1 Mahasiswa/i
Nama: dr. Todung D.A Silalahi Gelar: Dr. dr. SpPd-KKV, FINASIM, FICA,
FAPSIC, FACC, FSCAI
Prevalensi Hipertensi Refrakter pada Pasien Gangguan Ginjal Kronik Stadium 5 Dalam Terapi
Hemodialisis di Rumah Sakit Cikini Jakarta
Hipertensi
Hipertensi adalah faktor risiko independen penyakit kardiovaskular, dan merupakan penyebab utama
kematian pada pasien dengan penyakit ginjal, serta pada pasien yang telah menjalani transplantasi ginjal.
Di samping itu, hipertensi juga merupakan faktor risiko signifikan dari kegagalan cangkok yang tidak
tepat waktu yang tidak terhubung agen imunologi.1
Definisi hipertensi refrakter adalah sejumlah kondisi kelainan klinis dengan atau tanpa kelainan
kardiovaskular yang disebabkan oleh hipertensi arterial, walaupun sudah mendapatkan terapi 3 (tiga) obat
anti hipertensi.2 Hipertensi resisten (RH) memiliki tekanan darah yang tinggi ≥140 mmHg sistolik atau
≥90 mmHg diastolik, meskipun dengan terapi 3 atau lebih obat anti hipertensi, pada dosis penuh yang
dapat ditoleransi, salah satunya diuretik, serta kepatuhan yang buruk terhadap terapi anti hipertensi.
Beberapa penelitian telah mengamati, didapatkan prevalensi sekitar 12% hingga 14% dari hipertensi yang
diobati.3,4 Dibandingkan dengan subyek dengan hipertensi terkontrol dengan 3 atau kurang obat
antihipertensi, pasien dengan RH lebih banyak sering memiliki kerusakan organ target dan lebih tinggi
insiden kejadian kardiovaskular.5,6
Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan salah satu masalah kesehatan dunia karena prevalensinya
terus meningkat, tidak hanya menyebabkan gagal ginjal tetapi juga menyebabkan komplikasi
kardiovaskular dan kematian, serta sebagian besar baru terdiagnosis pada derajat akhir. Penyakit ginjal
kronik adalah adanya kerusakan struktural atau fungsional ginjal dan/atau penurunan laju filtrasi
glomerulus kurang dari 60mL/menit/1,73m2 yang berlangsung lebih dari tiga bulan.
Prevalensi penyakit ginjal kronik diseluruh dunia sekitar 5-10%. Prevalensi penyakit ginjal kronik di
Amerika serikat pada tahun 1999-2004 adalah 13,1%, yang terdiri dari 1,8% derajat 1; 3,2% derajat 2;
7,7% derajat 3; dan 0,35% derajat 4. Prevalensi penyakit ginjal kronik di Australia, Jepang, dan Eropa
adalah 6-11%, terjadi peningkatan 5-8% setiap tahunnya. Sekitar 1,5% dari pasien penyakit ginjal kronik
derajat 3 dan 4 akan berlanjut menjadi derajat 5 atau penyakit ginjal kronik tahap akhir (gagal ginjal) per
tahunnya. Di Indonesia belum ada data yang lengkap mengenai penyakit ginjal kronik. Diperkirakan
insiden penyakit ginjal kronik tahap akhir di Indonesia adalah sekitar 30,7 per juta populasi dan
prevalensi sekitar 23,4 per juta populasi. Pada tahun 2006 terdapat sekitar 10.000 orang yang menjalani
terapi hemodialisa.7
Masalah:
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui prevalensi hipertensi refrakter pada pasien gangguan ginjal kronik stadium 5
dalam terapi hemodialisis di rumah sakit cikini Jakarta
Hipotesis:
-
Tujuan Umum:
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui prevalensi hipertensi refrakter pada pasien
gangguan ginjal kronik stadium 5 dalam terapi hemodialisis di rumah sakit cikini Jakarta
Tujuan Khusus:
1. Mengetahui prevalensi hipertensi refrakter pada pasien gangguan ginjal kronik stadium 5 dalam
terapi hemodialisis di rumah sakit cikini Jakarta
2. Mengetahui gambaran faktor risiko hipertensi refrakter pada pasien gangguan ginjal kronik stadium
5 dalam terapi hemodialisis di rumah sakit cikini Jakarta
Manfaat Penelitian :
1. Sebagai salah satu persyaratan kelulusan dalam menyelesaikan program sarjana kedokteran
2. Memperoleh pengetahuan dan pengalaman serta wawasan dalam membuat suatu penelitian
3. Meningkatkan pengetahuan peneliti tentang prevalensi hipertensi refrakter pada pasien gangguan ginjal
kronik stadium 5
4. Mengaplikasikan ilmu-ilmu kedokteran yang telah dipelajari ke dalam sebuah penelitian yang dapat
berguna bagi masyarakat
5. Sebagai data dan bahan referensi bagi penelitian selanjutnya untuk dikembangkan lebih lanjut
11.1 Definisi
11.1.1 Hipertensi Refrakter
Dewasa ini hipertensi refrakter menjadi ancaman serius bagi masyarakat karena merupakan salah
satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular, secara menyeluruh hipertensi refrakter merupakan
penyebab utama peningkatan mortalitas kardiovaskular, kematian mendadak, stroke, penyakit jantung
koroner, gagal jantung, fibrilasi atrium, penyakit arteri perifer, dan insufisiensi ginjal. Hipertensi
mempengaruhi sekitar 25% orang dewasa di seluruh dunia dan diperkirakan menyebabkan lebih dari
tujuh juta kematian setiap tahun, dan sekitar 13% dari jumlah total kematian di seluruh dunia.9 Memiliki
perkiraan prevalensi 10% hingga 15% di antara semua peserta dirawat karena hipertensi. Observasional
ganda penelitian telah menemukan obesitas, penyakit ginjal kronis, diabetes mellitus, dan usia yang lebih
tua dikaitkan dengan hipertensi resisten.6
Hipertensi dikatakan resisten terhadap pengobatan ketika strategi terapi yang mencakup modifikasi
gaya hidup yang tepat ditambah penggunaan diuretik dan dua obat antihipertensi lain dari kelas yang
berbeda pada dosis yang memadai (tapi tidak harus termasuk antagonis reseptor mineralokortikoid) gagal
untuk menurunkan angka tekanan darah ke < 140/90mmHg. Lebih jauh, prevalensi hipertensi yang tidak
terkontrol juga meningkat, meskipun terjadi kemajuan dalam farmakoterapi. Pasien dengan pengobatan
hipertensi resisten (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) meskipun telah menggunakan ≥ 3 obat antihipertensi,
termasuk diuretik, sering memiliki faktor risiko tinggi untuk kejadian penyakit jantung dan akibatnya
beresiko lebih tinggi mengalami kerusakan organ serta morbiditas kardiovaskular. Penyebab hipertensi
resisten bervariasi seperti hipertensi white-coat, ketidakpatuhan terhadap terapi obat, dan pilihan obat atau
dosis yang tidak tepat, maka estimasi proporsi pasien dengan rentang dirawat karena hipertensi 5-16%.9
Menurut The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation,
and Treatment of High Blood Pressure (JNC-7) guidelines tahun 2003, hipertensi resisten (HR)
didefinisikan sebagai kegagalan untuk mencapai target tekanan darah <140/90 mmHg pada populasi
umum hipertensi dan <130/80 mmHg pada pasien dengan diabetes atau penyakit ginjal kronik (PGK)
ketika pasien mematuhi dosis optimal suatu rejimen yang tepat dari 3 obat antihipertensi, termasuk
diuretik. Definisi di atas tidak berlaku untuk pasien yang baru saja didiagnosis hipertensi dan/atau belum
menerima pengobatan yang sesuai terlepas dari tingkat tekanan darah. Selain itu, HR tidak identik dengan
hipertensi tidak terkontrol, yang mencakup semua pasien hipertensi tidak terkontrol dengan pengobatan,
yaitu mereka yang menerima rejimen pengobatan yang tidak memadai, tingkat kepatuhan yang rendah,
hipertensi sekunder yang tidak terdeteksi dan mereka yang benar-benar resisten terhadap pengobatan.
8
11.3 Etiologi
Penyebab penyakit ginjal kronik yang paling sering di negara maju seperti Amerika Serikat adalah
diabetik nefropati, sedangkan penyebab penyakit ginjal kronik di negara berkembang adalah
glomerulonefritis kronik dan nefritis intertisial.10,13 Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat
menyebabkan penyakit ginjal kronik seperti hipertensi, diabetes melitus, pertambahan usia, ada riwayat
keluarga penyakit ginjal kronik, obesitas, penyakit kardiovaskular, berat lahir rendah, penyakit autoimun
seperti lupus eritematosus sistemik, keracunan obat, infeksi sistemik, infeksi saluran kemih, batu saluran
kemih dan penyakit ginjal bawaan.10,14
11.4 Patofisiologi
Hipertensi yang berlangsung lama akan menyebabkan perubahan resistensi arteriol aferen dan terjadi
penyempitan arteriol eferen akibat perubahan struktur mikrovaskuler. Kondisi ini akan menyebabkan
iskemik glomerular dan mengaktivasi respon inflamasi. Hasilnya, akan terjadi pelepasan mediator
inflamasi, endotelin dan aktivasi angiostensin II intrarenal. Kondisi ini akan menyebabkan terjadi
apoptosis, meningkatkan produksi matriks dan deposit pada mikrovaskuler glomerulus dan terjadilah
sklerosis glomerulus atau nefrosklerosis.15
Secara klinik pasien dengan riwayat penyakit faktor risiko hipertensi mempunyai risiko mengalami
gagal ginjal kronik 3,2 kali lebih besar daripada pasien tanpa riwayat penyakit faktor risiko hipertensi.
Peningkatan tekanan darah berhubungan dengan kejadian penyakit ginjal kronik. Hipertensi dapat
memperberat kerusakan ginjal telah disepakati yaitu melalui peningkatan tekanan intraglomeruler yang
menimbulkan gangguan struktural dan gangguan fungsional pada glomerulus. Tekanan intravaskular yang
tinggi dialirkan melalui arteri aferen ke dalam glomerulus, dimana arteri aferen mengalami konstriksi
akibat hipertensi.16
Patofisiologi penyakit ginjal kronik meliputi dua tahapan kerusakan ginjal : (1) mekanisme awal
tergantung dari etiologi yang mendasarinya dan (2) mekanisme progresivitas, termasuk hipertrofi dan
hiperfiltrasi nefron yang tersisa yang merupakan konsekuensi masa panjang penurunan massa ginjal.6
Pengurangan massa ginjal menyebabkan hipertrofi sruktural dan fungsional nefron yang masih tersisa
(surviving nephron) sebagai kompensasi. Respon terhadap penurunan jumlah nefron ini dimediasi oleh
hormon vasoaktif, sitokin dan faktor pertumbuhan. Hal ini mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang
10
11
12.4 Sampling (menyebutkan teknik sampling dan menghitung besar sampel dengan rumus yang
sesuai)
Sampling adalah proses menyeleksi unit yang diobservasi dari keseluruhan yang akan diteliti,
sehingga kelompok yang diobservasi dapat digunakan untuk membuat kesimpulan atau membuat
inferensi tentang populasi tersebut. Tujuannya adalah untuk melakukan generalisir terhadap
keseluruhan populasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling yang
merupakan cara sederhana dan mudah dilakukan dimana semua populasi studi dianggap homogen.2
12
12.6.3 Cara
13
Bulan (Tahun………)
No Kegiatan Mei Juni Juli Agus Sept Des Maret Aprl Mei Juni
1 Studi pustaka
Persiapan alat
dan bahan
2 penelitian
3 Penelitian
4 Penulisan
14
Implikasi Etik Eksperimental pada Manusia Berikan pernyataan singkat mengenai permasalahn etik
yang dapat timbul dari eksprimentasi, dan jelaskan bagaimana permasalahan tersebut dapat diatasi. Permasalahan etik
termasuk (a) bahaya dan komplikasi perlakuan, (b) kerahasiaan data (confidentiality), (c) Informed consent, dan sebagainya.
15
1. Kurnatowska, I. et al. Prevalence of arterial hypertension and the number and classes of
antihypertensive drugs prescribed for patients late after kidney transplantation. Ann. Transplant.
17, 50–57 (2012).
2. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Panduan Praktik Klinis. Jakarta: 2016.
3. Persell SD. Prevalence of resistant hypertension in the United States 2003–2008. Hypertension.
2011;57:1076–1080.
4. de la Sierra A, Banegas JR, Oliveras A, Gorostidi M, Segura J, de la Cruz JJ, Armario P, Ruilope
LM. Clinical differences between resistant hypertensives and patients treated and controlled with
three or less drugs. J Hypertens. 2012;30:1211–1216.
5. Armario P, Oliveras A, Hern andez del Rey R, Ruilope LM, de la Sierra A. Prevalence of target
organ damage and metabolic abnormalities in resistant hypertension. Med Clin (Barc).
2011;137:435–439.
6. Daugherty SL, Powers JD, Magid DJ, Tavel HM, Masoudi FA, Margolis KL, O’Connor PJ, Selby
JV, Ho PM. Incidence and prognosis of resistant hypertension in hypertensive patients.
Circulation. 2012;125:1635–1642.
7. Kidney Disease: Improving Global Outcomes (KDIGO) CKD Work Group. KDIGO 2012
Clinical Practice Guideline for the Evaluation and Management of Chronic Kidney Disease.
inter., Suppl. 2013; 3: 1–150.
8. Coresh, J. et al., Prevalence of Chronic Kidney Disease in the United States. JAMA
2007;298(17):2038-2047.
9. Starry HR. Jurnal Kedokteran Yarsi 23 (2) : 114-127 (2015): Hipertensi Resisten. Jakarta: 2015
10. Suwitra, Ketut. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam : Sudoyo, Aru W dkk (editor). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Internal Publishing, Jakarta, Indonesia 2009 hal :1035-1040
11. Amato, D., C.A. Aguilar, R.C. Limones, E.Rodriguez,M.A. Diaz, F.Arreola dkk. Prevalence of
Chronic Kidney Disease in Urban Mexican Population.Kidney International, Vol.68. Sepplement
97(2005), pp.S11-S17.
12. Fauci et al.2012.Harrison’s Principles of Internal Medicine 18th Edition. New York, U.S.A.:The
McGraw-Hill Companies.2012
13. Barsoum, R.S. Chronic Kidney Disease in Developing World. N Engl J Med 2006;350;10
14. Krol, G.D. Chronic Kidney Disease Staging and Progression. Dalam : Yee, J dan Krol,G.D.
Chronic Kidney Disease (CDK): Clinical Practice Recommendation for Primary Care Physician
and Healthcare Providers-a Collaborative Approach 6th edition Hendry Ford Health System, Los
Angeles, Amerika 2011: 4-9.
15. Firmansyah, M.A. Diagnosis dan Tata Laksana Nefrosklerosis Hipertensif. CDK-201 2013;40(2):
107-111
16. Restu P, Woro S. Faktor Risiko Gagal Ginjal Kronik di Unit Hemodialisis RSUD Wates Kulon
Progo. Majalah Farmaseutik, Vol. 11 No. 2 Tahun 2015
16