Lifestyle Genetik
Gangguan refraksi
Miopia Ametropia
Sensasi diplopia
Mata lelah
Pusing
Miopia dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu sumbu mata yang lebih panjang,
indeks bias yang meningkat serta perubahan posisi lensa. Yang pada akhirnya
menyebabkan bayangan jatuh di depan retina. Pasien akan mengeluh kabur melihat
jauh. Untuk mengompensasi hal tersebut, penderita biasanya mengernyitkan mata
untuk lebih memfokuskan cahaya yang kabur. Hal tersebut mengakibatkan
kontraksi otot mata yang berlebihan, sehingga menyebabkan mata menjadi lelah
yang pada akhirnya dapat menyebabkan pusing pada penderita.
Orang yang jarang berolahraga lebih sering mengalami kesulitan tidur. Tidur adalah
pekerjaan fisiologis tubuh yang diatur oleh irama sirkadian, yang mana pada saat
itu terjadi sintesis melatonin. Proses sintesis melatonin ini dikontrol oleh suatu
hubungan timbal balik dengan jalur dopaminergik dari retina (retinal
dophaminergic pathways). Bersamaan dengan itu, jalur dopaminergik juga
berperan dalam perkembangan dari mata, sehingga apabila terjadi kekacauan dalam
regulasi irama sirkadian sudah pasti akan menyebabkan gangguan pula pada
perkembangan mata. (Khairunnisa, 2017).
Selain miopia, bayangan jatuh tidak tepat di retina bisa menyebabkan ametropia.
Ametropia meliputi hipermetropia, presbiopia dan juga astigmatisme.
Hipermetropia dapat disebabkan berbagai hal yaitu sumbu mata yang lebih pendek
dan juga indeks bias yang menurun. Sehingga dapat menyebabkan bayangan jatuh
di belakang retina. Keluhan pada pasien berupa kabur ketika melihat dekat dan juga
nyeri kepala bagian frontal.
Dafpus :
Ilyas, S. 2008. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Khairunnisa, Indah. 2017. Progresifitas Miopia pada Anak Sekolah Dasar di Daerah
Pedesaan Diandingkan dengan Daerah Perkotaan. Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/17660 (diakses pada 21 Maret
2019)