua bulan dimulai dari bulan 30

Januari 2018 hingga 15 Maret 2018. Selama lebih kurang satu bulan untuk menemukan

formula shampo ekstrak etanol rimpang laja gowah. Kemudian tiga minggu untuk

melakukan uji sediaan shampo ekstrak etanol rimpang laja gowah. Tempat pelaksanaan

kegiatan praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Sekolah Menengah Kejuruan

Analisis Padang yang berlokasi di Jalan Pauh V No 13 Kelurahan Kapalo Koto

Kecamatan Pauh Kota Padang, Sumatera Barat.


3.2. Persiapan Sampel

Bahan baku yang digunakan yaitu rimpang laja gowah yang dari Kawasan

Tanaman Obat (KTO) Universitas Andalas, Kelurahan Limau Manis, Kecamatan Pauh,

Padang, Sumatera Barat. Kawasan Tanaman Obat (KTO) Universitas Andalas. Untuk

bahan tambahan lainnya diperoleh dari pembelian di toko bahan kimia yang ada di Kota

Padang.

3.3. Parameter Uji

3.3.1. Skrining Fitokimia

3.3.2. Pembuatan Sediaan Shampo Optmimum

3.3.3. Evaluasi Sediaan Sampo

3.1. Pengukuran pH Metode Potensiometri

3.2. Uji Homogenitas

3.3. Uji Kemampuan dan Stabilitas Busa Metode Cylinder Shake

3.4. Uji Viskositas Metode Bola Jatuh

3.5. Uji Tegangan Permukaan Metode Pipa Kapiler

3.6. Pengukuran Berat Jenis

3.7. Uji Organoleptik

3.3.4. Penetapan Kadar Air Metode Gravimetri

3.4. Alat dan Bahan

3.4.1. Alat dan Bahan Pembuatan Sediaan Shampoo

2.4.1.1. Alat yang dibutuhkan

a) Bejana bertutup

b) Rotary ovaporator

c) Blender

d) Mixer
e) Oven

f) Neraca Teknis

g) Desikator

h) Ayakan 40 mesh

i) Hot Plate

j) Saringan

k) Pisau

l) Batang Pengaduk

m) Gelas piala 1000 ml

3.4.1.2. Bahan yang dibutuhkan

a) Rimpang laja gowah

b) Etanol 70%

c) Aquades

d) Natrium Lauril Sulfat

e) Cethyl Alkohol

f) Propilen glikol

g) Asam sitrat

h) Natrium Klorida

i) Methyl Paraben

j) Propil paraben

3.4.2. Alat dan Bahan Analisis Sediaan Shampo

3.4.2.1. Alat yang dibutuhkan

a) Corong

b) Neraca Analitik

c) Gelas piala 250 ml


d) Gelas piala 500 ml

e) Gelas piala 1000 ml

f) Gelas ukur 100 ml

g) Pipet takar 10 ml

h) Tabung reaksi

i) Kertas saring

j) Pipet tetes

k) Gelas piala 100 ml

l) Gelas piala 100 ml

m) Oven

n) Neraca Digital

o) Cawan Penguap

p) Kaca objek

q) Rak tabung reaksi

r) Standar dan Klem

s) pH meter

3.4.2.2. Bahan yang dibutuhkan

a) Kalium Iodida

b) Bi(NO3)3

c) HgCl2

d) HNO3

e) FeCl3

f) Logam Mg

g) Aquades

h) HCl pekat
i) Ethanol 96%

3.5. Prosedur Kerja

3.5.1. Pembuatan Ekstrak Etanol Rimpang Laja Gowah

a. Dibersihkan rimpang laja gowah dari kotoran-kotoran dan benda asing,

b. Dicuci rimpang laja gowah dengan air mengalir (dilakukan dua hingga tiga

kali penyucian), Kemudian dipotong kecil-kecil rimpang laja gowah yang

telah bersih dengan ketebalan ±5-7 mm,

c. Dikeringkan rimpang di dalam oven pada suhu 40-50oC selama 1×24 jam,

d. Lalu rimpang digiling halus dan diayak menggunakan ayakan (40 mesh),

e. Kemudian ditimbang serbuk kering simplisia sebanyak 100 gram dengan

neraca digital, Dimasukkan simplisia rimpang yang telah ditimbang ke

dalam bejana bertutup,

f. Dimaserasi dengan pelarut etanol 70% (1:10), sebanyak 75% pelarut

ditambahkan dalam bejana, Direndam selama 3 hari, sambil diaduk setiap 6

jam

g. Disaring ampasnya, kemudian ampasnya dimaserasi kembali dg 25%

pelarut, Kemudian dimaserasi kembali dg perlakuan sama

h. Hasil maserasi dipisahkan dan dikumpulkan

i. Kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 790C

3.5.2. Skrining Fitokimia

1) Uji Alkaloid

a) Dilarutkan 1 gram ekstrak dengan 100 ml air, Dipanaskan dan didihkan

selama lima menit lalu disaring

b) Sebanyak 2 ml filtrat ditambahkan 1 ml asam klorida pekat dan 9 ml aquades

c) Campuran dipanaskan di penangas air selama dua menit


d) Dinginkan, disaring, kemudian dibagi dalam tiga tabung reaksi

Tabung I : Ditambahkan pereaksi Buchbouchardat. Hasil positif (+)

ditunjukkan dengan terbentuknya endapan coklat kehitaman.

Tabung II : Ditambahkan pereaksi Meyer. Hasil positif (+) ditunjukkan

dengan terbentuknya endapan putih.

Tabung III : Ditambahkan pereaksi Dragendroff. Hasil positif (+) ditunjukkan

dengan terbentuknya endapan merah bata.

2) Uji Flavonoid

a) Dilarutkan 1 gram ekstrak dengan 100 ml air

b) Kemudian dipanaskan dan dididihkan selama lima menit lalu disaring

c) Sebanyak lima ml filtrat ditambahkan 0,1 gram serbuk Magnesium dan 10 ml

larutan asam klorida pekat. Hasil positif (+) menunjukkan dengan

terbentuknya warna merah jingga sampai merah ungu

3) Uji Tanin

a) Dilakukan dengan melarutkan 1 gram ekstrak dengan 100 ml air

b) Kemudian dipanaskan dan dididihkan selama lima menit lalu disaring

c) Sebanyak lima ml filtrat ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3. Hasil positif (+)

ditunjukkan dengan terbentuknya warna hijau, biru, atau ungu.

4) Uji Saponin

a. Dilakukan dengan melarutkan 1 gram ekstrak dengan 100 ml air

b. Kemudian dipanaskan dan dididihkan selama lima menit lalu disaring

c. Sebanyak 10 ml filtrat dikocok dalam tabung reaksi, ditambahkan 10 ml air

panas dan didinginkan


d) Kemudian dikocok sekuat-kuatnya selama 10 menit. Hasil positif (+)

ditunjukkan apabila pada penambahan 1 tetes asam klorida pekat buih tidak

hilang.

3.5.3. Pembuatan Sediaan Sampo Optimum

Formulasi ekstrak etanol menjadi bentuk sediaan sampo terdiri dari zat aktif

berupa ekstrak etanol tanaman laja gowah pada berbagai tingkat konsentrasi dan zat

tambahan. Komposisi masing-masing formula dapat dilihat pada tabel.

Tabel 2. Tabel Formula Pembuatan Sediaan Shampo Optimum

Formula Sampo dengan Berbagai

Konsentrasi Ekstrak Etanol Tanaman Laja


Bahan Khasiat
Gowah (%)

F1 F2 F3 F9 F10 F11 F12

Natrium Lauril
Surfaktan
Sulfat 5 5 10 2.5 2.5 2.5 2.5

Cethyl Alkohol 5 5 5 4 4 4 4 Opacifying Agent

Propilen glikol 7 7 7 7 7 7 7 Pelembab

Methyl Paraben 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 Pengawet

Propil Paraben Pengawet


0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1

Ekstrak etanol Zat berkhasiat

laja gowah - - - - 1 2 3 sekaligus pewangi

Natrium benzoat 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 Antimicrobial

Asam sitrat 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 Acidifying Agent

NaCl 0.75 1.0 1.0 0.4 0.4 0.4 0.4 Pengental


Aquades 100 100 100 100 100 100 100 Pelarut

Keterangan: Pada praktik kali ini saya membuat shampo dengan Mella Mardiati dan
Misbahul Rusdi dimana total formula kami ada 20 yang kami bagi tiga. Masing-
masing ada yang mendapatkan 7 formula dan 6 formula. Saya melakukan
pengujian pada 7 formula, 3 formula merupakan formula pendahuluan tanpa
ekstrak etanol rimpang laja gowah dan empat formula merupakan formula
dengan variasi ekstrak. Hasil yang terbaik dan sesuai standar, itulah yang akan
diproduksi nantinya.
Prosesur Pembuatan Shampo :

a) Ditimbang semua bahan sesuai dengan formula,

b) Dipanaskan aquades sebanyak 50 ml dalam gelas piala 250 ml di atas hot

plate,

c) Dimasukkan natrium benzoat dan asam sitrat ke dalam gelas piala yang berisi

aquades, aduk,

d) Kemudian dimasukkan metil paraben, setil alkohol, dan propil paraben, aduk,

e) Kemudian ditambahkan propilen glikol sebanyak 7 ml, aduk,

f) Dimasukkan natrium klorida dan secara perlahan ditambahkan natrium lauril

sulfat, aduk secara perlahan,

g) Setelah homogen, ditambahkan ekstrak sesuai konsentrasinya, aduk perlahan.

3.5.4. Evaluasi Sediaan Shamp

a. Pengamatan Organoleptis

Pengamatan dilakukan setiap minggu selama 8 minggu penyimpanan.

1) Pemeriksaan bentuk sediaan contoh shampoo

a) Diambil sampel shampoo, diletakkan pada sebuah piringan

b) Lalu diusapkan shampoo pada tangan untuk mengetaui bentuk atau

teksturdari shampoo

2) Pemeriksaan bau sediaan contoh shampoo


a) Dikibaskan tangan kita di atas mulut tempat sampel shampoo ke arah

hidung.

b) Dicium, dipastikan tidak ada bau asing.

3) Pemeriksaan warna sediaan contoh shampoo

a) Dituang contoh shampoo pada suatu piringan.

b) Diamati warna dari contoh shampoo tersebut.

b. Homogenitas

Homogenitas dapat dilakukan secara visual dengan cara :

a) Pengambilan sampel dapat dilakukan pada sebagian bagian di atas, tengah

atau bawah.

b) Sampel diteteskan pada kaca objek,

c) Kemudian diratakan dengan kaca objek lain sehingga terbentuk lapisan

tipis, partikel diamati secara visual.

c. Kemampuan dan Stabilitas Busa

Uji kemampuan dan stabilitas busa dari shampo dilakukan dengan metode

cylinder shake. Caranya yaitu :

a) Dimasukkan shampo sebanyak 20 ml ke dalam gelas ukur 100 ml.

b) Kemudian dikocok kuat selama 10 kali.

c) Total volume sari isi busa diukur dan diamati penurunannya dan stabilitas

busanya. Persyaratan tinggi busa pada umumnaya yaitu berkisar antara 1,3-

22 cm .

d. Pengujian Tegangan Permukaan Metode Kenaikan Kapiler

a) Ditentukan kerapatan zat cair (massa jenis).

b) Dimasukkan zat cair ke dalam gelas piala 250 ml sebanyak 50 ml.

c) Dimasukkan pipa kapiler dalam gelas piala yang berisi zat cair.
d) Diukur tinggi kenaikan zat melalui pipa kapiler dengan mistar.

e) Hitung tegangan permukaan zat cair dengan rumus sebagai berikut :

Ƴ=½×ρ×r×g×h

Keterangan :

Ƴ = tegangan permukaan (dyne/cm)

r = jari-jari dalam pipa kapiler (cm)

g = gravitasi bumi (981)

h = tinggi sampel (cm)

e. Pengujiaan Berat Jenis

a) Dibersihkan piknometer dengan alkohol, lalu dibilas dengan air dan

dibilas dengan alkohol kembali lalu dikeringkan dengan vakum atau

dryer, boleh juga dimasukkan dalam oven pada suhu 50oC.

b) Ditimbang piknometer yang telah bersih dan kering.

c) Diisi piknometer dengan aquades yang telah diukur suhunya kemudian

ditutup sampai tidak ada gelembung udara pada pipa kapiler.

d) Ditimbang dan dicatat beratnya, lalu diukur suhu aquades yang

ditimbang menggunakan termometer.

e) Aquades tersebut dibuang dan dibersihkan lagi piknometer dengan

membilasnya menggunakan alkohol lalu dikeringkan seperti pada

langkah pertama.

f) Dilakukan langkah kedua sampai dengan langkah kelima untuk sampel

shampo tujuh formula.

g) Bobot jenis ditetapkan dengan cara membandingkan antara berat

sampel dengan berat aquades dalam volume yang sama pada suhu yang

sama.
Perhitungan berat jenis :

(𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒑𝒊𝒌𝒏𝒐𝒎𝒆𝒕𝒆𝒓+𝒂𝒊𝒓)−(𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒑𝒊𝒌𝒏𝒐𝒎𝒆𝒕𝒆𝒓 𝒌𝒐𝒔𝒐𝒏𝒈)


BJ zat cair = (𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒑𝒊𝒌𝒏𝒐𝒎𝒆𝒕𝒆𝒓+𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍)−(𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒑𝒊𝒌𝒏𝒐𝒎𝒆𝒕𝒆𝒓 𝒌𝒐𝒔𝒐𝒏𝒈)

f. Pengukuran pH Shampoo Metode Potensiometri

1. Kalibrasi pH meter

a) Sediakan larutan buffer pH 4, 7, dan 10.

b) Dibilas pH meter dengan menggunakan aquades, lalu dikeringkan

dengan tisu.

c) Dicelupkan pH meter ke dalam larutan buffer pH 7 sampai pH meter

menununjukkan pembacaan yang konstan, dicatat datanya.

d) Dibilas kembali pH meter dengan menggunakan aquades, lalu

dikeringkan dengan tisu.

e) Dicelupkan pH meter ke dalam larutan buffer pH 4 sampai pH meter

menununjukkan pembacaan yang konstan, dicatat datanya.

f) Dibilas kembali pH meter dengan menggunakan aquades, lalu

dikeringkan dengan tisu.

g) Dicelupkan pH meter ke dalam larutan buffer pH 10 sampai pH meter

menununjukkan pembacaan yang konstan, dicatat datanya.

h) Dibilas kembali pHmeter dengan menggunakan aquades, lalu

dikeringkan dengan tisu.

i) Lakukan pengukuran pH sampel seperti pada kalibrasi pH meter

g. Uji Viskositas Metode Bola Jatuh

a) Diukur jarak sampel yang ada di dalam gelas ukur dengan menggunakan

mistar.

b) Diukur diameter kelereng dengan menggunakan mikrometer sekrup pada

sisi yang berlainan.


c) Ditimbang berat kelereng dengan menggunakan neraca empat lengan

d) Dilepaskan kelereng dari atas permukaan minyak (tanpa kecepatan awal)

dan dicatat waktu yang diperlukan untuk mencapai pada titik 100 ml.

e) Diulangi langkah seperti diatas selama 2 kali dan dicatat hasilnya.

f) Hitung nilai viskositas dengan rumus sebagai berikut :

2.r 2 .g
 ( bola  cairan )
9v

Keterangan :

 = viskositas zat cair (cP)

r = jari-jari bola (cm)

g = gravitasi bumi (m/s2)

v = kecepatan alir (s)

ρ = massa jenis zat cair (g/ml)

3.5.5. Pengujian Kadar Air Metode Gravimetri

1. Dipanaskan cawan penguap pada suhu 105⁰C selama ± 2 jam dan dinginkan didalam
desikator selama ± 15 menit, timbang hingga bobot konstan. Setelah cawan konstan,
ditimbang 2 gram sampel kedalam cawan dan ditimbang.

2. Dipanaskan cawan yang telah berisi sampel ke dalam oven dengan suhu 105⁰C selama ± 2
jam. Setelah dipanaskan, dipindahkan cawan kedalam desikator dan didinginkan selama ± 15
menit kemudian ditimbang.

3. Lakukan kembali pemanasan selama ± 2 jam dan ulangi kembali sampai perubahan berat
antara pemanasan memiliki selisih maksimal 0.0002 gram.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pembuatan Shampo

Shampo dari rimpang tanaman laja gowah didapatkan setelah pencampuran bahan-bahan

dari formula yang telah ditentukan yaitu seperti natrium lauryl sulfat, asam sitrat, natrium

benzoat, natrium klorida, metil paraben, propil paraben, setil alkohol, dan propilen glikol

yang kemudian ditambahkan ekstrak etanol rimpang laja gowah yang terdiri dari beberapa

variasi konsentrasi, yaitu 1%, 2%, dan 3%. Shampo yang didapatkan yaitu empat formula

sediaan shampo pendahuluan yang belum dicampurkan dengan ektrak rimpang laja gowah

dan tiga formula sediaan shampo pendahuluan yang dicampurkan dengan ektrak rimpang laja

gowah dengan variasi konsentrasi ektrak rimpang laja gowah.

4.2. Hasil Ekstrak Etanol Rimpang Laja Gowah

Proses ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi dengan menggunakan pelarut etanol

70%. Alasan pemilihan pelarut etano 70% dikarenakan sifat etanol yang universal, sehingga

senyawa metabolit sekunder seperti, flavanoid (polar) dan saponin (non polar) dapat tersari

secara sempurna. Selain itu etanol 70% akan lebih mudah masuk berpenetrasi ke dalam sel

simplisia daripada pelarut etanol dengan konsentrasi yang lebih rendah. Ekstrak etanol

rimpang laja gowah memperoleh nilai rendemen sebesar 19,6%. Persentase rendemen ekstrak

rimpang lengkuas hutan menggambarkan dari kualitas ekstrak. Semakin tinggi nilai

rendemen yang dihasilkan menandakan nilai ekstrak yang dihasilkan semakin banyak.

Ekstrak dibuat dengan menggunakan cara maserasi karena maserasi merupakan cara

yang sederhana dan merupakan proses ekstraksi yang tidak menggunakan panas yang tinggi

sehingga tidak akan merusak senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak
rimpang laja gowah. Ekstrak yang diperoleh memiliki bentuk ekstrak yang kental dan

berwarna merah kecoklatan. Ekstrak diperoleh melalui beberapa tahapan, yang dimulai dari

preparasi rimpang laja gowah hingga pemekatan ekstrak yang dilakukan menggunakan alat

rotary evaporator.

4.3. Hasil dan Pembahasan Analisis

4.3.1. Hasil Pengujian Metabolit Sekunder

Tabel 3. Hasil Pengujian Skrining Fitokimia

Metabolit Warna Hasil

Sekunder Awal Perubahan yang Terjadi Pengujian

Ekstrak (+/-)

Uji Alkaloid Merah 1. Pereaksi Meyer : Tidak terdapat +

Kecoklatan endapan putih, larutan merah

kecoklatan

2. Pereaksi Dragendorf : Terdapat

endapan coklat kehitaman

3. Pereaksi Bouchardat : Terdapat

endapan merah bata

Uji Merah Merah Jingga +

Flavanoid Kecoklatan

Uji Tanin Merah Hijau +

Kecoklatan

Uji Saponin Merah Berbusa, busa stabil setelah ±30’ +

Kecoklatan
Pengujian metabolit sekunder dilakukan secara kualitatif dengan melihat

adanya perubahan warna ataupun adanya endapan yang terbentuk dari hasil reaksi

dengan pereaksi spesifiknya. Skrining Fitokimia merupakan pengujian yang berguna

untuk mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada ekstrak

rimpang laja gowah. Dari tabel 3. Hasil pengujian metabolit sekunder pada ekstrak

rimpang laja gowah memunjukkan hasil positif, yang berarti ekstrak rimpang laja

gowah mengandung senyawa metabolit sekunder.

4.3.2. Evaluasi Sediaan Shampo

A. Pengukuran pH dengan Meode Potensiometri

Tabel 4. Hasil Pengukuran pH

pH
FORMULA KEBERTERIMAAN
SAMPEL SNI

1 5.21 5.0-9.0 DITERIMA

2 5.27 5.0-9.0 DITERIMA

3 5.31 5.0-9.0 DITERIMA

9 4.68 5.0-9.0 TIDAK DITERIMA

10 4.67 5.0-9.0 TIDAK DITERIMA

11 4.73 5.0-9.0 TIDAK DITERIMA

12 4.76 5.0-9.0 TIDAK DITERIMA

pH merupakan parameter yang dapat memengaruhi daya absorpsi sediaan ke

dalam kulit. Pemeriksaan pH bertujuan untuk melihat derajat keasaman dari sediaan

shampo. Dari hasil pengujian, menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak

rimpang laja gowah yang digunakan, maka akan semakin kecil nilai pH sediaan

shampo. Hal ini dapat dilihat pada formula 9, 10,11, dan 12. Hal ini disebabkan
karena ekstrak rimpang laja gowah yang bersifat asam. Dari hasil pengujian, formula

1, 2, dan 3 pH yang diperoleh memenuhi SNI yaitu rentang 5-9, sedangkan formula

9,10, 11, dan 12 tidak memenuhi SNI.

B. Uji Homogenitas Sediaan Shampo

Tabel 5. Hasil Pengujian Homogenitas

FORMULA HOMOGENITAS KETERANGAN

1 + tidak ada yang mengendap

2 + tidak ada yang mengendap

3 + tidak ada yang mengendap

9 + tidak ada yang mengendap

10 + tidak ada yang mengendap

11 + tidak ada yang mengendap

12 + tidak ada yang mengendap

P1 + tidak ada yang mengendap

P2 + tidak ada yang mengendap

Sediaan shampo yang baik yaitu sediaan shampo yang homogen, dalam arti

tercampurnya atau terdispersinya semua bahan secara sempurna. Dari hasil

pengamatan terlihat, bahwa dari tujuh sediaan shampo ekstrak rimpang laja gowah

tercampur secara homogen dan tidak ada yang mengendap.

C. Uji Kemampuan dan Stabilitas Busa Metode Cylinder Shake

Tabel 6. Hasil Pengujian Ketinggian dan Kestabilan Busa

FORMULA UJI STABILITAS BUSA


KONTROL KESTABILAN
SAMPEL
(1.3-22 cm) BUSA STLH 5'

1 1.80 1.30-22.0 STABIL

2 1.90 1.30-22.0 STABIL

3 1.60 1.30-22.0 STABIL

9 1.30 1.30-22.0 STABIL

10 1.40 1.30-22.0 STABIL

11 1.30 1.30-22.0 STABIL

12 <1.0 1.30-22.0 STABIL

Busa biasanya dihubungkan dengan nilai estetika konsumen yang lebih

menyukai sediaan shampo yang busanya berlebih (Limbani, 2009). Kelemahan dari

metode ini yaitu bergantungnya dari kuatmya pengocokan dan alat yang digunakan

berupa gelas ukur sehingga dalam membaca tinggi busa menjadi kurang akurat. Dari

hasil evaluasi sediaan shampo dapat dilihat pada tabel di atas, formula 2 yang

memiliki busa yang lebih stabil dan memiliki busa yang cukup banyak dibandingkan

formula lain. Namun, pada formula 12 ketinggian busa diperoleh tidak mendekati

nilai dari pembanding.

D. Uji Viskositas Metode Bola Jatuh

Tabel 7. Hasil Pengujian Viskositas Metode Bola Jatuh

FORMULA VISKOSITAS (cP)

1 1.3063

2 1.3082

3 1.3384
9 1.2481

10 1.3192

11 1.3365

12 1.3271

P1 1.3034

P2 1.2527

Dari hasil pengujian, data viskositas yang diperoleh dari tujuh formula

terdapat satu formula yang tidak berada di rentang viskositas pembanding, sedangkan

enam formula yang lain, yaitu formula 1, 2, 3, 10, 11, dan 12 berada di rentang

pembanding dan masih mendekati nilai dari rentang pembanding. Salah satu faktor

yang dapat mempengaruhi viskositas shampo yaitu ekstrak rimpang laja gowah yang

digunakan. Viskositas sediaan shampo menurun dengan bertambahnya konsentrasi

ekstrak rimpang laja gowah. Namun, dari hasil pengujian yang didapatkan sebaliknya.

Hal ini, kemungkinan disebabkan oleh pengerjaan yang dilakukan pada saat

praktikum, yaitu pada proses pelepasan jatuhnya bola dan ketika menghitung dengan

stopwatch.

E. Uji Tegangan Permukaan Metode Pipa Kapiler

Tabel 8. Hasil Pengujian Tegangan Permukaan

Tegangan Permukaan

Formula
r ρ g Ƴ
h (cm)
(cm) (g/ml) (m/s2) (dyne/cm)

1 1.0 0.11 1.0223 981 55.1582

2 1.0 0.11 1.0320 981 55.6816


3 1.0 0.11 1.0120 981 54.6025

9 1.0 0.11 1.0131 981 54.6618

10 1.0 0.11 1.0121 981 54.6079

11 1.0 0.11 0.9943 981 53.6475

12 1.1 0.11 0.9858 981 58.5077

P1 1.0 0.11 1.0625 981 57.3272

P2 1.0 0.11 1.0515 981 56.7337

Nilai tegangan permukaan pada sediaan shampo berhubungan dengan

surfaktan yang digunakan. Dimana surfaktan berfungsi untuk menurunkan tegangan

permukaan shampo sehingga shampo memiliki daya bersih yang baik. Dari hasil

pengujian yang didapatkan formula 9, 10,11, dan 12 nilai tegangan permukaan yang

didapatkan tidak signifikan sehingga ekstrak rimpang laja gowah tidak memengaruhi

dari nilai tegangan permukaan.

F. Pengukuran Berat Jenis

Tabel 9. Hasil Pengujian Berat Jenis

(B. Pikno +
Berat B. Pikno
Sampel) - Berat Jenis
Sampel Piknometer + Sampel
B. Pikno (g/ml)
(gram) (gram)
(gram)

Blanko 15.4597 25.2607 9.8010 -

F1 15.7377 25.9718 10.2341 0.9577

F2 15.7378 26.0687 10.3309 0.9906

F3 15.7377 25.8685 10.1308 1.0198

F9 15.4597 25.602 10.1423 1.0122


F10 15.4595 25.5918 10.1323 1.0010

F11 15.4598 25.4137 9.9539 1.0179

F12 15.4597 25.3282 9.8685 1.0087

P1 15.2438 25.8802 10.6364 0.8938

P2 15.2438 25.7698 10.5260 1.0105

Bobot jenis merupakan salah satu analisis fisik yang dilakukan untuk

mengetahui kestabilan suatu sediaan selama masa penyimpanan, dengan diketahui

bobot jenis maka dapat diketahui pula nilai kemurnian dari suatu sediaan, khususnya

sediaan dalam bentuk larutan. Bobot jenis menggambarkan mudah atau tidaknya

suatu sediaan mengalir atau mudah dituang. Bobot jenis sediaan shampo berdasarkan

berat jenis pembanding yaitu 0.8938 dan 1.0105 gram/ml. Setelah dilakukan

pengujian terhadap tujuh formula, bobot jenis yang didapatkan mendekati dari nilai

berat jenis pembanding.

G. Uji Organoleptik

Keempat formula sediaan shampo ekstrak etanol rimpang laja gowah memiliki

wujud cair kental dengan aroma khas tersendiri yang berasal dari ekstrak rimpang laja

gowah. Warna dan konsistensi dari sediaan shampo bergantung pada konsentrasi

ekstrak rimpang laja gowah yang digunakan. Pada warna, semakin besar konsentrasi

ekstrak rimpang laja gowah pada sediaan shampo semakin pekat warna yang

dihasilkan. Pada konsistensi, semakin kecil konsentrasi ekstrak rimpang laja gowah

maka akan semakin kental.

Pengujian organoleptik dilakukan oleh panelis tidak terlatih sebanyak 30

orang dengan cara meminta pendapat panelis secara langsung dengan memerlihatkan

produk shampo yang telah dibuat. Persentase hasil organoleptik dari 30 panelis yaitu
100% menyatakan sangat suka pada uji hedonik, 100 % menyatakan sediaan shampo

berwarna orange muda, 100% menyatakan wangi, dan 93% menyatakan kental.

Berarti dapat disimpulkan bahwa pembuatan shampo dari ekstrak etanol rimpang laja

gowah berwarna orange muda, wangi, dan kental, serta 100% panelis tidak terlatih

menyukainya.

4.4. Kadar Air Sediaan Shampo

Tabel 10. Hasil Pengujian Kadar Air Metode Gravimetri

KADAR AIR

SAMPEL SNI
FORMULA

1 90.89% 95.50%

2 91.72% 95.50%

3 91.86% 95.50%

9 91.67% 95.50%

10 91.66% 95.50%

11 92.40% 95.50%

12 92.49% 95.50%

Dari hasil pengujian, kadar air yang diperoleh dari keempat sediaan shampo

masih memenuhi batas SNI 06-2692-19992, yaitu di bawah 95.5%.

4.5. Pembahasan Akhir

Dari hasil pengujian terhadap tujuh formula yang dilakukan untuk mengetahui

kualitas dari sediaan shampo tersebut, pada parameter pengujian kadar air tujuh

formula sediaan shampo memenuhi standar SNI, tetapi pada paramater lainnya belum
sesuai. Untuk itu, pengujian formula terhadap uji kualitas sediaan shampo dilanjutkan

oleh teman satu tim. Untuk formula gabungan (pekerjaan satu tim) telah dilakukan

sebanyak 20 formula. Dari dua puluh formula tersebut akhirnya didapatkan formula

optimum yaitu pada formula nomor 18. Data hasil pengujian satu tim, dapat dilihat di

lampiran.

4.6. Analisis Keuangan

4.4.1. Analisis Biaya Pembuatan Produk

Tabel 11. Analisis Biaya

No Nama Bahan Jumlah Harga

1 Rimpang laja gowah 2 kg Rp. 10.000

2 Natrium Lauril Sulfat 150 g Rp. 7.500

3 Propilen Glikol 140 ml Rp. 21.000

4 Natrium Benzoat 10 g Rp. 4000

5 Asam Sitrat 10 g Rp. 3000

6 Metil Paraben 10 g Rp 5.000

7 Propil Paraben 10 g Rp 5.000

8 Setil Alkohol 80 g Rp 5.200

9 Natrium Klorida 10 g Rp. 4000

10 Botol Kemasan 33 buah Rp 25.000

11 Label Kemasan 33 label Rp. 5.000

12 Upah pekerja 1 pekerja/hari Rp. 15.000

Total Harga Rp. 109.700

4.4.2. Penjualan
Kami membuat sediaan shampo dengan target sebanyak 1000 ml yang formulanya

berasal formula optimum. Dari total sediaan shampo tersebut kami mengemasnya

dalam suatu botol, dimana satu botol dapat diisi dengan 30 ml sediaan shampo.

Sehingga didapatkan 33 botol sediaan shampo ekstrak etanol rimpang laja gowah.

4.4.3. Keuntungan

Harga Jual Shampo/botol (30 ml) = Rp.5000

Harga Jual Shampo 33 botol = Rp. 165.000

Modal Pembuatan Produk = Rp. 109.700

Keuntungan = Harga Jual-Modal

= Rp.165.000-Rp.109.700

= Rp. 55.300

Keuntungan
% Keuntungan = ×100%
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙

55.300
= 109.700×100%

= 50.41%

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, didapatkan komposisi

bahan penyusun dari pembuatan shampo dari ekstrak rimpang laja gowah yang
optimum, yaitu pada formula 18. Di dalam tanaman laja gowah didapatkan cara

memperoleh ekstrak dengan cara maserasi menggunakan etanol 70 %. Dari formula

optimum yang didapatkan kualitas shampo dari ekstrak etanol rimpang laja gowah

memenuhi syarat mutu, yaitu SNI 06-2692-1992 dan mendekati nilai dari

pembanding, yaitu kadar air sebesar 87.34%, berat jenis 1.1011 g/ml, viskositas

sebesar 1.2123, ketinggian busa yaitu 2.00 cm, dan memiliki kestabilan yang cukup,

tegangan permukaan sebesar 59.4099 dyne/cm, memiliki tekstur yang homogen, dan

memiliki pH 5.10.

5.2. Saran

Pada pengujian kali ini kami berfokus untuk menentukan sediaan shampo

optimum dan uji kualitas dari shampo yang dihasilkan. Untuk mengetahui daya bersih

dari shampo ini diperlukan uji mikrobiologi. Namun, kami belum mengerjakan

parameter ini dikarenakan kami berfokus pada batasan masalah. Maka dari itu, perlu

dilakukan penelitian secara in vivo untuk mengetahui adanya pembersih rambut pada

sediaan shampo ekstrak rimpang laja gowah terdapat bakteri dan konsentrasi ekstrak

rimpang laja gowah yang paling efektif untuk membersihkan dan mewangikan

rambut. Kemudian untuk pemanfaatan dari rimpang laja gowah ini sangat baik

dilakukan karena mengingat khasiat yang terdapat di dalam rimpang laja gowah.

Penyusun menyarankan agar memanfaatkan rimpang laja gowah untuk membuat

suatu produk yang berguna bagi manusia, seperti shampo alami yang telah dibuat oleh

penyusun dan timnya.

DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymound, 2005. http://books.google.co.id/TeganganPermukaan.co.id. [diakses pada


27 Maret 2018 pukul 14.07]
Ciptadi, Anita. 2013. http://dokumen.tips/documents/makalah-tegangan-permukaanpdf.html.
[diakses pada 27 Maret 2018 pukul 14.10]

Claus, EP. 1961. Pharmacognosy. Ed ke-4. USA : Lea&Febiger

Djibran, Alan. 2013. Potensiometri.


http://alandjibran.blogspot.co.id/2013/06/potensiometri.html [diakses pada 28 Maret
pukul 20.01]

Elizarni dan Fitriyeni. 2011. Bahan Ajar Berbasis Kompetensi Metoda Uji Organoleptik.
Padang : Perpustakaan SMK SMAK Padang

Heyne, K. 1987. The Essential Oils. Penerjemah: S. Ketaren. Jakarta : UI Press

IFF. 2000. Fragrance Ingredients. International Flavor & Fragrance Inc.


http://www.iff.com/ingredients.nsf.[diakses 22 Februari 2016 pukul 19.38]

Khopkar. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerjemah: A. Saptohardjo. Jakarta :UI Press

Kumar, Ashok., Mali, Rakesh Roshan. 2010, Evaluation Of Prepared Shampo Formulation
And To Compare Formulated Shampo With Marketed Shampo, International
Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research, Volume 3, Issue 1,
Article 025.

Muchtaridi, Ikhsan R., Ida M. 2008. Kadar Metil Sinamat Dari Batang, Daun, dan Rimpang
Tumbuhan Laja Gowah (Alpinia Malaccensis (Burm.f)) Dengan GC-MS.
Yogyakarta: Universitas Padjajaran

Prakoso, Andika. 2016. http://worldofandika.blogspot.co.id/2010/06/gravimetri-penetapan-


kadar-air-dan.html. [diakses pada 27 Maret 2018 pukul 11.52]

Riyanto, A., Yunilawati, R., Nuraeni, C. 2012. Isolasi Metil Sinamat Dari Minyak AtsiriLaja
Gowah (Alpinia Malaccensis (Burm.f)). Jakarta: Balai Besar Kimia dan Kemasan

Rowe,R.C.,Sheskey P.J., dan Quin, M.E. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipient, sixth
editon, Pharmaceutical Press and American Pharmacist Associations,London and
Washington DC.

Ratnawulan. 2009. Laporan Akhir Peneliti Muda Unpad,Lembaga Penelitian Dan


Pengabdian Kepada Masyarakat. Fakultas Farmasi: Universitas Padjajaran.
Saifudin, Aziz. 2014. Senyawa Alam Metabolit Sekunder Teori Konsep dan Teknik
Pemurnian.Yogyakarta:Deepublish

Utami, Cindy Ningrum.2017. Pembuatan dan Analisis Shampo dari Getah Bonggol Pisang
(Musa paradisiaca) dan ekstrak kulit jengkol (Archidendron paucifloroum). Padang:
SMK SMAK Padang

Wikipedia. 2011. Syarat-Syarat Shampo [diakses pada 27 Maret 2018 pukul 20.10]

Anda mungkin juga menyukai