Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH TENTANG

PENTINGNYA ASURANSI MARINE CARGO BAGI PEMILIK MUATAN DAN


PENGANGKUT

Disusun Oleh :

ALDINO AZIZ

164037 / KPN V-A

SEKOLAH TINGGI ILMU MARITIM “AMI” JAKARTA

JL. PACUAN KUDA NO. 1-5, JAKARTA TIMUR 13210

TELP. (021) 4754729, 4754730 FAX. (021) 47861144.


ASURANSI PENGANGKUTAN PERLUKAH?

Asuransi Marine Cargo atau Asuransi Pengangkutan tidak sepenuhnya diketahui oleh
masyarakat khususnya yang mengirim barang baik dari dalam negeri maupun ke luar negeri,
melalui darat, laut maupun udara. Kemungkinan adanya resiko kehilangan, sampai tidak
tepat waktu, kerusakan dalam perjalan atau tiba dalam keadaan tidak sesuai dengan yang
diharapkan dapat saja terjadi pada saat pengiriman barang-barang tersebut.
Pada jaman Yunani Kuno prinsip-prinsip asuransi laut sebetulnya sudah dilakukan,
salah satunya prinsip Pengorbanan Umum (General Average Sacrifice). Tindakan
Pengorbanan Umum dilakukan untuk keselamatan bersama, bila salah satu teman sedang
kesulitan di tengah samudera Pasifik karena kapalnya kandas, sementara cuaca buruk.Ia harus
memikirkan bagaimana untuk selamat dalam kondisi tersebut, salah satu cara adalah dengan
membuang beberapa muatan atau cargo ke laut untuk meringankan beban kapal. Hingga
teman tersebut tiba dengan selamat di tempat tujuan. Namun bagaimana menggantikan
kerugian atas muatan yang dibuang ke laut tersebut adalah menjadi persoalan. Melalui
prinsip Pengorbanan Umum ini maka untuk menggantikan kerugian muatan yang dibuang ke
laut, pemilik muatan yang selamat memberikan kontribusi kepada pemilik muatan yang
dibuang ke laut. Ini dilakukan dengan adil sehingga pemilik barang yang dibuang tidak
merasa dirugikan.
Sekarang tersedia asuransi pengangkutan yang dapat mengurangi risiko kerugian
financial yang dialami oleh pemilik barang atau orang yang berkepentingan terhadap barang
pembeli, penjual atau importer dan exporter.Produk asuransi pengangkutan melindungi
barang-barang pada saat dikirim melalui transportasi darat, laut dan udara terhadap kerugian-
kerugian yang mungkin ditimbulkan sebagai akibat dari antara lain sebagai berikut:

 kebakaran atau peledakan


 kapal kandas, terdampar, tenggelam atau terbalik
 alat angkut darat tabrakan, terbalik atau keluar rel
 tabrakan kapal atau benturan kapal dengan benda-benda lain kecuali air
 pembongkaran barang di pelabuhan darurat
 gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi atau sambaran petir
 pengorbanan kerugian umum (general average sacrifice)
 barang tersapu ombak ke laut
 masuknya air laut, air danau atau air sungai ke dalam alat angkut, kapal, palka kapal,
kontainer, mobil box atau tempat penyimpanan di luar kapal atau alat angkut darat
 kerugian total per koli, karena terlempar atau jatuh ke laut selama pemuatan atau
pembongkaran barang ke atau dari kapal
Premi Asuransi Marine Cargo umumnya berkisar 0.1% s/d 0.2%. Namun penentuan premi
dipengaruhi oleh beberapa faktor:

 Jenis barang yang diangkut (cargo), contoh: mesin, batu bara, benda cair
 Jenis pengepakan: menggunakan kontainer atau tidak
 Jenis Kapal: kapal baja, tongkang, dll
 Rute pelayaran: domestik atau seluruh dunia
 Jenis Jaminan : jaminan semua risiko atau risiko tertentu saja
Asuransi pengangkutan perlukah? Bila Anda seorang Exportir atau Importir atau Pembeli
atau Penjual barang-barang yang perlu diangkut melalui darat atau laut atau udara, tentulah
Anda membutuhkan asuransi ini karena pengangkutan barang dari satu tempat ke tempat lain
sangat berisiko, acapkali terjadi kerusakan atau kerugian selama perjalanan. Oleh sebab itu
pastikan barang-barang yang Anda kirim sudah dilindungi oleh Asuransi Marine Cargo atau
Pengangkutan.

Kurangnya kesadaran berasuransi ini sangat mungkin terjadi karena beberapa sebab,
antara lain kurangnya literasi mengenai produk asuransi dan terutama manfaatnya bagi
masyarakat.

Manfaat asuransi memang tidak akan bisa menggantikan utuh atau sepenuhnya nilai suatu
kerugian yang diderita, tapi setidaknya kondisi finansial orang yang mengalami kerugian
dapat terbantu dengan memiliki polis asuransi.

“Menyesal” biasanya selalu ada di belakang dan tabiat manusia biasanya baru menyadari
manfaat asuransi setelah menyesali terjadinya musibah. Oleh karena itu, ilustrasi kejadian
yang ditulis di bawah ini mungkin dapat bermanfaat membantu memberi kesadaran
pentingnya berasuransi.

Ketika seorang pengusaha menjual barangnya kepada pembeli yang kebetulan lintas
negara, penjual dalam posisinya sebagai “Shipper” akan mengirim barang tersebut
menggunakan kapal laut, tentunya melalui perantaraan perusahaan ketiga yang mengatur
pengiriman barang milik kliennya, biasanya kita sebut freight forwarder.

Pada akhirnya barang dimuat di atas kapal dan kemudian berlayar ke pelabuhan tujuan
namun di tengah pelayaran kapal pengangkut, mengalami musibah kandas. Sesuai kaidah
“good seamanship”, Nahkoda melakukan upaya-upaya yang dipandang perlu untuk
menyelamatkan semua kepentingan di atas kapal, yaitu dengan meminta bantuan kapal
terdekat untuk menolong.
Setelah kapal bantuan (Salvor) tiba lalu kapal pengangkut yang kandas berhasil
dilepaskan dari kandas lalu ditarik ke pelabuhan tujuan berikut muatan di atasnya. Dalam
dunia maritim, jasa pertolongan yang diberikan oleh pihak Salvor dikenal dengan istilah
“Salvage” dan pihak Salvor yang berhasil menyelamatkan kapal beserta muatan di atasnya
berhak untuk menahan properti tersebut dan mengklaim biaya pertolongan kepada
pemiliknya. Dalam dunia maritim, hak menahan dan mengklaim properti yang berhasil
diselamatkan tersebut dikenal dengan istilah “maritime lien”.

Jadi, si pemilik barang tidak dapat begitu saja mengambil barang yang berhasil
diselamatkan tersebut dari pihak Salvor, sementara ia berkepentingan agar barang
dagangannya sesegera mungkin diterima oleh kliennya agar bisnis tetap berjalan. Di sisi lain,
pihak Salvor yang sudah dibebankan kewajiban menolong pihak yang membutuhkan di laut,
mengeluarkan upaya yang tidak kecil & juga berisiko bagi dirinya, menginginkan agar
pemilik barang menyelesaikan kewajibannya terlebih dahulu sesuai dengan nilai kepentingan
yang telah ikut menikmati benefit dari upaya salvage.

Jalan keluar yang lazim dilakukan adalah, pihak Salvor lebih senang mendapatkan
pembayaran tunai sebesar nilai yang berhak ia klaim kepada pemilik barang. Namun jika
nilainya relatif besar, tentu akan merepotkan pemilik barang yang juga sedang kesulitan
finansial karena bisnisnya tergganggu dampak dari musibah tersebut. Solusi lain yang
lazimnya ditempuh adalah pihak Salvor akan meminta jaminan dari pemilik barang berupa
cash deposit, tapi tetap cara kedua ini akan memberatkan pemilik barang. Apalagi jika
menyangkut urusan finansial, tidak semua Salvor akan dengan mudah menerima jaminan dari
bank di negara ertentu kecuali bank dari negara-negara tertentu dan dengan nama tertentu
yang reputasinya tidak diragukan.

Jika sudah seperti ini, maka si pemilik barang yang kebetulan dari Indonesia, akan
kesulitan memperoleh kembali barangnya, yang ada di depan mata mungkin malah potensi
kehilangan barang yang berdampak pada bisnisnya.

Di sinilah akan terlihat manfaat dari membeli produk asuransi pengangkutan.


Pemilik barang yang mengasuransikan barangnya dapat terbantu dengan garansi yang
diberikan oleh perusahan asuransi dimana ia membeli polisnya. Garansi yang diberikan bisa
berupa “general average guarantee” atau “salvage guarantee” tergantung sikon kejadiannya.

Memang, kenyataan di lapangan tidak sesederhana yang dibayangkan, karena faktanya


masalah reputasi perusahaan asuransi yang memberikan garansi tetap jadi pertimbangan bagi
Salvor sebelum merilis properti yang mereka tahan. Tetapi itu bukan masalah, karena
berangkat dari kepemilikan produk asuransi, maka perusahaan asuransi dapat menggunakan
jasa pihak ketiga yang memiliki reputasi bagus di dunia maritim, untuk menjadi penjamin
bagi perusahan asuransi.

Jadi, seharusnya tidak ada keraguan lagi bagi pengusaha untuk tidak membeli polis
asuransi pertanggungan guna membantu menjaga kelangsungan usahanya.

Disini saya akan memberikan pertanyaan beserta jawaban yang umum seputar asuransi marine
cargo

Q = Question/Pertanyaan

A = Answer/Jawaban

 Q1. Siapakah yang seharusnya membeli asuransi Marine Cargo, apakah pembeli atau penjual
barang?
A1. Sangat bergantung pada tipe transaksi yang dilakukan kedua belah pihak (penjual &
pembeli), ada 3 tipe transaksi yang umum dipakai pada perdagangan internasional yaitu:
FOB (Freight on Board), dimana penjual hanya bertanggungjawab terhadap barang
hanya sampai diatas kapal pengangkutnya saja, selebihnya adalah merupakan tanggung jawab
pembeli. Pembeli mempunyai kepentingan untuk mengasuransikan barangnya.
C&F (Cost & Freight), dimana penjual bertanggung jawab terhadap biaya pengiriman
barangnya sampai dipelabuhan tujuan, tetapi tidak bertanggungjawab terhadap masalah
asuransinya. Pembeli mempunyai kepentingan untuk mengurus asuransinya.
CIF (Cost, Insurance & Freight), dimana penjual bertanggungjawab terhadap biaya
pengiriman barang dan asuransinya sampai tempat pembeli. Harga barang yang harus dibayar
oleh pembeli sudah termasuk biaya pengiriman dan asuransinya.

 Q2. Dokumen perdagangan apa saja yang biasa dipakai dalam perdagangan tersebut?
A2. Beberapa dokumen tersebut adapun sebagai berikut:
Invoice, semacam faktur yang berisikan deskripsi dari barang yang dijual berikut
harga dan biaya lainnya.
Packing list, dokumen berisikan perincian daftar barang/ukuran/jumlah pengepakan
dari barang yang dijual tersebut.
BL (Bill Of Lading) atau konosemen merupakan bukti hak milik atas barang atau
sebuah surat kontrak pengangkutan yang dikeluarkan oleh perusahaan pelayaran yg berisikan
keterangan jumlah barang yang diangkut dan keadaanya pada waktu dinaikkan keatas kapal.

 Q3. Apakah bisnis yang berasal dari perusahaan Expedisi/Forwader/Shipping bisa kita
terbitkan dalam polis Marine Cargo?
A3. Bisa saja, tetapi polis harus diterbitkan atas nama si Pemilik barang dan bukan atas nama
perusahaan expedisi/pelayaran, mengingat perusahaan tersebut tidak mempunyai insurable
interest terhadap barang yang diasuransikan. Klaim akan kita bayarkan kepada pemilik
barang dan kita masih mempunyai hak subrograsi terhadap expedisi/pihak pelayaran.
Forwader Risk (liability forwader terhadap barang yang dikirimnya) merupakan obyek yang
tidak bisa kita cover dalam polis Marine Cargo.

 Q4. Informasi apa saja yang diperlukan bagi Underwriter untuk menilai resiko Marine Cargo
guna menentukan Term & Condition penutupan atau menolaknya?
A4. Beberapa informasi penting yang dibutuhkan oleh Underwriter sebagai berikut :
1. Info detail mengenai klien tersebut, lama usaha, moral hazard dan sebagainya.
2. Jenis barang yang diangkut (barang elektronik, mesin-mesin, alat-alat berat, barang-
barang mineral, kendaraan dsb).
3. Sifat barang tersebut (mudah pecah, penyok, susut, mudah terbakar, berkarat dll)
Packing dari barangnya (Curah, karung, peti, krat kardus dll)
4. Apakah barang tersebut masuk dalam kontainer/tidak (LCL atau FCL)
5. Nilai barang tersebut untuk setiap kali pengiriman.
6. Turn over pengiriman dalam 1 tahun.
7. Info mengenai Alat Pengangkut (nama, jenis, tipe dan usia)
8. Tujuan pengiriman, apakah ada transhipment (persinggahan) dimana? Dll
9. Claim Record selama ini (2-3 tahun terakhir)

 Q5. Hal-hal apa saja yang dikecualikan dalam jaminan standard polis Marine Cargo?
A5. Pengecualian standard dalam polis ICC A/B/C Marine Cargo adalah kerugian akibat hal-
hal sebagai berikut:
1. Dilakukan dengan sengaja oleh tertanggung/pegawainya.
2. Bocor/berkurang berat/susut biasa/keausuan yang wajar atas barang.
3. Packing yang kurang kaik/kurang memadai termasuk di dalam kontainer.
4. Kerusakan karena sifat alamiah barang/karat.
5. Kerugian karena sebab keterlambatan.
6. Kerugian karena ketidakmampuan keuangan tertanggung.
7. Kapal Pengangkut tidak laik/tidak layak laut.
8. Akibat resiko nuklir dan sejenisnya.
9. Akibat resiko perang, huruhara/kerusuhan.

 Q6. Apakah pengecualian-pengecualian tersebut diatas bisa dicover?


A6. Beberapa pengecualian umum yang bisa dicover sebagai perluasan jaminan (extended
cover) sbb:
1. Resiko Perang (Institute War Clauses), menjamin kerugian karena resiko perang dan
sejenisnya.
2. Resiko Huruhara (Institute Strike Clauses), menjamin kerugian karena resiko huruhara
dan sejenisnya
3. Resiko Pencurian TPND (Theft, Pilferage & Non Delivery Clauses), menjamin resiko
Pencurian, Perampasan dan tidak sampainya pengiriman suatu barang.

 Q7. Jaminan apa saja yang umum dicover dalam polis-polis Marine Cargo?
A7. Ada 3 jenis umum yang dapat dicover oleh polis Marine Cargo, adapun sebagai berikut:

1. ICC C, polis menjamin kerugian atas cargo akibat Kebakaran/Peledakan. Kapal


pengangkut kandas, terdampar atau tenggelam. Kendaraan pengangkut tergelincir, keluar
dari rel, terbalik. Kapal/alat pengangkut bertabrakan benda lain (kecuali air).
Pembongkaran barang dipelabuhan darurat. Pembuangan sengaja barang-barang ke laut
untuk penyelamatan kapal (Jettison). Pengorbanan dalam kerugian umum/General
Average
2. ICC B, polis menjamin seperti jaminan ICC C ditambah dengan jaminan kerugian akibat
Gempa bumi, Letusan gunung, Tsunami, Petir. Barang tersapu ombak kelaut. Masuknya
air laut/danau/sungai kedalam palka/kontainer/tempat penumpukan barang. Kerugian
keseluruhan per koli karena hilang/terlampar/terjatuh pada saat loading/unloading
(pemuatan/pembongkaran).
3. ICC A, polis menjamin semua resiko kerugian/kerusakan atas barang yg diasuransikan
kecuali hal-hal yang diatur dalam pengecualian polis.

Anda mungkin juga menyukai