Anda di halaman 1dari 11

KASUS YANG BERHUBUNGAN DENGAN EUTHANASIA YANG MEMUAT

KAIDAH DASAR BIOETIK – NON MALEFICENCE

Disusun Oleh:

Aurelia Regine Onibala (17011101110)

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

KEDOKTERAN UMUM

2017
A. SKENARIO
Seorang perempuan yang berusia 21 tahun dibawa ke rumah sakit dan segera
dilarikan ke UGD akibat kehilangan kesadaran karena pemakaian alkohol dan zat
psikotropika secara berlebihan. Dengan cekatan, dokter dan tim medis lainnya segera
menangani pasien dengan memakaikan alat bantu pernapasan dan alat-alat lainnya
dalam mengusahakan pemulihan kondisi pasien. Setelah menangani pasien, dokter
kemudian menemui keluarga pasien dan member penjelasan mengenai keadaan pasien
dan memberi penjelasan tentang tindakan apa yang telah dilakukan kepada pasien.
Selain itu juga dokter memberikan support pada keluarga pasien.
Namun, karena tidak tega melihat penderitaan sang anak, maka orang tuanya
meminta agar dokter menghentikan pemakaian alat bantu perapasan tersebut. Kasus
permohonan ini kemudian dibawa ke pengadilan, dan pada pengadilan tingkat
pertama permohonan orang tua pasien ditolak. Tetapi pada pengadilan banding,
permohonan dikabulkan sehingga alat bantu pernapasan tersebut dilepaskan.
Pasca penghentian penggunaan alat bantu tersebut, pasien dapat bernapas
spontan walaupun masih dalam keadaan koma. Setelah beberapa tahun kemudian,
pasien tersebut meninggal akibat infeksi paru-paru (pneumonia).

B. KAIDAH DASAR BIOETIK (NON-MALEFICENCE)

Non-maleficence adalah suatu prinsip dimana seorang dokter tidak melakukan


suatu perbuatan atau tindakan yang dapat memperburuk pasien. Dokter haruslah
memilih tindakan yang paling kecil resikonya. “Do no harm” merupakan point
penting dalam prinsip non-maleficence ini. Prinsip ini dapat diterapkan pada kasus-
kasus yang bersifat gawat atau darurat.

Ciri-ciri non-maleficence antara lain adalah:

1. Menolong pasien emergensi


2. Mengobati pasien yang luka
3. Tidak membunuh pasien
4. Tidak menghina pasien
5. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
6. Mengobati secara proporsional
7. Mencegah pasien dari bahaya
8. Menghindari misrepresentasi dari pasien
9. Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian
10. Memberikan semangat hidup
11. Melindungi pasien dari serangan
12. Tidak melakukan white collar crime yang merugikan pasien

C. PRINSIP NON-MALEFICENCE PADA SKENARIO

Non-Maleficence: Tidak Merugikan Ada/Tidak Analisa pada Kasus


Menolong pasien emergensi Ada Terlihat dokter langsung dengan
cekatan menangani pasien tersebut
Kondisi untuk menggambarkan Ada Pasien dalam keadaan darurat dilihat
kriteria ini adalah: dari hilangnya kesadaran pasien.
a. Pasien dalam keadaan darurat Dokter melakukan pemasangan alat
b. Dokter sanggup mencegah bahaya bantu pernapasan untuk mencegah
atau kehilangan tersebut bahaya atau kehilangan tersebut.
c. Tindakan kedokteran tadi terbukti Hal itu efektif dilihat dari pasiennya
efektif masih hidup walaupun dalam keadaan
d. Manfaat bagi pasien > kerugian koma.
dokter (hanya mengalami risiko
minimal)
Mengobati pasien yang luka Ada Dokter mengobati pasien dengan
memakaikan alat bantu pernapasan
Tidak membunuh pasien Tidak Dokter melakukan euthanasia namun
hal ini dilakukan untuk menghargai
keputusan pasien dan sesuai dengan
keputusan pengadilan yang ada

Dokter tidak menghina namun


Tidak menghina pasien Ada memberikan support
Tidak memandang pasien hanya Ada Dokter tidak mengobati secara asal-
sebagai objek asalan
Tidak mengobati secara tidak Ada Dokter mengobati pasien itu sesuai
proporsional dengan kebutuhan pasien
Mencegah pasien dari bahaya Ada Dapat dilihat dari pemasangan alat
bantu pernapasan yang dilakukan untuk
mencegah kematian
Menghindari misrepresentasi dari Ada Dokter melakukan hal ini pada
pasien keluarga pasien dengan memberi
penjelasan mengenai keadaan pasien
dan apa saja tindakan-tindakan yang
telah dilakukan pada pasien
Tidak membahayakan kehidupan Ada Pencabutan alat bantu pernapasan
pasien karena kelalaian tersebut bukan merupakan kelalaian
dari dokter itu sendiri
Memberikan semangat hidup Ada Secara tidak langsung iya karena
dokter juga memberikan support pada
keluarga pasien
Melindungi pasien dari serangan Tidak Tidak ada serangan yang terjadi
Tidak melakukan white collar crime Ada Dalam kasus ini dokter tidak
yang merugikan pasien melakukan kecurangan dengan pihak
siapapun yang merugikan pasien

D. KESIMPULAN
Dilihat dari tindakan-tindakan yang telah dilakukan oleh dokter tersebut, dapat
disimpulkan bahwa tindakan yang telah dilakukan sudah tepat. Hal ini dikatakan tepat
karena sudah sesuai Kaidah Dasar Bioetik (KDB) dengan prinsip non-maleficence
dimana seorang dokter tidak melakukan suatu perbuatan atau tindakan yang dapat
memperburuk pasien.
MAKALAH

MODUL BIOETIK

KASUS YANG BERHUBUNGAN DENGAN KLONING YANG MEMUAT

KAIDAH DASAR BIOETIK – JUSTICE

Disusun Oleh:

ANGELYN TJONG (17011101124)

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

KEDOKTERAN UMUM

2017
TUGAS

MODUL BIOETIK

IDENTIFIKASI KAIDAH DASAR BIOETIK DALAM

PASAL-PASAL KODEKI

Disusun Oleh:

RALDY ANTHONI RATUNUMAN (17011101133)

PENDIDIKAN DOKTER

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2017
Kode Etik Kedokteran Indonesia

Pasal 1

Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah Dokter.

Identifikasi : Beneficence

Pasal 2

Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standard profesi
yang

tertinggi.

Identifikasi : Beneficence dan Non maleficence

Pasal 3

Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu
yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.

Identifikasi : Non maleficence

Pasal 4

Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.

Identifikasi : Beneficence

Pasal 5

Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik hanya
diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan pasien.

Identifikasi : Autonomy
Pasal 6

Setiap dokter harus senantiasa berhati hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan
tehnik

atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal hal yang dapat menimbulkan keresahan

masyarakat.

Identifikasi :Non maleficence

Pasal 7

Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri
kebenarannya..

Identifikasi : Non maleficence

- Pasal 7a

Seorang dokter harus, dalam setiappraktek medisnya, memberikan pelayanan medis


yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (
compassion ) dan penghormatan atas martabat manusia.

Identifikasi : Beneficence

- Pasal 7b

Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan
sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki
kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau
penggelapan, dalam menangani pasien.

Identifikasi : Autonomy dan Justice

- Pasal 7c

Seorang dokter harus menghormati hak hak pasien, hak hak sejawatnya, dan hak
tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien.

Identifikasi : Autonomy dan Justice


- Pasal 7d

Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup mahluk
insani.

Identifikasi : Beneficence

Pasal 8

Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan kepentingan masyarakat dan

memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh ( promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif ), baik fisik maupun psiko-sosial, serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi
masyarakat

yang sebenar benarnya.

Identifikasi : Beneficence dan Non maleficence

Pasal 9

setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat dibidang kesehatan dan bidang lainnya serta

masyarakat, harus saling menghormati.

Identifikasi : Justice

Kewajiban Dokter Terhadap Pasien

Pasal 10

Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan ketrampilannya untuk

kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan,
maka

atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam
penyakit

tersebut.

Identifikasi : Autonomi dan Justice


Pasal 11

Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat berhubungan
dengan

keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah lainnya.

Identifikasi : Autonomi

Pasal 12

Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan
juga

setelah pasien itu meninggal dunia.

Identifikasi : Autonomi

Pasal 13

Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali bila
ia

yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.

Identifikasi : Beneficence

Kewajiban Dokter Terhadap Teman Sejawat

Pasal 14

Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.

Identifikasi : Justice

Pasal 15

Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali dengan persetujuan atau

berdasarkan prosedur yang etis.

Identifikasi : Justice
Kewajiban Dokter Terhadap Diri Sendiri

Pasal 16

Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.

Identifikasi : Non maleficence

Pasal 17

Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

kedokteran/kesehatan.

Identifikasi : Non maleficence

Anda mungkin juga menyukai