Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL SKRIPSI

PROGRAM SARJANA KEDOKTERAN FK UKRIDA

UNTUK KEPERLUAN SEKRETARIAT

1 Mahasiswa/i

Nama: Cristia Gemma NIM: 102016089

2 Pembimbing Tim pembimbing skripsi tidak boleh melebihi dua orang

Nama: dr. Todung D.A Silalahi Gelar: Dr. dr. SpPd-KKV, FINASIM, FICA,
FAPSIC, FACC, FSCAI

Nama: dr. Bhanu Gelar: SpPD, BMedSc

3 Judul Skripsi Harus informatif dan singkat jangan. melebihi 20 kata

Prevalensi Hipertensi Refrakter pada Pasien Gangguan Ginjal Kronik Stadium 5 Dalam Terapi
Hemodialisis di Rumah Sakit Cikini Jakarta

4 Kata Kunci 3-5 kata kunci (key words)

Prevalensi Gangguan Ginjal

Hipertensi

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


5 Persetujuan Pembimbing

Nama Tanda Tangan Tanggal

Nama Tanda Tangan Tanggal

6 Persetujuan Penilai Proposal

Nama Penilai & Gelar Institusi

Tanggal dan Tanda tangan Penilaian (mohon diberi tanda  )

 Diterima tanpa perbaikan


 Diterima dengan perbaikan
( mohon diberikan komentar)
 Tidak diterima
(mohon diberikan komentar)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


7 Komentar Penilai (apabila tidak mencukupi dapat dituliskan di lembar tambahan)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


8 Latar Belakang Jangan melebihi 2 halaman yang disediakan. Gunakan spasi tunggal (12 pts Font )

Hipertensi adalah faktor risiko independen penyakit kardiovaskular, dan merupakan penyebab utama
kematian pada pasien dengan penyakit ginjal, serta pada pasien yang telah menjalani transplantasi ginjal.
Di samping itu, hipertensi juga merupakan faktor risiko signifikan dari kegagalan cangkok yang tidak
tepat waktu yang tidak terhubung agen imunologi.1
Definisi hipertensi refrakter adalah sejumlah kondisi kelainan klinis dengan atau tanpa kelainan
kardiovaskular yang disebabkan oleh hipertensi arterial, walaupun sudah mendapatkan terapi 3 (tiga) obat
anti hipertensi.2 Hipertensi resisten (RH) memiliki tekanan darah yang tinggi ≥140 mmHg sistolik atau
≥90 mmHg diastolik, meskipun dengan terapi 3 atau lebih obat anti hipertensi, pada dosis penuh yang
dapat ditoleransi, salah satunya diuretik, serta kepatuhan yang buruk terhadap terapi anti hipertensi.
Beberapa penelitian telah mengamati, didapatkan prevalensi sekitar 12% hingga 14% dari hipertensi yang
diobati.3,4 Dibandingkan dengan subyek dengan hipertensi terkontrol dengan 3 atau kurang obat
antihipertensi, pasien dengan RH lebih banyak sering memiliki kerusakan organ target dan lebih tinggi
insiden kejadian kardiovaskular.5,6
Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan salah satu masalah kesehatan dunia karena prevalensinya
terus meningkat, tidak hanya menyebabkan gagal ginjal tetapi juga menyebabkan komplikasi
kardiovaskular dan kematian, serta sebagian besar baru terdiagnosis pada derajat akhir. Penyakit ginjal
kronik adalah adanya kerusakan struktural atau fungsional ginjal dan/atau penurunan laju filtrasi
glomerulus kurang dari 60mL/menit/1,73m2 yang berlangsung lebih dari tiga bulan.
Prevalensi penyakit ginjal kronik diseluruh dunia sekitar 5-10%. Prevalensi penyakit ginjal kronik di
Amerika serikat pada tahun 1999-2004 adalah 13,1%, yang terdiri dari 1,8% derajat 1; 3,2% derajat 2;
7,7% derajat 3; dan 0,35% derajat 4. Prevalensi penyakit ginjal kronik di Australia, Jepang, dan Eropa
adalah 6-11%, terjadi peningkatan 5-8% setiap tahunnya. Sekitar 1,5% dari pasien penyakit ginjal kronik
derajat 3 dan 4 akan berlanjut menjadi derajat 5 atau penyakit ginjal kronik tahap akhir (gagal ginjal) per
tahunnya. Di Indonesia belum ada data yang lengkap mengenai penyakit ginjal kronik. Diperkirakan
insiden penyakit ginjal kronik tahap akhir di Indonesia adalah sekitar 30,7 per juta populasi dan
prevalensi sekitar 23,4 per juta populasi. Pada tahun 2006 terdapat sekitar 10.000 orang yang menjalani
terapi hemodialisa.7

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Kedokteran, Universitas Sriwijaya yang bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor risiko PGK di
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2012. Didapatkan Prevalensi PGK di RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang sebesar 61% dengan 8,7% derajat 3a; 4,7% derajat 3b; 6,3% derajat 4;
dan 41,3% derajat 5. PGK banyak pada perempuan (53%) dibanding laki-laki (47%) dan meningkat
seiring dengan pertambahan usia.8

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


9 Permasalahan Cantumkan juga hipotesis (bila ada) atau pertanyaan penelitian.

Masalah:
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui prevalensi hipertensi refrakter pada pasien gangguan ginjal kronik stadium 5
dalam terapi hemodialisis di rumah sakit cikini Jakarta

Hipotesis:
-

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


10 Tujuan Penelitian Uraikan tujuan khusus dan makna penelitian harus diuraikan dengan jelas.

Tujuan Umum:
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui prevalensi hipertensi refrakter pada pasien
gangguan ginjal kronik stadium 5 dalam terapi hemodialisis di rumah sakit cikini Jakarta

Tujuan Khusus:
1. Mengetahui prevalensi hipertensi refrakter pada pasien gangguan ginjal kronik stadium 5 dalam
terapi hemodialisis di rumah sakit cikini Jakarta
2. Mengetahui gambaran faktor risiko hipertensi refrakter pada pasien gangguan ginjal kronik stadium
5 dalam terapi hemodialisis di rumah sakit cikini Jakarta

Manfaat Penelitian :
1. Sebagai salah satu persyaratan kelulusan dalam menyelesaikan program sarjana kedokteran
2. Memperoleh pengetahuan dan pengalaman serta wawasan dalam membuat suatu penelitian
3. Meningkatkan pengetahuan peneliti tentang prevalensi hipertensi refrakter pada pasien gangguan ginjal
kronik stadium 5
4. Mengaplikasikan ilmu-ilmu kedokteran yang telah dipelajari ke dalam sebuah penelitian yang dapat
berguna bagi masyarakat
5. Sebagai data dan bahan referensi bagi penelitian selanjutnya untuk dikembangkan lebih lanjut

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


11 Tinjauan Pustaka

11.1 Definisi
11.1.1 Hipertensi Refrakter

Dewasa ini hipertensi refrakter menjadi ancaman serius bagi masyarakat karena merupakan salah
satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular, secara menyeluruh hipertensi refrakter merupakan
penyebab utama peningkatan mortalitas kardiovaskular, kematian mendadak, stroke, penyakit jantung
koroner, gagal jantung, fibrilasi atrium, penyakit arteri perifer, dan insufisiensi ginjal. Hipertensi
mempengaruhi sekitar 25% orang dewasa di seluruh dunia dan diperkirakan menyebabkan lebih dari
tujuh juta kematian setiap tahun, dan sekitar 13% dari jumlah total kematian di seluruh dunia.9 Memiliki
perkiraan prevalensi 10% hingga 15% di antara semua peserta dirawat karena hipertensi. Observasional
ganda penelitian telah menemukan obesitas, penyakit ginjal kronis, diabetes mellitus, dan usia yang lebih
tua dikaitkan dengan hipertensi resisten.6

Hipertensi dikatakan resisten terhadap pengobatan ketika strategi terapi yang mencakup modifikasi
gaya hidup yang tepat ditambah penggunaan diuretik dan dua obat antihipertensi lain dari kelas yang
berbeda pada dosis yang memadai (tapi tidak harus termasuk antagonis reseptor mineralokortikoid) gagal
untuk menurunkan angka tekanan darah ke < 140/90mmHg. Lebih jauh, prevalensi hipertensi yang tidak
terkontrol juga meningkat, meskipun terjadi kemajuan dalam farmakoterapi. Pasien dengan pengobatan
hipertensi resisten (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) meskipun telah menggunakan ≥ 3 obat antihipertensi,
termasuk diuretik, sering memiliki faktor risiko tinggi untuk kejadian penyakit jantung dan akibatnya
beresiko lebih tinggi mengalami kerusakan organ serta morbiditas kardiovaskular. Penyebab hipertensi
resisten bervariasi seperti hipertensi white-coat, ketidakpatuhan terhadap terapi obat, dan pilihan obat atau
dosis yang tidak tepat, maka estimasi proporsi pasien dengan rentang dirawat karena hipertensi 5-16%.9
Menurut The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation,
and Treatment of High Blood Pressure (JNC-7) guidelines tahun 2003, hipertensi resisten (HR)
didefinisikan sebagai kegagalan untuk mencapai target tekanan darah <140/90 mmHg pada populasi
umum hipertensi dan <130/80 mmHg pada pasien dengan diabetes atau penyakit ginjal kronik (PGK)
ketika pasien mematuhi dosis optimal suatu rejimen yang tepat dari 3 obat antihipertensi, termasuk
diuretik. Definisi di atas tidak berlaku untuk pasien yang baru saja didiagnosis hipertensi dan/atau belum
menerima pengobatan yang sesuai terlepas dari tingkat tekanan darah. Selain itu, HR tidak identik dengan
hipertensi tidak terkontrol, yang mencakup semua pasien hipertensi tidak terkontrol dengan pengobatan,
yaitu mereka yang menerima rejimen pengobatan yang tidak memadai, tingkat kepatuhan yang rendah,
hipertensi sekunder yang tidak terdeteksi dan mereka yang benar-benar resisten terhadap pengobatan.
8

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


Dengan definisi ini, pasien dengan HR dapat mencapai kontrol tekanan darah dengan dosis penuh 4 atau
lebih obat antihipertensi. Pasien dengan HR berada pada risiko tinggi untuk terjadinya kerusakan organ
target seperti hipertrofi ventrikel kiri/left ventricular hypertrophy (LVH), gagal jantung, infark miokard,
stroke, retinopati, mikroalbuminuria dan PGK, dibandingkan pasien hipertensi terkontrol. Mengingat hal
tersebut maka identifikasi dan pengobatan pasien HR penting dalam pencegahan morbiditas dan
mortalitas kardiovaskular. Selain itu, pasien dengan HR mengalami peningkatan risiko morbiditas dan
mortalitas kardiovaskular dibandingkan dengan pasien hipertensi terkontrol atau pseudoresisten.9

11.1.2 Penyakit Ginjal Kronik


Penyakit ginjal kronik merupakan penyakit multifaktorial. Ada beberapa hal yang diduga sebagai
faktor risiko terjadinya penyakit ginjal kronik, seperti hipertensi, diabetes melitus, infeksi saluran kemih,
riwayat batu saluran kemih, dan obesitas.10
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Kedokteran, Universitas Sriwijaya yang bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor risiko PGK di
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2012. Didapatkan dari 182 pasien penyakit ginjal kronik
didapatkan 126 orang (68,9%) mempunyai riwayat hipertensi, 61 (33,3%) mempunyai riwayat diabetes
melitus, 26 (14,2%) mempunyai riwayat infeksi saluran kemih, 21 orang (11,5%) mempunyai riwayat
batu saluran kemih dan 5 orang (2,7%) mempunyai riwayat lupus eritematosus sistemik. Dari hasil yang
didapat terlihat bahwa hipertensi dan diabetes melitus merupakan faktor risiko terbanyak. Dan didapat
responden yang mempunyai riwayat hipertensi 3 kali lebih berisiko menderita penyakit ginjal kronik
dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat hipertensi.
Penyakit ginjal kronik tidak hanya akan menyebabkan gagal ginjal, tetapi juga menyebabkan
komplikasi kardiovaskular, keracunan obat, infeksi, gangguan kognitif dan gangguan metabolik dan
endokrin seperti anemia, renal osteodistrofi, osteitis fibrosa cysta dan osteomalasia.11

11.2 Gejala Klinis


Pada derajat awal, penyakit ginjal kronik belum menimbulkan gelaja dan tanda, bahkan hingga laju
filtrasi glomerulus sebesar 60% pasien masih asimtomatik tapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan
kreatinin serum.10,12 Keluhan yang timbul pada fase ini biasanya berasal dari penyakit yang mendasari
kerusakan ginjal, seperti edema pada pasien dengan sindroma nefrotik atau hipertensi sekunder pada
pasien dengan penyakit ginjal polikistik. Kelainan secara klinis dan laboratorium baru terlihat dengan
jelas pada derajat 3 dan 4.6 Saat laju filtrasi glomerulus sebesar 30%, keluhan seperti nokturia, badan

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


lemah, mual, nafsu makan berkurang dan penurunan berat badan mulai dirasakan pasien. Pasien mulai
merasakan gejala dan tanda uremia yang nyata saat laju filtrasi glomelurus kurang dari 30%.12

11.3 Etiologi
Penyebab penyakit ginjal kronik yang paling sering di negara maju seperti Amerika Serikat adalah
diabetik nefropati, sedangkan penyebab penyakit ginjal kronik di negara berkembang adalah
glomerulonefritis kronik dan nefritis intertisial.10,13 Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat
menyebabkan penyakit ginjal kronik seperti hipertensi, diabetes melitus, pertambahan usia, ada riwayat
keluarga penyakit ginjal kronik, obesitas, penyakit kardiovaskular, berat lahir rendah, penyakit autoimun
seperti lupus eritematosus sistemik, keracunan obat, infeksi sistemik, infeksi saluran kemih, batu saluran
kemih dan penyakit ginjal bawaan.10,14

11.4 Patofisiologi

Hipertensi yang berlangsung lama akan menyebabkan perubahan resistensi arteriol aferen dan terjadi
penyempitan arteriol eferen akibat perubahan struktur mikrovaskuler. Kondisi ini akan menyebabkan
iskemik glomerular dan mengaktivasi respon inflamasi. Hasilnya, akan terjadi pelepasan mediator
inflamasi, endotelin dan aktivasi angiostensin II intrarenal. Kondisi ini akan menyebabkan terjadi
apoptosis, meningkatkan produksi matriks dan deposit pada mikrovaskuler glomerulus dan terjadilah
sklerosis glomerulus atau nefrosklerosis.15
Secara klinik pasien dengan riwayat penyakit faktor risiko hipertensi mempunyai risiko mengalami
gagal ginjal kronik 3,2 kali lebih besar daripada pasien tanpa riwayat penyakit faktor risiko hipertensi.
Peningkatan tekanan darah berhubungan dengan kejadian penyakit ginjal kronik. Hipertensi dapat
memperberat kerusakan ginjal telah disepakati yaitu melalui peningkatan tekanan intraglomeruler yang
menimbulkan gangguan struktural dan gangguan fungsional pada glomerulus. Tekanan intravaskular yang
tinggi dialirkan melalui arteri aferen ke dalam glomerulus, dimana arteri aferen mengalami konstriksi
akibat hipertensi.16
Patofisiologi penyakit ginjal kronik meliputi dua tahapan kerusakan ginjal : (1) mekanisme awal
tergantung dari etiologi yang mendasarinya dan (2) mekanisme progresivitas, termasuk hipertrofi dan
hiperfiltrasi nefron yang tersisa yang merupakan konsekuensi masa panjang penurunan massa ginjal.6
Pengurangan massa ginjal menyebabkan hipertrofi sruktural dan fungsional nefron yang masih tersisa
(surviving nephron) sebagai kompensasi. Respon terhadap penurunan jumlah nefron ini dimediasi oleh
hormon vasoaktif, sitokin dan faktor pertumbuhan. Hal ini mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang

10

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini berlangsung
singkat, akhirnya diikuti oleh proses maladaptasi berupa sklerosis nefron yang tersisa. Proses ini akan
diikuti oleh penurunan fungsi nefron yang progresif, walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi.10

11

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


12 Metodologi Penelitian Uraikan dengan jelas tetapi ringkas strategi umum dari penelitian yang
diusulkan serta pendekatan khusus dan metode yang akan digunakan. Apabila diperlukan fasilitas di
institusi lain, tunjukan bahwa lembaga yang bersangkutan telah dihubungi dan memberikan persetujuan. Jangan
melebihi 3 halaman spasi (12 pts Font)

12.1 Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional, dengan melakukan pengamatan tanpa
intervensi. Menggunakan pendekatan cross-sectional dimana peneliti akan mengumpulkan data pada
satu saat tertentu, yang dalam hal ini bukan berarti semua subjek diamati tepat pada satu saat
yang sama, tetapi pengumpulan data pada setiap subjek hanya dilakukan satu kali saja.

12.2 Tempat dan Waktu penelitian


12.2.1 Tempat
Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit PGI Cikini Jakarta
12.2.1 Waktu

12.3 Subjek Penelitian


12.3.1. Populasi Penelitian
Populasi adalah kumpulan dari individu atau objek atau fenomena yang secara potensial dapat
diukur sebagai bagian dari penelitian. 22 Populasi yang digunakan untuk penelitian ini adalah semua
pasien hipertensi refrakter dengan gangguan ginjal stadium 5 yang menjalani hemodialisa yang datang
ke RS PGI Cikini
12.3.2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap dapat
mewakili populasinya.22 Pada penelitian ini, pasien yang menjadi sampel adalah pasien yang sesuai
dengan kriteria inklusi.
 Kriteria Inklusi: semua pasien hipertensi refrakter dengan gangguan ginjal stadium 5 yang
menjalani hemodialisa yang datang dan bangsal di Instalansi Penyakit Dalam Ginjal dan
Hipertensi RS PGI Cikini
 Kriteria Ekslusi: pasien hipertensi refrakter dengan gangguan ginjal stadium 5 yang menjalani
hemodialisa yang datang dan bangsal di Instalansi Penyakit Dalam Ginjal dan Hipertensi RS
PGI Cikini yang tidak kooporatif, pasien koma, dan meninggal

12.4 Sampling (menyebutkan teknik sampling dan menghitung besar sampel dengan rumus yang
sesuai)
Sampling adalah proses menyeleksi unit yang diobservasi dari keseluruhan yang akan diteliti,
sehingga kelompok yang diobservasi dapat digunakan untuk membuat kesimpulan atau membuat
inferensi tentang populasi tersebut. Tujuannya adalah untuk melakukan generalisir terhadap
keseluruhan populasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling yang
merupakan cara sederhana dan mudah dilakukan dimana semua populasi studi dianggap homogen.2

12.5 Bahan, alat dan cara pengambilan data

12.6.1 Bahan Penelitian


Rekam medis pasien hipertensi refrakter dengan gangguan ginjal stadium 5 yang menjalani
hemodialisa yang datang ke RS PGI Cikini

12

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


12.6.2 Alat Penelitian
                   

12.6.3 Cara

12.6 Parameter yang diperiksa :


 Kejadian hipertensi refrakter pada pasien gangguan ginjal kronik stadium 5
 Tekanan darah pasien gangguan ginjal kronik stadium 5
 Keefektifan obat anti hipertensi pada pasien hiperteni dengan gangguan ginjal kronik stadium 5

12.7 Variabel penelitian


 Variabel terikat: hipertensi refrakter
 Variabel bebas: gangguan ginjal kronik stadium 5

12.8 Dana Penelitian


Perkiraan dana penelitian

12.9 Analisis Data

12.10 Definisi Operasional:

13

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


13 Jadwal Penelitian Cantumkan lama penelitian dan rincian jadwal secara skematis.

Bulan (Tahun………)
No Kegiatan Mei Juni Juli Agus Sept Des Maret Aprl Mei Juni
1 Studi pustaka
Persiapan alat
dan bahan
2 penelitian
3 Penelitian
4 Penulisan

14

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


14 Persyaratan Etik Bagian dibawah ini harus diisi apabila penelitian yang diusulkan berkaitan dengan
eksperimentasi pada manusia dan hewan. Metode yang digunakan harus memenuhi ketentuan etik penelitian pada
manusia dan hewan (Human and Animal Ethics). Persyaratan ini dianut oleh semua jurnal ilmiah berbobot.

Implikasi Etik Eksperimental pada Manusia Berikan pernyataan singkat mengenai permasalahn etik
yang dapat timbul dari eksprimentasi, dan jelaskan bagaimana permasalahan tersebut dapat diatasi. Permasalahan etik
termasuk (a) bahaya dan komplikasi perlakuan, (b) kerahasiaan data (confidentiality), (c) Informed consent, dan sebagainya.

Implikasi Etik Eksperimental pada Hewan

15

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


15 Daftar Pustaka Harus relevan dengan usulan.

1. Kurnatowska, I. et al. Prevalence of arterial hypertension and the number and classes of
antihypertensive drugs prescribed for patients late after kidney transplantation. Ann. Transplant.
17, 50–57 (2012).
2. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Panduan Praktik Klinis. Jakarta: 2016.
3. Persell SD. Prevalence of resistant hypertension in the United States 2003–2008. Hypertension.
2011;57:1076–1080.
4. de la Sierra A, Banegas JR, Oliveras A, Gorostidi M, Segura J, de la Cruz JJ, Armario P, Ruilope
LM. Clinical differences between resistant hypertensives and patients treated and controlled with
three or less drugs. J Hypertens. 2012;30:1211–1216.
5. Armario P, Oliveras A, Hern andez del Rey R, Ruilope LM, de la Sierra A. Prevalence of target
organ damage and metabolic abnormalities in resistant hypertension. Med Clin (Barc).
2011;137:435–439.
6. Daugherty SL, Powers JD, Magid DJ, Tavel HM, Masoudi FA, Margolis KL, O’Connor PJ, Selby
JV, Ho PM. Incidence and prognosis of resistant hypertension in hypertensive patients.
Circulation. 2012;125:1635–1642.
7. Kidney Disease: Improving Global Outcomes (KDIGO) CKD Work Group. KDIGO 2012
Clinical Practice Guideline for the Evaluation and Management of Chronic Kidney Disease.
inter., Suppl. 2013; 3: 1–150.
8. Coresh, J. et al., Prevalence of Chronic Kidney Disease in the United States. JAMA
2007;298(17):2038-2047.
9. Starry HR. Jurnal Kedokteran Yarsi 23 (2) : 114-127 (2015): Hipertensi Resisten. Jakarta: 2015
10. Suwitra, Ketut. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam : Sudoyo, Aru W dkk (editor). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Internal Publishing, Jakarta, Indonesia 2009 hal :1035-1040
11. Amato, D., C.A. Aguilar, R.C. Limones, E.Rodriguez,M.A. Diaz, F.Arreola dkk. Prevalence of
Chronic Kidney Disease in Urban Mexican Population.Kidney International, Vol.68. Sepplement
97(2005), pp.S11-S17.
12. Fauci et al.2012.Harrison’s Principles of Internal Medicine 18th Edition. New York, U.S.A.:The
McGraw-Hill Companies.2012
13. Barsoum, R.S. Chronic Kidney Disease in Developing World. N Engl J Med 2006;350;10
14. Krol, G.D. Chronic Kidney Disease Staging and Progression. Dalam : Yee, J dan Krol,G.D.
Chronic Kidney Disease (CDK): Clinical Practice Recommendation for Primary Care Physician
and Healthcare Providers-a Collaborative Approach 6th edition Hendry Ford Health System, Los
Angeles, Amerika 2011: 4-9.
15. Firmansyah, M.A. Diagnosis dan Tata Laksana Nefrosklerosis Hipertensif. CDK-201 2013;40(2):
107-111
16. Restu P, Woro S. Faktor Risiko Gagal Ginjal Kronik di Unit Hemodialisis RSUD Wates Kulon
Progo. Majalah Farmaseutik, Vol. 11 No. 2 Tahun 2015

16

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

Anda mungkin juga menyukai