Pengantar
UKNI (Uji Kompetensi Ners Indonesia) diselenggarakan dalam rangka menjamin mutu lulusan
pendidikan tinggi bidang keperawatan. Tujuan UKNI adalah menilai pencapaian kompetensi sesuai
standar kompetensi Ners generalis dalam rangka memperoleh sertifikat kompetensi profesi Ners.
Tips Sukses
Berikut adalah tips sukses yang sebagian di sadur dari Silvester, Nursalam, & Haryanti (2014).
1. Berdoa
Alloh Berfirman: “Mintalah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan.” (QS. Al-Mu’min: 60).
“Barangsiapa yang berdo’a kepada-ku, pasti akan ku-kabulkan, dan siapa yang memohon kepada-ku, pasti akan
ku-beri,dan siapa yang mohon ampun kepada-ku pasti akan ku ampuni”. (HR.Bukhari, Muslim, Maliki,
Tirmidzi )
2. Minta restu dan doa orang tua
“Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu doa orang tua, doa orang yang bepergian (safar) dan
doa orang yang dizholimi.” (HR. Abu Daud no. 1536. Syaikh Al Albani katakan bahwa hadits ini hasan).
”Ridha Rabb terletak pada ridha kedua orang tua dan murka-Nya terletak pada kemurkaan
keduanya.” (Riwayat Ath Thabarani, dishahihkan oleh Al Hafidz As Suyuthi)
3. Dasar
Bangun sikap positif yang kuat
Berpikir tentang tujuan jangka pendek dan jangka panjang
Susun rencana
4. Persiapan
Susun rencana dan jadwal belajar
Menentukan tempat belajar
Susun keseimbangan kewajiban kerja dan pribadi
5. Perilaku membangun positif
Rencanakan waktu untuk refresing, berolah raga, relaksasi
6. Persiapan Akhir
Tulis tanggal dan waktu ujian serta tempat ujian
Kaji lokasi ujian sebelum hari ujian
Persiapkan perlengkapan ujian
Relaksasi sebelum ujian
7. Hari Pelaksanaan Ujian
Merapikan diri
Sarapan
Bangun sikap posited dan percaya diri
Kendalikan diri
Topik UKNI
Topik Askep Elemen Topik
Pengkajian
Masalah Keperawatan
Intervensi Keperawatan Promotif, Preventif, Kuratif , Rehabilitatif
Evaluasi Keperawatan
Peran dan Fungsi Keperawatan
Strategi Intervensi Kesehatan 1. Pemberdayaan
2. Proses Kelompok
3. Bina suasana
4. Kemitraan
5. Partisipasi
Etik Legal terkait pemberian asuhan Beneficience, Maleficience, Justice,
Keperawatan terkait Topik Veracity, Otonomi,
Tingkat Pencegahan
Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah peningkatan kesehatan dan perlindungan umum dan khusus terhadap
penyakit-penyakit tertentu adalah usaha-usaha yang dilakukan sebelum sakit (pre pathogenesis).
Terjadi sebelum sistem bereaksi terhadap stressor, meliputi : promosi kesehatan dan
mempertahankan kesehatan. Pencegahan primer mengutamakan pada penguatan flexible lines of
defense dengan cara mencegah stress dan mengurangi faktor-faktor resiko. Intervensi dilakukan jika
resiko atau masalah sudah diidentifikasi tapi sebelum reaksi terjadi. Strateginya mencakup :
immunisasi, pendidikan kesehatan, olah raga dan perubahan gaya hidup.
Pencegahan primer dilakukan pada masa individu yang belum menderita sakit. Pencegahan primer
terdiri dari promosi kesehatan (health promotion) dan perlindungan khusus (spesifiic protection).
Upaya pencegahan primer untuk penyakit tidak menular mencakup persediaan makanan dan
energi yang kuat, kesempatan yang baik dalam pendidikan, pekerjaan, dan perumahan dan layanan
komunitas yang efisien.
Setiap individu dapat mempraktikan upaya pencegahan primer dengan mendapatkan tingkat
pendidikan yang tinggi yang mencakup pengetahuan tentang kesehatan dan penyakit dan
perjalanan penyakit anggota keluarga lain. Secara khusus, individu harus mengambil tanggung
jawab dalam hal makan dengan tepat, olahraga yang cukup, mempertahankan berat badan yang
sesuai, dan menghindari penggunaan alkohol dan obat-obatan lain. Masing-masing individu juga
dapat melindungi dirinya dari cedera dengan mengenakan sabuk pengaman, kacamata pengaman,
dan lotion tabir surya.
Pencegahan Sekunder
Penegakan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat, disebut pencegahan
sekunder (seconder preventive). Pencegahan sekunder dilakukan pada masa individu mulai sakit.
Pencegahan sekunder bentuknya upaya diagnosis dini dan pengobatan segera ( early diagnosis and
prompt treatment ).
Meliputi berbagai tindakan yang dimulai setelah ada gejala dari stressor. Pencegahan sekunder
mengutamakan pada penguatan internal lines of resistance, mengurangi reaksi dan meningkatkan
faktor-faktor resisten sehingga melindungi struktur dasar melalui tindakan-tindakan yang tepat
sesuai gejala. Tujuannya adalah untuk memperoleh kestabilan sistem secara optimal dan
memelihara energi
Upaya pencegahan sekunder yang dapat dilakukan masyarakat mencakup pelaksanaan skrining
massal untuk penyakit kronis, upaya penemuan kasus, dan penyediaan tentang fasilitas,
perlengkapan, dan tenaga kesehatan yang memadai bagi masyarakat. Tugas individu di dalam
pencegahan sekunder mencakup skrining pribadi, misalnya periksa sendiri payudara atau testis
(untuk kanker pada organ tersebut), bemocult test (untuk kanker kolon dan rektum), dan skrining
medis seperti pap test (untuk kanker servik), tes PSA untuk kanker prostat, mammografi dan
skrining untuk diabetes, glukoma, atau hipertensi. Keikutsertaan dalam skrining kesehatan dan
pemeriksaan kesehatan dan gigi secara rutin merupakan langkah awal dalam pencegahan sekunder
untuk penyakit tidak menular. Langkah-langkah itu harus diikuti dengan diagnosis pasti dan
pengobatan segera untuk penyakit apapun yang terdeteksi.
Pencegahan tersier
Dilakukan setelah sistem ditangani dengan strategi-strategi pencegahan sekunder. Pencegahan
tersier difokuskan pada perbaikan kembali ke arah stabilitas sistem klien secara optimal. Tujuan
utamanya adalah untuk memperkuat resistansi terhadap stressor untuk mencegah reaksi timbul
kembali atau regresi, sehingga dapat mempertahankan energi.
Upaya pencegahan tersier bagi masyarakat mencakup ketersediaan fasilitas, layanan, dan tenaga
medis kedaruratan yang kuat untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang di dalamnya upaya
pencegahan primer dan sekunder sudah tidak ampuh. Contohnya mencakup layanan ambulan
rumah sakit, dokter dan dokter bedah, perawat, dan tenaga professional kesehatan yang lain.
Pencegahan tersier bagi individu kerap membutuhkan perubahan perilaku atau gaya hidup yang
signifikan. Contohnya mencakup kepatuhan mengikuti pengobatan yang diresepkan, program
olahraga, dan diet. Contoh, seorang pasien serangan jantung dapat mengikuti program pendidikan
dan konseling gizi dan di dorong untuk perpartisipasi dalam program olahraga. Kegiatan itu dapat
membawa pasien kembali meneruskan pekerjaannya dan mencegah serangan jantung kedua. Untuk
tipe tertentu masalah kesehatan tidak menular, misalnya masalah yang melibatkan penyalahgunaan
zat, kedatangan yang rutin pada pertemuan kelompok pendukung atau sesi konseling dapat
menjadi satu bagian penting dalam program pencegahan tersier.
2. Pendidikan kesehatan/Edukasi
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan
hanya sekedar proses transfer materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat
prosedur. Penkes merupakan upaya memberikan pengetahuan sebagai upaya meningkatkan derajad
kesehatan. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi karena adanya kesadaran dari dalam diri individu,
kelompok atau masyarakat sendiri. Misal: Perawat melakukan pendidikan kesehatan kepada masyarakat
tentang ispa pada anak, merokok remaja, atau diabetes. Dan diberikan cara untuk mencegahnya juga
dampak buruk bila masalah terus berlangsung. Masyarakat juga bisa menanyakan apa saja yang kurang
paham dari pembahasan pada saat pendidikan kesehatan.
Penkes dapat dilakukan dengan memberikan leflet, pemasangan poster, melakuka guidance, coaching,
konseling, dan menggunakan media massa.
3. Membangun partnership
Kemitraan merupakan bentuk kerjasama aktif antara perawat komunitas , masyrakat, maupun lintas
sektoral dan program. Bentuk kegiatannya berupa kolaborasi, negosiasi, dan sharing yang dilakukan
dengan saling menguntungkan.
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat jika tidak ditangani dengan baik
akan menjadi ancaman bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat dibutuhkan
dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan komunitas melalui upaya ini berbagai persoalan di
dalam lingkungan masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat. Perawat atau pelayan kesehatan
bekerja sama dengan seluruh perangkat yang ada di masyarakat untuk mengurangi masalah kesehatan.
Ini juga merupakan bentuk agar masyarakat bisa lebih mandiri.
4. Pemberdayaan
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk membangun daya, mendorong, memotivasi, dan
membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta upaya untuk mengembangkannya.
Perawat menggunakan strategi pemberdayaan untuk membantu masyarakat mengembangkan
keterampilan dalam menyelesaikan masalah, menciptakan jejaring, negosiasi, lobbying, dan mendapatkan
informasi untuk meningkatkan kesehatan.
Perencanaan intervensi yang dapat dilakukan berkaitan dengan diagnosa keperawatan komunitas
umunya adalah sebagai berikut:
a) Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit
b) Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit
c) Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit
d) Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam mennetukan diet yang tepat
e) Lakukan olahraga secara rutin
f) Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk memperbaiki
g) lingkungan komunitas
h) Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan
Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawanan. Keberhasilan proses dapat
dilihat dengan membandingkan antara proses dengan dengan pedoman atau rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan tingkat kemandirian masyarakat
dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang
sudah ditentukan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005). Adapun tindakan dalam melakukan
evaluasi adalah:
a. Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan intervensi
b. Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi keperawata
c. Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit
Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan terhadap kesehatan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan:
1.Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil
2.Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas maupun kunjungan rumah
3.Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas ataupun di rumah.
4.Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui .
Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga, kelompok dan
masyarakat yang menderita penyakit atau masalah kesehatan, melalui kegiatan:
1. Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
2. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan rumah sakit
3. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas
4. Perawatan payudara
5. Perawatan tali pusat bayi baru lahir.
Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-penderita yang dirawat di
rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama, misalnya
kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya., dilakukan melalui kegiatan:
a. Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita kusta, patah tulang maupun
kelainan bawaan
b. Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu, misalnya TBC, latihan nafas
dan batuk, penderita stroke: fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh perawat.
Resosialitatif
Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga dan kelompok khusus ke dalam
pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompok-kelompok yang diasingkan oleh masyarakat
karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-kelompok masyarakat khusus
seperti Wanita Tuna Susila (WTS), tuna wisma dan lain-lain. Di samping itu, upaya resosialisasi
meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali kelompok yang mempunyai masalah kesehatan
tersebut dan menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang mereka derita. Hal ini tentunya
membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau batasan-batasan yang jelas dan dapat dimengerti.