Anda di halaman 1dari 13

REALITA PERAWAT IGD BERPERAN KEPADA PASIEN DENGAN

END OF LIFE

Disusun Oleh :
WINDRA BANGUN SUCIPTO
A 21801961

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN REGULER B15 KEBUMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES ) MUHAMMADIYAH

GOMBONG

2019

i
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah “Realita Perawat IGD Berperan kepada Pasien Dengan End of Life”
telah Diterima dan Disetujui oleh Pembimbing STIKES Muhammadiyah
Gombong pada :

Hari/ Tanggal : 05 Maret 2019


Tempat :

Pembimbing

(ISMA YUNIAAR, M.Kep)

ii
KATA PENGANTAR

Pertama- tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kepada Allah
Yang Maha Esa yang telah menyayangi kami sehingga karya tulis ini dapat
diselesaikan. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang
telah membantu kami dalam pembuatan karya tulis ini dan berbagai sumber yang
telah kami pakai sebagai data dan fakta pada karya tulis ini.
Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai
keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat
diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan karya tulis ini yang
telah kami selesaikan. Tidak semua hal dapat kami deskripsikan dengan sempurna
dalam karya tulis ini. Kami melakukannya semaksimal mungkin dengan
kemampuan yang kami miliki.
Maka dari itu, kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang
budiman. Kami akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu
loncatan yang dapat memperbaiki karya tulis kami di masa datang.
Dengan menyelesaikan karya tulis ini kami mengharapkan banyak manfaat
yang dapat dipetik dan diambil dari karya ini.

Gombong, 05 Maret 2019


Penulis,

iii
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul....................................................................................................... i
Kata Pengantar ...................................................................................................... ii
Lembar Pengesahan .............................................................................................. iii
Daftar Isi................................................................................................................ iv

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 5


A. Latar Belakang ......................................................................................... 5
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 6
C. Tujuan ...................................................................................................... 6
D. Manfaat .................................................................................................... 6
BAB II. PEMBAHASAN ..................................................................................... 7
A. Pengertiaan Perawatan End Of Life .......................................................... 7
B. Teori Peaceful End Of Life ...................................................................... 7
C. Realita Perawat IGD dalam menghadapi patient terlantar kondisi End Of
Lfe ............................................................................................................ 8
D. Sisi Etik keperawatan dalam kasus End Of Life pasien terlntar .............. 10
BAB III. PENUTUP ............................................................................................. 12
A. Kesimpulan .................................................................................................. 12
B. Saran ........................................................................................................... 12
Daftar Pustaka

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan gawat darurat sering menghadapi tantangan setiap harinya
dalam upaya mencapai stabilitas kerja perawat, keselamatan dan kualitas dari
pelayanan. Oleh karena itu, seorang perawat IGD (Instalasi Gawat Darurat)
memiliki beban kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan perawat yang
berkerja diruang lain.
Kondisi ruangan IGD yang padat dan tidak terprediksi seringkali
menjadikan sumber daya yang ada terbenam dalam kepadatan pasien yang
masuk (Christ, Grossmann, Winter, Bingisser, & Platz, 2010). Faktor
lingkungan perawat memegang peranan penting dalam hubungan antara
perawat dan pasien. (Meester et al, 2013).
Fokus perawatan yang diberikan di IGD menyelamatkan pasien dalam
fase kritisnya bertujuan pasien melalui menjaga kestabilan pasien. Kepadatan
pasien di IGD selain mengupayakan keselamatan pasien, juga mengancam
privasi pasien, sehingga membuat frustasi staf IGD (Oredsson et al., 2011).
Begitu beragam pasien yang masuk melalui IGD dengan latar
belakang penyakit, kelompok dan berbagai macam latar belakang kehidupan
diantaranya bahkan adalah pasien terlantar. Hal ini menjadi sebuah tantangan
tersendiri bagi perawat IGD. Namun akan menjadi sebuah cerita lain dikala
kita menghadapi situasi dimana jika ada pasien terlantar yang menjelang ajal
atau pasien dengan kondisi dont resusitasi namun menjelang ajal.
Kondisi IGD menggambarkan lingkungan perawatan yang sibuk dan
lebih fokus pada kecepatan dan ketepatan dalam menjaga kestabilan kondisi
pasien, mencegah kecacatan dan penyelamatan jiwa yang berkaitan dengan
respon time, sementara pasien yang menjelang ajal seringkali kurang
mendapatkan perhatian. Untuk itu dalam makalah ini akan kita bahas peran
perawat IGD khususnya dalam menghadapi dilema end of life.

5
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan End of life ?
2. Bagaimana peran perawat IGD dalam menghadapi tantangan kondisi end
of life yang dialami pasien ?
3. Apa dilema yang dialami oleh perawat IGD dalam menghadapi kondisi
end of life namun pasien kategori terlantar ?
4. Apa keputusan yang diambil perawat IGD dalam menghadapi end of life
pada pasien terlantar ?

C. Tujuan
1 Agar mengetahui apa yang dimaksud dengan kondisi end of life.
2 Agar mengetahui peran perawat IGD dalam menghadapi tantangan
kondisi end of life yang dialami pasien.
3 Agar mengetahui dilema dalam menghadapi pasien terlantar dalam
kondisi menjelang ajal.
4 Agar mengetahui keputusan yang diambil oleh perawat IGD jika
menghadapi kondisi end of life terhadap pasien terlantar.

D. Manfaat
Sebagai baahan pertimbangan tentang realita perawat IGD dalam menghadapi
kondisi end of life yang dialami pasien terlantar.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perawatan End of Life


End of life merupakan perawatan yang membantu semua orang
dengan pernyakit lanjut, progresif, tidak dapat disembuhkan untuk dapat
bertahan hidup sebaik mungkin sampai menghadapi kematian. Perawatan end
of lifediberikan ketika sesorang telah terdiagnosis menghadapi penyakit lanjut
oleh profesional kesehatan (Sadler, 2015).
Profesional kesehatan yang memberikan perawatan end of lifeharus
memahami suatu tanda dan gejala fisik yang dialami oleh pasien. Pasien pada
fase end of lifecenderung lebih takut terhadap gejala kematian itu sendiri
dibandingkan kematiannya. Pasien harus merasa nyaman secara fisik sebelum
fikiran mereka berfokus tentang kondisi sosial, psikologis, dan spiritual
(Perkins, 2016).

B. Teori Keperawatan yang Bisa Diterapkan pada Kondisi Pasien End Of


Life
Teori keperawatan peaceful end of life Ruland & Moore (1998) dalam
(Alligood, 2014) tidak terpisahkan dengan sistem keluarga (pasien dengan
sakit terminal dan orang yang dianggap berarti dalam hidupnya) yang
dirancang untuk mempromosikan hasil positif dari hal berikut :
1. Terbebas Dari Nyeri
Bebas dari rasa penderitaan atau gejala yang disebabkan oleh
nyeri merupakan bagian penting dari banyak pengalaman end of
lifekarena nyeri dianggap sensori yang tidak menyenangkan atau
pengalaman emosional yang berhubungan dengan actual atau potensial
kerusakan jaringan (Alligood, 2014).
2. Mendapat Kenyamanan
Kenyamanan didefinisikan oleh teori kolkaba sebagai sebuah
kelegaan dari ketidaknyamanan, keadaan mudah dan damai, dan apapun
yang membuat hidup mudah atau menyenangkan (Alligood, 2014).

7
3. Bermartabat dan Merasa Terhormat
Setiap pasien yang mengalami sakit parah harus dihormati dan
dihargai sebagai manusia. Konsep ini menggabungkan gagasan pribadi,
setiap tindakan didasarkan oleh prinsip etika dan otonomi pasien dan
berhak atas perlindungan (Alligood, 2014)
4. Merasa Damai
Damai merupakan sebuah perasaan yang tenang, harmonis, puas,
bebas dari kegelisahan, kekhawatiran dan ketakutan. Sebuah pendekatan
untuk merasa damai meliputi aspek fisik, sosial, psikologis, dan spiritual
(Alligood, 2014).
5. Kedekatan Dengan Orang Yang Disayang.
Kedekatan adalah sebuah perasaan yang saling terhubung dengan
orang lainyang peduli. Ini melibatkan kedekatan fisik atau emosional
yang diungkapkan denganhangat, intim, dan berhubungan (Alligood,
2014).

C. Realita Perawat IGD dalam Menghadapi Pasien Terlantar End of Life


1. Prioritas penanganan
Banyaknya pasien yang datang ke IGD dengan berbagai keluhan
dan kondisi kegawatan sehingga perawat harus memberikan pelayanan
berdasarkan tingkat kegawatannya. Perawat IGD lebih memprioritaskan
pasien yang memiliki harapan hidup lebih tinggi.
2. Bersikap profesional dan bertanggung jawab
Kata “ Bersikap” berasal dari kata sikap yang diartikan sebagai
perilaku dan perbuatan. Dalam hal ini bersikap yang dimaksudkan adalah
melakukan tindakan sebagai seorang perawat yang memahami peran,
tugas maupun tanggung jawabnya, sehingga dapat memberikan
pelayanan yang sesuai dengan standar profesi sebagai seorang perawat
tidak membedakan pasien berdasarkan status sosial maupun ekonomi
terkait pasien terlantar. Sikap profesional dibangun dari :

8
a. Mengendalikan pikiran dan sikap.
Tidak ada perlakuan yang berbeda pada pasien yang
menjelang
ajal antara pasien yang terlantar maupun pasien yang menjelang ajal
lainya. Walaupun perawat merasa tersentuh pada pasien terlantar
karena tidak ada yang mendampingi pada saat menjelang ajal namun
mengendalikan diri dan sikap dengan membedakan simpati dan
empati, tidak terpengaruh oleh perasaan.
b. Kesadaran memberikan hak pasien.
Perawat menyadari perannya memberikan perawatan secara
holistik mulai dari fase sebelum lahir dan pada akhir menjelang ajal.
Pada fase menjelang ajal perawat memiliki tujuan untuk memberikan
kematian yang baik. Perawat berusaha secara maksimal untuk
mempersiapkan pasien, dan lingkungan maupun dengan keluarga
bertujuan mempersiapkan kematian yang baik, tenang dan layak
sebagai manusia
c. Tetap memberikan perawatan terbaik walaupun belum dapat
optimal.
Memberikan perawatan yang terbaik walaupun belum
optimal meliputi kenyamanan bagi pasien menjelang ajal merupakan
bagian perawatan suportif yang diberikan. Tindakan kenyamanan
selain mencakup pemenuhan kebutuhan dasar pasien dan menjaga
privasi pasien. Menjaga privasi dengan memberikan selimut salah
satu tindakan memberikan kenyamanan dan upaya pemenuhan
menjaga kebersihan tubuh pasien.
Pasien yang menjelang ajal sudah tidak ada tindakan
komprehensif khusus. Perawatan suportif dan mengobservasi
keadaan pasien yang menjelang ajal dilakukan dengan memonitor
pemantauan denyut nadi/detak jantung, respirasi dan suhu tubuh
untuk memastikan pasien akan meninggal.

9
3. Kebijakan Rumah Sakit Menghadapi Pasien Terlantar.
Tidak ada kendala pengambilan keputusan karena adanya
kebijakan khusus dari Rumah Sakit untuk penanganan pasien yang pasien
terlantar. Kebijakan ini menjadi salah satu prinsip menghargai harkat dan
martabat pasien terlantar yang mana bertujuan mencegah adanya kendala
dalam kebutuhan obat dan peralatan, sehingga dapat langsung melakukan
tindakan walaupun tidak ada keluarga, dan memberikan kompensasi
biaya untuk pasien terlantar.
4. Mengantar Pasien End of life dengan Baik
Perawat IGD menerima pasien dengan kondisi buruk, tetap
diprioritaskan berdasar kegawatan. Pada kondisi pasien end of life dri
kita melakukan upaya life saving hingga and of life caring kita lakukan
secara optimal. Hingga menjelang ajal kita mendokan dan merawat
pasien hingga ke pemulsaran jenazah.
5. Pendokumentasian dengan Baik
Selain End of life Caring pihak IGD baik dokter ataupun perawat
melakukan pendokumentasian dengan baik untuk mengantisipasi hal
yang berkaitan dengan hukum, surat kematian, perjalanan penyakit,
keluarga pasien disuatu saat, dan dinas - dinas terkait seperti dinas sosial
dll.

D. Sisi Etik Keperawatan dalam Kasus End of Life pada Pasien Terlantar
1. Aspek fidelity
Perawat berkewajiban untuk melakukan kewajiban dan tugas dengan
penuh kepercayaan dan tanggung jawab, sesuai dengan amanah tugas dan
profesi keperawatan. Apabila kewajiban tersebut tidak ditunaikan, maka
sebenarnya perawat tersebut telah melalaikan sumpah dan kode etik
keperawatan.
2. Aspek beneficence
Harus selalu mempertimbangkan apabila hendak melakukan atau
tidak melakukan suatu tindakan, dengan mempertimbangkan baik atau
buruknya, benar atau salahnya, dan layak atau tidaknya. Menurut aspek
ini pula, perawat tidak diperbolehkan untuk melakukan atau tidak

10
melakukan tindakan yang dapat membahayakan pasien meski pasien
terlantar.
3. Aspek Nonmaleeficience
Tetap Caring dengan menggunakan ilmu pengetahuan
keperawatan dan kemampuan teknik pemberian asuhan perawatan dalam
menyelesaikan permasalahan klien (Tedjomuljo, dkk., 2016).
Adanya komitmen yang kuat pada perawat sehingga rasa ingin
mengutamakan kepentingan orang lain terus meningkat (Watson, 2010).
4. Aspek autonomy
Setiap pasien berhak menentukan pilihan tindakan, prosedur dll,
dalam kasus pasien terlantar hal itu tidak bisa dilakukan mengingat
kondisi pasien menjelang ajal. Jika pasien kategori sendiri sulit untuk
mendpatkannya, berbeda jika pasien dari panti atau dinas sosial petugas
bisa menjadi walinya hal ini berkaitan dengan otonomi pasien.
Untuk mengatasi kondisi tersebut Rumah Sakit membuat sebuah
kebijakan dimana pada pasien terlantar tindakan yang dilakukan hanya
yang bersifat life saving saja.
5. Aspek Accountability
Perawat memiliki prosedur dan kesepakatan profesional yang
diatur dalam kode etik dan hukum untuk mengevaluasi setiap tugas dan
tanggung jawab yang dilakukan, sehingga tujuan pelayanan kesehatan
bagi klien dapat tercapai secara menyeluruh (Tedjomuljo, 2016).
Meskipun pasien terlantar yang tidak diketahui identitasnya,
pasien tersebut tetap manusia yang daripadanya melekat seluruh
tanggung jawab perawat.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Fokus perawatan IGD pada kondisi kegawatan pasien untuk kestabilan
kondisi yang kritis, mencegah terjadinya kecacatan dan menyelamatkan
nyawa dengan memperhatikan respon time. Kehadiran pasien terlantar dalam
fase menjelang ajal menimbulkan suatu konflik bagi perawat. Perawat
memaknai tetap harus bersikap professional dan bertanggung jawab walaupun
pasien tersebut bukanlah pasien prioritas. Perawat juga harus mampu dalam
mengendalikan perasaan dan mengendalikan sikap dan tetap berusaha
maksimal untuk memberikan perawatan dan tidak mengacuhkan pasien
terlantar ini. Selain harus dapat mengendalikan perasaan dan sikap, perawat
menyadari peran dan tanggung jawab sebagai pemberi asuhan keperawatan
setiap pasien untuk memenuhi hak pasien dalam memberikan perawatan yang
berkualitas. Dengan adanya dukungan kebijakan dalam penanganan pasien
terlantar ini memungkinkan penerapan caring tetap diberikan walaupun
perawatan End of life care yang diberikan di IGD belum optimal.

B. Saran
Sebagai Perawat IGD yang profesional dituntut mampu untuk
mengerjakan segala sesuatunya dengan baik dalam berbagai kondisi. Masalah
IGD yang kompleks diharuskan perawat IGD mempunyai sisi kepribadian
baik fisik dan psikologis yang mumpuni untuk menghadapi pasien termasuk
dalam kondisi end of life.

12
Daftar Pustaka

Jainurakhma, Janes, (2013). Study Fenomonologi Caring Perawat terhadap klien


dengan Kondisi Kritis di Instalasi Gawat Darurat Dr. Saiful Anwar Malang.
Universitas Brawijaya : Magister Keperawatan, Fakultas Kedokteran.
Langman, T.W. Sadler., 2010. Embriologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Ose, M. I., Ratnawati, R., & Lestari, R. (2016). Studi Fenomenologi Pengalaman
Perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD) dalam Merawat Pasien Terlantar
pada Fase End of Life di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Jurnal Ilmu
Keperawatan, 4(2), 171-183.
Perkins, E. G. and M. D. Erickson. (1996). Deep Frying Chemistry, Nutrition, and
Practical Applications. AOCS Press. Champaign, Illinois
Tedjomuljo, S., & Afifah, E. (2016). Tingkat Pengetahuan Mahasiswa
Keperawatan Tentang Kode Etik Profesi dan Caring. Jurnal Keperawatan
Indonesia, 19(2), 129-137.
Watson, J. (2010). Caring science and the next decade of holistic healing:
Transforming self and system from the inside out.

13

Anda mungkin juga menyukai