Anda di halaman 1dari 5

1.1.1.

Pengertian Load cell


Load cell merupakan komponen utama pada sistem timbangan digital. Bahkan
tingkat ke-akurasian suatu timbangan digital tergantung dari jenis dan tipe load cell
yang dipakai. Setiap timbangan harus lulus legalisasi oleh badan direktorat
metrology, yaitu suatu badan yang berwenang untuk melegalisasikan atau men-
sahkan timbangan melalui sistem tera. Setiap timbangan diharuskan melakukan tera
maksimal satu tahun sekali, karena semua timbangan dalam proses pemakaiannya
pada jangka waktu tertentu akan mengalami deformasi mekanis pada frame
timbangan ini akan berpengaruh terhadap tingkat akurasi dari loadcell pada
timbangan. Load cell merupakan sensor berat, apabila load cell diberi beban pada inti
besinya maka nilai resitansi di strain gauge akan berubah. Umumnya load cell terdiri
dari 4 buah kabel, dimana dua kabel sebagai eksitasi dan dua kabel lainnya sebagai
sinyal keluaran.
Load cell adalah alat electromekanik yang biasa disebut transducer, yaitu gaya yang
bekerja berdasarkan prinsip deformasi sebuah material akibat adanya tegangan
mekanis yang bekerja, kemudian merubah gaya mekanik menjadi sinyal listrik.
Untuk menentukan tegangan mekanis didasarkan pada hasil penemuan Robert Hooke
bahwa hubungan antara tegangan mekanis dan deformasi yang diakibatkan disebut
regangan. Regangan ini terjadi pada lapisan kulit dari material sehingga
menungkinkan untuk diukur menggunakan sensor regangan atau strain gauge.
Load cell terdiri dari beberapa tipe, diantaranya adalah
a. Load Cell Double Ended Beam.
b. Load Cell Single Ended Beam.
c. Load Cell S Beam.
d. Load Cell single Point.
e. Load Cell type Canister, dan sebagainya.
Load cell yang paling sederhana adalah load cell yang terdiri dari Bending Beam dan
strain gauge. Load Cell Bending Beam adalah tipe load cell yang paling banyak
digunakan dalam timbangan. Selama proses penimbangan, beban yang diberikan
mengakibatkan reaksi terhadap elemen logam pada load cell yang mengakibatkan
perubahan bentuk secara elastis. Gaya yang ditimbulkan oleh regangan ini (positif
dan negatif) dikonversikan kedalam sinyal listrik oleh strain gauge (pengukur
regangan) yang terpasang pada spring element. Load cell yang paling sederhana
adalah load cell yang terdiri dari bending beam dan strain gauge. Sering kali
komponen tersebut dilengkapi dengan elemen tambahan (housing, sealing, dll) untuk
melindungi elemen strain gauge.
Gambar II. Strain gauge dan brigde circuit pada load cell
(http://www.kitomaindonesia.com/article/23/load-cell-dan-timbangan. 2015)
Strain gauge merupakan konduktor yang diatur dalam pola zigzag pada permukaan
sebuah membrane. Ketika membrane tersebut meregang, maka resistansinya akan
meningkat strain gauge merupakan sensor yang digunakan untuk mengukur berat
atau beban dari suatu benda dalam ukuran besar. Sensor strain gauge ini banyak
diaplikasikan pada jembatan timbang mobil / truk atau alat ukur berat dalam skala
besar. Sensor strain gauge adalah grid metal foil tipis yang dilekatkan pada
permukaan dari load cell. Apabila load cell di beri beban. maka terjadi strain dan
kemudian ditransmisikan ke foil grid. Tahanan foil grid berubah sebanding dengan
strain induksi beban. Sensor strain gauge pada umumnya adalah tipe metal foil.
dimana konfigurasi grid dibentuk oleh proses photoeching. Karena prosesnya
sederhana maka dapat dibuat bermacam-macam ukuran gauge dan bentuk grid.
Untuk macam gauge terpendek yang tersedia adalah 0.20 mm. dan yang terpanjang
102 mm. Tahanan gauge standar adalah 120 mm dan 350Ω, bahkan untuk keperluan
khusus gauge ada juga yang tersedia dengan tahanan 500Ω, 1000Ω dan 10kΩ.

Gambar II. Sistem Perubahan Resistansi Load Cell


(http://www.kitomaindonesia.com/article/23/load-cell-dan-timbangan, 2015)
Load Cell memiliki bermacam-macam karakteristik yang bisa diukur tergantung
pada jenis logam yang dipakai, bentuk load cell dan ketahanan dari lingkungan.
Parameter yang berkaitan dengan load cell antara lain sebagai berikut :
a. Calibration yaitu perbandingan signal output load lell
dengan standard
b. Combined Error yaitu penyimpangan maksimum jika
ditarik garis lurus diukur pada saat tanpa beban sampai
ketika diberikan beban maksimal dan sebaliknya saat
beban maksimal sampai pada keadaan tanpa beban.
Pengukuran dinyatakan dalam persen terhadap
kapasitas maksimal atau disebut juga Non-linearity
dan hysteresis.
c. Creep yaitu perubahan sinyal keluaran load cell selama
pembebanan tidak berubah dan tidak ada perubahan
lingkungan.
d. Creep recovery yaitu perubahan pengukuran kondisi
tanpa beban setelah beberapa waktu diberikan beban
dan kemudian beban dihilangkan.
e. Drift yaitu perubahan nilai pengukuran saat diberikan
beban konstan.
f. Eccentric Load yaitu pembebanan pada area timbangan
tapi tidak tepat di titik antar load cell.
g. Error yaitu perbedaan pengukuran dengan beban yang
sesungguhnya.
h. Excitation yaitu tegangan input yang diberikan agar
load cell bekerja. Pada umumnya Load Cell
membutuhkan tegangan excitation 10VDC. Tetapi ada
juga yang memerlukan 15VDC, 20VDC, dan 25VDC
dan ada yang bisa bekerja pada arus AC dan DC.
i. Hysteresis penyimpangan maksimum hasil pengukuran
dengan beban yang sama. Satu pengukuran dari nol
sampai maksimum. Pengukuran yang lain dari
maksimum sampai nol. Pengukuran histerisis
dinyatakan dalam persen terhadap kapasitas maksimum
(% FS). Histerisis selalu bernilai 0.02% FS, 0.03% FS
dan 0.05% FS
j. Input bridge resistance yaitu resistansi input daripada
load cell. Diukur dengan ohm meter antara dua titik
input atau eksitasi. Biasanya selalu lebih besar dari
resistansi output/sinyal karena adanya resistor
kompensasi pada jalur excitasi.
k. Insulation Resistance pengukuran resistansi antara
sirkuit Load Cell dengan strukturnya. Pengukuran
dilakukan dengan tegangan DC.
l. Non-Linearity yaitu penyimpangan maksimum pada
grafik hasil kalibrasi terhadap garis lurus (Ideal) antara
tanpa beban dan beban penuh. Dinyatakan dengan
persentase terhadap pengukuran pada kapasitas
maksimum hanya diukur dari nol sampai maksimum.
Umumnya Non-linearity sebesar 0.025 FS dan 0.035
FS.
m. Output yaitu sinyal yang dihasilkan oleh load cell
dimana output berbanding lurus dengan eksitasi dan
beban yang diterapkan. Sinyal output load cell dalam
satuan mV/V atau V/A.
n. output bridge resistance yaitu hambatan keluaran dari
Cell. Output Bridge Resistance adalah 3500, 4800,
7000, 7500 dan 10000.
o. Output Rate yaitu tingkat perbandingan antara output
tanpa beban dengan output saat ada beban.
p. Reapitability selisih bacaan output maksimum load cell
untuk beban yang sama dan waktu yang identik.
q. Resolution yaitu perubahan terkecil di input mekanis
yang menghasilkan perubahan yang terdeteksi dalam
sinyal output.
r. Safe Overload Rating
Beban maksimum (%) kapasitas beban. yang dapat diterapkan tanpa menghasilkan
pergeseran permanen dalam karakteristik kinerja luar yang spesifik
(http://www.kitomaindonesia.com/article/23/load-cell-dan-timbangan. 2015).
1.1. Jembatan Wheatstone
Rangkaian ini digunakan dalam aplikasi pengkondisi sinyal dimana transduser
mengubah tahanan dengan perubahan variabel dinamik. Beberapa modifikasi dari
jembatan dasar ini juga dipakai untuk aplikasi spesifik lainnya. Pada Gambar
Jembatan DC Wheatstone, obyek yang diberi label D adalah detektor setimbang yang
digunakan untuk membandingkan potensial titik a dan b dari rangkaian. Dalam
aplikasi paling modern detektor setimbang adalah amplifier diferensial impedansi
input sangat tinggi. Dalam beberapa kasus. Galvanometer yang sensitif dengan
impedansi yang relatif rendah bisa digunakan. khususnya untuk kalibrasi atau
instrumeninstrumen pengukuran tunggal.
Gambar II. Gambar Jembatan DC Wheatstone (elektronika-dasar.web.id. 2012)
Beda potensial. ΔV antara titik a dan b. adalah :
∆ (II. )
Dimana Va = potensial titik a terhadap c
Vb = potensial titik b terhadap c
Nilai Va dan Vb dapat dicari dengan memperhatikan bahwa Va adalah hanya
tegangan sumber. V. dibagi antara R1 dan R3
(II. )
Dengan cara yang sama Vb adalah tegangan yang terbagi diberikan oleh
(II. )
Beda tegangan atau offset tegangan. dapat ditulis
(II. )

Anda mungkin juga menyukai