PENDAHULUAN
Dalam proses produksi, subuah produsen pada hakikatnya tentu akan selalu berusaha
untuk menekan biaya produksi dan berusaha untuk mendapatkan laba sebanyak banyaknya.
Dalam upaya produsen untuk memperoleh keuntungan, pasti mereka akan melakukan banyak
hal untuk memperolehnya. Termasuk mereka bisa melakukan hal hal yang mengancam
keselamataan konsumen. Padahal konsumen dan produsen bekerjasama. Tanpa konsumen,
produsen tidak akan berdaya. Seharusnya produsen memeberi perhatian dan menjaga
konsumen sebagai tanda terima kasih telah membeli barang atau menggunakan jasa yang
mereka tawarkan. Namun banyak produsen yang tidak menjalankan hal ini. Produsen lebih
mementingkan laba. Seperti banyaknya kasus kasus yang akhirnya mengancam keselamatan
konsumen karena dalam memproduksi, produsen tidak memperhatikan hal hal buruk yang
mungkin terjadi pada konsumen. Bahkan, konsumen ditipu, konsumen ditawarkan hal-hal
yang mereka butuhkan, tapi pada kenyataannya, mereka tidak mendapat apa yang mereka
butuhkan mereka tidak memperoleh sesuai dengan apa yang ditawarkan.
Dari sudut pandang konsumen banyak faktor yang mereka pertimbangkan sebelum
mengkonsumsi sebuah produk seperti harga, akses ke produk, keunikan produk, manfaat
yang ditawarkan, keamanan dan kenyamanan saat menggunakan produk. Namun tidak jarang
konsumen lebih terpikat pada faktor harga yang murah dan manfaat-manfaat sesaat yang
ditawarkan produk kepada mereka dan mengabaikan faktor-faktor lainnya. Perusahaan
melihat ini sebagai peluang untuk meraih keuntungan sendiri dan mengabaikan
konsumennya. Padahal sebagai konsumen kita memiliki hak secara langsung atas keamanan
dan kenyamanan saat mengkonsumsi produk yang telah kita dapatkan
Pada hakikatnya iklan merupakan salah satu strategi pemasaran yang bermaksud
untuk mendekatkan barang hasil produksi suatu perusahaan yang hendak di jual kepada calon
konsumen. Iklan-iklan tersebut sedikit banyak telah meningkatkan penjualan dari barang/jasa
yang telah ditawarkan oleh suatu perusahaan. Dibalik keberhasilan iklan dalam mendongkrak
penjualan barang/jasa dalam bisnis, terselip beberapa permasalahan yang bermuara pada
persoalan etika. Namun dibalik keberhasilan dalam mempromosikan produk tersebut, tidak
sedikit para penggunaan iklan sebagai sarana promosi ini sangat berlebihan sehingga tidak
memperhatikan lagi norma dan nilai moral yang terkandung dalam konten iklan itu sendiri.
Meskipun sekarang sudah dibuat undang-undang yang mengatur tentang periklanan, masih
saja ada pihak-pihak yang tetap menyajikan iklan yang dapat merusak moral bangsa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kasus Yang Berkaitan Dengan Etika Produksi Dan Pemasaran Kepada Konsumen
Dalam proses produksi, sebuah produsen pada hakikatnya tentu akan selalu berusaha
untuk menekan biaya produksi dan berusaha untuk mendapatkan laba sebanyak banyaknya.
Dalam upaya produsen untuk memperoleh keuntungan, pasti mereka akan melakukan banyak
hal untuk memperolehnya. Termasuk mereka bisa melakukan hal hal yang mengancam
keselamataan konsumen. Dibuktikan dari beberapa kasus yang ada didalam masyarakat,
yaitu:
1. Kasus PT.Nissan Motor Indonesia
PT. Nissan Motor Indonesia didirikan pada tahun 2001, beroperasi dalam bidang
penjualan , distribusi, juga suku cadang resmi Nissan, serta menjalankan layanan
purna jual di Indonesia.
a. Pemaparan Kasus
Mobil yang diproduksi oleh Nissan banyak mengalami keluhan antara lain Mobil
nissan merk juke, dimana ada dikatakan bawha adanya pengkerjaan pengelasan
tempat duduk belakang yang kurang baik, dimana kursi mobil rentan lepas saat terjadi
kecelakaan Kondisi ini akan membuat penumpang rentan cedera. Alhasil, sebanyak
400 unit Juke di Indonesia ditarik (recall) dari peredaran. Kondisi ini tentu saja mem-
buat masyarakat berpikir ulang untuk membeli mobil tersebut. Apalagi, Nissan Juke
pernah mengalami mesin terbakar yang menyebabkan kematian sang pengemudi pada
11 Maret lalu di kawasan Sudirman, Jakarta.
Teddy menjelaskan, populasi terbanyak kendaraan Juke (60 persen) yang terkena
recall berada di wilayah Jakarta. “Populasi terbanyak ada di Jakarta. Karena pen-
jualan Juke paling banyak di Jakarta dan sekitarnya,” katanya.Teddy menambahkan,
Juke yang ditarik merupakan hasil rakitan pabrik di Indonesia. Namun, untuk
komponen jok bagian belakangnya diimpor langsung dari Jepang.
“ Produksinya lokal, tapi komponen jok belakang diimpor langsung dari Jepang.
Sejauh ini belum ada penambahan unit, jumlahnya tetap 400 unit. Sebab, dari Maret
hingga Juli 2012 total produksinya hanya 400 unit,” ungkap Teddy.Nissan tetap
optimistis target penjualan tahun ini sebanyak 100.000 lebih unit bisa tercapai. “Kami
berharap dengan adanya recall ini hubungan perusahaan dengan konsumen masih
dapat terjaga dan berjalan baik. Kami optimis bahwa recall ini tidak akan
mempengaruhi minat pasar terhadap produk Nissan,” katanya pede.
PT Nissan harus memperketat proses pengujian dan proses re-evaluasi ulang, serta
memperbaiki standart kualitas produksi mobil dengan sistem keamanan mobil yang
lebih baik. Agar dapat meningkatkan kualitas dari produk akhir tersebut dan
meminimalisir kemungkinan terjadinya cacat produk. Mungkin pada awalnya
pelanggaran tersebut mendatangkan keuntungan yaitu untuk memenuhi standar pasar
sehingga menyamarkan kinerja operasi perusahaan, Sehingga perusahaan juga dapat
menjalin rasa kepercayaan konsumen terhadap kualitas produk yang dihasilkan oleh
PT Nissan. PT. Nissan Motor Indonesia
b. Tanggapan Kelompok
PT. Megarsari Makmur sudah melakukan perbuatan yang sangat merugikan
dengan memasukkan 2 zat berbahaya pada produk mereka yang berdampak buruk
pada konsumen yang menggunakan produk mereka. Pelanggaran Prinsip Etika
Pemasaran yang dilakukan oleh PT. Megarsari Makmur yaitu Prinsip Kejujuran
dimana perusahaan tidak memberikan peringatan kepada konsumennya mengenai
kandungan yang ada pada produk mereka yang sangat berbahaya untuk kesehatan dan
perusahaan juga tidak memberi tahu penggunaan dari produk tersebut yaitu setelah
suatu ruangan disemprot oleh produk itu semestinya ditunggu 30 menit terlebih
dahulu baru kemudian dapat dimasuki /digunakan ruangan tersebut.
Melakukan apa saja untuk mendapatkan keuntungan pada dasarnya boleh
dilakukan asal tidak merugikan pihak mana pun dan tentu saja pada jalurnya. Disini
perusahaan seharusnya lebih mementingkan keselamatan konsumen yang
menggunakan produknya karena dengan meletakkan keselamatan konsumen diatas
kepentingan perusahaan maka perusahaan itu sendiri akan mendapatkan keuntungan
yang lebih besar karena kepercayaan / loyalitas konsumen terhadap produk itu sendiri.
B. Kasus Yang Berkaitan Dengan Iklan Dan Dimensi Etisnya
Iklan merupakan salah satu strategi pemasaran yang dimaksudkan untuk mendekatkan
barang yang hendak dijual kepada konsumen dengan kata lain mendekatkan konsumen
dengan produsen. Tujuan iklan sendiri yaitu sebagai kekuatan ekonomi dan sosial yang
menginformasikan konsumen perihal produk produk barang dan jasa yang bisa dijadikan
sebagai pemuas kebutuhan. Tapi yang sering kita jumpai masih ada beberapa iklan yang
meanggar etika, ada beberapa etika yang kurang bermoral , yaitu :
KPI Pusat mengimbau semua stasiun televisi untuk memperbaiki adegan dalam
tayangan iklan “Mie Sedap” sebelum tayang kembali. Menurut KPI tayangan yang
terdapat dalam iklan tersebut tidak memperhatikan norma dan nilai yang berlaku
dalam lingkungan sekolah, memperolok tenaga pendidik (guru) dan merendahkan
sekolah sebagai lembaga pendidikan. Terlebih kepada seorang guru yang merupakan
profesi mulia dengan mengajarkan pendidikan kepada generasi penerus bangsa, di
dalam iklan tersebut juga menggambarkan suasana kelas yang jorok dan kotor
seharusnya sebuah kelas menggambarkan situasi yang bersih dan nyaman agar pada
siswa dapat nyaman menerima pelajaran di kelas
Teguran dan penjelasan tersebut tertuang dalam surat imbauan KPI Pusat yang
ditandatangani Ketua KPI Pusat, Dadang Rahmat Hidayat, kepada semua stasiun
televisi, Rabu, 28 Desember 2011.Adapun adegan pelanggaran yang dimaksud dalam
iklan “Mie Sedap” yakni adegan seorang guru yang memegang sebuah produk mie
dan di kepalanya bertengger seekor ayam.
Dalam surat imbauan itu, KPI meminta kepada semua stasiun televisi untuk
menjadikan Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) KPI
tahun 2009 sebagai acuan utama dalam menayangkan sebuah program siaran. KPI
akan terus melakukan pemantauan terhadap iklan tersebut. Bila ditemukan adanya
pelanggaran, KPI akan memberikan sanksi administratif.
b. Tanggapan Kelompok
Melihat semakin banyak dampak buruk yang diberikan program televisi terhadap
tumbuh kembang anak dibawah umur, menurut saya tindakan KPI sudah benar
dengan memberi teguran dan memberhentikan iklan Mie Sedap yang dianggap
melecehkan profesi seorang guru. Pada nyatanya, bukan hanya iklan ini saja yang
memberi dampak buruk. Beberapa kasus seorang siswa yang berani melawan
terhadap guru bahkan berani melakukan kekerasan fisik dituding adalah salah satu
dampak dari program-progam di televisi yang tidak mendidik. Bisa dari sinetron,
atau bahkan iklan. Maka dari itu, menurut analisis saya, tindakan KPI sudah benar
dan perlu di perketat lagi pengawasan terhadap iklan sejenis atau program televisi
lain yang sekiranya akan memberi dampak buruk bagi tumbuh kembang anak
dibawah umur. Terlebih promosi penjualan yang melanggar etik dalam bisnis dan
melanggar norma yang berlaku.
b. Tanggapan Kelompok
b. Tanggapan Kelompok
Dapat dilihat dari Etika Periklanan Indonesia (EPI), iklan tersebut sudah
melakukan pelanggaran sebagaimana aspek yang sudah dikatakan sebelumnya
mengenaiperlindungan hak-hak pribadi, dan segi bahasa.Dari segi perlindungan
hak-hak pribadi, dalam iklan menampilkan atau melibatkan seseorang atau
kelompok tanpa terlebih dahulu memperoleh persetujuan dari yang
bersangkutan.Dalam hal ini, pihak yang dirugikan adalah warga Kota Bekasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://anjarrizkiichwani.blogspot.com/2015/10/
http://annisalegita.blogspot.com/
http://gharseno.blogspot.com/2014/03/kasus-pelanggaran-etika-pemasaran-dan.html
http://kiblatmahasiswa.blogspot.com/2016/10/iklan-yang-melanggar-etika-di-
indonesia.html
https://della48.wordpress.com/2018/04/22/contoh-kasus-pelanggaran-iklan/