Anda di halaman 1dari 8

Judul : Kelahiran yang dipersoalkan

Penulis : FARID FATHONI AF


Penerbit :
Terbit :
Tebal : viii + 365
Kategori : Sejarah

Kelahiran yang dipersoalkan karya Farid Fathoni AF merupakan buku yang membahas tentang
sejarah awal mula berdirinya IMM, dilihat dari judul bukunya saja sudah mengisyaratkan bahwa ini
buku yang mengkisahkan lahirnya sebuah organisasi besar, organisasi otonom bernama Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah atau lebih sering disebut dengan IMM.

Sekilas membaca judul buku ini timbul persepsi apakah sebenarnya IMM bermasalah dalam
kelahirannya atau IMM adalah organisasi yang tidak diinginkan, namun setelah membaca buku ini
semua persepsi tersebut kupas dan jelaskan mengenai apa yang sebenarnya melatarbelakangi IMM
itu berdiri, buku ini juga mengupas tentang hubungan antara IMM dan HMI serta Muhammadiyah.

Berdirinya IMM diiringi berbagai peristiwa salah satunya adalah peristiwa G30S/PKI, andai kata
IMM kelahirannya tidak berdekatan dengan peristiwa tersebut mungkin IMM tidak perlu banyak
dipersoalkan dalam kelahirannya.

FARID FATHONI AF, dilahirkan di pesisir Pantai Utara Tuban, pada tanggal 12 Maret 1664 dari
orang tua H Achyat dan Fauzyah. Saat ini sabagai Kelua Yayasan Catur Bina Insan, yakni Lembaga
Pengembangan Anak dan Wanita, di samping aktif di yayasan lain dalam Pengembangan
Pendidikan dipesisir Pantai utara Lamongan. Dan terakhir mencoba menekuni wiraswasta yaitu
sebagai Pimpinan CV IVAFA yang bergerak dalam bidang pengolahan dan penepungan ikan.
Sedang buku keduanya yang segera terbit adalah wanita di Persimpangan Jalan Sebuah potret
Wanita tahun 2009.
Victor Tanja, dalam disertasi doktornya tentang HMI menyatakan, “Bahwa secara ideologis IMM
dan HMI mempunyai wawasan yang sama, barangkali kita akan heran mengapa Muhammadiyah
memandang perlu untuk membentuk organisasi Mahasiswa sendiri?”
Buku ini mencoba mengupas tentang hubungan antara IMM dan HMI serta Muhammadiyah. Di
samping berbagai peristiwa yang mengiringi perjalanan IMM, termasuk peristiwa G30S/PKI.
Sehingga melahirkan praduga, bahwa andaikan kelahiran IMM tidak berdekatan dengan periatiwa
G30S/PKI, barangkali IMM tidak perlu banyak dipersoalkan. Ataukah karena IMM dilahirkan dari
Muhammadiyah sebuah organisasi Islam terbesar yang sekaligus sebagai aparat pembaharu dan
organisasi modern dalam gerakan Islam di Indonesia, sehingga kelahiran IMM jadi dipersoalkan.
Atau gerak perjalanan IMM itu sendiri, yang menjadikan kelahirannya perlu dipersoalkan.
Adalah juga merupakan keunikan tersendiri bagi IMM, yakni satu sisi IMM tidak diakui sebagai
salah satu pendiri KNPI, tapi sisi lain salah seorang anggota DPP IMM adalah merupakan perumus
(pembuat) awal dari Deklarasi Pemuda yang merupakan tonggak berdirinya KNPI. Tidak itu saja,
di lingkungan Muhammadiyah pun ada beberapa kalangan yang menyatakan Muhammadiyah “ya”
tapi IMM “tidak”, yang akhirnya sering melahirkan benturan dan dilema kader.
Berbagai persoalan kemahasiswaan dikupas pula dalam buku ini termasuk peristiwa Aksi MALARI
tahun 1974 serta berbagai aksi kemahasiswaan di seputar tahun 1977/1978.
Buku ini adalah yang pertama kali membicarakan IMM termasuk hubungannya dengan
Muhammadiyah khususnya maupun dengan HMI, misalnya.
Mengingat sebagai buku pertama, maka sangatlah tepat sebagai rujukan dalam berbagai training
IMM khususnya dan Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) pada umumnya. Di samping mereka
yang berminat dalam mempelajari pengkaderan Muhammadiyah serta peminat gerakan pemuda dan
kemahasiswaan.
RESENSI BUKU
Oleh
Ummu Iffati A’yunin

Judul Buku : Setengah Abad IMM MEREBUT MOMENTUM MERETAS ZAMAN


MENDUNIAKAN GERAKAN
Penulis : Beni Pramula
Editor : Abdul Tulusang
Penerbit : CV. MEDIATAMA INDONESIA
Tahun Terbit : Mei 2014
Harga : Rp 50.000,00
Tebal : 138 Halaman
Setengah Abad IMM MEREBUT MOMENTUM MERETAS ZAMAN
MENDUNIAKAN GERAKAN adalah buku tentang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
(IMM) yang ditulis oleh Beni Pramula. Beni Pramula merupakan Kabid Organisasi DPP
IMM 2012-2014 dan pada muktamar di Surakarta Mei 2014 memutuskan bahwa beliau
menjadi ketua umum DPP IMM 2014 - 2016.
Buku ini dibuka dengan tulisan dari Menteri Pemuda dan Olahraga Republik
Indonesia bapak Roy Suryo pada kata pengantar yang ditulis beliau. Beliau berpesan
untuk para pemuda Indonesia khususnya para kader IMM di seluruh Indonesia untuk bisa
bersaing dan memenangkan persaingan tanpa kehilangan akar budayanya untuk itu
pemuda Indonesia harus minimal menguasai tiga bahasa, yang pertama bahasa
Indonesia, satu bahasa internasioal dan paling tidak satu bahasa daerah. Seiring
perubahan zaman dan dengan generasinya yang datang silih berganti, pemuda
diharapkan tangguh berdialetika dan merespons dinamika kehidupan. Pesan tersebut
ditulis di dalam kata pengantar buku ini.
Menilik sekilas, gaya penulisan buku ini semacam chicken soup sehingga pembaca
mudah larut dalam tiap bagian penulisan dari buku ini dan bahasa yang mudah dipahami.
Bagi para aktivis buku ini mudah untuk dicerna. Dan buku ini sangat cocok untuk kalangan
aktivis Muda Muhammadiyah agar terus berkarya hingga kancah Internasional, Apalagi isi
dari tiap bagianya mengupas tuntas tentang IMM. Buku ini banyak menyoroti tentang
konsep dasar gerakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, komitmen gerakan Ikatan, IMM
dalam bingkai kemusliman keindonesiaan dan kemuhammadiyaan dan Grand desain
gerakan IMM.
Buku ini juga merefleksikan setengah abad Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
dalam negara tercinta Indonesia. Menapak tilas pada tahun 1964 puncak kaum muda
Muhammadiyah bergejolak untuk melahirkan organisasi otonom yang bernama Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Tidak hanya ditubuh kaum muda Muhammadiyah,
melainkan juga secara kolektif kaum muda negeri ini. Pergulatan pada masa orde lama
mengamanahkan bagaimana IMM harus dilahirkan sebagai kehendak sejarah. Tepat
tahun 2014 ini, IMM sudah menginjak usia 50 tahun atau setengah abad. Perjalanan yang
tidak sebentar bagi sebuah organisasi gerakan mahasiswa dan ortom Muhammadiyah.
Inilah dilema gerakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang berdiri diatas dua
kaki yakni sebagai gerakan mahasiswa islam dan ortom Muhammadiyah hingga kadang
tidak pernah selesai dengan urusan dirinya sendiri. Setelah IMM bangkit kembali dari
kevakuman kepemimpinan pusat yang ditandai dengan diangkatnya Immawan Wahyudi
oleh PP Muhammadiyah, perlahan IMM seperti mempunyai nafas baru dengan hadirnya
karya-karya intelektual berbasis struktural. Namun, seperti ingin kembali mengulang masa
kelam. Saat ini, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah kembali mengalami kekisruhan
struktural di tingkat pusat yang menyebabkan kegamangan gerakan dan ragam
pertanyaan yang terus memburu, baik ditingkat pimpinan, kader hingga dunia jejaring
sosial. Ditengah sebagian rasa pesimis yang melanda kader IMM belakangan ini. Makin
maraknya kalangan yang ingin menumpang hidup di Muhammadiyah. Ataupun adanya
upaya ingin memanfaatkan jaringan massa Muhammadiyah dan IMM (Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah) untuk suksesi pemilu 2014. Maka, dibutuhkan sekumpulan orang yang
keluar dari geladak Muhammadiyah untuk selanjutnya bergerilya menopang,
membersihkan dan membangun Muhammadiyah diluar komando dan itu hanya bisa
dilakukan oleh gerakan kaum muda. Bukan bermaksud mengusik sejarah IMM (Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah) kembali namun ini dapat dijadikan bahan refleksi untuk
pergerakan IMM di tahun-tahun mendatang.
Penulis buku ini memberikan wejangan bagi kader kader IMM agar mampu
memberikan banyak kontribusi terhadap umat bangsa dan persarikatan sehingga
keberadaan ikatan ini tak lagi dikebiri dari berbagai sisi hanya karena dianggap kurang
berkontribusi IMM hari ini dan kedepan harus mampu mengahadapi tantangan global,
merebut momentum, meretas zaman dan menduniakan gerakan.
Pada bagian pendahuluan penulis fokus mengupas ulasan mengenai IMM banyak
mengalami masalah krusial baik dari kelahiran yang tak dianggap tidak perlu maupun
eksistensinya yang berusaha untuk dihilangkan,ataupun kelahiran Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah ini yang dipersoalkan. Hal tersebut dapat menjadi cambuk bagi IMM
untuk terus mengusahakan diri dalam kebaikan. Penulis juga menggaris bawahi tentang
konsep dasar gerakan IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) pada bagian ini juga
dijelaskan secara gamblang tentang ideologi gerakan ikatan, didalamnya dijelaskan pula
ideologi IMM memiliki konsep ideologi yang komperhensif, konsep yang menyeluruh yang
cukup mantap, tidak goyah, dan stabil kedudukannya. Trilogi Iman-Ilmu-amal yang
berkaitan dengan Trilogi lahan garapan Keagamaan-Kemasyarakatan dan
Kemahasiswaan dan juga Trikompetensi Dasar Intelektualitas-Spiritualitas-Humanitas
menjadi konsep khas gerakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) semuanya
dijelaskan pada bagian konsep dasar gerakan IMM. Selain Trilogi IMM pada bab awal
(Konsep Dasar Gerakan IMM) juga akan dijelaskan pula mengenai tajdid (pembaharuan)
Trilogi, Falsafah Gerakan Ikatan, Cendekiawan Berpribadi, Intelektual pembebas dan
Praksis Gerakan Keumatan.
Pada part selanjutnya menjabarkan tentang komitmen gerakan ikatan, komitmen
gerakan ikatan ini membahas pemilihan seorang akademisi sebagai anggota IMM,
membandingkan antara akademisi dan intelektual, gerakan Intelektual dalam pandangan
empiris, gerakan religiustas antara fatalis dan realistis dan gerakan humanis bukan
sekadar konsep. Selanjutnya pembahasan yang lebih mendalam tentang Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dalam bingkai kemusliman, keindonesian dan
kemuhammadiyaan. Dalam bingkai kemusliman ini dijelaskan tentang identitas intelektual
IMM tidak terlepas dari konteks Intelektual Islam. Penulis ingin menyampaikan mengapa
IMM dapat dilihat dalam bingkai kemusliman karena IMM ini tidak terlepas dari Islam, yang
sama-sama menjadikan Al-qur’an dan Al-Hadits sebagai Sumber dari segala Sumber.
Sehingga IMM ini dapat dikatakan sebagai intelektual muslim (islam). Dalam Pembahasan
kemusliman ini penulis juga menyampaikan gagasan Dawam Rahardjo, tentang istilah
intelektual muslim (islam), Dawam Rahardjo mengartikan bahwa keintelektualan adalah
konsekuensi dari ke-Islaman. Penulis juga membahas keadaan obyektif para inteltual
Muslim, komunitas intelktual muda bernama ”Gerakan Mahasiswa” dan Dijelaskan pula
cara membangun intelektualitas kader IMM. Dalam bingkai keindonesiaan Penulis ingin
menyampaikan pesan tentang predikat IMM sebagai kader bangsa mendahului predikat
kader umat, bukanlah sekadar faktor semantic, tetapi sesuatu yang hadir dari ideologis
para cendekia muda Ikatan Mahasiswa Muhammmadiyah yang sadar akan dinamika
sejarah peradaban bangsanya. Beni Pramula selaku penulis juga berharap pula agar IMM
dapat mengaktualisasikan konsep tauhid sosialnya Amien Rais. Selain itu Penulis juga
menuliskan lima skala prioritas IMM dalam memeringati milad tahun ini (baca,2014). Dan
pada bingkai kemuhammadiyahan, Penulis ingin menyampaikan bahwa Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah sebagai organisasi ortom Muhammadiyah jelaslah kedudukannya.
Sehingga konsep perkaderan yang dilakukan oleh IMM haruslah mengikuti perkaderan
yang dilakukan oleh Muhammadiyah.
Penulispun juga menyampaikan makna dan cita-cita yang diinginkan
Muhammadiyah pada Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah melahirkan cendekiawan
muslim yang berakhlak mulia dan mengupayakam terbentuknya masyarakat utama dalam
mencapai masyarakat yang berkeadilan dan sejahtera dalam naungan Allah SWT.
Bahasan terakhir dalam bab ketiga ini membahas tentang Ikatan sebagai organisasi kader
dan gegap gempita Muktamar setengah abad.
Sebelum penutup buku ini membahas mengenai grand desain gerakan IMM.
Pembahasan tentang grand desain gerakan banyak menyinggung tentang merebut
momentum dan sedikit menyinggung mengenai kelahiran IMM, terdapat pula sebuah
pertanyaan yang menyatakan “kader IMM masihkah berMuhammadiyah? Bangga menjadi
kader IMM dilingkungan Muhammadiyah? Muktamar setengah Abad IMM semoga bukan
Akhir? dan masih ada pembahasan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan antara
IMM dan Muhammadiyah serta penjelasan IMM dalam konteks kebangsaan juga
dijelaskan pada bab ini.
Tak kalah menarik juga pada bagian grand desain ini juga membahas mengenai
peran IMM dalam skala internasional terlebih menyikapi pasar bebas ASEAN ada tahun
2015. Dibukanya pasar bebas ASEAN setidaknya memerlukan peran akademisi muda
untuk mempersiapakan diri menghadapi pasar bebas. Peran IMM disini haruslah menjadi
motor penggerak komunikatif dalam ruang publik dan Peran Strategis IMM di Masa Depan
dalam upaya membangun dan menyiapkan sumber daya manusia berkualitas, terutama
dalam menghadapi abad persaingan global. Pada bab ini penulis menyampaikan pula
bagaimana kesiapan Bangsa Indonesia menjelang pemberlakuan masyrakat ekonomi
ASEAN, pandangan skeptis pejabat mengenai hal ini, dan kendala-kendala yang akan
dihadapi. Dalam menghadapi ekonomi ASEAN ini penulis memandang bahwa Indonesia
belum dapat mensejajarkan diri untuk “berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah”.
Dibahas pula mengenai langkah dan persiapan menghadapi era pasar bebas ASEAN,
Tantangan Global, dan bagaimana Menduniakan Gerakan IMM.
Tulisan favorit saya pada buku ini adalah pada bagian IMM dalam bingkai
kemusliman, keindonesianan dan kemuhammadiyaan. Pada bagian ini dijelaskan
mengenai konsep kemusliman, keindonesian dan kemuhammadiyaan. Sehingga saya
dapat mengkorelasikan antara ketiga hal penting tersebut. Melalui buku ini, pembaca
khusunya kader IMM dapat mengambil ibroh (hikmah) dari tulisan-tulisan penulis yang
banyak memberikan harapan-harapan untuk pergerakan IMM kedepan. Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah (IMM) sebagai bagian kaum muda Muhammadiyah, harus mengambil
peran aktif untuk keberlangsungan masa depan persyarikatan diabad kedua puluh. Hal
yang paling rasional bagi IMM saat ini adalah peningkatan kapasitas intelektual dan
kemapanan ekonomi, hingga dikemudian hari kader IMM bukan hanya sekumpulan orang
yang menggantungkan kebutuhan hidupnya terhadap Muhammadiyah.
Ada baiknya penulis melampirkan hal yang perlu dilampirkan saja. Saya agak
sedikit risih dengan lampiran yang begitu banyak dari buku ini. Jumlah lampiran hampir
menyamai jumlah tulisan dalam buku ini. Tentunya manusia tak pernah luput dari dosa,
begitu juga dalam penulisan buku ini masih ada beberapa kesalahan kata pada kata yang
seharusnya ditulis “sekadar” menjadi sekedar, terdapat pula kesalahan pemisahan kata,
seperti yang tertulis dalam halaman 26 “danmesti”. Ada kekurangan ada pula
kelebihannya. Kelebihan dalam penulisan buku ini adalah mudah dicernanya bahasa yang
digunakan dalam penulisan buku ini.
Barangkali, buku ini masih jauh dari kata “sempurna”. Namun, setidaknya penulis
dalam buku ini, berani menulis tentang tantangan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah di
masa yang akan datang. Semoga buku “Setengah Abad IMM MEREBUT MOMENTUM
MERETAS ZAMAN MENDUNIAKAN GERAKAN” ini bermanfaat bagi semuanya. Selamat
Milad IMM ke-50 tahun.

Anda mungkin juga menyukai