Anda di halaman 1dari 3

Patofisiologi Gangguan Refraksi

Lifestyle Genetik

Otot mata akomodasi


maksimal

Gangguan refraksi

Bayangan jatuh tidak


tepat di retina

Miopia Ametropia

Sumbu mata Indeks bias ↑


lebih panjang
Hipermetropia Presbiopia Astigmatisme

Bayangan jatuh di Sumbu mata Indeks bias ↓ Usia ↑ Kelainan kornea


depan retina lebih pendek

Kemampuan akomodasi Perubahan


Bayangan jatuh di lensa ↓ lengkung kornea
Kabur melihat
belakang retina
jauh

Lensa keras Cahaya masuk di


Kabur melihat berbagai bidang
Mengernyitkan
mata dekat

Sensasi diplopia
Mata lelah

Pusing

Gangguan perkembangan Gangguan sintesis Gangguan irama Jarang olahraga


penglihatan melatonin sirkadian
Gangguan refraksi pada mata bisa dapat dicetuskan oleh kebiasaan, genetik dan
juga riwayat penyakit metabolik. Gangguan refraksi dapat menyebabkan bayangan
jatuh tidak tepat di retina. Gangguan refraksi meliputi myopia dan juga ametropia
(hipermetropia, presbiopia, dan astigmatisme).

Miopia dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu sumbu mata yang lebih panjang,
indeks bias yang meningkat serta perubahan posisi lensa. Yang pada akhirnya
menyebabkan bayangan jatuh di depan retina. Pasien akan mengeluh kabur melihat
jauh. Untuk mengompensasi hal tersebut, penderita biasanya mengernyitkan mata
untuk lebih memfokuskan cahaya yang kabur. Hal tersebut mengakibatkan
kontraksi otot mata yang berlebihan, sehingga menyebabkan mata menjadi lelah
yang pada akhirnya dapat menyebabkan pusing pada penderita.

Orang yang jarang berolahraga lebih sering mengalami kesulitan tidur. Tidur adalah
pekerjaan fisiologis tubuh yang diatur oleh irama sirkadian, yang mana pada saat
itu terjadi sintesis melatonin. Proses sintesis melatonin ini dikontrol oleh suatu
hubungan timbal balik dengan jalur dopaminergik dari retina (retinal
dophaminergic pathways). Bersamaan dengan itu, jalur dopaminergik juga
berperan dalam perkembangan dari mata, sehingga apabila terjadi kekacauan dalam
regulasi irama sirkadian sudah pasti akan menyebabkan gangguan pula pada
perkembangan mata. (Khairunnisa, 2017).

Selain miopia, bayangan jatuh tidak tepat di retina bisa menyebabkan ametropia.
Ametropia meliputi hipermetropia, presbiopia dan juga astigmatisme.
Hipermetropia dapat disebabkan berbagai hal yaitu sumbu mata yang lebih pendek
dan juga indeks bias yang menurun. Sehingga dapat menyebabkan bayangan jatuh
di belakang retina. Keluhan pada pasien berupa kabur ketika melihat dekat dan juga
nyeri kepala bagian frontal.

Kemudian ada presbiopia yang disebabkan oleh semakin bertambahnya usia.


Pertambahan usia dapat menyebabkan penurunan daya akomodasi lensa mata
sehingga lensa mata tidak lagi elastis. Hal tersebut dapat menyebabkan bayangan
jatuh di belakang retina. Keluhannya hampir sama seperti hipermetropia.
Lalu, ada astigmatisme yang disebabkan oleh kelainan kornea yang dapat
menyebabkan perubahan lengkung kornea. Sehingga menyebabkan cahaya masuk
melalui berbagai bidang dan jatuh di tempat yang berbeda. Pasien akan mengalami
sensasi diplopia (pandangan ganda).

Dafpus :

Budiono S, Trisnowati T S, Moestidjab, Eddyanto. 2013. Buku Ajar : Ilmu


Kesehatan Mata. Surabaya : Airlangga University Press (AUP)

Ilyas, S. 2008. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Khairunnisa, Indah. 2017. Progresifitas Miopia pada Anak Sekolah Dasar di Daerah
Pedesaan Diandingkan dengan Daerah Perkotaan. Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/17660 (diakses pada 21 Maret
2019)

Anda mungkin juga menyukai