SKL Nomor 1 : Menggunakan konsep operasi hitung dan sifat-sifat bilangan, perbandingan,
aritmetika sosial, barisan bilangan, serta penggunaannya dalam pemecahan masalah.
1. Operasi tambah, kurang, kali dan bagi pada bilangan bulat
Contoh =
2+3=5 2 + (-3) = -1 -2 + 3 = 1 -2 + (-3) = - 5
2 – 3 = -1 2 - (-3) = 5 -2 – 3 = -5 -2 - (-3) = 1
a(b + c) = ab + ac a(b – c) = ab – ac
(a + b)(c + d) = a(c + d) + b(c + d) = ac + ad + bc + bd
Pembagian pada bentuk aljabar :
a5 : a2 = a3 8a4 : 4a2 = (8 : 4)(a4 : a2) = 2a2
Pengkuadratan bentuk aljabar :
(3a)2 = (32)(a2) = 9a2 (2a4b3)2 = (22)(a4)2(b3)2 = 4a8b6
(a + b) = (a + b)(a + b) = a(a + b) + b(a + b) = a + ab + ab + b2 = a2 + 2ab + b2
2 2
p = panjang
l = lebar
D C
Bujursangkar / Persegi
A s B
L = AB x BC K=4xs
= s x s
s
= s2
D C
s = panjang sisi
A A Segitiga
L = ½ x Alas x Tinggi
tinggi = ½xaxt
Tinggi
K = AB + BC + AC
B C B C
Alas alas
Jajar genjang
A B L = alas x tinggi
tinggi K = 2( AB + BC)
D C
alas
A p B Trapesium
L = ½ x t x jumlah sisi yang sejajar
tinggi L = ½ x t x ( p + q)
K = AB + BC + CD + AD
D q C
A Belah ketupat
L = ½ x BD x AC
D B L = ½ x d1 x d2
K = 2 (AB + BC)
C d1 = diagonal pertama
d2 = diagonal kedua
A Layang-layang
L = ½ x DB x AC
L = ½ x d1 x d2
D B
K = 2(AB + CD)
3. Menghitung keliling bangun datar dan penggunaan konsep keliling dalam kehidupan sehari-
hari
Satu kali putaran roda = keliling roda
4. Menghitung besar sudut pada bidang datar
Persegipanjang dan persegi
Jumlah besar keempat sudutnya = 360
Dua sudut yang berhadapan sama besar = 90
Segitiga
Jumlah besar ketiga sudutnya = 180
Jajargenjang
Jumlah besar keempat sudutnya = 360
Dua pasang sudut yang berhadapan sama besar
Dua pasang sisi yang berdekatan jumlahnya = 180
Trapesium
Jumlah besar keempat sudutnya = 360
ADC+ DAB = 180 dan ABC + BCD = 180
Belah ketupat
Jumlah besar keempat sudutnya = 360
Dua pasang sudut yang berhadapan sama besar
Layang-layang
Jumlah besar keempat sudutnya = 360
Sepasang sudutnya sama besar DAB = DCB
5. Menghitung besar sudut yang terbentuk jika dua garis berpotongan atau dua garis sejajar
berpotongan dengan garis lain.
5 6
1 2 8 7
4 3 9 10
12 11
Hubungan antara sudut pusat dan sudut keliling : “Besarnya sudut pusat sama dengan dua
kali besarnya sudut keliling yang menghadapi busur yang sama” atau “ Besarnya sudut
keliling sama dengan setengah kali besar sudut pusat yang menghadapi busur yang sama”
Contoh :
Perhatikan gambar disamping : A B
sudut pusat menghadapi busur AB
ACB sudut keliling menghadapi busur AB, karena kedua sudut
menghadapi busur yang sama yaitu busur AB maka berlaku : O
◊ x ACB; atau
◊ ACB = ½ x C
Sifat sudut keliling :
◊ Sebuah sudut keliling yang menghadapi diameter lingkaran merupakan sudut siku-siku
(90 )
◊ Dua sudut keliling yang menghadapi busur yang sama adalah sama besar.
Segiempat talibusur adalah segiempat yang terbentuk dari empat buah tali busur yang
berpotongan pada keliling lingkaran. A B
Sifat-sifat segiempat talibusur :
◊ Jumlah besar dua sudut yang berhadapan pada segiempat talibusur
E
sama dengan 180 ==> ABC + ADC = 180 ; DAB + BCD O
= 180
◊ Hasil kali diagonal-diagonalnya sama dengan jumlah perkalian sisi- D
sisi yang berhadapan (sifat Ptolomeus) ==> AC x BD = (AB x CD) + C
(AD x BC)
◊ Hasil kali bagian-bagian diagonalnya sama ==> AE x EC = DE x EB A
Sudut antara dua tali busur : C
Sudut dalam adalah sudut yang terbentuk karena dua tali busur D
berpotongan di dalam daerah lingkaran. Besarnya sudut dalam sama E
dengan jumlah dua sudut keliling yang menghadapi busur yang terletak
diantara kaki-kaki sudutnya.
◊ Talibusur AB berpotongan dengan talibusur CD di titik E yang
terletak di dalam daerah lingkaran, maka sudut CEB dan sudut AED
B
disebut sudut dalam. Karena kedua sudut saling bertolak belakang
maka besar kedua sudut sama.
◊ CEB ==> sudut dalam menghadapi busur CB
AED ==> sudut dalam menghadapi busur AD
CDB ==> sudut keliling menghadapi busur CB
ABD ==> sudut keliling menghadapi busur AD, maka berlaku :
CEB = AED = CDB + ABD
Sudut luar adalah sudut yang terbentuk karena dua tali busur A
berpotongan di luar daerah lingkaran. Besarnya sudut luar
sama dengan selisih dua sudut keliling yang menghadapi
D
busur yang terletak diantara kaki-kaki sudutnya.
◊ Talibusur AB berpotongan dengan talibusur CD di titik E
B
yang terletak di luar daerah lingkaran, maka sudut AED
dan sudut BEC disebut sudut luar. Karena kedua sudut
berimpit maka besar kedua sudut sama. C
◊ EC ==> sudut luar menghadapi busur BC E
AED ==> sudut luar menghadapi busur AD
CDB ==> sudut keliling menghadapi busur BC
ABD ==> sudut keliling menghadapi busur AD, maka berlaku :
EC = AED = BD - DC
■ LN = KN x NM
2
■ LM2 = MN x MK L M
■ KL2 = KN x KM
8. Menyelesaikan masalah dengan menggunakan konsep kongruensi
Sifat kongruensi :
Jika dua bangun datar sisi lurus kongruen maka :
Sisi-sisi yang bersesusian pada kedua bangun datar sama panjang.
Sudut-sudut yang bersesuaian pada kedua bangun datar sama besar.
Syarat dua segitiga kongruen :
Ketiga sisi yang bersesuaian pada kedua segitiga sama panjang (S, S, S)
Terdapat satu sudut pada kedua segitiga sama besar dan dan dua sisi yang mengapit sudut
itu pada kedua segitiga sama panjang. (S, Sd, S)
Terdapat dua sudut pada kedua segitiga sama besar dan satu sisi pada kedua segitiga sama
panjang. (Sd, S, Sd)
Kubus H G
AD=AE=EF=BF=CG=GH=DH=EH=AD E F
AF=BE=AH=DE=DG=CH=BG=CF=EG=FH D C
Mempunyai 4 diagonal ruang yang sama panjang yaitu :
AG=HB=CE=DF A B
Mempunyai 8 titik sudut.
Mempunyai 6 buah sisi yang berbentuk persegi yaitu : ABCD, ABFE, ADHE, DCGH,
BCFG, dan EFGH.
Balok. H G
Mempunyai 12 rusuk yaitu AB=CD=EF=GH;
AD=BC=FG=EH; AE=BF=CG=DH E F
Mempunyai 12 diagonal sisi yaitu : AC=BD=EG=HF;
AF=BE=CH=DG; BG=CF=AH=DE D C
Mempunyai 4 diagonal ruang yang sama panjang yaitu :
AG=HB=CE=DF A B
Mempunyai 8 titik sudut.
Mempunyai 6 buah sisi yaitu : ABCD EFGH, ABFE DCGH, BCGF ADHE.
Prisma
Nama dari prisma tergantung pada bentuk alasnya. Prisma dengan alas F
segi-n maka : E
D
banyaknya rusuk = 3 x n
banyaknya sisi = n + 2
Contoh prisma segitiga.
Banyaknya rusuk = 3 x 3 = 9, yaitu AB, BC, AC, AD, BE, CF, DE,
C
EF, DF.
Banyaknya sisi = 3 + 2 = 5, yaitu ABC (alas), ABDE, BCEF, A B
ACFD, DEF (tutup)
Banyaknya diagonal sisi = 6 yaitu AE = BD; AF = CD; BF = AE T
Limas
Nama limas tergantung pada bentuk alasnya. Jika limas mempunyai
alas segi-n maka namanya adalah limas segi-n dan mempunyai rusuk
sebanyak 2 x n, mempunyai sisi sebanyak n + 1.
Contoh limas segi-4 :
Banyaknya rusuk = 2 x 4 = 8, yaitu : AB, BC, CD, AD, AT, BT, D C
CT, DT E
Banyaknya sisi = 4 + 1 = 5, yaitu : ABCD (alas), ABT, BCT,
CDT, ADT
TE disebut tinggi limas T
Kerucut
Kerucut adalah limas dengan alas berupa lingkaran.
T disebut titik puncak kerucut.
AB disebut diameter alas kerucut (d)
AC = CB disebut jari-jari alas kerucut (r) A B
C
TC disebut tinggi kerucut
TA = TB disebut garis pelukis (s)
10. Menentukan jaring-jaring bangun ruang
Jaring-jaring adalah rangkaian sisi-sisi dari sebuah bangun ruang yang dapat disusun kembali
menjadi bentuk bangun ruang tersebut secara berurutan.
Bentuk bangun ruang Contoh salah satu jaring-jaring bangun ruang
Kubus : H G
H G
E F H D C G H
D C
E A B F E
A B
Balok : H G H G
E F H D C G H
D C
E A B F E
F D F
Prisma segitiga :
D E
A C F D
C D B E
A B
E
Limas segi-4 : T T
D C
T E T
D C
E A B
T
Kerucut : T A
r
s s
r
B
A B
r r A A
s s
T
11. Menghitung volume bangun ruang sisi datar dan sisi lengkung
12. Menghitung luas permukaan bangun ruang sisi datar dan sisi lengkung
Bentuk bangun ruang Rumus Volume dan Luas Permukaan
Kubus : H G Volume = s x s x s = s3
E F s Luas permukaan = 6 x s2
s ==> panjang rusuk
D C
s
A s B
Balok : H G Volume = p x l x t
Luas permukaan = (2xpxl) + (2xpxt)+(2xlxt)
E F t = 2(pl + lt + pt)
D C
l
p ==> panjang; l ==> lebar; t ==> tinggi
A p B
Prisma segitiga : Volume = Luas alas x tinggi
F
D E Luas permukaan = (2 x L alas)+(K alas x t)
Wiraswasta 15 10
5
Pedangang 30
0
PNS TNI/
Petani 10 POLRI
Wira Peda Petani
swasta gang
Jumlah 100
17
Diagram garis : Diagram Lingkaran
TNI/
PNS POLRI
35 25% 20%
30 900 720
25 540 Wiraswasta
10% 360 1080
20 15%
Petani Pedagang
15 30%
10
5
0
PNS TNI/ Wira Peda Petani
POLRI swasta gang