Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TELAAH PUSTAKA

II.1. Pengertian Piutang

Menurut para ahli ekonomi terdapat beberapa pengertian piutang

yang dikemukakanyaitu sebagai berikut:

Menurut Soemarso (2004:338) yang dimaksud dengan Piutang

yaitu : “Piutang merupakan kebiasaan bagi perusahaan untuk memberikan

kelonggaran-kelonggaran kepada para pelanggan pada waktu melakukan

penjualan. Kelonggaran-kelonggaran yang diberikan biasanya dalam

bentuk mempernolehkan para pelanggan tersebut membayar kemudian

atas penjualan barang atau jasa yang dilakukan.”

Pengertian piutang menurut Warren Reeve dan Fess (2005:404)

menyatakan bahwa yang dimaksud dengan piutang adalah sebagai berikut:

Piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya,

termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya. Menurut PSAK

no.9 :

Piutang usaha meliputi piutang yang timbul karena penjualan

produk atau penyerahan jasa dalam rangka kegiatan usaha normal

perusahaan. Piutang usaha dan lain-lain yang diharapkan tertagih dalam

satu atau siklus usaha normal diklasifikasikan sebagai aktiva lancar.

Menurut Zaki Baridwan (2004 : 124) Piutang adalah : Piutang

dagang menunjukkan piutang yang timbul dari penjualan barang-barang

atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan, dalam kegiatan normal

13
perusahaan biasanya piutang dagang akan dilunasi dalam jangka waktu

kurang dari satu tahun, sehingga dikelompokkan dalam aktiva lancar.

Munawir (2004:15) berpendapat bahwa: Piutang dagang adalah

tagihan kepada pihak lain (kepada kreditor atau langganan) sebagai akibat

adanya penjualan barang dagangan secara kredit.

Menurut Martono dan Harjito (2007 : 95), piutang dagang

(account receivable) merupakan “tagihan perusahaan kepada pelanggan

atau pembeli atau pihak lain yang membeli produk perusahaan”.

Menurut Munandar (2006:77) yang dimaksud dengan piutang

adalah sebagai berikut : ”Piutang adalah tagihan perusahaan kepada pihak

ain yang nantinya akan dimintakan pembayarannya bilamana telah sampai

jatuh tempo”.

Menurut Rudianto (2009:224) Piutang adalah klaim perusahaan

atas uang, barang atau jasa kepada pihak lain akibat transaksi dimasa lalu.

Menurut Hery, S.E.,M.Si. (2009:265) Piutang adalah sejumlah

tagihan yang akan diterima oleh perusahaan dri pihak lain, baik sebagai

akibat penyerahan barang dan jasa secara kredit maupun sebagai akibat

kelebihan pembayaran kas kepada pihak lain.

Smith dalam wikipedia (2005:286) mengemukakan pengertian

piutang adalah sebagai berikut :

Piutang dapat didefinisikan dalam arti luas sebagai hak atau klaim

terhadap pihak lain atas uang, barang, dan jasa. Namun, untuk tujuan

14
akuntansi, istilah ini umumnya diterpakan sebagai klaim yang diharapkan

dapat diselesaikan melalui penerimaan kas”.

Hongren & Harrison (2007:436) piutang adalah jumlah yang harus

ditagih dari pelanggan , piutang berperan sebagai pengendalian karena

akun tersebut mengiktisarkan total piutang anda.

Definisi piutang menurut Benny Alexandri (2009:117) adalah:

Piutang merupakansejumlah uang hutang dari konsumen pada perusahaan

yang membeli barang dan jasa secara kredit kepada perusahaan.

Maka dapat disimpulkan bahwa piutang bisa timbul tidak hanya

karena penjualan barang dagangan secara kredit, tetapi dapat karena hal –

hal lain, misalnya piuttang kepada pegawai, piutang karena penjualan

aktiva tetap secara kredit, piutang karena adanya penjualan saham secara

kredit atau adanya uang muka untuk pembelia atau kontrak kerja lainnya.

Pengertian piutang dagang menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2007:9:4)

adalah sebagai berikut:

Piutang yang dinyatakan sebagai jumlah kotor tagihan dikurangkan

dengan taksiran yang tidak ditagih jumlah faktor piutang harus tetap

disajikan pada neraca diikuti dengan penyisihan untuk piutang yang

diragukan atau taksiran juumlah yang tidak tertagih.

Kesimpulan dari beberapa defenisi piutang adalah tagihan

perusahaan kepada pihak ketiga dalam bentuk uang, jasa maupun barang

yang semuanya akan membawa pengaruh terhadap kelangsungan hidup

perusahaan dan hubungan langsung dengan langganan penerimaan kredit.

15
Piutang yang timbul dari transaksi penjualan atau penyerahan

barang atau jasa kepada langganan pada umumnya merupakan sebagian

besar dari modal kerja suatu perusahaan. Oleh karena itu pengendalian dan

kebijakan di dalam pemberian kredit dan pengumpulan piutang merupakan

salah satu faktor yang perlu mendapat perhatian serius dari manajemen.

Pengertian Piutang juga dapat dikemukakan berdasarkan

pandangan islam, yaitu Piutang sangat terkait dengan pemberian pinjaman

dari pihak lain sebagai metode dari transaksi ekonomi dimasyarakat.

Sedangkan kredit secara umum lebih mengarah pada pemberian pinjaman

dengan penambahan nilai dalam pengembalian.Hal ini dikarenakan istilah

kredit lebih banyak digunakan dalam perbankan sedangkan dalam

terminology fiqih mu’amalah, hutang piutang disebut dengan

“dain”.Istilah ”dain” ini juga sangat berkait dengan istilah “qard “ yang

dalam bahasa Indonesia dikenal dengan pinjaman. Dalam transaksi hutang

piutang terdapat nilai luhur dan cita – cita social yang sangat tinggi yaitu

tolong menolong dalam perbankan.

Dengan demikian pada dasarnya pemberian hutang atau pinjaman

pada seseorang harus didasari niat yang tulus sebagai usaha atau menolong

sesame dalam kebaikan. Dalam hal transaksi hutang piutang Allah

memberikan rambu – rambu agar berjalan sesuai dengan prinsip syari’ah

yaitu menghindari penipuan yang dilarang Allah. Pengaturan tersebut yaitu

anjuran setiap transaksi hutang piutang dilakukan secara

16
tertulis ketentuan ini terdapat dalam Al’Quran (Al-Baqarah :282) yang

berbunyi :






































17



Artinya :

Hai orang – orang yang beriman apabila kamu bermu’amalah tidak


secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya dan hendaklah seorang penulis diantara
kamumenuliskannya dengan benar sebagaimana Allah mengajarkannya,
maka hendaklah ia menulias dan hendaklah mengimlakkan (apa yang
akan ditulis itu), dan hendaklah dia bertaqwa kepada Allah Tuhannya,
dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya jika yang
berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau
dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya
mengimlakkan dengan jujur, dan persaksikanlah dengan dua orang saksi
dari orang – orang lelaki (diantaramu). Jika tidak ada dua orang lelaki,
maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi – saksi
yang kamu ridha, supaya jika seseorang lupa maka yang seorang
mengingatkannya, janganlah saksi – saksi itu enggan (member
keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis
hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya.
Yang demikian itu, lebih adil disisi Allah dan lebih menguatkan
persaksian dan lebi dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu.
(Tulislah mu’amalahmu itu), kecuali mu’amalah itu perdagangan tunai
yang kamu jalankan diantara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu jika
kamu tidak menulisnya dan persaksikanlah jika kamu berjual beli dan
janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan, jika kamu lakukan
(yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada
dirimu, dan bertaqwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah
maha mengetahui segala sesuatu.

Kesimpulannya pemberian hutang pada sesama merupakan perbuatan

kebajikan, maka seseorang yang memberikan pinjaman, menurut pakar hokum

Islam tidak dibolehkan mengambil keuntungan (profit).

II.2. Penilaian Piutang

18
Piutang dilaporkan pada nilai yang dapat direalisasikan atau nilai kas

yang diharapkan.Ini berarti bahwa piutang harus dicatat bersih sesuai dengan

memperhitungkan estimasi tak tertagih, potongan daggang dan retur serta

pengurangan harga jual yang diantisipasikan.

Piutang tak tertagih akan dijadikan sebagai beban operasional dari

perusahaan, karena piutang tak tertagih merupakan resiko dari penjualan

kredit. Untuk memperkecil resiko kredit yang merupakan resiko tak

terbayarnya kredit yang telah diberikan kepada para pelangga, manajemen

juga harus mengevaluasi resiko kiredit. Dalam akuntansi dikenal dua metode

yang dapat digunakan dalam pencatatan piutang tak tertagih (menurut

Horngren & Harrison (2007 : 440) yaitu : II.2.1. Metode Penyisihan

Perusahaan – perusahaan besar pada umumnya menentukan

jumlahtertentu dari piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih, yang

dilakukan tiap periode untuk menjaga kemungkinan tak tertagihnya

piutang dikemudian hari. Karena pada saat timbulanya piutang, belum

dapat ditentukan secara pasti mana piutang yang dapat ditagih dan

berapa jumlahnya. Piutang harus disajikan sebesar nilai kotornya dan

dikurangi penyisihan piutang ragu – ragu atau taksiran jumlah piutang

tak tertagih (Niswonger, 2005 : 239).

Pencadangan penyisihan dimuka untuk tagihan yang tidak

dapat tertagih kemudian hari ini dicatat dengan ayat jurnal penyesuaian

19
pada akhir periode fiskal. Seperti halnya pos – pos penyesuaian lainnya

ayat jurnal penyesuaian ini mempunyai dua tujuan, yakni :

a) Mengurangi nilai piutang dagang yang diharapkan dapat dicairkan

menjadi uang kas diwaktu yang akan datang.

b) Mengalokasikan taksiran beban pengurangan nilai tersebut ke periode

berjalan.

Menurut pendapat diatas maka pada akhir periode fiskal, piutang

harus dibuat ayat jurnal penyesuaian terhadap piutang tak tertagih yang

bertujuan untuk mengurangi nilai piutang dagang yang dpat dicairkan

dimasa akan datang dan untuk mengalokasikan taksiran beban

pengurangan nilai tersebut pada periode berjalan.

Menurut Kieso (2002:390) yang diterjemahkan oleh Emil salim

piutang tak tertagih adalah sebagai berikut : “Kerugian pendapatan, yang

memerlukan, melalui ayat jurnal pencatatan yang tepat pada akun,

penurunan aktiva piutang usaha serta penurunan yang berkaitan dengan

laba”.

Supryono (2002:94) menjelaskan mengenai langkah – langkah

untuk menentukan besarnya beban piutang tak tertagih yang didasarkan

atas analisa umur piutang sebagai berikut :

a) Menganalisis dan mengelompokkan saldo piutang masing – masing

langganan menurut umur, dengan cara melihat pada kartu piutang untuk

langganan yang bersangkutan

20
b) Menghitung saldo piutang untuk masing – masingkelompok umur,

dengan cara menjelaskan saldo piutang untuk masing – masing

kelompok umur langganan.

c) Menghitung penyisihan piutang yag diperlukan untuk masing – masing

kelompok umur secara keseluruhan, caranya dengan mengalikan saldo

piutang untuk masing – masing kelompok umur dengan taksiran

persentase tertentu.

d) Menghitung besarnya beban piutang tak tertagih untuk periode akuntansi

yang bersangkutan.

Catatlah Beban Piutang Tak Tertagih sebesar yang diestimasi dan

tetapkan penyisihan piutang tak tertagih , yaitu akun kontra terhadap piutang

dagang. Jurnal yang diperlukan untuk kejadian seperti keterangan diatas

adalah :

Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih xxxx

Penyisihan Piutang Tak Tertagi xxxx

Apabila piutang yang dicadangkan tidak tertagih ini dipastikan

tidak tertagih sama sekali, makan piutang tersebut dahapuskan dari

perkiraan penyisihan piutang tak tertagih. Dengan mendebet perkiraan

penyisihan piutang tak tertagih dan mengkredit piutang dagang sebesar

jumlah yang tidak tertagih. Jurnal untuk transaksi ini adalah :

Penyisihan Piutang Tak Tertagih xxxx

Piutang Dagang xxxx

21
Dengan demikian, jumlah yang dihapuskan dari perkiraan

penyisihan dalam suatu periode jarang sekali dapat sama dengan jumlah

saldo awal perkiraan penyisihan tersebut. Perkiraan penyuisihan akan

mempunyai saldo kredit pada akhir suatu periode apabila penghapusan

selama periode itu kurang dari saldo awal dan mempunyai saldo debet bila

penghapusan lebih besar dari pada saldoo awal. Setelah ayat jurnal

penyesuaian akhir tahun dibukukan, perkiraan penyisihan ini akan

mempunyai saldo kredit lagi.

Piutang yang telah dihapuskan sebelumnya mempunyai

kemungkinan dapat ditagih dikemudian hari. Dalam hal ini piutang

tersebut harus ditimbulkan lagi dan ini merupakan kebalikan dari ayat

jurnal pengahapusan. Ayat jurnal untuk menimbulkan kembali untuk

piutang tersebut adalah sebagi berikut (Soemarso, 2004:373) :

Piutang dagang xxxx


Penyisihan Piutang Tak Tertagih xxxx
Kas xxxx
Piutang Dagang xxxx
Piutang tak tertagih dapat ditaksirkan berdasarkan atas :

1 Metode persentase dari saldo piutang dagang

Metode persentase saldo piutang untuk menemukan besarnya

taksiran piutang tak tertagih dalam suatu periode, dapat dilakukan dengan

cara mengalikan persentase tertentu dengan jumlah penjualan periode

tersebut. Contohnya total penjualan PT.ABC pada awal periode saldo

piutang adalah Rp. 10.000.000,- dan pada akhir periode sebesar Rp.

22
15.000.000,- dan berdasarkan pengalaman lalu 3% dari penjualan kredit

tidak dapat direalisasikan, maka penyisihan piutang tak tertagih adalah

sebesar 3% dari saldo rata-rata piutang. Maka jurnal yang diperlukan

adalah :

Saldo piutang rata-rata =


12.500.000,-

Penyisihan piutang tak tertagih adalah = 3% x Rp. 12.500.000,- =

Rp.375.000,-

Beban Piutang Tak Tertagih Rp. 375.000,-


Penyisihan Piutang Tak Tertagih Rp. 375.000,-

2 Metode persentase dari penjualan

Dalam metode ini, besarnya taksiran piutang tak tertagih dapat

ditentukan dengan cara mengalikan persentase piutang tak tak tertagih

dengan jumlah piutang dagang yang ada pada akhir periode berjalan.

Contohnya adalah PT.ABC mempunyai saldo piutang dagang sebesar Rp.

150.000.000,- dan diestimasikan bahwa % dari penjualan tidak dapat

ditagih. Maka ( % dari Rp.150.000.000,- )

Beban Piutang Tak Tertagih Rp. 375.000,-


Penyisihan Piutang Tak tertagih Rp. 375.000.-

Kelemahan dalam menentukan piutang tak tertagih berdasarkan

atas persentase tertentu adalah tidak dikelompokkan piutang berdasarkan

umurnya.Karena piutang yang umurnya lebih lama, lebih besar resiko

untuk tidak tertagih dibandingkan dengan umur piutang yang lbih pendek.

23
3 Metode umur piutang

Terdapat beberapa langkah untuk menentukan besarnya beban piutang

tak tertagih yang didasarkan pada umur piutang, yaitu :

a) Menganalisa dan mengelompokkan saldo piutang dari masing –

masing langganan menurut umur dengan cara melihat pada kartu

piutang untuk langganan bersangkutan.

b) Menghitung saldo piutang untuk masing – masing kelompok umur,

dengan cara menjumlahkan saldo piutang untuk masing – masing

kelompok umur masing – masing pelanggan.

c) Menghitung menyisihan piutang yang diperlukan untuk masing –

masing kelompok umur dan secara keseluruhan, caranya dengan

mengalikan saldo piutang untuk masing – masing kelompok umur

dengan taksiran persentase tertentu. Biasanya semakin lama umur

piutang, semakin besar piutang tak tertagih.

II.2.2. Metode Penghapusan Langsung

Apabila perusahaan menggunakan metode ini, maka tidak ada perkiraan

penyisihan atau penaksiran jumlah piutang yang diperkirakan tak tertagih.

Pencatatan baru dilakukan jika piutang benar – benar dinyatakan tidak tertagih.

Dalam metode penghapusan langsung, piutang dagang yang tak tertagih

baru diakui sebagi beban apabila bagian kredit menyatakan bahwa piutang

tersebut tidak dapat tertagih, maka bagian akuntansi akan mendebet beban

24
piutang tak tertagih dan akan mengkredit piutang dari langganan yang

dianggap tidak membayar utangnya.

Menurut pendapat diatas dalam metode penghapusan langsungm piutang

dagang yang tidak tertagih baru diakui sebagai beban pada saat piutang

tersebut benar – benar tidak dapat ditagih oleh debitur. Jurnal yang diperlukan

untuk menghapus piutang yang benar – benar tak tertagih adalah sebagai

berikut :

Beban Piutang Tak Tertagih xxxx


Piutang Dagang xxxx
Apabila piutang yang telah dihapus dikemudian hari dapat ditagih lagi

maka piutang tersebut harus ditimbulkan lagi. Jurnal yang digunakan untuk

menimbulkan kemvbali piutang tersebut bila tagihan diterima dalam satu tahun

yang sama dengan penghapusannya adalah :

Piutang Dagang xxxx

Beban Piutang Tak Tertagih xxxx

Apabila perusahaan menggunaka metode penghapusan langsungmaka

tidak dapat menunjukkan jumlah piutang yang diharapkan kan ditagih dalam

neraca hanya dengan menunjukkan jumlah piutang bruto. Juga akan ada

kemungkinan dilporkan tidak wajar, karena beban piutang tak tertagih akan

dilaporkan pada periode yang tidak semestinya sebagai tandingan terhadap

pendapatan yang overstated.

25
II.3. Klasifikasi Piutang

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2009) piutang diklasifikasikan

sebagai berikut:

II.3.1 Piutang Usaha

Merupakan jenis piutang yang diperkirakan dapat ditagih

antara 30 - 60 hari.Piutang Wesel / Wesel Tagih, merupakan jenis

piutang yang periode kreditnya lebih dari 60 hari.Piutang Lain-lain,

merupakan jenis piutang yang jika dapat ditagih dalam waktu 1 tahun

diklasifikasikan sebagai aktiva lancar.Namun jika piutang tersebut

tidak dapat ditagih dalam waktu 1 tahun diklasifikasikan sebagai

aktiva tidak lancar.

II.3.2 Piutang lain – lain

Merupakan piutang yang timbul dari kegiatan diluar

aktivitas normal perusahaan bukan sebagai akibat penjualan barang

atau jasa yang dihasilkan perusahaan, seperti :

a) Persekot dalam kontrak perusahaan

b) Klaim atas perusahaan pengangkutan untuk barang yang rusak atau

hilang

c) Klaim terhadap perusahaan asuransi terhadap kerugian – kerugian

yang diprtanggungkan.

d) Klaim terhadap pegawai perusahaan

e) Klaim terhadap retribusi pajak

f) Piutang Deviden

26
Berkaitan dengan penggolongan piutang Kosasih (2002:434)

menjelaskan sebagai berikut :

Piutang usaha timbul dari transaksi penjualan normal atas barang/jasa

yang dilakukan secara teratur, sedangkan piutang lain – lain timbul dari

transaksi diluar penjualan normal.

Piutang dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara, antara lain :

a) Sumber terjadinya piutang

b) Bentuk perjanjian piutang

c) Tujuan penyajian dalam laporan keuangan

d) Pengklasifikasian piutang menurut sumber terjadinya

e) Piutang dagang

Menurut piutang yang timbul dari penjualan barang – barang atau

jasa – jasa secara kredit yang dihasilkan perusahaan. Dalam aktiva normal

perusahaan, biasanya piutang dagang akan dilunasi dalam jangka waktu

lebih kurang dari satu periode dalam bentuk uang. Oleh karena itu barang

yang akan dititipkan tidak dicatat sebagai piutang sampai saat barang –

barang tersebut telah dijual.

Martono dan Harjito (2007:95) menyebutkan bahwa untuk tujuan

pelaporan keuangan, piutang diklasifikasikan sebagai lancar dan tidak

lancar. Piutang lancar diharapkan akan tertagih dalam satu tahun selama satu

siklus operasi berjalan, mana yang lebih panjang. Semua piutang lain

digolongkan sebagai piutang tidak lancar. Selanjutnya piutang

27
diklasifikasikan dalam neraca sebagai piutang dagang dan piutang non

dagang.

1. Piutang Dagang (Trade Receivable)

Piutang dagang adalah jumlah yang terutang oleh pelanggan untuk

barang atau jasa yang telah diberikan sebagai bagian dari operasi bisnis

normal. Piutang dagang di subklasifikasikan lagi menjadi piutang usaha

dan wesel tagih.

a) Piutang Usaha (Account Receivable)

Piutang usaha adalah janji lisan dari pembeli untuk membayar barang

atau jasa yang dijual.Piutang usaha biasanya dapat ditagih dalam 30

sampai 60 hari.

b) Wesel Tagih (Note Receivable)

Wesel tagih (note receivable) adalah jumlah yang terutang bagi

pelanggan di saat perusahaan telah menerbitkan surat utang

formal.”Wesel tagih dapat berasal dari penjualan, pembiayaan, atau

transaksi lainnya.

Wesel tagih dapat digolongkan dalam dua (2) jenis, yaitu:

1) Wesel tagih berbunga (interest bearing note)

Wesel tagih berbunga ditulis sebagai perjanjian untuk

membayar pokok atau jumlah nominal dan ditambah dengan

bunga yang terhutang pada tingkat khusus.

28
2) Wesel tagih tanpa bunga (non interest bearing note)

Pada wesel tagih tanpa bunga tidak dicantumkan persen

bunga, tetapi jumlah nominalnya meliputi beban bunga. Jadi,

nilai sekarang merupakan selisih antara jumlah nominal dan

bunga yang dimasukkan dalam wesel tersebut yang kadang-

kadang disebut bunga implisit atau bunga efektif.

2. Piutang Non Dagang (Nontrade Receivable)

Piutang non dagang adalah tagihan-tagihan yang timbul dari

transaksi selain penjualan barang atau jasa. Sejumlah contoh piutang

non-dagang dari berbagai transaksi misalnya:

a) Uang muka kepada karyawan staf

b) Uang muka kepada anak perusahaan

c) Piutang deviden dan bunga

II.4. Pengakuan Piutang

Pengakuan piutang erat kaitannya dengan pengakuan pendapatan, karena

pendapatan pada umumnya dicatat ketika proses menghasilkan laba telah selesai

dan terealisir atau dapat direalisasi, maka piutang yang bersal dari penjualan

barang pada umumnya diakui pada waktu hak milik atas barang berpindah kepada

pembeli, karena pada saat peralihan hak dapat bervariasi sesuai dengan syarat –

syarat penjualan Warren (2008:44). Syarat – syarat penjualan tersebut terbagi dua,

yaitu :

29
II.4.1 FOB Shipping Point

Free On Board Shipping Point merupakan suatu penyerahan

barang dimana penjualan membebankan pembeli atas beban angkut

pengiriman barang hanya sampai ditempat pengiriman. Apabila barang

yang dibeli dengan syarat FOB Shipping Point, maka biaya angkut yang

telah dibayar oleh pembeli dari beban angkut pengiriman barang hanya

sampai ditempat pengiriman, sedangkan beban dari tempat pengiriman

ketempat yang diinginkan pembeli merupakan tanggungan pembeli.

Apabila barang yang dibeli dengan syarat FOB Shipping Point,

maka biaya angkut yang telah dibayar oleh pembeli didebet keperkiraan

pembelian dan mngkredit perkiraan kas. Jika penjual yang membayar

biaya angku ini terlebih dahulu, maka pembeli akan mendebit perkiraan

pembelian dan mengkreditkn perkiraan hutang dagang. Sedngkan pihak

penjual dapat menambahkan biaya angkut tersebut kedalam hutang dagang

sipembeli berarti akan menambah piutang penjualan.

II.4.2 FOB Destination

Free On Board Destination merupakan syarat dimana pihak

penjual membebaskan pembeli dari keharusan membayar biaya angkut

barang yang dibeli oleh pembeli. Maksudnya biaya pengangkutan barang

dari tempat penjual kegudang pembeli ditanggung oleh penjual.

pengakuan untuk beban angkut barang yang dijual dapat

diberlakukan sebagai penjualn dan dapat pula diberlakukan sebagai

pengurang terhadap penjualan kotor, namun keduanya akan mengurangi

30
pendapatan yang akan dilaporkan pada periode terjadi penjualan, karena

dalam menetapkan harga penjualan, beban tersebut kadang – kadang sudah

diperhitungkan terlebih dahulu.

Piutang usaha didukung oleh faktur penjualan atau dokumen

lainnya selain jaminan tertulis formal, dan di dalamnya dimuat jumlah yang

diharapkan dapat tertagih pada tahun setelah tanggal neraca atau dalam

siklus operasi perusahaan.Setiap piutang usaha dari pelanggan dengan

saldo kredit (dari pembayaran di muka atau kelebihan pembayaran)

direklasifikasi dan dilaporkan sebagai kewajiban.

Piutang usaha hanya diakui ketika kriteria atas pengakuan telah

dipenuhi. Piutang usaha dinilai pada harga pertukaran awal antara

perusahaan dengan pihak ketiga, dikurangi penyesuaian untuk diskon tunai,

retur penjualan, serta penyisihan dan piutang tak tertagih yang

menghasilkan nilai realisasi bersih, yaitu jumlah kas yang diharapkan akan

tertagih.

II.5. Pengukuran Piutang

Pengukuran piutang mencakup kapan diakui dan berapa jumlah

piutang dan harus dicatat agar jumlah yang harus disajikan menunjukkan

nilai yang wajar. Pengukuran piutang dilakukan terhadap piutang dagang dan

piutang wesel, karena keduanya sering dijumpai dalam suatu perusahaan dan

biasanya meliputi jumlah yang besar. Dengan adanya pengukuran piutang

tersebut maka dapat diketahui dengan tepat nilai wajar piutang yang

bersangkutan.

31
Hery, S.E.,M.Si (2009:270) mengemukakan, akun piutang usaha

pertama kali akan timbul karena penjualan barang secara kredit, yang

kemudian dapat diikuti dengan transaksi return penjualan, penyesuaian dan

pengurangan harga jual dan pada akhirnya penagihan. Jurnal yang dibuat oleh

perusahaan jika ada transaksi penjualan secara kredit sebesar xxxx :

Piutang Usaha xxxx


Penjualan xxxx
Jika transakasi penjualan tersebut ada potongan, maka jurnal yang
dibuat oleh perusahaan saat pembayaran adalah :
Kas xxxx
Potongan Penjualan xxxx
Piutang Usaha xxxx
Menurut Donald. E Kieso (2008:348) dalam sebagian besar transaksi

piutang, jumlah yang harus diakui adalah harga pertukaran diantara dua belah

pihak, yang disertai dengan syarat penjualan, yaitu : II.5.1. Diskon Dagang

Harga barang biasanya dapat dikenakan diskon dagang atau

kuantitas digunakan untuk menghindari perubahan yang sering terjadi

dalam katalog, untuk mengutip harga yang berbeda bagi pembelian

dalam kuantitas yang berbeda.Diskon dagang biasanya dikutip sebagai

suatu persentase.

II.5.2. Diskon Tunai (Potongan Penjualan)

Perusahaan biasanya mencatat transaksi penjualan dan diskon

penjualan dalam jumlah kotor.Menurut metode ini, diskon penjualan

hanya diakui dalam akun apabila pembayaran diterima dalam periode

32
diskon. Diskon penjualan lalu akan ditunjukkan dalam laporan laba rugi

sebagai pengurang atas penjualan untuk mendapatkan penjualan bersih.

Untuk pencatatan diskon penjualan ada dua metode yang

digunakan perusahaan, yaitu pertama metode bruto dimana diskon

penjualan harus dilaporkan sebagai pengurang atas penjualan dalam

laporan laba-rugi. Penandingan yang tepat mengharuskan estimasi yang

memadai atas jumlah diskon material yang diharapkan akan diambil

serta dibebankan terhadap penjualan. Yang kedua metode netto dimana

pengakuan diskon penjualan byang hilang telah tepat karena piutang

dilaporkan lebih dekat kenilai realisasinya dan angka penjualan bersih

mengukur pendapatan yang dihasilkan dari penjualan itu.

Tabel II.1 ayat jurnal metode bruto dan metode netto.

Metode Bruto Metode Netto


Penjualan esnilai $10.000, syarat 2/10, n/30 :
Piutang Usaha 10.000 Piutang usaha 9.800
Penjualan 10.000 Penjualan 9.800
Pembayaran diterima $4.000 diterima dalam periode diskon
Kas 3.940 Kas 3.920
Diskon 80 Piutang Usaha 3.920
Penjualan
Piutang Usaha 4.000
Pembayaran sebesar $6.000 diterima setelah periode diskon
Kas 6.000 Piutang Usaha 120
Piutang Usaha 6.000 Diskon penj
yang hilang 120
Kas 6.000
Piutang
usaha 6.000
Sumber : Zaki baridwan, Intermediate Accounting Yogyakarta

33
II.5.3 Elemen Bunga

Piutang idealnhya diukur pada nilai sekarang, yaitu nilai yang

didiskontokan dari kas yang akan diterima dimasa yang akan dating, sebab

nilai nominal piutang bukan nilai yang sebenarnya yang diterima bila

dihitung suatu tingkat bunga tertentu. Pada umumnya jumlah bunga yang

diperoleh dari piutang tersebut tidak material sehingga para akuntan memilih

untuk mengabaikannya.

34

Anda mungkin juga menyukai