Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan
perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan atau didefinisikan juga
teknik pemisahan kimia yang berdasarkan perbedaan titik didih. Zat yang memiliki titik
didih lebih rendah atau menguap lebih dulu. Prinsip distilasi adalah penguapan cairan dan
pengembunan kembali uap tersebut pada suhu titik didih rendah. Titik didih suatu cairan
adalah suhu dimana tekanan uapnya sama dengan tekanan atmosfer. Cairan yang
diembunkan kembali disebut dengan distilat.

Tujuan distilasi adalah pemurnian zat cair pada titik didihnya dan memisahkan
cairan tersebut dari zat padat yang terlarutatau dari zat cairan yang lainyang mempunyai
titik didih cairan murni yang berbeda. Pada distilasi biasa, tekanan uap di atas cairan
adalah tekanan atmosfer (titik didih normal). Untuk senyawa murni, suhu yang tercatat
pada termometeryang ditempatkan pada tempat terjadinya proses ditilasi adalah sama
dengan titik didih distilat.

1.2 Tujuan
- Memisahkan suatu campuran yang terdiri dari dua komponen.
- Menentukan nilai HETP (Height Equitment to a Theoretical Plate).

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Distilasi

Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan
perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan
campuran zat didihkan sehingga menguap dan uap ini kemudian didinginkan kembali
dalam bentuk cairan zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu
(Syukri, 2007).

Distilasi merupakan teknik pemisahan yang didasari atas perbedaan-perbedaan titik


didih atau titik cair dari masing-masing zat penyusun dari campuran homogen. Dalam
proses distilasi terdapat dua tahap proses yaitu tahan penguapan dan dilanjutkan dengan
tahap pengembunan kembali uap cair atau padatan. Atas dasar ini maka perangkat
peralatan distilasi menggunakan alat pemanasan dan alat pendinginan (Wahyu, 2013).

Proses distilasi diawali dengan proses pemanasan, sehingga zat yang memiliki titik
didih lebih rendah akan menguap. Uap tersebut bergerak ke arah condenser, yaitu proses
pendinginan terjadi karena dialirkan air ke dalam dinding (bagian luar condenser),
sehingga uap yang dihasilkan akan kembali cair. Proses ini berjalan terus menerus dan
akhirnya kita memisahkan seluruh senyawa-senyawa yang ada dalam campuran
homogeny tersebut (Syukri, 2007).

Pemisahan dengan distilasi berbeda dengan humidifikasi, pada pemisahan dengan


cara distilasi semua komponen yang terdapat di dalam campuran bersifat mudah menguap
(volatil). Tingkat pengupan (volatilitas) masing-masing komponen berbeda-beda pada
suhu yang sama. Hal ini akan berakibat bahwa pada suhu tertentu uap yang dihasilkan
pada campuran cairan akan selalu mengandung lebih banyak komponen yang lebih
volatil. Sifat yang demikian ini akan terjadi sebaliknya, yakni pada suhu tertentu fasa
cairan akan lebih banyak komponen yang kurang volatile. Jadi cairan yang setimbang
dengan uapnya pada suhu yang tertentu memiliki komposisi yang berbeda. Pada
pemisahan dengan cara penguapan komponen volatile dipisahkan dengan komponen yang
kurang volatile.jadi cairan yang setimbang dengan uapnyapad asuhu tertentu fasa cairan
akan lebih banyak mengandung komponen yang kurang volatile karena proses
pemisahan. Sebagai contoh : pemisahan penguapan dapat digunakan untuk memisahkan

2
air dari larutan NaCl berair, sedang pemisahan dengan cara distilasi digunakan untuk
memisahkan campuran alkohol dari air (Wahyu, 2013).

Menurut Seobagio (2005), ada 6 jenis distilasi yang akan dibahas disini, yaitu
distilasi sederhana, distilasi fraksionasi, distilasi distilasi uap, distilasi vakum, distilasi
kering, dan distilasi azeotropik.

1. Distilasi Sederhana
Pada distilai sederhana, dasar pemisahannya adalah perbedaan titik didih yang
jauh dengan salah satu komponen bersifat volatile. Jika campuran dipanaskan
maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih dulu.
Selain perbedaan tiitk didih juga perbedaan kevolatilan, yaitu kecenderungan
sebuah sunstansi untuk menjadi gas. Distilasi ini dilakukan pada tekanan
atmosfer. Aplikasi distilasi sederhana digunakan untuk memisahkan campuran
air dan alkohol.
2. Distilasi Fraksional
Fungsi distilasi fraksional adalah memisahkan komponen-komponen cair, dua
atau lebih dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Distilasi ini
juga dapat digunakan untuk campuran dengan perbedaan titik didih kurang dari
20oC dan bekerja pada tekanan atmosfer atau dengan tekanan rendah.
3. Distilasi Azeotrop
Azeotrop adalah campuran dari dua atau lebih komponen yang memiliki titik
konstan. Campuran azeotrop merupakan penyimpangan dari hokum Raoult.
4. Distilasi Vakum
Distilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang ingin didistilasi tidak
stabil, dengan pengertian dapat terdekomposisi sebelum atau mendekati titik
didihnya atau campuran yang memiliki titik didih diatas 150oC.
5. Distilasi Uap
Distilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang memiliki titik
diidh mencapai 200oC atau lebih. Distilasi uap dapat menguapkan senyawa-
senyawa ini dengan suhu mendekati 100oC dalam tekanan atmosfer dengan
menggunakan uap atau air mendidih.
6. Distilasi Kering
Distilasi kering merupakan distilasi yang dilakukan dengan cara memanaskan
material padat untuk mendapatkan fase uap dan cairannya, biasanya digunakan
untuk mengambil cairan bahan bakar dari kayu atau batu bara.

3
Prinsip distilasi adalah penguapan cairan dan pengembunan kembali uap tersebut
pada suhu titik didih. Titik didih suatu cairan adalah suhu dimana tekanan uapnya sama
dengan tekanan atmosfer. Cairan yang diembunkan kembali adalah disilat. Tujuan
distilasi adalah pemurnian zat cair pada titik didihnya, dan memisahkan cairan tersebut
dari zat padat yang terlarut atau dari zat cair lainnya yang mempunyai perbedaan titik
didih cairan murni. Pada distilasi biasa, tekanan uap di atas cairan adalah tekanan
atmosfer (titik didih normal). Untuk senyawa murni, suhu yang tercatat di thermometer
yang ditempatkan ditemoat terjadinya proses distilasi adalah sama dengan titik didih
distilat (Fhya, 2011).

2.2 Alkohol
Alkohol memiliki persamaan geometris dengan air, sudut ikatan R-O-H mendekati
nilai tetrahedrat dan atom oksigen terhibridasi sp3. Gugus –OH merupakan gugus yang
polar, dimana ikatan hidrogen berikatan dengan atom oksigen yang elektromagnetif.
Alkohol dapat membentuk ikatan yang intramolekuler sehingga memiliki tiitk diidh yang
kebih besardari eter yang bersesuaian. Faktor lain yang menentukan besar kecilnya titik
didih suatu hidrokarbon adalah berat molekuler dan bentuk molekulnya. Dengan naiknya
jumlah atom karbon pada alkohol maka naik pula titik didihnya, sebaliknya titik didih
akan menurun dengan adanya rantai cabang. Alkohol mengakibatkan atom hidrogen
relatif tidak bermuatan positif dan tidak dapat mengikat oksigen (Riswayanto, 2009).

2.3 HETP (Height Equitment to a Theoretical Plate)


HETP menurut definisi, pada suatu plat ideal, uap dan cairan yang meninggalkan
plat berada dalam keadaan kesetimbangan fase atau kesetimbangan termodinamika.
Berarti satu satuan unit kolom tersebut equivalen dengan satu plat ideal. Oleh karena itu,
dapat dinyatakan bahwa :
Tinggi total bahan isian = Jumlah plat ideal x HETP

Penggunaan pernyataan HETP diperlukan karena dapat menggantikan proses bertingkat


berlawanan arah, meskipun dari segi teoritis dipandangan kurang fundamental. HETP
harus dievaluasi secara eksperimen karena HETP berubah oleh tipe, jenis ukuran bahan
isian, dan sangat dipengaruhi pula oleh kecepatan aliran fluida (uap,cairan) dan kisaran
konsentrasi. Oleh karena itu, diperlukan banyak data eksperimen.

4
Nilai HETP dapat dihitung dengan berbagai cara, antara lain :
1. Secara Langsung
HETP dapat ditentukan secara langsung menggunakan persamaan empiris yang
merupakan fungsi sifat-sifat fisik dan kondisi operasi.

2. Secara Tak Langsung


HETP dapat ditentukan secara tidak langsung dengan menghitung jumlah stage
terlebih dahulu. Ada beberapa metode yang dapat digunakan, antara lain :
Metode Ponchan Savarit, Metode Fenske Underwood, dan Metode Mccabe
Thiele. Evaluasi HETP secara tidak langsung melibatkan persamaan-persamaan
dasar untuk campuran biner di bawah ini :
a. Bila garis perasi dan kurva setimbang dalam grafik x versus y mendekati
garis lurus dan sejajar. Kondisi ini terjadi jika nilai penguapan relatif (α)
kecil atau campuran encer, maka :
𝑚. 𝑉𝑚
= 1,0
𝐿
Dan
HETP = Htog
Dimana :
𝑥
m=𝑦 = fraksi komponen ‘j’ dalam fraksi uap / fraksi ‘j’ dalam fase

cair.
j = suatu komponen yang relatif paling mudah menguap.
Vm, Lm = kecepatan aliran uap, cairan meninggalkan plat ke ‘m’
Htog = tinggi transfer unit, dievaluasi secara keseluruhan pada fase
uap.
Tinggi bahan isian dalam kolom (z) adalah :
Z= Nmin x HETP
Nmin = jumlah plat minimal yang diperlukan pada suatu operasi
pemisahan
b. Bila garis operasi dan kurva setimbang pada grafik x versus y keduannya
lurus tapi tidak sejajar, maka :
𝑚 . 𝑉𝑚
( 𝐿𝑚 ) − 1
𝐻𝐸𝑇𝑃 = 𝐻𝑡𝑜𝑔
𝑚 . 𝑉𝑚
ln( 𝐿𝑚 )

2.4 Number of Transfer Unit (NTU)

5
Dasar metode transfer unit adalah peninjauan difusi molekuler melalui dua lapisan
film di antara dua fase (interfase) uap dan cair pada keadaan setimbang. Transfer unit
dapat digunakan untuk mengevaluasi tinggi bahan isian dalam kolom (z). Dalam proses
distilasi massa yang ditransfer melalui fase gas, lapisan film gas (fg) menembus batas
fase ke lapisan fase cair (fl) dan masuk ke dalam cairan atau sebaliknya. Dalam
perpindahan massa tidak ada terdapat akumulasi di setiap zone. Di setiap zone terdapat
resistansi perpindahan massa, berbanding terbalik terhadap koefisien perpindahan
massanya (kG,kL,kG,kL).
Ditinjau secara sederhana, berdasar teori dua lapisan film dan resistansi atau tahanan
difusi, dapat dipisahkan menjadi 2 (dua) metode, yaitu :
1. Prinsip tahanan diffusional dalam gas.
2. Prinsip tahanan diffusional dalam fase cair.
Bila didapatkan asumsi bahwa kecepatan perpindahan massa disetiap zone sama maka
dinyatakan bahwa :
dM = kG(y-yi)dA = kL =(xi-x)dA
dM = kG(y-y*)dA = kL =(x*-x)dA
dengan :
yi,xi= fraksi mol komponen di interfase.

Kesulitan pada penerapan persamaan ini adalah evaluasi dA (luas bidang transfer).
Untuk menghindari ini, maka digunakan persamaan :
dA = a.S. dz
dimana :
a = luas bidang batas fase per valume bahan isian
S = luas penampang kolom
dt = tinggi differensial kolom isian
Bila persamaan kecepatan perpindahan massa dirangkai dengan persamaan neraca bahan
pada tinggi differensial kolom isian, diperoleh persamaan berikut :
1. Fase Gas
dM = kG(y-yi) . a . S . dz = V.dY
dM = kG(y-y*) . a . S . dz = V.dY
2. Fase Cair
dM = kL(y-yi) . a . S. dz = L.dX
dM = kL(y-y*) . a . S . dz = L.dX

6
Jika koefisien transfer massa total (kG, kL) dianggap tetap, maka persamaan diatas dapat
dinyatakan sebagai berikut :
Fase Gas :
𝑧 𝑦 𝑧
𝑘𝐺 . 𝑎. 𝑆. 𝑑𝑧 𝑑𝑌
∫ =∫ ∗
= 𝑁𝑡𝑜𝑔
0 𝑉 𝑦 𝑦−𝑦

Fase Cair :
𝑧 𝑥 𝑧
𝑘𝐿 . 𝑎. 𝑆. 𝑑𝑧 𝑑𝑋
∫ =∫ ∗
= 𝑁𝑡𝑜𝐿
0 𝐿 𝑥 𝑥−𝑥

Dengan :
Z = tinggi kolom bahan isian.
Ntog, Ntol = jumlah transfer unit, basis bahan fase gas cair.

Sehingga :
Z = Ntog x Ntog = Wtol x Ntol
𝑚. 𝑉
𝐻𝑡𝑜𝑔 = 𝐻𝑡𝑔 +
𝐿. 𝐻𝑡𝑙

𝐿. 𝐻𝑡𝑔
𝐻𝑡𝑜𝑙 = 𝐻𝑡𝑙 +
𝑚. 𝑉
Dapat diturunkan menjadi :
𝑚. 𝑉
𝐻𝑡𝑜𝑔 = 𝐻𝑡𝑜𝑙 +
𝐿
Htg dan Htl (tinggi transfer unit), basis lapisan film gas dan cairan dapat dievaluasi dari
persamaan-persamaan berikut ini :
- Sherwood dan Holloway
𝐿
𝐻𝑡𝑙 = ∅[ ]ɳ [𝑁𝑆𝑐 ]0,5
𝑀𝐿
∅, ɳ = tetapan yang nilainya ditentukan oleh tipe dan dimensi bahan isian
untuk suatu kisaran kesepatan aliran cairan L (Treyball, 1984).

- Fellinger
𝛼. 𝑉𝛽
𝐻𝑡𝑔 = [𝑁𝑆𝑐 ]0,5
𝐿𝛾
𝛼, 𝛽, 𝛾 = tetapan (Treyball, 1984).

7
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat Percobaan

- Thermometer
- Aluminium foil
- Stopwatch
- Pipet tetes
- Labu leher tiga
- Hand refractometer
- Magnetic stirrer
- Kondensor
- Heater / jaket pemanas
- Sample intake
- Piknometer
- Neraca analitik
- Gelas ukur 10 mL
- Gelas ukur 500 mL
- Gelas ukur 1 L

3.2 Bahan-bahan

- Vaseline
- Air
- Etanol

3.3 Langkah Praktikum

Siapkan alat dan bahan-bahan

Masukkan sample dengan komposisi ke dalam


labu leher tiga

8
Pasang thermometer pada labu leher tiga dan
pada puncak kolom. Bola thermometer harus
tercelup di cairan

Rangkai alat distilasi. Beri vaselin pada


sambungan untuk mencegah kebocoran

Alirkan air pendingin pada kondensor

Hidupkan pemanas dan magnetic stirrer setelah


air pendingin konstan

Tampung sample distilat sebanyak 10 mLpada


puncak kolom distilasi setelah aliran refluks ke
kolom distilasi konstan

Catat suhu atas dan subu bawah serta waktu


penampungan

Ulangi pengambilan sampel setiap 5 menit


hingga suhu atas dan subu bawah konstan

Matikan pemanas. Aliran air pendingin


dimatikan sesudah uap yang terbentuk

9
Ambil sampel residu pada labu leher tiga

Ukur indeks bias sampel dengan hand


refractometer

Ukur densistas mula-mula, campuran mula-mula,


densistas residu

10
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Primer

Volume campuran : 1800 mL


Rasio etanol-air : 6:7
Volume etanol : 831 mL
Volume air : 969 mL
Indeks bias umpan : 1,354
Massa piknometer kosong : 15,38 gram
Massa piknometer+ distilat : 23,23 gram
Massa piknometer + umpan : 24,28 gram
Massa piknometer + residu : 24,42 gram
Massa piknometer + etanol : 24,77 gram
Tinggi isian kolom : 69 cm
Indeks bias redisu : 1,352
Volume piknometer : 10 mL
Massa distilat : 7,56 gram
Densitas air : 0,756 gr/mL
Densitas distilat : 0,785 gr/mL
Densitas umpan : 0,890 gr/mL
Densitas etanol : 0,739 gr/mL
Densitas residu : 0,904 gr/mL
Massa piknometer + air : 22,94 gram

Tabel Hasil Pengamatan


Keterangan Bubble Point Boiling Point Dew Point
Temperatur atas (oC) 31oC 31oC 62oC
Temperatur bawah 70,5oC 79oC 80,5oC
(oC)
Waktu (menit) 20,48 menit 26,00 menit 28,05 menit

11
Tabel Data Hasil Pengamatan Distilat
Volume Waktu Tatas (oC) Tbawah (oC) Indeks Bias
Distilat(mL) Penampungan (s)
10 86 60 81 1,346
10 91 65 81 1,345
10 85 60 81,2 1,346
10 96 60 81,2 1,346
10 90 60 81,2 1,346

4.2 Pembahasan

Distilasi merupakan proses pemisahan campuran cair-cair menjadi komponen-


komponennya dengan berdasarkan pada perbedaan kemampuan atau daya penyerapan
antara komponen-komponen tersebut. Adanya perbedaan kemampuan penguapan antara
komonen-komponen tersebut dikenal sebagai volatilitas relatif.

Pada praktikum distilasi kali ini, bahan yang digunakan yaitu campuran etanol-
air, dimana perbandingan volume keduanya yaitu 6:7. Etanol sendiri adalah etil-alkohol
dengan rumus kimia C2H5OH atau CH3CH2OH dengan titik didihnya 78,4oC (Kartika
dkk, 1997).

Dalam praktikum yang telah kami lakukan, alat yang digunakan dalam praktikum
distilasi terdiri dari : labu leher tiga, kolom distilasi, jaket pemanas, dan kondensor. Alat-
alat tersebut mempunyai fungsi yang berbeda-beda seperti labu leher tiga berfungsi
sebagai temoat mencampurkan umpan. Kolom distilasi berfungsi sebagai tempat bahan
isian. Jaket pemanas digunakan untuk memanaskan umpan di dalam labu leher tiga.
Kondensor berfungsi untuk mengkondensasikan uap agar menjadi cairan kembali.
Dipraktikum ini kami mengunakan jenis packed kolom.

Proses pemisahan secara distilasi dilakukan dengan cara, mula-mula campuran


laruta etanol-air dipanaskan hingga campuran terbentuk gelembung-gelembung atau
mencapai titik bubble pointnya (mendidih), dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
kondisi bubble point yaitu selama 20,48 menit. Dimana temperature titik didih campuran
pada thermometer di labu leher tiga atau titik didih temperature bawah adalah 70,5 oC dan
pada temperature di kolom distilasi atau atas adalah 31oC.

12
Proses kondensasi trjadi dimana mula-mula pada dinding kolom mulai terasa
panas dan dari sela-sela bahan isian terlihat adanya cairan. Cairan tersebut membuktikan
bahwa ada uap yang kontak dengan uap yang terkondensasi. Kontak yang terjadi
menyebabkan adanya perpindahan massa dan panas. Setelah temperature bubble point
dan dew point diperoleh, dan proses pengkondensasian telah konstan, selanjutnya
dilakukan prngambilan distilat. Dilakukan pengambilan data volume distilat sebanyak
10mL selama 5 menit sekali sampai temperature atas dan temperature bawah konstan
yang ditandai pula dengan konstannya indeks bias. Dari dating pengamatan didapatkan
nilai indeks bias umpan : 1,345 ; indeks bias distilat : 1,346 ; dan indeks bias residu :
1,352.

Dalam praktikum yang telah kami lakukan kadar kemurnian sebesar 9,641%. Hal
tersebut dimana mula-mula kadar alcohol didalam umpan hanya 56,121% setelah
didistilasi hasil kadar alcohol didistilat berubah menjadi 50,26%. Namun pada residu
kadar alcohol yang berkurang hannya sedikit. Hal tersebut dikarenkan refluks ynag
digunakan adalah refulks total sehingga alcohol yang telah diuapkan kemudian
dikondensasikan kembali lagi ke campuran umpan. Pengurangan yang terjadi di residu
tersebut disebabkan oleh pengambilan sampel distilasi sehingga menyebabkan
pengurangan kadar alcohol pada residu.

Dan dari hasil perhitungan dengan metode Fenske Underwood didapatkan nilai
HETP sebesar 29,49 cm dengan jumlah plate sebanyak 2,34. Sedangkan dengan metode
Mccabe Thiele diperoleh atau didapatkan nilai HETP sebesar 51,49 cm dengan jumlah
plate sebanyak 1,34.

13
BAB V

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan distilasi ini adalah sebagai berikut
:

1. Suhu titik didih campuran tenaol-air adalah 70,5oC yang dicapai dalam waktu
20,48 menit waktu pemanasan.

2. Waktu untuk mencapai dew point adalah dengan 28,05 menit dengan suhu
puncak adalah 62oC dan suhu bawah adalah 80,5oC.

3. Densitas etanol sebelum dicampur air, densitas umpan, densitas distilat, dan
densitas residu berturut-turut adalah 0,739 gr/mL; 0,890 gr/mL; 0,785 gr/mL;
0,904 gr/mL.

4. Kadar kemurnian etanol sebelum dicampur air , kadar etanol dalam umpan, kadar
etanol di dalam distilat dan kadar etanol di dalam residu berturut-turut adalah
98,301%; 56,121%; 98,641%; 50,2611%.

5. Jumlah plate minimum pada metode Fenske-Underwood berjumlah 2,340 plate


nilai HETP 29,49 cm. sedangkan jumlah plate minimum pada metode Mccabe
Thiele asumsi larutan ideal berjumlah 1,34 plate dengan nilai HETP adalah 51,49
cm.

14
DAFTAR PUSTAKA

Akhyar, Okviyoandra. 2016. Perancangan dan Uji Kualitas Alat Destilasi Sederhana.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Auliani, 2011. Penutun Praktikum DDPA. Gorontalo : Winda.

Fhya, 2011. Destilasi (www.scribd.com). Diakses pada 29 April 2018. Lampung.

Irfan, Idris, 2007. Kimia Analitik. Makasar.

Soebagio, 2003. Pemisahan Kimia Untuk Universitas. Bandung : Erlangga.

Soebagio, dkk, 2005. Kimia Analitik II. UM Press : Malang.

Syukri, 2007. Kimia Dasar 2. Penerbit ITB. Bandung.

Wahyu, 2013. Laporan Praktikum Kimia Analit, Jakarta.

Walangare K.B.A ; et all. 2013. Rancang Alat Bangun KOnversi Air Laut Menjadi Air
Minum Dengan Proses Destilasi Sederhana Menggunakan Pemanas Elektrik.
E-jurnal Teknik Elektro dann Komputer. Vol 1. Hal 1. Diakses pada tanggal 30
April 2018.

15
LAMPIRAN

16
DATA PENGAMATAN

Praktikum : Distilasi

Tanggal Praktikum : 27 April 2018

Nama Kelompok :

- Mettyana Ordevo D (1615041022)


- Ulfa Islamia (1615041023)
- Jonathan Kristian (1616041043)
- Rizky Widi Utomo (1615041044)

Data yang diketahui

Volume campuran : 1800 mL


Rasio etanol-air : 6:7
Volume etanol : 831 mL
Volume air : 969 mL
Indeks bias umpan : 1,354
Massa piknometer kosong : 15,38 gram
Massa piknometer+ distilat : 23,23 gram
Massa piknometer + umpan : 24,28 gram
Massa piknometer + residu : 24,42 gram
Massa piknometer + etanol : 24,77 gram
Tinggi isian kolom : 69 cm
Indeks bias redisu : 1,352
Volume piknometer : 10 mL
Massa distilat : 7,56 gram
Densitas air : 0,756 gr/mL
Densitas distilat : 0,785 gr/mL
Densitas umpan : 0,890 gr/mL
Densitas etanol : 0,739 gr/mL
Densitas residu : 0,904 gr/mL
Massa piknometer + air : 22,94 gram

17
Bubble point

Waktu mendidih : 20,48 menit


Temperature atas : 31oC
Temperature bawah : 70,5 oC

Boiling point

Waktu : 26,00 menit


Temperature atas : 31 oC
Temperature bawah : 79 oC

Dew point

Waktu : 28,05 menit


Temperatur atas : 62 oC
Temperature bawah : 80,5 oC

Volume Waktu Tatas (oC) Tbawah (oC) Indeks Bias


Distilasi (mL) Penampungan (s)
10 86 60 81 1,346
10 91 65 81 1,345
10 85 60 81,5 1,346
10 96 60 81,5 1,346
10 90 60 81,5 1,346

Bandarlampung, 27 April 2018

Laboran Asisten

Fitria Yenda Elpita, S.T. Syafira Eka Gestya


(1415041059)

18
DATA PERHITUNGAN

1. Kadar Etanol

1.1 Kadar Etanol di dalam Umpan


Densitas umpan = 0,890 gr/mL
Berdasarkan table 2-110 Perry’s Chemical Enginner Hanbook 7th Edition.
Hubungan antara densitas dengan kadar etanol.

% Kadar Etanol 𝜌 Alkohol T= 30 oC


56 0,89206
X 0,890
57 0,88975

Setelah di interpolasi didapatkan X sebesar 56,121% (0,56121).

1.2 Kadar Etanol di dalaam Distilat


Densitas umpan = 0,785 gr/mL
Berdasarkan table 2-110 Perry’s Chemical Enginner Hanbook 7th Edition.
Hubungan antara densitas dengan kadar etanol.

% Kadar Etanol 𝜌 Alkohol T= 30 oC


98 0,78654
X 0,78500
99 0,78382

Setelah di interpolasi didapatkan X sebesar 98,641% (0,98641).

1.3 Kadar Etanol di dalam Residu


Densitas umpan = 0,904 gr/mL
Berdasarkan table 2-110 Perry’s Chemical Enginner Hanbook 7th Edition.
Hubungan antara densitas dengan kadar etanol.

19
% Kadar Etanol 𝜌 Alkohol T= 30 oC
50 0,90580
X 0,90400
51 0,90353

Setelah di interpolasi didapatkan X sebesar 50,2611% (0,502611).

2. Menentukan Fraksi Mol Etanol pada


2.1 Umpan
Untuk menentukan fraksi mol alcohol pada umpan dapat digunakan
persamaan :
18𝑋𝑎𝑓
𝑋𝑓 =
46 − 28𝑋𝑎𝑓
18(0,56121)
𝑋𝑓 =
46 − 28(0,56121)
𝑋𝑓 = 0,33354

2.2 Distilat
Untuk menentukan fraksi mol alcohol pada umpan dapat digunakan
persamaan :
18𝑋𝑎𝐷
𝑋𝐷 =
46 − 28𝑋𝑎𝐷
18(0,98641)
𝑋𝐷 =
46 − 28(0,98641)
𝑋𝐷 = 0,96599
2.3 Residu
Untuk menentukan fraksi mol alcohol pada umpan dapat digunakan
persamaan :
18𝑋𝑎𝑅
𝑋𝑅 =
46 − 28𝑋𝑎𝑅
18(0,502611)
𝑋𝑅 =
46 − 28(0,502611)
𝑋𝑅 = 0,28336

20
3. Menetukan HETP
3.1 Metode Fenske-Underwood
Untuk menentukan HETP mengunakan metode Fenske-Underwood maka
tekanan uap murni komponen-komponen dalam campuran biner pada suhu
distilat dan residu dihitung terlebih dahulu.
Tekanan uap murni dapat dihitung mengunakan persamaan Antoine :
𝐵𝑖
𝐿𝑜𝑔𝑃𝑖 (𝑡𝑜𝑟𝑟) = 𝐴𝑖 −
𝐶𝑖 + 𝑡(𝑜𝐶 )
Untuk alcohol nilai dari konstanta Antoine adalah A= 8,1122 , B= 1592,864
, dan C= 226,184 dan untuk air konstanta Antoine adalah A= 8,07131 , B=
1730,63 , dan C= 233,426.
Dimana saat suhu puncak t= 60oC maka nilai tekanan uap untuk:
- Etanol
𝐵
𝐿𝑜𝑔 𝑃𝑜 𝐴𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 (𝑡𝑜𝑟𝑟) = 𝐴 −
𝑡(𝑜𝐶) + 𝐶
1592,864
𝐿𝑜𝑔 𝑃𝑜 𝐴𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 (𝑡𝑜𝑟𝑟) = 8,1122 −
60 + 226,184
𝐿𝑜𝑔 𝑃𝑜 𝐴𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 (𝑡𝑜𝑟𝑟) = 2,5463
𝑃𝑜 𝐴𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 (𝑡𝑜𝑟𝑟) = 351,8034

- Air
𝐵
𝐿𝑜𝑔 𝑃𝑜 𝐴𝑖𝑟 (𝑡𝑜𝑟𝑟) = 𝐴 −
𝑡(𝑜𝐶) + 𝐶
1730,63
𝐿𝑜𝑔 𝑃𝑜 𝐴𝑖𝑟 (𝑡𝑜𝑟𝑟) = 8,07131 −
60 + 223,426
𝐿𝑜𝑔 𝑃𝑜 𝐴𝑖𝑟 (𝑡𝑜𝑟𝑟) = 2,17329
𝑃𝑜 𝐴𝑖𝑟 (𝑡𝑜𝑟𝑟) = 149,0356

Dimana saat suhu bawa t= 81,2 oC maka nilai tekanan uap untuk:
- Etanol
𝐵
𝐿𝑜𝑔 𝑃𝑜 𝐴𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 (𝑡𝑜𝑟𝑟) = 𝐴 −
𝑡(𝑜𝐶) + 𝐶
1592,864
𝐿𝑜𝑔 𝑃𝑜 𝐴𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 (𝑡𝑜𝑟𝑟) = 8,1122 −
82 + 226,184
𝐿𝑜𝑔 𝑃𝑜 𝐴𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 (𝑡𝑜𝑟𝑟) = 2,94365
𝑃𝑜 𝐴𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 (𝑡𝑜𝑟𝑟) = 878,3144

21
- Air
𝐵
𝐿𝑜𝑔 𝑃𝑜 𝐴𝑖𝑟 (𝑡𝑜𝑟𝑟) = 𝐴 −
𝑡(𝑜𝐶) + 𝐶
1730,63
𝐿𝑜𝑔 𝑃𝑜 𝐴𝑖𝑟 (𝑡𝑜𝑟𝑟) = 8,07131 −
82 + 223,426
𝐿𝑜𝑔 𝑃𝑜 𝐴𝑖𝑟 (𝑡𝑜𝑟𝑟) = 2,58467
𝑃𝑜 𝐴𝑖𝑟 (𝑡𝑜𝑟𝑟) = 384, 2997

Maka nilai α (Derajat Volatilitas) untuk puncak adalah:

𝑃0 𝐴𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙
∝ 𝑃𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘 =
𝑃𝑜 𝐴𝑖𝑟
351,8034 𝑡𝑜𝑟𝑟
∝ 𝑃𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘 =
149,0356 𝑡𝑜𝑟𝑟
∝ 𝑃𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘 = 2,3605

Maka nilai α (Derajat Volatilitas) untuk bawah adalah:

𝑃0 𝐴𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙
∝ 𝐵𝑎𝑤𝑎ℎ =
𝑃𝑜 𝐴𝑖𝑟
878,3144 𝑡𝑜𝑟𝑟
∝ 𝐵𝑎𝑤𝑎ℎ =
384,2997 𝑡𝑜𝑟𝑟
∝ 𝑃𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘 = 2,2855

Maka α avg (Derajat Volatilitas rata-rata) adalah:

∝ 𝐴𝑣𝑔 = (𝛼 𝑃𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘 𝑥 𝛼 𝐵𝑎𝑤𝑎ℎ)1/2


∝ 𝐴𝑣𝑔 = (2,3605 𝑥 2,2885)1/2
∝ 𝐴𝑣𝑔 = 2,323

Maka jumlah plate minimum Nmin dapat ditentukan dengan persamaan :


𝑋𝐷 (1 − 𝑋𝑅 )
𝐿𝑜𝑔 −1
𝑋𝑅 (1 − 𝑋𝐷)
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
𝐿𝑜𝑔 ∝ 𝐴𝑣𝑔
0,96599(1 − 0,28336)
𝐿𝑜𝑔 −1
0,28336(1 − 0,96599)
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
𝐿𝑜𝑔 2,323

22
0,8563
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
0,36605
𝑁𝑚𝑖𝑛 = 2,34 𝑃𝑙𝑎𝑡𝑒
Maka HETP dengan mengunakan Fenske-Underwood, mengunakan
persamaan :
𝑍
𝐻𝐸𝑇𝑃 =
𝑁𝑚𝑖𝑛
69
𝐻𝐸𝑇𝑃 =
2,34
𝐻𝐸𝑇𝑃 = 29,49 𝑐𝑚

3.2 Metode Mccabe Thiele


Dengan asumsi campuran ideal, maka persamaan kurva kesetimbangan
adalah :
∝ 𝐴𝑣𝑔 . 𝑋𝑎
𝑌𝑎 =
1 + (∝ 𝐴𝑣𝑔 − 1)𝑋𝑎
Misalkan, untuk Xa= 0,5 maka nilai Ya adalah :
∝ 𝐴𝑣𝑔 . 𝑋𝑎
𝑌𝑎 =
1 + (∝ 𝐴𝑣𝑔 − 1)𝑋𝑎
2,323 𝑥 0,5
𝑌𝑎 =
1 + (2,323 − 1)0,5
𝑌𝑎 = 0,699067
Dengan cara yang sama diperoleh Ya untuk measing-masing Xa seperti pada
table
Xa Ya
0 0
0,1 0,20518
0,2 0,367389
0,3 0,49889
0,4 0,607638
0,5 0,699069
0,6 0,77701
0,7 0,844245
0,8 0,902837
0,9 0,954352
1 1

23
Kurva kesetimbangan fase cair dan fase gas

Perobaan dilakukan dengan refluks total sehingga garis operasi pada bagian
resifikasi dan stripping merupakan garis diagonal. Nilai-nilai komposisi
kesetimbangan Xa dan Ya, yang diperoleh dan diplotkan sehingga jumlah
stage dapat dihitung. Pada gambar 1 diperoleh jumlah stage sebesar 2,34
sehingga stage minimumnya adalah sebesar 1,34 jadi nilai HETP

𝑍
𝐻𝐸𝑇𝑃 =
𝑁𝑚𝑖𝑛
69
𝐻𝐸𝑇𝑃 =
1,34
𝐻𝐸𝑇𝑃 = 51,49 𝑐𝑚

24
DOKUMENTASI

No. Gambar Keterangan


1. Menara Distilasi

2. Pipet Tetes

3. Tabung Ukur 10mL

4. Aluminnium Foil

25
5. Vaseline

6. Corong

7. Gelas Ukur 50mL

8. Gelas Ukur 200mL

26
9. Gelas Ukur 500mL

10. Aquades

11. Piknometer

12. Etanol

27
13. Labu Leher Tiga

14. Jaket Pemanas

28

Anda mungkin juga menyukai