Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Epidemiologi
Dermatitis seboroik dapat terjadi pada semua kelompok usia, namun
biasanya terpisah menjadi dua golongan usia yaitu neonatus dan dewasa.Pada
bayi,penyakit memuncak pada 3 bulan pertama, sedangkan pada dewasa pada usia
30 hingga 60 tahun.Dermatitis seboroik biasanya diderita lebih banyak oleh lelaki
dibandingkan dengan perempuan,dalam berbagai golongan usia dan ras. Di
berbagai negara Asia, pasien DS berusia antara 12 hingga 20 tahun. DS juga dapat
ditemukan pada pasien dengan kondisi imunosupresi (misalnya pasien dengan
HIV/AIDS, transplantasi organ) dan penyakit lain misalnya Parkinson, serta
gangguan nutrisi dan kelainan genetik.
Taksiran prevalensi dermatitis seborik dibatasi oleh ketiadaan kriteria
diagnostik yang sah dan juga skala penentuan grade keparahan.Dermatitis
seboroik merupakan salah satu penyakit kulit paling umum, kondisi ini
mempengaruhi sekitar 11,6% populasi umum dan sampai 70% bayi pada tiga
bulan pertama kehidupan6.
2.1.3 Patogenesis
Patogenesis DS masih belum diketahui dengan pasti, namun berhubungan
erat dengan jamur Malassezia,kelainan imunologis, aktivitas kelenjar sebasea dan
kerentanan pasien. Jumlah sebum yang diproduksi bukan faktor utama pada
kejadian DS. Permukaan kulit pasien DS kaya akan lipid trigliserida dan
kolesterol, namun rendah asam lemak dan skualen. Flora normal kulit, yaitu
Malassezia.sp dan Propionibacterium acnes,memiliki enzim lipase yang aktif
2
yang dapat mentransformasi trigliserida menjadi asam lemak bebas. Asam lemak
bebas bersama dengan reactive oxygen species (ROS) bersifat antibakteri yang
akan mengubah flora normal kulit. Perubahan flora normal, aktivasi lipase dan
ROS akan menyebabkan dermatitis seboroik. Koloni jamur mempunyai
kemampuan untuk berproliferasi di permukaan kulit hingga menimbulkan reaksi
inflamasi dan secara klinis nampak berupa skuama6.
3
batas eritema bersisik yang disebut “corona seborrheica. Dua bentuk dermatitis
seboroik bisa terjadi pada dada, tipe petaloid dan tipe pitiriasiform.
Gejala yang umum lainnya dari dermatitis seboroik adalah blefaritis dengan
kerak-kerak berwarna kekuningan sepanjang pinggir kelopak mata. Bila hanya
1
manifestasi ini yang ada, maka diagnosis tidaklah sulit. Varian serius dari penyakit
kulit ini adalah exfoliative erythroderma (seborrheic erythroderma)6.
2.1.6 Diagnosis
Pada orang dewasa, dermatitis seboroik adalah dermatosis kronis berulang
yang dimulai dari eritema ringan sampai moderat hingga lesi papular, eksudatif
.
dan bersisik, semakin memburuk jika disertai stres atau kurang tidur Dengan
tingkat pruritus bervariasi. Lesi terutama berkembang pada daerah yang produksi
sebumnya tinggi seperti kulit kepala, wajah, telinga eksternal, daerah
retroaurikular dan daerah pra-sternal, kelopak mata dan lipatan-lipatan tubuh.
Lesi pada kulit kepala dimulai dari pengelupasan ringan hingga kerak-
kerak berwarna kekuningan yang melekat pada kulit kepala dan rambut, yang bisa
memicu atau tidak terjadinya daerah alopesia (pseudo tinea amiantacea)
Pada wajah, keterlibatan daerah glabela dan malar, lipatan nasolabial dan
alis mata merupakan ciri khas. Keterlibatan kelopak mata menyebabkan blefaritis,
pada pria daerah kumis juga bisa terpengaruh dengan lesi dermatitis seboroik6.
4
Gambaran klinis
Peradangan yang berat pada tinea kapitis berupa pembengkakan yang
menyerupai sarang lebah dan serbukan sel radang yang padat
disekitarnya8.
b. Psoriasis Vulgaris
Epidemiologi
Insiden pada pria agak lebih banyak dari pada wanita, psoriasis terdapat
pada semua usia, tetapi umunya pada orang dewasa.
Predileksi
Lokasi penyakit ini yaitu di daerah scalp, berbatasan didaerah tersebut
dengan muka ekstremitas bagian ekstensor terutama siku serta lutut dan
daerah lumbosakral.
Gambaran klinis
Kelainan kulit terdiri dari atas bercak-bercak eritema yang meninggi (Plak)
dengan skuama diatasnya. Eritema sirkumskrip dan merata, tetapi pada
stadium penyembuhan sering eritema yang ditengah menghilang dan
hanya terdapat di pinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih
seperti mika, serta transparan. Keluhan gatal sering terjadi, terutama
psoriasis di scalp dan psoriasis anogenital.
Efloresensi
Bercak-bercak eritema yang meninggi (Plak) dengan skuama diatasnya.
Eritema sirkumskrip dan merata, tetapi pada stadium penyembuhan sering
eritema yang ditengah menghilang dan hanya terdapat di pinggir. Skuama
berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika, serta transparan.
Besar kelainan bervariasi : lentikular, nummular atau plakat, dapat
berkonfluensi9.
2.1.8 Tatalaksana
Non-Medikamentosa
Memberikan edukasi kepada pasien maupun keluarganya mengenai
penyakitnya, faktor risiko, kebiasaan hidup dan lifestyle pasien untuk memperoleh
hasil pengobatan yang optimal6.
5
Medikamentosa
1. Sampo yang mengandung obat anti Malassezia, misalnya : selenium
sulfida, zinc pirithione, ketokonazole, berbagai shampo yang
mengandung ter dan solusio terbinafine 1%.
2. Skuama dapat diperlunak dengan krim yang mengandung asam
salisilat atau sulfur
3. Pengobatan simptomatik dengan kortikosteroid topikal potensi
sedang. Takrolimus dan pimekrolimus terutama daerah wajah sebagai
pengganti kortikosteroid topikal.
4. Metrodinazol topikal, siklopiroksolamin,talkasitol,benzoil peroksida
dan salep litium suksinat 5%6.
2.1.9 Prognosis
Dapat sembuh dengan sendirinya disertai prognosis yang baik pada bayi
dibandingkan dengan kondisi kronis dan relaps pada orang dewasa. Tidak ada bukti
yang menyatakan bayi dengan dermatitis seboroik juga akan mengalami penyakit ini
pada saat dewasa. Pasien dermatitis seboroik dewasa dengan bentuk berat
kemungkinan dapat persisten6.
2.2.2 Epidemiologi
Di indonesia, dermatofitosis merupakan 52% dari seluruh dermatomikosis,
tinea kruris dan tinea korporis merupakan dermatofitosis terbanyak. Insidensi
dermatomikosis di berbagai rumah sakit pendidikan dokter di Indonesia yang
menunjukkan angka persentase terhadap seluruh kasus dermatofitosis bervariasi
6
dari 2,93% (Semarang) yang terendah sampai 27,6% (Padang) yang tertinggi.
Laki-laki pasca pubertas lebih banyak terkena dibanding wanita,biasanya
mengenai usia 18-25 tahun serta 40-50 tahun10.
2.2.3 Etiologi
Penyebab tinea kruris terutama adalah Epidermophyton floccosum dan
Trichophyton rubrum. Selain itu juga dapat disebabkan oleh Trichophyton
mentagrophytes dan walaupun jarang di sebabkan oleh Microsporum gallinae10.
2.2.5 Patogenesis
Tinea kruris biasanya terjadi setelah kontak dengan individu atau binatang
yang terinfeksi. Penyebaran juga mungkin terjadi melalui benda misalnya
pakaian, perabotan, dan sebagainya. Tinea kruris umumnya terjadi pada pria.
Maserasi dan oklusi kulit lipat paha menyebabkan peningkatan suhu dan
kelembaban kulit sehingga memudahkan infeksi, selain itu dapat pula terjadi
akibat penjalaran infeksi dari bagian tubuh lain. Dermatofita mempunyai masa
inkubasi selama 4-10 hari. Infeksi dermatofita melibatkan tiga langkah utama :
perlekatan ke keratinosit, penetrasi melalui dan diantara sel, dan perkembangan
respon pejamu.
a. Perlekatan jamur superfisial harus melewati berbagai rintangan untuk bisa
melekat pada jaringan keratin diantaranya sinar UV,
7
suhu,kelembaban,kompetisi dengan flora normal dan sphingosin yang
diproduksi oleh keratinosit. Asam lemak yang di produksi oleh kelenjar
sebasea juga bersifat fungistatik.
b. Penetrasi. Setelah terjadi perlekatan, spora harus berkembang dan
menembus stratum korneum dengankecepatan yang lebih cepat daripada
proses deskuamasi. Penetrasi juga dibantu oleh sekresi proteinase, lipase
dan enzim mucinolitik, yang juga menyediakan nutrisi untuk jamur.
Trauma dan maserasi juga membantu penetrasi jamur ke keratinosit.
Pertahanan baru muncul ketika jamur mencapai lapisan terdalam
epidermis.
c. Perkembangan respon pejamu. Derajat inflamasi di pengaruhi oleh status
imun penderita dan organisme yang terlibat. Reaksi hipersensitivitas tipe
IV atau Delayed Type Hipersensitivity (DHT) memainkan peran yang
sangat penting dalam melawan dermatofita. Infeksi menghasilkan sedikit
eritema dan skuama yang dihasilkan oleh peningkatan pergantian
keratinosit10.
2.2.7 Diagnosis
Diagnosis ditegakan berdasarkan gambaran klinis yaitu adanya kelainan
kulit berupa lesi berbatas tegas dan peradangan dimana pada tepi lebih nyata
8
daripada bagian tengahnya.Pemeriksaan mikologi ditemukan elemen jamur pada
pemeriksaan kerokan kulit dengan mikroskopik langsung memakai larutan KOH
10-20%. Pemeriksaan KOH paling mudah diperoleh dengan pengambilan sampel
dari batas lesi.Hasil pemeriksaan mikroskopis KOH 10 % yang positif, yaitu
adanya elemen jamur berupa hifa yang bercabang dan atau artrospora.
Pemeriksaan mikologik untuk mendapatkan jamur di perlukan bahan klinis,yang
dapat berupa kerokan kulit,rambut, dan kuku10.
9
b.Eritrasma
- Epidemiologi
Insiden eritrasma lebih tinggi pada orang kulit hitam. Pria dan wanita
sama-sama dipengaruhi oleh erythrasma, namun bentuk crural dari
erythrasma lebih sering terjadi pada pria. Eritrasma interdigital lebih
umum pada wanita.
- Predileksi
Daerah ketiak dan lipat paha. Kadang-kadang berlokasi di daerah
intertriginosa lain terutama pada penderita gemuk.
- Gambaran klinis
Lesi kulit dapat berukuran sebesar miliar sampai plakat. Lesi
eritoskuamosa, berskuama halus kadang-kadang dapat terlihat merah
kecoklat-coklatan. Variasi ini rupanya bergantung pada area lesi dan
warna kulit penderita.
- Efloresensi
Lesi kulit dapat berukuran sebesar miliar sampai plakat. Lesi
eritoskuamosa, berskuama halus kadang-kadang dapat terlihat merah
kecoklat-coklatan. Perluasan lesi terlihat pada pinggir yang
eritematosa dan serpiginosa. Lesi tidak menimbulkan dan tidak
terlihat vesikulasi. Skuama kering yang halus menutupi lesi dan
pada perabaan terasa berlemak.
2.2.9 Tatalaksana
Non medikamentosa
a. Gunakan handuk tersendiri untuk mengeringkan bagian yang terkena
infeksi atau bagian yang terinfeksi dikeringkan terakhir untuk mencegah
penyebaran infeksi ke bagian tubuh lainnya.
b. Jangan mengunakan handuk, baju, atau benda lainnya secara bergantian
dengan orang yang terinfeksi.
c. Cuci handuk dan baju yang terkontaminasi jamur dengan air panas untuk
mencegah penyebaran jamur tersebut.
10
d. Bersihkan kulit setiap hari menggunakan sabun dan air untuk
menghilangkan sisa-sisa kotoran agar jamur tidak mudah tumbuh.
e. Jika memungkinkan hindari penggunaan baju yang dapat menyebabkan
kulit selalu basah seperti bahan wool dan bahan sintetis yang dapat
menghambat sirkulasi udara
f. Hindari kontak langsung yang terlalu sering dengan hewan peliharaan
seperti anjing, kucing dan burung10.
Medikamentosa
a. Topikal : salep atau krim antimikotik seperti flukonazol 150mg/minggu
selama 4-6 minggu. Lokasi-lokasi ini sangat peka,jadi konsentrasi obat
harus lebih rendah dibandingkan lokasi lain, misalnya asam salisilat,asam
benzoat, sulfur dan sebagainya.
b. Sistemik : diberikan jika lesi meluas dan kronik ; griseofulvin 500-1.000
mg selama 2-3 minggu10.
2.2.10 Prognosis
Prognosis untuk hidup baik pada tinea kruris. Laporan tentang kecacatan
dan kematian belum pernah dilaporkan pada kasus tinea kruris10.
11
2.3.2 Epidemiologi
Insiden dan prevalensi tidak diketahui secara pasti tetapi secara keseluruhan,
prevalensi penyakit ini di dunia kurang dari 1%. Kasus ini lebih banyak pada
perempuan daripada laki-laki dengan perbandingan 3:1. Perempuan lebih banyak
pada usia 50-60 tahun sedangkan laki-laki pada usia 30-40 tahun.Penyakit ini
jarang mengenai usia muda dan lansia11.
12
dermatitis lichenoid, terutama dalam hal distribusi. Dermatitis atopik muncul
terutama di daerah flexoral dan fase eczema dari dermatitis lichenoid ini terutama
terlihat pada permukaan dorsal ekstremitas11.
13
Gambaran Klinis
Gambaran papul poligonal, datar, eritematosa sampai violaseus dan
kadang didapatkan ada umbilikasi disertai skuama lekat, tipis dan
transparan.
2.3.7 Tatalaksana
Non-Medikamentosa
Memberikan edukasi kepada pasien maupun keluarganya mengenai
penyakitnya, faktor risiko, kebiasaan hidup dan lifestyle pasien untuk memperoleh
hasil pengobatan yang optimal11.
Medikamentosa
Kompres, lotion, calamine obat gosok, pasta Lassar dan lanolin, 1-2-3 salep.
Kortokosteroid topikal dan kortikostreroid sistemik11.
2.3.8 Prognosis
Prognosis untuk hidup sangat baik pada dermatitis lichenoid. Prognosis untuk
sembuh permanen belum. Kebanyakan kasus dengan kekambuhan dan cacat
residual belum dilaporkan ada yang meninggal11.
14