Anda di halaman 1dari 22

HEPATOCELLULAR CARCINOMA

A. ANATOMI HEPAR

Hepar merupakan organ viscera abdominis yang terbesar menempati bagian


superior cavum abdominis tepatnya menempati kwadran kanan atas abdomen dan
tepat di bawah diaphragm (Snell, 2006). Hepar memiliki berat sekitar 1.500 gram
atau 2,5% dari total berat tubuh dewasa. Pada bayi, hepar relatif lebih besar yaitu
5% dari total berat tubuh bayi dikarenakan masih adanya fungsi hemopoesis.
Hepar terbagi menjadi lobus kiri dan lobus kanan yang dipisahkan oleh
ligamentum falciforme. Lobus kanan hepar enam kali lebih besar dari lobus kiri dan
mempunyai 3 bagian utama yaitu: lobus kanan atas, lobus caudatus dan lobus
quadrates (Hadi, 2002).

B. KONSEP HEPATOCELLULAR CARCINOMA


1. DEFINISI
Hepatocellular Carcinoma (HCC) atau disebut juga hepatoma atau kanker hati
primer atau Karsinoma Hepato Selular (KHS) adalah satu dari jenis kanker yang
berasal dari sel hati (Misnadiarly, 2007). Hepatocelluler carcinoma adalah
adalah penyakit gangguan pada hati yang disebabkan karna hepatis kronik
dalam jangka panjang yang menyebabkan gangguan pada fungsi hati ( Ghofar,
2009 ).

1
2. ETIOLOGI
a. Virus Hepatitis B
Karsinogenitas HBV terhadap hati mungkin terjadi melalui proses inflamasi
kronik, peningkatan proliferasi hepatosit, integrasi HBV DNA ke dalam
DNA sel penjamu, dan aktifitas protein spesifik-HBV berinteraksi dengan
gen hati. Pada dasarnya, perubahan hepatosit dari kondisi inaktif menjadi sel
yang aktif bereplikasi menentukan tingkat karsinogenesis hati. Siklus sel
dapat diaktifkan secara tidak langsung akibat dipicu oleh ekspresi berlebihan
suatu atau beberapa gen yang berubah akibat HBV.
b. Virus Hepatitis C
Resiko karsinoma hepatoseluler pada pasien dengan HCV sekitar 5% dan
muncul 30 tahun setelah infeksi. Penggunaan alkohol oleh pasien dengan
HCV kronis lebih beresiko terkena karsinoma hepatoseluler dibandingkan
dengan infeksi HCV saja.
c. Sirosis Hati
Pada otopsi pada pasien dengan sirosis hati , 20-80% di antaranya telah
menderita hepatoma.
d. Aflatoksin
Aflatoksin B1 (AFB1) meruapakan mikotoksin yang diproduksi oleh
jamur Aspergillus. Dari percobaan pada hewan diketahui bahwa AFB1
bersifat karsinogen. Pertumbuhan jamur yang menghasilkan aflatoksin
berkembang subur pada suhu 13°C, terutama pada makanan yang
menghasilkan protein. Salah satu mekanisme hepatokarsinogenesisnya ialah
kemampuan AFB1 menginduksi mutasi pada gen supresor tumor p53.
e. Obesitas
Obesitas merupakan faktor resiko utama untuk non-alcoholic fatty liver
disesease (NAFLD), khususnya non-alcoholic steatohepatitis (NASH) yang
dapat berkembang menjadi sirosis hati dan kemudian berlanjut menjadi
hepatoma.

2
f. Diabetes Mellitus
DM dihubungkan dengan peningkatan kadar insulin dan insulin-like growth
factors (IGFs) yang merupakan faktor promotif potensial untuk kanker.
Insidensi hepatoma pada kelompok DM lebih dari dua kali lipat
dibandingkan dengan insidensi hepatoma kelompok bukan DM.
g. Alkohol
Meskipun alkohol tidak memiliki kemampuan mutagenik, peminum berat
alkohol (>50-70 g/hari atau > 6-7 botol per hari) selama lebih dari 10 tahun
meningkatkan risiko karsinoma hepatoseluler 5 kali lipat. Hanya sedikit
bukti adanya efek karsinogenik langsung dari alkohol. Alkoholisme juga
meningkatkan resiko terjadinya sirosis hati dan hepatoma pada pengidap
h. Hemochromatosis
Hemochromatosis merupakan kelainan metabolisme besi yang ditandai
dengan adanya pengendapan besi secara berlebihan di dalam jaringan.
Pasien dengan hemochromatosis, meningkatkan risiko kanker hati sebesar
30 persen.
i. Komplikasi penyakit lain
Adanya komplikasi seperti sirosis empedu primer, steroid androgenik,
kolangitis sclerosing primer, dan kontrasepsi oral dapat meningkat risiko
kanker hati.

3
3. KLASIFIKASI

Tabel stadium hepatoma dengan menggunakan sistem TNM


Tumor Primer Kelenjar getah Metastatis
bening KGB jauh
Regional N (M)
Tx Tumor primer tidak dapat dinilai N0 Menunjukan M0. Tidak
T1 Tumor soliter tanpa invanasi tidak ada ada metastatis
vaskular keterlibatan jauh
T2 Tumor soliter dengan invasi KGB
vaskular atau beberapa tumor
tidak lebih dari 5cm
T3 Tumor multiprl lebih dari 5cm N1 Menunjukan M1. Ada
atau tumor yang melinatkan keterlibatan metastatis
cabang utama dari portal atau KGB jauh
vena hepatika.
T4 Tumor multipel dengan invasi
langsung organ yang berdekatan
selain kantong empedu atau
dengan perforasi peritoneum
viseral
( Amerika cancer society, 2008)

4
4. MANIFESTASI KLINIS
Pada tahap awal hepatoma tidak memberi gejala dan tanda klinik. Pada stadium
lanjut mungkin bisa didapatkan gejala dan tanda-tanda seperti:
a. Penurunan berat badan
b. Anoreksia dan anemia
c. Nyeri abdomen disertai dengan pembesaran hati yang cepat serta permukaan
yang teraba ireguler pada palpasi.
d. Kehilangan nafsu makan
e. Mudah capek dan merasa lelah
f. Asites pada abdomen
Asites timbul setelah nodul tersebut menyumbat vena portal atau bila
jaringan tumor tertanam dalam rongga peritoneal
g. Kulit dan matanya kelihatan kuning
Gejala ikterus hanya tejadi jika sluran empedu yang besar tersumbat oleh
tekanan nodul malignan dalam hilus hati.
h. Kotorannya berwarna putih

5. KOMPLIKASI
a. Asites
b. Perdarahan saluran cerna bagian atas
c. Ensefalopati hepatika
d. Sindrom hepatorenal
Sindrom hepatorenal adalah suatu keadaan pada pasien dengan hepatitis
kronik, kegagalan fungsi hati, hipertensi portal, yang ditandai dengan
gangguan fungsi ginjal dan sirkulasi darah Sindrom ini mempunyai risiko
kematian yang tinggi.

5
Predisposisi hepatitis B, hepatitis C,
Hemokromatosis, Aflatoxin, alcohol

Sirosis hepatis

Regenerasi nodular dengan hilangnya


struktur lobular dan pembentukan jaringan
fikrotik

Hpatocellular carsinoma

Terdapat nodul maligna dalam hilus

Pembengkakan hepar Kerusakan sel hepar Penyumbatan Gangguan


vena porta metabolisme protein

Penekanan hepar Kolestasis yang menyebabkan Hipertensi portal Penurunan sintesis protein
ikterus dan hiperbilirubinemia
edema
Nyeri Varises esofagus Hipoalbumin
Peningkatan garam empedu
Penurunan Penurunan
Peningkatan tekanan tekanan osmotik ekspansi paru
Spider nevi pruritus
hidrostatik, peningkatan
permeabilitas vaskular Peningkatan cairan sesak
ekstraseluler
gatal
Koping individu/ Filtrasi cairan ke
ruang ketiga Penekanan difragma Pola nafas tidak efektif
keluarga tidak
Resiko gangguan integritas kulit
efektif
Asites
koma Metabolism Resiko ketidakseimbangan Kelebihan volume 6
Fase terminal Terapi deuretik
ensefalopati cairan dan elektrolit cairan
Penurunan fungsi hati penatalaksanaan

Perubahan proses Masa hidup Respons gangguan Intervensi radiasi dan Intervensi bedah hepatektomi,
metabolik eritrosit pendek, gastrointestinal kemoterapi
Hemolisis ablasi, transplantasi

Cepat lelah,
preoperatif Pasca bedah Nyeri
kelemahan fisik Hipokalemia, Anemia Mual, muntah,
umum kembung,
anoreksia Kecemasan
Luka pasca bedah
Intoleransi Penurunan perfusi perifer pemenuhan
aktivitas informasi
Intake nutrisi tidak adekuat,
Port de entree
pengeluaran cairan dari muntah
Respons psikologis
misinterprestasi
Pemecahan asam pearawatan dan Resiko infeksi
Ketidakseimbangan nutrisi
amino enteric penatalaksanaan
kurang dari kebutuhan
meningkat pengobatan

hiperamonemia

RR meningkat

Pola nafas tidak efektif

Sumber
Mutaqin, A., Sari, K. (2011)

7
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan bilirubin total, aspartate aminotransferase (AST), fosfatase
alkali, albumin, dan waktu prothrombin menunjukan hasil yang konsisten
dengan sirosis.
b. Radiografi.
1) Foto toraks, dilakukan untuk mendeteksi adanya metastasis paru.
2) CT Scan. Dilakukan untuk pasien Hepatocelullar carcinoma karena
meningkatnya AFP. Alpha-fetoprotein (AFP) meningkat pada 75%
kasus.
3) MRI dapat mendeteksi lesi lebih dan juga dapat digunakan untuk
menetukan aliran dalam vena vortal.
4) USG untuk mencari tanda-tanda sirosis dalam atau pada permukaan hati.
c. Biopsi.
Biopsi umumnya diperoleh melalui perkutaneus dibawah bimbingan
ultrasonographic atau CT.

7. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan terhadap pasien Hepatoma terdiri dari pembedahan,
kemoterapi, terapi radiasi. (Suratun, 2010).
1) Pembedahan
Pembedahan adalah satu-satunya penanganan kuratif potensial untuk
pasien kanker hati. sayangnya hanya 25% pasien yang memenuhi kriteria
untuk reseksi hati. Reseksi hepatik melibatkan subkostal bilateral
maupun insisi torakoabdominal. Setelah insisi, terdapat empat teknik
reseksi yang diketahui yaitu lobektomi kanan dan kiri, trisegmenteknomi
dan segmentektomi lateral, segmen-segmen lateral meliputi
pengangkatan bagian luar lobus kiri. Trisegmentektomi adalah
pengangkatan lobus kanan dan bagian dalam lobus kiri.

8
Terdapat tiga macam terapi bedah, yaitu:
a) Hepatektomi Parsial.
Secara umum, Hepatocellular carcinoma memiliki lesi soliter pada
sebagian lobus hati sehingga dengan intervensi hepatektomi parsial
pada sebagian lobus hati memberikan hasil terbaik untuk
optimalisasi fungsi hati yang tersisa (Poon,2001).
b) Transplantasi.
Banyak pasien tidak dicalonkan pada hepaktetomi parsial karena
luasnya penyakit hati. Beberapa pasien ini baik kandidat untuk
transplantasi hati karena memiliki potensi untuk menghilangkan
kanker, menyembuhkan penyakit hati yang mendasari (Bruix,2005).
2) Kemoterapi
Kemoterapi intra arterial dapat diberikan melalui kateter sementara yang
dipasang ke dalam arteri aksilaatau femoralis. Komplikasi metode ini
meliputi trombosis hepatik dan arteri intraabdomenlain, perubahan posisi
kateter, sepsis dan hemoragi.
3) Terapi Radiasi
Semua hati akan metoleransi 3000cGy. Pada dosis ini insidensi hepatitis
radiasi adalah 5% sampai 10%.

b. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Ester (2002) ada beberapa penatalaksanaan yang menggunakan
pendekatan keperawatan yaitu:
1) Dalam persiapan untuk pembedahan, status nutrisi, cairan, fisik umum
dikaji dan upaya dilakukan untuk menjamin kondisi fisik seoptimal
mungkin.
2) Berikan penjelasan agar pasien menyiapkan diri secara psikologis
terhadap pembedahan, pemeriksaan diagnostik yang panjang dan
melelahkan mungkin dilakukan, perlu dilakukan persiapan usus dengan

9
menggunakan katartik, irigasi kolon dan antibiotik usus untuk
meminimalkan kemungkinan akumulasi amonium dan mengantisipasi
kemungkinan insisi usus.
3) Pada pascaoperasi terdapat masalah potensial yang berhubungan dengan
keterlibatan kardiopulmonal, kapiler vaskuler, dan disfungsi pernafasan
dan hati, abnormalitas metabolik memerlukan perhatian cermat. Infus
konstan dengan glukosa 10% diperlukan dalam 48 jam pertama untuk
mencegah cetusan penurunan gula darah, yang diakibatkan oleh
penurunan glukoneogenesis. Sintesis protein dan metabolisme lemak
juga berubah, sehingga memerlukan penginfusan albumin.
4) Pasien memerlukan pemantauan ketat dan terus menerus serta perawatan
selama 2 atau 3 hari pertama. Ambulasi dini dianjurkan.

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
a. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama : Adanya pembesaran hepar yang dirasakan semakin
mengganggu sehingga bisa menimbulkan keluhan sesak napas yang
dirasakan semakin berat disamping itu disertai nyeri abdomen.
1) Riwayat Penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang dapat diperoleh melalui orang lain atau
dengan klien itu sendiri.
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu dikaji untuk mendapatkan data mengenai
penyakit yang pernah diderita oleh klien.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit keluarga dikaji untuk mengetahui data mengenai
penyakit yang pernah dialami ol eh anggota keluarga.

10
b. Pemeriksaan Fisik: Data Fokus
Pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan hepatoma menurut Suratun
(2010) sebagai berikut:
1) Kaji adanya keluhan kelemahan, kelelahan, dan malaise.
2) Kaji riwayat mengkonsumsi alkohol, jika ya tanyakan berapa banyak
dalam sehari dan sudah berapa lama.
3) Kaji riwayat penggunaan obat-obatan yang kemungkinan dapat
mempengaruhi fungsi hati.
4) Kaji riwayat penyakit hepatitis, penyakit empedu, trauma hati,
perdarahan gastrointestinal.
5) Kaji adanya ketidaknyamanan; nyeri tekan abdomen pada kuadran
kanan atas dan menyebar ke skapula.
6) Kaji status nutrisi klien; anoreksia, mual, muntah, penurunan berat
badan, edema, ikterik.
7) Kaji kebutuhan cairan; klien mengalami muntah, kulit kering, turgor
kulit buruk, diare, dan terjadi asite.
8) Kaji eliminasi klien; klien sering mengalami diare.
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan darah, untuk memeriksa afp (alfa fetoprotein), yaitu jenis
protein yang dihasilkan tumor hati.
2) Pemindaian citra (imaging scan) dengan MRI atau CT scan
3) Biopsy, yaitu mengambil sampel jaringan tumor untuk dianalisa untuk
menentukan apakah tumor tersebut ganas (cancerous) atau jinak (non-
cancerous).

11
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan tegangnya dinding perut akibat asites
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan cairan
ekstraseluler di paru – paru yang disebabkan oleh gangguan metabolism
protein
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake makanan yang kurang adekuat.
d. Resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
terapi deuratik, muntah, hypokalemia, penurunan intake cairan oral.
e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan cepat lelah, kelemahan fisik
umum sekunder dari perubahan metabolism sistemik.

12
3. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Nyeri akut berhubungan dengan NOC NIC


tegangnya dinding perut akibat  Pain level, Pain Management
asites  Pain control  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
 Comfort level termasuk lokasi, karakteristik, durasi frekuensi,
Definisi : kualitas dan faktor presipitasi
Setelah dilakukan tindakan  Observasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan
Pengalaman sensoris dan emosional keperawatan selama ……x 24  Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
yang tidak menyenangkan yang jam pasien menunjukkan mengetahui pengalaman nyeri pasien
muncul akibta kerusakan jaringan keefektifan pola nafas,  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
yang akual atau potensial atau dibuktikan dengan kriteria  Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain
digambarkan dalam hal kerusakan hasil: tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa Iampau
sedemikian rupa  Mampu mengontrol nyeri  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
(tahu penyebab nyeri, menemukan dukungan
Batasan karakteristik : mampu menggunakan  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
tehnik nonfarmakologi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
- Perubahan selera makan untuk mengurangi nyeri, kebisingan
- Perubahan tekanan darah mencari bantuan)  Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Perubahan frekuensi jantung  Melaporkan bahwa nyeri  Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi,
- Perubahan frekuensi pernafasan berkurang dengan non farmakologi dan inter personal)
- Laporan isyarat menggunakan manajemen
- Diaphoresis  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
nyeri intervensi
- Perilaku distraksi  Mampu mengenali nyeri
- Mengekspresikan perilaku  Ajarkan tentang teknik non farmakologi
(skala, intensitas,  Berikan anaIgetik untuk mengurangi nyeri
- Masker wajah ( mis., mata frekuensi dan tanda nyeri)
kurang bercahaya, tampak  Menyatakan rasa nyaman  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
kacau, gerakan mata berpencar  Tingkatkan istirahat
setelah nyeri berkurang
atau tetap pada satu fokus  Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan

13
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

meringis) tindakan nyeri tidak berhasil


- Sikap melindungi area nyeri  Monitor penerimaan pasien tentang manajemen
- Fokus menyempit nyeri
- Indikasi nyeri yang dapat Analgesic Administration
diamati  Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat
- Perubahan posisi untuk nyeri sebelum pemberian obat
menghindari nyeri  Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan
- Sikap tubuh melindungi frekuensi
- Dilatasi pupil  Cek riwayat alergi
- Melaporkan nyeri secara verbal  Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari
- Gangguan tidur analgesik ketika pemberian lebih dari satu
 Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan
Factor yang berhubungan : beratnya nyeri
Agen cedera (mis.,biologis, zat
 Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
kimia, fisik, psikologis) pengobatan nyeri secara teratur
 Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
 Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri
hebat
 Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala
2 Pola Nafas tidak efektif NOC: NIC :
Definisi : Pertukaran udara inspirasi  Respiratory status : Airway Management
dan/atau ekspirasi tidak adekuat Ventilation  Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw
 Respiratory status : thrust bila perlu
Batasan karakteristik : Airway patency  Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Penurunan tekanan  Vital sign Status  Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
inspirasi/ekspirasi nafas buatan
- Penurunan pertukaran udara per Setelah dilakukan tindakan  Pasang mayo bila perlu

14
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

menit keperawatan selama ……x24  Lakukan fisioterapi dada jika perlu


- Menggunakan otot pernafasan jam pasien menunjukkan  Keluarkan sekret dengan suction
tambahan keefektifan pola nafas,  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
- Nasal flaring dibuktikan dengan kriteria tambahan
- Dyspnea hasil:  Lakukan suction pada mayo
- Orthopnea  Suara nafas yang bersih,  Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
- Perubahan penyimpangan dada tidak ada sianosis dan keseimbangan.
- Nafas pendek dyspneu (mampu  Monitor respirasi dan status O2
- Assumption of 3-point position mengeluarkan sputum,
- Pernafasan pursed-lip mampu bernafas dg Terapi Oksigen
- Tahap ekspirasi berlangsung mudah, tidakada pursed
 Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
sangat lama lips)
 Pertahankan jalan nafas yang paten
- Peningkatan diameter anterior-  Menunjukkan jalan nafas
 Atur peralatan oksigenasi
posterior yang paten (irama nafas,
- Pernafasan rata-rata/minimal frekuensi pernafasan  Monitor aliran oksigen
Bayi : < 25 atau > 60 dalam rentang normal,  Pertahankan posisi pasien
Usia 1-4 : < 20 atau > 30 tidak ada suara nafas  Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
Usia 5-14 : < 14 atau > 25 abnormal)  Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
Usia > 14 : < 11 atau > 24  Tanda Tanda vital dalam oksigenasi
- Timing rasio rentang normal (tekanan
- Penurunan kapasitas vital darah, nadi, pernafasan) Vital sign Monitoring
 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Faktor yang berhubungan :  Catat adanya fluktuasi tekanan darah
- Hiperventilasi  Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
- Deformitas tulang setelah aktivitas
- Kelainan bentuk dinding dada
 Monitor kualitas dari nadi
- Penurunan energi/kelelahan
- Perusakan/pelemahan  Monitor frekuensi dan irama pernapasan

15
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

muskulo-skeletal  Monitor suara paru


- Obesitas  Monitor pola pernapasan abnormal
- Posisi tubuh  Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
- Kelelahan otot pernafasan
- Hipoventilasi sindrom  Monitor sianosis perifer
- Nyeri  Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang
- Kecemasan melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
- Disfungsi Neuromuskuler  Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign.
- Kerusakan persepsi/kognitif
- Perlukaan pada jaringan syaraf
tulang belakang
- Imaturitas Neurologis
DS:
- Dyspnea
- Nafas pendek
DO:
- Penurunan tekanan
inspirasi/ekspirasi
- Penurunan pertukaran udara
per menit
- Menggunakan otot pernafasan
tambahan
- Orthopnea
- Pernafasan pursed-lip
- Tahap ekspirasi berlangsung
sangat lama
- Penurunan kapasitas vital
- Respirasi: < 11 – 24 x /mnt

16
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

3 Ketidakseimbangan nutrisi NOC:  Kaji adanya alergi makanan


kurang dari kebutuhan tubuh  Nutritional status:  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup Adequacy of nutrient jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
untuk keperluan metabolisme  Nutritional Status : food  Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi
tubuh. and Fluid Intake serat untuk mencegah konstipasi
 Weight Control  Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
Batasan karakteristik : Setelah dilakukan tindakan  Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan
- Berat badan 20 % atau lebih di keperawatan selama …x24 vitamin C
bawah ideal jam nutrisi kurang teratasi  Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
- Dilaporkan adanya intake dengan indikator: makanan harian.
makanan yang kurang dari RDA  Adanya peningkatan berat  Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
(Recomended Daily Allowance) badan sesuai dengan  Monitor lingkungan selama makan
- Membran mukosa dan tujuan  Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama
konjungtiva pucat  Berat badan ideal sesuai jam makan
- Kelemahan otot yang digunakan dengan tinggi badan  Monitor turgor kulit
untuk menelan/mengunyah  Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein,
 Mampu mengidentifikasi
- Luka, inflamasi pada rongga kebutuhan nutrisi Hb dan kadar Ht
mulut  Monitor mual dan muntah
 Tidak ada tanda tanda
- Mudah merasa kenyang, sesaat  Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
malnutrisi
setelah mengunyah makanan konjungtiva
 Tidak terjadi penurunan
- Dilaporkan atau fakta adanya  Monitor intake nuntrisi
berat badan yang berarti
kekurangan makanan  Informasikan pada klien dan keluarga tentang
- Dilaporkan adanya perubahan manfaat nutrisi
sensasi rasa  Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan
- Perasaan ketidakmampuan suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga
untuk mengunyah makanan intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan.
- Kehilangan BB dengan  Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama
makanan cukup makan

17
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

- Keengganan untuk makan  Kelola pemberan anti emetik:.....


- Kram pada abdomen  Anjurkan banyak minum
- Tonus otot jelek  Pertahankan terapi IV line
- Nyeri abdominal dengan atau  Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila
tanpa patologi lidah dan cavitas oval
- Kurang berminat terhadap
makanan
- Pembuluh darah kapiler mulai
rapuh
- Diare dan atau steatorrhea
- Kehilangan rambut yang cukup
banyak (rontok)
- Suara usus hiperaktif
- Kurangnya informasi,
misinformasi

Faktor-faktor yang berhubungan :


Ketidakmampuan pemasukan atau
mencerna makanan atau
mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan faktor
biologis, psikologis atau ekonomi.
DS:
- Nyeri abdomen
- Muntah
- Kejang perut
- Rasa penuh tiba-tiba setelah
makan

18
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

DO:
- Diare
- Rontok rambut yang berlebih
- Kurang nafsu makan
- Bising usus berlebih
- Konjungtiva pucat
- Denyut nadi lemah
4 Resiko ketidakseimbangan cairan NOC: NIC :
dan elektrolit berhubungan  Fluid balance  Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
dengan terapi deuratik, muntah,  Hydration  Monitor status hidrasi ( kelembaban membran
hypokalemia, penurunan intake  Nutritional Status : Food mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ),
cairan oral. and Fluid Intake jika diperlukan
Setelah dilakukan tindakan  Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan
DS : keperawatan selama….. (BUN , Hmt , osmolalitas urin, albumin, total
- Haus defisit volume cairan teratasi protein )
DO: dengan kriteria hasil:  Monitor vital sign setiap 15menit – 1 jam
- Penurunan turgor kulit/lidah  Mempertahankan urine  Kolaborasi pemberian cairan IV
- Membran mukosa/kulit kering output sesuai dengan usia  Monitor status nutrisi
- Peningkatan denyut nadi, dan BB, BJ urine normal,  Berikan cairan oral
penurunan tekanan darah,  Tekanan darah, nadi, suhu  Berikan penggantian nasogatrik sesuai output (50 –
penurunan volume/tekanan nadi tubuh dalam batas normal 100cc/jam)
- Pengisian vena menurun  Tidak ada tanda tanda  Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
- Perubahan status mental dehidrasi, Elastisitas  Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih
- Konsentrasi urine meningkat turgor kulit baik, membran muncul meburuk
- Temperatur tubuh meningkat mukosa lembab, tidak ada  Atur kemungkinan tranfusi
- Kehilangan berat badan secara rasa haus yang berlebihan  Persiapan untuk tranfusi
tiba-tiba  Monitor intake dan urin output setiap 8 jam
 Orientasi terhadap waktu
- Penurunan urine output dan tempat baik

19
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

- HMT meningkat  Jumlah dan irama


- Kelemahan pernapasan dalam batas
normal
 Elektrolit, Hb, Hmt dalam
batas normal
 pH urin dalam batas
normal
 Intake oral dan intravena
adekuat

5 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :


Definisi : Ketidakcukupan energi  Self Care : ADLs  Observasi adanya pembatasan klien dalam
secara fisiologis maupun psikologis  Toleransi aktivitas melakukan aktivitas
untuk meneruskan atau  Konservasi eneergi  Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
menyelesaikan aktifitas yang Setelah dilakukan tindakan  Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
diminta atau aktifitas sehari hari. keperawatan selama ….  Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan
Pasien bertoleransi terhadap emosi secara berlebihan
Batasan karakteristik : aktivitas dengan Kriteria  Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
- Melaporkan secara verbal Hasil : (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat,
adanya kelelahan atau  Berpartisipasi dalam perubahan hemodinamik)
kelemahan. aktivitas fisik tanpa  Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat
- Respon abnormal dari tekanan disertai peningkatan pasien
darah atau nadi terhadap tekanan darah, nadi dan  Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
aktifitas RR mampu dilakukan
- Perubahan EKG yang  Mampu melakukan  Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang
menunjukkan aritmia atau aktivitas sehari hari sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan
iskemia (ADLs) secara mandiri sosial
- Adanya dyspneu atau  Keseimbangan aktivitas  Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang

20
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

ketidaknyamanan saat dan istirahat disukai


beraktivitas.  Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu
luang
Faktor factor yang berhubungan :  Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
- Tirah Baring atau imobilisasi kekurangan dalam beraktivitas
- Kelemahan menyeluruh  Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
- Ketidakseimbangan antara beraktivitas
suplei oksigen dengan  Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri
kebutuhan dan penguatan
- Gaya hidup yang dipertahankan.  Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
DS:
- Melaporkan secara verbal
adanya kelelahan atau
kelemahan.
- Adanya dyspneu atau
ketidaknyamanan saat
beraktivitas.
DO :
- Respon abnormal dari tekanan
darah atau nadi terhadap
aktifitas
- Perubahan ECG : aritmia,
iskemia

21
DAFTAR PUSTAKA

Dochterman, JM., Butcher, H.K., & Bullechek, GM. (Eds.). 2016. Nursing Interventions
Classification (NIC) Edisi Kelima. St. Louis: Mosby.
Ghofar, A. (2009). Cara mudah mengenal dan mengobati kanker. Cetakan I. Jogjakarta :
Flamingo

Hadi, Sujono. (2002). SirosisHepatis dalam Gastroenterologi.Bandung : Alumni

Herdman, Heather. 2010. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan: Definisi dan


Klasifikasi 2009-2011. Jakarta: EGC.

Misnadiarly. (2007). Obesitas sebagai factor resiko beberapa penyakit. Jakarta : Pustaka
Obor Populer

Morhead, S.,Jhonson, M., Maas. ML., Swanson, E (Eds.). 2016. Nursing Outcomes
Classification (NOC) Edisi Kelima. St. Louis: Mosby
Mutaqin, A., Sari, K. (2011). Gangguan gastro intestinal :aplikasi keperawatan medikal
bedah. Salemba Medika : Jakarta.

Nurarif, A.H., Kusuma, H. 2016. Asuhan keperawatan praktis Berdasarkan Penerapan


Diagnosa Nanda, Nic, Noc dalam berbagai kasus, Edisi Revisi Jilid 2. Mediaction
Publishing : Yogyakarta

Suratun, Lusianah. (2010). asuhan keperawatan klien gangguan system gastrointestinal.


Trans Info Media : Jakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai