Latar Belakang
berkomunikasi. Manusia tidak akan lepas dari proses penggunaan bahasa dalam
dari orang tua hingga anak kecil, dan harus menggunakan bahasa untuk
menyampaikan apa yang ingin disampaikan. Selain itu, bahasa dapat juga
diekspresikan melalui tulisan, tanda gestural, dan musik. Bahasa juga dapat
Gestikulasi adalah ekspresi gerakan tangan dan lengan untuk menekankan makna
verbal dengan aksi yang mencakup beberapa gestural (ekspresi gerakan yang
simbol yang kita gunakan untuk berkomunikasi satu sama lain. Sistem itu ditandai
oleh penciptaan yang tidak pernah berhenti dan adanya sistem atau aturan.”
Vygotsky mengemukakan, “a child is not a miniature adult and his mind not
the mind of an adult on a small scale” (Amanda, 2012:270). Pada anak kecil, tata
bahasa yang mereka gunakan tentu berbeda dengan tata bahasa yang orang dewasa
gunakan. Hal ini disebabkan bahasa mereka masih berupa bahasa sederhana.
Bahasa sebagai produk masyarakat, tidak terlepas dari lingkungan sosial dan
“kesopanan atau tatakrama dan perubahannya tidak terlepas dari faktor waktu,
tempat, struktur sosial dan situasi.‟ Faktor waktu yang dimaksud semakin
norma yang berlaku pada zaman yang telah ada. Tatakarma berkaitan dengan
tempat, seperti tatakrama pada saat makan dirumah makan dan juga tatakrama pada
saat berkunjung kerumah orang (bertamu) Tatakrama terkait pula dengan struktur
sosial seperti usia, pekerjaan, jabatan, dan lain sebagainya. Dan juga situasi yang
berbahasa harus sesuai dengan unsur-unsur budaya yang ada dalam masyarakat
Peristiwaa komunikasi tidak mengenal tempat, dimana saja kita bisa melakukan
aktivitas komunikasi dan aktivitas komunikasi dapat terjadi pada siapa saja, seperti
komunikasi yang terjadi antara dokter dengan pasien. Seorang dokter memegang
pengaruh penting bagi kesehatan seorang pasien, karena seorang dokter lebih
Seorang dokter harus benar-benar memahami betul apa yang menjadi keluhan dari
pasien tersebut, oleh sebab itu komunikasi antara dokter dengan pasien sangat
diperlukan dalam hal ini. Biasanya komunikasi yang terjadi antara dokter dengan
pasien terbilang singkat, dokter hanya menanyakan seperlunya saja, tidak ada waktu
diantara keduanya sangat bermanfaat bagi dokter untuk dapat memahami lebih
dalam apa yang menjadi keluhan atau penyakit yang dialami oleh pasien.
Untuk dapat berbincang lebih dalam kepada pasien memang bukan hal yang mudah
sebab tidak mudah bagi dokter untuk menggali keterangan dari pasien karena
memang tidak bisa diperoleh begitu saja.Perlu dibangun hubungan saling percaya
yang dilandasi keterbukaan, kejujuran dan pengertian akan kebutuhan, harapan,
Di Indonesia, sebagian dokter merasa tidak mempunyai waktu yang cukup untuk
Akibatnya, dokter bisa saja tidak mendapatkan keterangan yang cukup untuk
menegakkan diagnosis dan menentukan perencanaan dan tindakan lebih lanjut. Dari
sisi pasien, umumnya pasien merasa dalam posisi lebih rendah di hadapan dokter
Komunikasi yang baik dan berlangsung dalam kedudukan setara (tidak superior-
inferior) sangat diperlukan agar pasien mau atau dapat menceritakan sakit atau
keluhan yang dialaminya secara jujur dan jelas. Komunikasi efektif mampu
2006:1).
Dokter juga merupakan seorang manusia yang memiliki keterbatasan begitu pula
dengan pasien yang juga bukan sekedar objek.Dokter perlu menjelaskan kondisi
dan tindakan medis yang dilakukan pada tubuh pasien. Karena itu komunikasi yang
komunikasi dua arah seringkali tidak terjalin dalam hubungan dokter dan pasiennya
Pasien seolah menjadi takut untuk bertanya dan tak bisa dipungkiri masih banyak
pelayanan kesehatan. Masih banyak oknum dokter yang bersikap arogan dan
Sepertinya halnya antara seorang dokter terhadap pasien, teman sejawat maupun
dengan rekan kerja lainnya. Di dalam profesi dunia kedokteran, komunikasi antara
dokter dengan pasien merupakan sebuah kompetensi yang harus dikuasai oleh
yang benar dan lengkap sehingga dapat membantu dokter dalam mendiagnosis
penyakit pasien secara baik dan memberi obat yang tepat bagi pasien.Dalam
menentukan diagnosa penyakit pada pasien hal pertama yang dilakukan seorang
dokter adalah anamnesis. Anamnesis dalam dunia kedokteran ialah proses tanya
jawab baik kepada pasien secara langsung maupun kepada pihak keluarga dengan
tujuan menggali informasi mengenai riwayat penyakit yang kemudian dari hasil
tanya jawab ini akan didapatkan sebuah diagnosa penyakit yang selanjutnya akan
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut jika diperlukan. Tanpa adanya komunikasi yang
baik maka peluang terjadinya kesalahan dalam mendiagnosa dan penanganan medis
akan semakin besar. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode
studi kasus bagaimana komunikasi risiko yang terjadi antara dokter dengan pasien
,upaya dokter agar dapat meminimalisir terjadinya risiko medis antara dokter
Tak jarang kita mendengar kata ‘malapraktik’ dalam dunia kedokteran sebagaimana
tindakan yang seharusnya membuat pasien lebih baik malah menjadi lebih buruk
bahkan berujung pada kematian. Hal ini disebabkan oleh kurangnnya komunikasi
yang baik antara dokter dengan pasien, dokter dengan keluarga pasien, ataupun
Meskipun dalam beberapa tahun terakhir ini sudah ada upaya dari kalangan dokter
juga wajib mengetahui apa saja yang menjadi hak kita sebagai pasien dan
membekali diri dengan informasi sehingga tidak harus selalu bersikap pasrah
kita sebagai pasien dan membekali diri dengan informasi sehingga tidak harus
karena berbahasa sendiri memiliki tujuan agar dicapainya suatu komunikasi yang
baik yakni penerima informasi mengerti secara jelas yang disampaikan oleh
Indonesia yang baik dan benar sehingga informasi yang diharapkan tidak
Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahasa. Meskipun demikian, hal
antara satu dengan lainnya karena Indonesia memiliki bahasa persatuan yakni
bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia diajarkan kepada setiap warga negara sejak
berada dibangku sekolah baik itu dari tingkat pendidikan terendah yakni Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) hingga tingkat pendidikan tertinggi yakni Perguruan
Tinggi.
semakin penting. Belum optimalnya aspek komunikasi dokter dan pasien menjadi
Hal itu mengemuka dalam Seminar Forum Komunikasi Rumah Sakit dalam Rangka
Pembinaan Praktik Kedokteran yang Baik, di Jakarta, Rabu (29/5). Wakil Ketua
mengatakan, “MKDKI menerima 208 pengaduan selama tahun 2006 hingga Mei
berbahasa sangat perlu dihindari. Meskipun terlihat sepele namun hal ini akan
berakibat fatal terhadap pasien terutama bagi seorang dokter yang merupakan
”Permasalahan yang paling banyak diadukan adalah komunikasi, selain soal dokter
komunikasi, pasien mengeluh soal dokter yang lebih banyak diam dan tidak
Kerja sama antar semua pihak terkait dalam hal komunikasi dalam dunia
penuh oleh dokter melainkan adanya pihak lain termasuk pasien sendiri. Oleh
karena itu biasakanlah diri menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
agar komunikasi yang terjalin satu dengan yang lain tidak terhambat dan mengalami
tersampaikan.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana
berkomunikasi dengan tatacara berbahasa yang baik dan benar dalam penyampaian
3. Pembahasan
a. Pengertian Bahasa
dengan daerah yang lain, hal ini dapat dikarenakan adanya perbedaan
sebagainya.
2) Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), bahasa adalah
sebagai lambang bunyi sebagai mana not yang ada pada nada, akan
Dari beberapa definisi yang telah dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang dapat disampaikan melalui lisan,
tulisan maupun media lain yang sudah disepakati oleh pihak yang berkomunikasi.
Bahasa yang disampaikan melalui lisan dapat disebut dengan bahasa primer
menggunakan suatu simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang
memiliki ciri khas tersendiri yang dapat berbada makna ketika diucapkan oleh
orang dan kondisi yang berbedaSedang pengertian dari tulisan adalah susunan dari
simbol (huruf) yang dirangkai menjadi kata bermakna dan dituliskan. Bahasa lisan
lebih ekspresif. Mimik, ekspresi wajah, intonasi, dan gerakan tubuh dapat
peserta tutur senantiasa tidak saling mempermalukan. Dengan perkataan lain, baik
dalam tatacara berkomunikasi lewat tanda verbal atau tatacara berbahasa. Ketika
menyampaikan ide yang kita pikirkan. Tatacara berbahasa harus sesuai dengan
unsur- unsur budaya yang ada dalam masyarakat tempat hidup dandipergunakannya
misalnya dituduh
6 Sumarsono, Pragmatik, (Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha, 2010),hlm
148 4
sebagai orang yang sombong, angkuh, tak acuh, egois, tidak beradat, bahkan tidak
berbudaya
karena itu, masalah tatacara berbahasa ini harus mendapatkan perhatian, terutama
diharapkan orang lebih bisa memahami pesan yang disampaikan dalam komunikasi
Begitu juga, tatacara berbahasa orang Jawa berbeda dengan tatacara berbahasa
Etika Berbahasa
tindak laku berbahasa hendaknya disertai dengan norma-norma yang berlaku dalam
budaya itu.12 Sistem tindak laku berbahasa menurut norma-norma budaya ini
disebut etika berbahasa atau tata cara berbahasa. Etika berbahasa merupakan
subsistem dari kebudayaan hal ini terbukti dengan kemampuan seseorang dalam
masyarakat tempat ia tinggal. Melalui budaya yang ia pelajari ia akan dapat dengan
mudah menggunakan bahasa sesuai dengan tata cara atau etika berbahasa yang
suatu kelompok masyarakat, oleh karena itu seharusnya etika berbahasa dimiliki
karena melalui bahasa seseorang akan tahu status sosial dan budaya dalam
masyarakat itu sehingga dapat memudahkan orang tersebut dalam memilih atau
kepada siapa, tentang apa, kapan, di mana, dan dengan tujuan apa. Dengan
dalam memilih kata-kata dalam berkomunikasi. Hal di atas sesuai dengan pendapat
Hymes dalam Chaer dan Agustina yang mengatakan bahwa suatu peristiwa tutur
yaitu berkenaan dengan waktu dan tempat tutur berlangsung. Participant yaitu
pihak-pihak yang terlibat dalam pertututran. Ends yaitu maksud dan tujuan
pertuturan. Act sequence yaitu bentuk ujaran da isi ujaran. Key yaitu nada, cara dan
yang digunakan. Genre yaitu jenis bentuk penyampaian. Aspek sosial budaya dalam
memilih kata sapaan juga harus dipertimbangkan dalam etika berbahasa seperti:
yang disapa itu lebih tua, sederajat, lebih muda, atau kanak-kanak; status sosialnya
lebih tinggi, sama, atau lebih rendah, situasinya formal atau tidak formal, akrab atau
tidak akra,; wanita atau pria, sudah dikenal atau belum dikenal dan sebagainya.
Selain aspek sosial yang harus diperhatikan dalam etika berbahasa adalah ketepatan
masyarakat akan saling menghargai satu sama lain dalam berinteraksi atau
berkomunikasi. Kualitas
17
volume suara dan gerak-gerik anggota tubuh saat berbicara juga sangat berpengaruh
pada etika berbahasa. Mengenai kualitas volume suara untuk menjaga etika
berbahasa kita harus mengenal terlebih dahulu penuturnya berasal dari mana atau
kebiasaan di daerahnya, karena biasanya penutur yang berasal dari Sumatra akan
menggunakan volume suara yang lebih tinggi. Oleh karena itu dalam menerapkan
budi bahasa yang halus, nilai rasa yang baik, dan penuh kesopanan, serta berusaha
berkomunikasi.
b. manfaat Bahasa
Bahasa dibentuk oleh kaidah atau aturan serta pola yang tidak boleh
aturan dan pola-pola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk dan tata
kalimat. Bahasa penting dikusai oleh pengirim maupun penerima pesan agar
komunikasi yang terjadi antar keduanya dapat berjalan dengan lancar. Bahasa
adalah suatu sistem dari lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan
(Godam,2008). Bahasa terdiri dari dua jenis, yaitu bahasa lisan sebagai bahasa
Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak
akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain.
Dengan komunikasi pula kita mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai
oleh nenek moyang kita, serta apa yang dicapai oleh orang-orang yang sezaman
maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja
1997 : 4). Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah
memiliki tujuan tertentu, kita ingin dipahami oleh orang lain, kita ingin
menyampaikan gagasan yang dapat diterima oleh orang lain, kita ingin membuat
orang lain yakin terhadap pandangan kita, kita ingin mempengaruhi orang lain.
Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli hasil pemikiran kita. Jadi, dalam hal
ini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran menjadi perhatian utama kita.
khalayak sasaran kita. Pada saat menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, antara
lain kita juga mempertimbangkan apakah bahasa yang kita gunakan mudah
dipahami orang lain atau tidak. Oleh karena itu, seringkali kita mendengar istilah
“bahasa yang komunikatif”. Misalnya, kata makro hanya dipahami oleh orang-
orang dan tingkat pendidikan tertentu, namun kata besar atau luas lebih mudah
dimengerti oleh masyarakat umum. Kata griya, misalnya, lebih sulit dipahami
dibandingkan kata rumah atau wisma. Dengan kata lain, kata besar, luas, rumah,
wisma, dianggap lebih komunikatif karena bersifat lebih umum. Sebaliknya, kata-
kata griya atau makro akan memberi nuansa lain pada bahasa kita, misalnya, nuansa
secara efisien melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh
memungkinkan tiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan kelompok sosial
bagi tiap individu dengan masyarakatnya (Gorys Keraf, 1997 : 5). Cara berbahasa
tertentu selain berfungsi sebagai alat komunikasi, berfungsi pula sebagai alat
integrasi dan adaptasi sosial. Pada saat kita beradaptasi kepada lingkungan sosial
tertentu, kita akan memilih bahasa yang akan kita gunakan bergantung pada situasi
dan kondisi yang kita hadapi. Kita akan menggunakan bahasa yang berbeda pada
orang yang berbeda. Kita akan menggunakan bahasa yang nonstandar di lingkungan
teman-teman dan menggunakan bahasa standar pada orang tua atau orang-orang
3. Alat untuk mengidentifikasi diri.Bahasa dibentuk oleh kaidah atau aturan serta
pola yang tidak boleh dilanggar agar tidak menyebabkan gangguan dalam
berkomunikasi. Kaidah atau aturan dan pola-pola yang dibentuk mencakup tata
bunyi, tata bentuk dan tata kalimat. Bahasa penting dikusai oleh pengirim maupun
penerima pesan agar komunikasi yang terjadi antar keduanya dapat berjalan dengan
lancar. Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat komunikasi, kerja sama dan identifikasi
diri (Godam,2008). Bahasa terdiri dari dua jenis, yaitu bahasa lisan sebagai bahasa
Jenis pelayanan kesehatan yang ada Indonesia sangat beragam mulai dari lingkup
mulai dari lingkup personal, keluarga, dan yang berada di lingkungan masyarakat.
Pelayanan kesehatan dalam lingkungan masyarakat dapat meliputi pelayanan
Rumah Sakit. Komunikasi merupakan hal yang penting dan harus diperhatikan oleh
sangat berpengaruh adalah bahasa. Oleh karena itu dibutuhkan kesamaan jenis
pada bahasa daerah. Hal ini dilakukan oleh perawat agar klien memahami bahasa
yang perawat gunakan. Namun, sebagai seorang perawat harus tetap menghormati
bahasa yang digunakan oleh kliennya. Adapun manfaat dari penggunaan Bahasa
pelayanan kesehatan
mudah memahami dan menerima pesan yang disampaikan oleh pengirim pesan
yang tidak dapat dihindari dalam kegiatan kesehatan atau klinikal. Pasien datang
respon dari keluhan tersebut. Seorang pasien yang datang berobat memiliki harapan
Komunikasi kesehatan antara dokter dan pasien yang dulu menganut pola
paternalistik dengan dokter pada posisi yang lebih dominan sudah saatnya diubah
menjadi setara antara dokter dan pasien. Efektifitas komunikasi yang baik antara
kedua belah pihak akan berdampak pada kesehatan yang lebih baik, kenyamanan,
kepuasan pada pasien, dan penurunan resiko malpraktik, serta perselisihan atau
sengketa yang terjadi antara dokter dan pasien. Salah satu anggota Perhimpunan
Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), dr. Khie Chen yang dikutip Dianne Berry
kesenjangan persepsi antara dokter dan pasien. Pada sisi lain, pasien dan keluarga
merasa kurang puas dengan proses atau hasil pengobatan yang dilakukan,
sedangkan pada sisi lain, dokter dan pihak rumah sakit merasa sudah melakukan
pengobatan secara optimal. Sengketa medis ini terjadi karena adanya perbedaan
persepsi antara dokter dan pasien mengenai penyakit, adanya ekspektasi yang
berlebihan dari pasien terhadap dokter, adanya perbedaan “bahasa”, makna pesan,
dokter dengan pasien, dan atau ketidaksiapan dokter untuk menjalin komunikasi
kedua pihak, pasien dan dokter. Opini yang menyatakan bahwa mengembangkan
komunikasi dengan pasien hanya akan menyita waktu dokter, tampaknya harus
efektif dengan pasiennya, banyak hal-hal negatif dapat dihindari. Dokter dapat
mengetahui dengan baik kondisi pasien dan keluarganya dan pasien pun percaya
penyembuhan pasien selanjutnya. Pasien merasa tenang dan aman ditangani oleh
dokter sehingga akan patuh menjalankan petunjuk dan nasihat dokter karena yakin
bahwa semua yang dilakukan adalah untuk kepentingan dirinya. Pasien percaya
2006).
kebutuhan pasien (tidak hanya ingin sembuh). Dalam pemberian pelayanan medis,
adanya komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien merupakan kondisi yang
diharapkan sehingga dokter dapat melakukan manajemen pengelolaan masalah
Namun disadari bahwa dokter dan dokter gigi di Indonesia belum disiapkan untuk
Tujuan dari komunikasi efektif antara dokter dan pasiennya adalah untuk
mengarahkan proses penggalian riwayat penyakit lebih akurat untuk dokter, lebih
memberikan dukungan pada pasien, dengan demikian lebih efektif dan efisien bagi
Menjalin hubungan dengan pasien juga sangat penting. Dokter harus nampak
Umumnya pasien datang menemui dokter karena cemas dengan keadaannya dan
Tetapi seringkali dokter menghadapi pasien dengan latar belakang sosial dan
sesuai dengan bahasa daerahnya. Meskipun begitu, dokter harus tetap berusaha
dokter pasien yang tidak baik, pasien juga akan enggan memberikan informasi yang
dibutuhkan, dan ini bisa menimbulkan masalah pada proses diagnosis maupun
yang sering timbul adalah pemahaman dan kesepakatan pasien mengenai rencana
medis, pasien menjadi tidak mengerti apa yang dijelaskan dokter (Taylor, 2012).
verbal maupun non verbal, untuk meningkatkan kepuasan pasien saat konsultasi
dan untuk meningkatkan kepatuhan pasien terhadap rencana pengobatan. Kedua hal
penurunan resiko klaim malpraktek, tetapi bukanlah lama waktunya itu sendiri yang
baik jika dokter sedang terburu-buru, marah atau sedang di bawah tekanan
keselamatan pasien (patient safety) yaitu melibatkan pasien dan keluarga dalam
keterlibatan pasien dalam proses terapi. Informed consent tidak hanya sebatas tanda
tangan pasien dan keluarganya, tetapi merupakan suatu proses untuk memberikan
semua pilihan dan resiko yang terkait dengan pengobatan pasien. Sudah banyak
consent dengan baik. Sayangnya keterbatasan waktu dan kebiasaan petugas untuk
diabaikan.
1.
2.
Kompetensi kultural
Banyak pihak yang memperdebatkan sejauh mana dan jenis informasi apa
saja yang harus disampaikan pada pasien dan sejauh mana informasi itu harus
dengan baik. Bagaimana seorang dokter atau praktisi kesehatan lainnya bisa
(stress, kesedihan mendalam, dan lain-lain) dan eksternal (biaya, ancaman, dan lain-
lain)
informasi ini harus disampaikan pada pasien, bahkan lebih baik jika tersedia dalam
bentuk media cetak dan bisa diberikan pada pasien untuk membantu membuat
1.
dijelaskan.
2.
Tingkat kepastian diagnosis: Ilmu kedokteran adalah ilmu yang tingkat
3.
Resiko terapi: pasien perlu mengetahui efek samping terapi, komplikasi akibat
mental pasien, latar belakang dari resiko terapi, konsekuensi jika tidak dilakukan
terapi. Pasien juga perlu tahu pilihan terapi yang tersedia, tidak hanya jenis terapi
yang dipilih dokternya. Pasien juga perlu tahu jenis terapi pilihan, hasil yang
diharapkan, kapan terapi harus dimulai, lama terapi dan biaya yang dibutuhkan.
4.
Manfaat terapi dan resiko jika tidak dilakukan terapi: sebagian terapi prognosisnya
buruk, sehingga pilihan untuk tidak memberikan terapi akan lebih baik.
5.
Perkiraan waktu pemulihan: jenis terapi atau tindakan medis yang dipilih mungkin
6.
terapi dan perawatan: pasien perlu mengetahui apakah tenaga kesehatan yang akan
7.
Ketersediaan dan biaya perawatan setelah keluar dari rumah sakit: pasien mungkin
masih membutuhkan perawatan di rumah setelah keluar dari rumah sakit. Maka
pengetahuan, keahlian, dan sikap yang harus dimiliki semua tenaga kesehatan
supaya dapat memberikan pelayanan kesehatan yang tepat dan adekuat pada semua
orang dengan tetap menghargai budaya lokal. Tenaga kesehatan yang mempunyai
1.
2.
4.
5.
Menyesuaikan cara bekerja dengan budaya setempat, sehingga bisa diterima oleh
merupakan hal yang baru. Dokter dan pasien baru terpapar dengan program patient
safety dan pelibatan pasien dalam proses terapi. Di banyak negara yang sudah lebih
dahulu menerapkan, patient safety adalah tentang mengubah budaya dalam sistem
pelayanan kesehatan.
Salah satu prinsip komunikasi yang baik adalah jujur dan tidak menutupi
kesalahan. Setiap insiden yang terjadi dalam proses pelayanan kesehatan haruslah
dijelaskan dan didiskusikan secara terbuka pada pasien. Di beberapa negara, seperti
Menurut the Australian Commission on Safety and Quality in Health Care, dalam
proses penyampaian insiden pada pasien, dokter harus meminta maaf atas insiden
1.
2.
3.
Permintaan maaf
4.
5.
dan berdampak pada dibuatnya tuntutan hukum. Dokter juga khawatir akan
memberikan lebih banyak stress pada pasien, dan untuk dirinya sendiri, khawatir
Ada beberapa guidelines yang sudah diterbitkan untuk membantu dokter dan
a. Komunikasi yang terbuka setiap saat: ketika terjadi hal yang tidak diinginkan,
pasien dan keluarganya harus diberikan informasi mengenai apa yang telah terjadi
dengan jujur dan terbuka sepanjang waktu. Informasi mengenai proses yang sedang
2.
3.
4.
pasien dan keluarganya ingin mengetahui semua fakta-fakta yang terkait dengan
terjadinya adverse event dan konsekuensinya, ingin diperlakukan dengan penuh
5.
lingkungan dimana semua staff mampu dan terdorong untuk mengenali dan
6.
adverse events dan outcome-nya dilakukan melalui proses yang berfokus pada
manajemen resiko. Hasil investigasi berfokus pada perbaikan sistem dan kemudian
7.
proses peningkatan mutu dan identifikasi resiko klinis melalui kerangka governance
mengetahui apa saja yang bisa dilakukan untuk mencegah hal yang sama
terulang kembali.
confidentiality pasien, keluarganya dan staffnya sendiri, sesuai dengan hukum yang
berlaku.
Komunikasi yang tidak efektif antara dokter dengan pasien ternyata dapat memicu
rasa stres pada pasien, hal ini dapat terjadi karena kadang pasien merasa yang
diucapkan atau dilontarkan oleh dokter, membuat pasien merasa tidak nyaman atau
terkadang ada dokter yang bersifat arogan sehingga membuat pasien tidak leluasa
dalam bertanya atau mengungkapkan sesuatu terhadap dokter, karena dokter yang
arogan biasanya tidak mau menerima saran atau pendapat dari pasien.Dokter yang
cenderung memiliki sifat arogan, menganggap bahwa dirinya lebih tahu mengenai
penyakit pasien. Dijelaskan secara gamblang bahwa tidak mudah bagi dokter
menjadi “terapis” untuk pasiennya. Begitu juga pasien dan dokter sendiri harus
menyadari bahwa pengeluaran emosi yang tidak tepat malah akan memperburuk
kondisi psikologis pasien.Hal ini belum lagi jika ternyata dokter tidak mempunyai
melakukan komunikasi untuk mengeluarkan emosi pasien tanpa dasar ilmu yang
kuat. Sering kita melihat banyak praktisi yang bukan seorang ahli di bidang
kesehatan jiwa ataupun di bidang ilmu perilaku merasa mampu untuk memberikan
membiarkannya berantakan begitu saja. Emosi yang telah dikeluarkan namun tidak
tertangani dengan baik akan sangat berbahaya buat pasiennya sendiri (Kompas, 26
Agustus 2011).
Seorang dokter yang notabene menghadapi pasien yang memiliki sakit parah harus
selalu bisa memberikan rasa aman kepada pasien agar pasien tidak merasa stres,
karena rasa stres yang dialami oleh pasien berpengaruh kuat terhadap penyakit yang
kepada pasien sangatlah penting, karena dari ekspresi atau perkataan yang
dalamnya, antara lain mengenai: kapan, karena apa kematian itu terjadi.
Seperti halnya keputusan yang diberikan dokter kepada pasien, dalam hal ini dokter
harus benar-benar bisa memahami apa yang dirasakan oleh pasien agar tidak terjadi
kesalahan dalam mendiagnosa penyakit pasien, karena terdapat risiko yang besar
dalam mendiagnosa penyakit pasien. Apalagi bila pasien tersebut memiliki riwayat
penyakit yang tergolong parah. Risiko nyawa menjadi tanggung jawab dokter
apabila sampai membuat pasien tersebut kehilangan nyawa atau bertambah parah
Dalam pemaparan di atas tentang malpraktik, ada istilah lain yang masyarakat
belum memahami, atau bahkan tenaga medis sendiripun belum paham mengenai
istilah yang terjadi dalam pelayanannya. Ada yang dikenal dengan risiko tindakan
medis (medical risk) yang memiliki makna sangat luas. Risiko medik terbangun
dari kata “Risiko” dan “Medik”. Risiko sendiri berasal dari kata “risk” yang dalam
bahasa Inggris berarti “The possibility of something bad happening at some time in
the future; a situation that could be dangerous or have a bad result” (Wehmeir 18:
2005) atau kemungkinan terjadinya sesuatu yang tidak baik di kemudian hari;
situasi yang dapat membahayakan atau mempunyai hasil yang tidak baik
10
Risiko tindakan medis dapat terjadi dalam setiap rangkaian proses pengobatan,
seperti pada penegakan diagnosis, saat dilakukan operasi, penentuan obat dan
dosisnya, pasca operasi dan lain sebagainya. Risiko medis juga dapat terjadi di
misalnya) dan lain-lain. (Amir Hamzah Pane, dalam Kompasiana 2 Maret 2013).
event, adverse incident, dan lain sebagainya. Dalam beberapa literatur berkenaan
dengan “medical risk”, diketahui ada perbedaan antara risiko relatif (relative risk)
dan risiko mutlak (absolute risk). Risiko relatif tindakan medis artinya risiko itu
bersifat umum, artinya semua orang yang mendapatkan tindakan medis itu akan
mendapatkan risiko yang sama dan sudah diperkirakan sebelumnya. Risiko relatif
dicontohkan dengan orang yang tanpa diketahui sebelumnya ternyata tidak tahan
11
medis). Dalam perspektif medis, para dokter tidak dapat disalahkan jika terjadi
medical error , preventable medical error, medical accident, atau medical mishap.
Hal-hal ini terjadi diluar kemampuan dan pengetahuan dokter. Dokter sudah
melakukan segala sesuatunya dengan benar dan adequate sesuai standar pelayanan
(SOP) yang disesuaikan juga dengan kondisi dan situasi fasilitas pelayanan. Prinsip
“Saya akan berikhtiar dengan sungguh sungguh supaya saya tidak terpengaruh
Terjalinnya komunikasi yang baik antara dokter dengan pasien atau keluarga
pasien, akan membuat keluarga pasien paham tindakan apa saja yang akan
dilakukan oleh dokter, sehingga nanti apabila terjadi kesalahan atau hal yang tidak
terduga, keluarga pasien sudah paham risiko yang terjadi apabila dilakukan sebuah
tindakan.
19
Sejak awal dokter seharusnya senantiasa menjelaskan risiko apa saja yang bisa
tindakan-tindakan apa saja yang dilakukan oleh dokter dan risiko medis apa saja
yang dapat terjadi. Komunikasi diantara keduanya dinilai sangat penting, kedua
belah pihak harus sama-sama saling memahami agar dapat meminimalisir risiko
Selain wajib menjalin komuniaksi yang baik dengan pasien atau keluarga pasien,
dokter benar-benar harus dapat memberikan rasa aman kepada pasien terutama
apabila saat dokter akan menyampaikan penyakit pasien yang tergolong parah,
disinilah komunikasi risiko dokter dengan pasien berperan. Dokter harus bersikap
hati-hati dalam penyampaian informasi yang mengandung risiko ini, apabila dokter
tidak berhati-hati akan mengakibatkan pasien merasa stres atau terbebani jiwanya
Komunikasi risiko bukan saja pada saat penyampaian dokter kepada pasien
mengenai penyakit parah saja, tetapi juga pada saat dokter akan memeriksa pasien,
dokter harus dapat melihat situasi dan kondisi pasien, yang dimaksudkan dalam hal
ini adalah apabila saat melakukan pemeriksaan dokter melakukan atau memberikan
candaan kepada pasien disaat waktu dan psikis pasien yang tidak tepat, yang akan
berakibat pada pasien akan merasa takut, bukan membuat pasien merasa lebih
tenang tetapi malah akan membuat dampat yang buruk bagi psikis pasien.
20
Dokter boleh saja memberikan semacam candaan kepada pasien, hal ini memang
dapat membuat pasien merasa lebih tenang, tetapi dokter haruslah melihat situasi
dan kondisi pasien. Apabila dokter memberikan candaan diwaktu dan kondisi