Mikroskopis Malaria
Semoga modul ini bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat pada
pelayanan kesehatan masyarakat khususnya program pengendalian malaria di
Indonesia. Saran-saran dan kritik terhadap buku ini sangat diharapkan guna
lebih menyempurnakan edisi selanjutnya.
Direktur PPBB,
iii
iv
Modul Peningkatan Kemampuan Teknis Mikroskopis Malaria
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
v
Modul Peningkatan Kemampuan Teknis Mikroskopis Malaria
vi
Modul Peningkatan Kemampuan Teknis Mikroskopis Malaria
vii
Modul Peningkatan Kemampuan Teknis Mikroskopis Malaria
viii
Modul Materi Inti. 1- Gambaran Umum Mengenai Penyakit Malaria
GAMBARAN UMUM
GAMBARAN UMUM MENGENAI
MENGENAI
PENYAKIT MALARIA
PENYAKIT MALARIA
I. DESKRIPSI SINGKAT
2
2
Modul Materi Inti. 1- Gambaran Umum Mengenai Penyakit Malaria
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan nama untuk ditaruh di meja, serta alat tulis
yang diperlukan.
b. Memperhatikan pengenalan pelatih
c. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan pelatih.
d. Mendengarkan penjelasan pelatih
e. Mengajukan pertanyaan kepada Pelatih bila ada hal-hal yang
belum jelas dan perlu klarifikasi.
f. Membagi menjadi dua kelompok dan menunjuk ketuanya
g. Membaca modul sesuai instruksi dari pelatih.
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang
dianggap penting
b. Membaca materi inti dan mengajukan pertanyaan kepada
pelatih sesuai materi dan kesempatan yang diberikan
c. Menjawab dan mengajukan pertanyaan
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, membaca materi inti secara bergantian, mencatat
dan menanyakan hal-hal yang kurang jelas pada Pelatih.
b. Mengerjakan latihan-latihan.
c. Diskusi modul satu dan mempresentasikan hasil diskusi
d. Menjawab pertanyaan yang diajukan Pelatih
e. Menerima umpan balik
3
3
Modul Materi Inti. 1- Gambaran Umum Mengenai Penyakit Malaria
Modul Materi Inti. 1
Gambaran Umum Mengenai Penyakit Malaria
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan Pelatih dan mengerjakan
evaluasi.
b. Mencatat rangkuman hasil proses pembelajaran.
4
4
Modul Materi Inti. 1- Gambaran Umum Mengenai Penyakit Malaria
VIII. REFERENSI
A. Depkes RI, Ditjen P2PL, Dit. P2B2, Pedoman Teknis Pemeriksaan
Parasit Malaria, Jakarta, 2014
B. Malaria Microscopy Quality Assurance Manual, WHO, 2010
X. LATIHAN
6
6
Modul Materi Inti. 1- Gambaran Umum Mengenai Penyakit Malaria
7
7
Modul Materi Inti. 1- Gambaran Umum Mengenai Penyakit Malaria
Modul Materi Inti. 1
Gambaran Umum Mengenai Penyakit Malaria
8
8
Modul Materi Inti. 2- Penggunaan Mikroskop
/
PENGGUNAAN MIKROSKOP
PENGGUNAAN
I. DESKRIPSI SINGKAT
Dalam modul ini akan dibahas pokok Bahasan dan sub pokok bahasan
sebagai berikut:
9
9
Modul Materi Inti. 2- Penggunaan Mikroskop
Modul Materi Inti. 2
Penggunaan Mikroskop
10
10
Modul Materi Inti. 2- Penggunaan Mikroskop
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan nama untuk ditaruh di meja, serta alat tulis
yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan Pelatih.
c. Memilih ketua, sekretaris dan penyaji (bila belum terpilih).
d. Menyampaikan hal-hal yang diketahui tentang materi
e. Mendengarkan penjelasan pelatih
f. Membaca modul sesuai instruksi dari pelatih
g. Mengajukan pertanyaan kepada Pelatih bila ada hal-hal yang
belum jelas dan perlu klarifikasi.
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang
dianggap penting
b. Membaca materi inti dan mengajukan pertanyaan kepada
pelatih sesuai materi dan kesempatan yang diberikan
c. Menjawab dan mengajukan pertanyaan
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, membaca materi inti secara bergantian, mencatat
dan menanyakan hal-hal yang kurang jelas pada Pelatih.
b. Mengerjakan latihan-latihan.
c. Diskusi kasus dan mempresentasikan hasil diskusi
11
11
Modul Materi Inti. 2- Penggunaan Mikroskop
Modul Materi Inti. 2
Penggunaan Mikroskop
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan pelatih dan mengerjakan
evaluasi.
b. Mencatat rangkuman hasil proses pembelajaran.
12
12
Modul Materi Inti. 2- Penggunaan Mikroskop
12. Mikrometer
13. Lampu dan sistem elektrik
Keterangan Gambar:
1 & 2 : Merupakan tempat prisma dan lensa okuler
3 : Berfungsi untuk mengatur pembesaran SD yang diinginkan
4 : Lensa obyektif harus mempunyai pembesaran 10 x dan 100 x.
13
13
Modul Materi Inti. 2- Penggunaan Mikroskop
Modul Materi Inti. 2
Penggunaan Mikroskop
1. Sumber Cahaya
2. Cara Penggunaan
14
14
Modul Materi Inti. 2- Penggunaan Mikroskop
3. Pemeliharaan Mikroskop
a. Perlindungan Terhadap Debu dan Kotoran
VIII. REFERENSI
1. Depkes RI, Ditjen P2PL, Dit. P2B2, Pedoman Teknis Pemeriksaan
Parasit Malaria, Jakarta, 2007
2. Malaria Microscopy Quality Assurance Manual, 2009
15
15
Modul Materi Inti. 2- Penggunaan Mikroskop
Modul Materi Inti. 2
Penggunaan Mikroskop
X. LATIHAN
16
16
Modul Materi Inti. 2- Penggunaan Mikroskop
9. Yang perlu dibersihkan setiap kali mikroskop selesai digunakan adalah ...
a. Pegangan mikroskop
b. Landasan mikroskop
c. Lensa objektif dan okuler
d. Makrometer
17
17
Modul Materi Inti. 3- Pembuatan Sediaan Darah Malaria
Modul Materi Inti. 3
Pembuatan Sediaan Darah Malaria
Pembuatan Sediaan
PEMBUATAN SEDIAAN
Darah Malaria
DARAH MALARIA
I. DESKRIPSI SINGKAT
18
18
Modul Materi Inti. 3- Pembuatan Sediaan Darah Malaria
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan nama untuk ditaruh di meja, serta alat tulis
yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan pelatih.
c. Menyampaikan hal-hal yang diketahui tentang materi
d. Mendengarkan penjelasan pelatih
e. Membaca modul sesuai instruksi dari pelatih.
f. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih bila ada hal-hal yang
belum jelas dan perlu klarifikasi.
19
19
Modul Materi Inti. 3- Pembuatan Sediaan Darah Malaria
Modul Materi Inti. 3
Pembuatan Sediaan Darah Malaria
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang
dianggap penting
b. Membaca materi inti dan mengajukan pertanyaan kepada
pelatih sesuai materi dan kesempatan yang diberikan
c. Menjawab dan mengajukan pertanyaan
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, membaca materi inti secara bergantian, mencatat
dan menanyakan hal-hal yang kurang jelas pada pelatih.
b. Memperhatikan demonstrasi cara pembuatan sediaan darah
malaria
c. Membuat kelompok sesuai instruksi.
d. Melakukan praktium sesuai instruksi pelatih
e. Menyerahkan sediaan darah hasil praktikum
f. Memperhatikan umpan balik hasil praktikum
20
20
Modul Materi Inti. 3- Pembuatan Sediaan Darah Malaria
2. Lanset Steril
Lanset bisa berbentuk seng yang ujungnya runcing ataupun
berbentuk jarum yang dilindungi oleh plastik dan dapat dipasang
pada autoklik. Digunakan untuk menusuk bagian jari yang akan
diambil darahnya. Lanset hanya dipakai untuk sekali tusukan.
Setelah digunakan, lanset langsung dibuang pada tempat yang
aman (tempat jarum bekas).
21
21
Modul Materi Inti. 3- Pembuatan Sediaan Darah Malaria
Modul Materi Inti. 3
Pembuatan Sediaan Darah Malaria
22
22
Modul Materi Inti. 3- Pembuatan Sediaan Darah Malaria
5. Tusuk bagian ujung jari (agak di pinggir, dekat kuku) secara cepat
dengan menggunakan lancet.
6. Tetes darah pertama yang keluar dibersihkan dengan kapas
kering, untuk menghilangkan bekuan darah dan sisa alkohol.
7. Tekan kembali ujung jari sampai darah keluar, ambil object glass
bersih (pegang object glass di bagian tepinya). Posisi object glass
berada di bawah jari tersebut.
23
23
Modul Materi Inti. 3- Pembuatan Sediaan Darah Malaria
Modul Materi Inti. 3
Pembuatan Sediaan Darah Malaria
12. Dengan sudut 45 geser object glass tersebut dengan cepat ke arah
0
24
24
Modul Materi Inti. 3- Pembuatan Sediaan Darah Malaria
Sedian darah yang tidak baik yang sering dijumpai pada pembuatan
SD :
1. Jumlah darah yang digunakan terlalu banyak, sehingga warna SD
tebal menjadi gelap/terlalu biru. Parasit malaria pada SD tebal
sulit dilihat karena banyaknya sel darah putih. Demikian juga
pada SD tipis, bertumpuknya sel darah merah menyebabkan
parasit sulit dilihat.
25
25
Modul Materi Inti. 3- Pembuatan Sediaan Darah Malaria
Modul Materi Inti. 3
Pembuatan Sediaan Darah Malaria
4. Ujung object glass kedua yang bergerigi atau terlalu tajam akan
menyebabkan penyebaran SD tipis tidak rata dan ujungnya tidak
berbentuk lidah.
26
26
Modul Materi Inti. 3- Pembuatan Sediaan Darah Malaria
2. Mikroskopik
a. Tetes tebal
Volume darah: 6 μl atau
Untuk menilai SD darah negatif: minimal dapat dilihat 100
LPB atau setara dengan 3000-4000 leukosit
Ketebalan
baik : jumlah leukosit 15 -20/LPB
tebal : jumlah leukosit > 20/LPB
tipis : jumlah leukosit <15 /LPB
b. Tetes tipis
Volume darah: 2 μl
Eritrosit tidak saling bertumpuk.
Terfiksasi
VIII. REFERENSI
1. Pedoman Teknis Pemeriksaan Parasit Malaria, 2014
2. Malaria Microscopy Quality Assurance Manual, 2009
3. Buku Pedoman Jejaring dan Pemantapan Mutu Laboratorium
Mikroskopik Malaria, 2013
27
27
Modul Materi Inti. 3- Pembuatan Sediaan Darah Malaria
Modul Materi Inti. 3
Pembuatan Sediaan Darah Malaria
X. LATIHAN
28
28
Modul Materi Inti. 3- Pembuatan Sediaan Darah Malaria
29
29
Modul Materi Inti. 4- Perwanaan Sediaan Darah Malaria
Modul Materi Inti. 4
Perwanaan Sediaan Darah Malaria
PEWARNAAN
PEWARNAAN SEDIAAN
SEDIAAN
DARAH
DARAH MALARIA
MALARIA
I. DESKRIPSI SINGKAT
30
30
Modul Materi Inti. 4- Perwanaan Sediaan Darah Malaria
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan nama untuk ditaruh di meja, serta alat tulis
yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan Pelatih.
c. Menyampaikan hal-hal yang diketahui tentang materi
d. Mendengarkan penjelasan pelatih
e. Membaca modul sesuai instruksi dari pelatih.
f. Mengajukan pertanyaan kepada Pelatih bila ada hal-hal yang
belum jelas dan perlu klarifikasi.
31
31
Modul Materi Inti. 4- Perwanaan Sediaan Darah Malaria
Modul Materi Inti. 4
Perwanaan Sediaan Darah Malaria
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang
dianggap penting
b. Membaca materi inti dan mengajukan pertanyaan kepada
Pelatih sesuai materi dan kesempatan yang diberikan
c. Menjawab dan mengajukan pertanyaan
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, membaca materi inti secara bergantian, mencatat
dan menanyakan hal-hal yang kurang jelas pada Pelatih.
b. Memperhatikan demonstrasi prosedur pewarnaan sediaan
darah malaria
c. Melakukan praktikum sesuai intruksi pelatih
d. Menyerahkan sediaan darah hasil praktikum
e. Memperhatikan umpan balik hasil praktikum
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan Pelatih
b. Mencatat rangkuman hasil proses pembelajaran.
32
32
Modul Materi Inti. 4- Perwanaan Sediaan Darah Malaria
Sediaan darah yang sudah dibuat perlu diwarnai agar sel-sel yang
dilihat dapat dibedakan berdasarkan bentuk dan warnanya. Alat
dan bahan yang digunakan untuk mewarnai sediaan darah
malaria adalah :
a. Gelas ukur
Digunakan untuk mengukur jumlah giemsa yang dan buffer
yang akan diencerkan.
b. Beaker glass
Digunakan sebagai tempat untuk giemsa yang sudah
diencerkan.
c. Pipet tetes/pipet pasteur
Digunakan untuk mengambil giemsa stock dan meneteskan
larutan giemsa ke atas sediaan darah.
d. Rak pewarnaan
Digunakan untuk tempat meletakkan sediaan darah ketika
akan diwarnai
e. Botol semprot/botol pembilas
Digunakan sebagai tempat air untuk membilas sediaan darah
yang sudah diwarnai dengan giemsa
f. Timer
Digunakan untuk menetapkan waktu pada saat pewarnaan
g. Giemsa stok
Digunakan untuk mewarnai sediaan darah malaria.
33
33
Modul Materi Inti. 4- Perwanaan Sediaan Darah Malaria
Modul Materi Inti. 4
Perwanaan Sediaan Darah Malaria
3 97 100 3 45 - 60 menit
2,7 87,3 90 3 45 - 60 menit
2,4 77,6 80 3 45 - 60 menit
2,1 67,9 70 3 45 - 60 menit
1,8 58,2 60 3 45 - 60 menit
1,5 48,5 50 3 45 - 60 menit
1,2 38,8 40 3 45 - 60 menit
0,9 29,1 30 3 45 - 60 menit
0,6 19,4 20 3 45 - 60 menit
0,3 9,7 10* 3 45 - 60 menit
*minimal pembuatan adalah 10 cc untuk 1-5 SD
**1 SD menggunakan 2-3 ml larutan giemsa
34
34
Modul Materi Inti. 4- Perwanaan Sediaan Darah Malaria
VIII. REFERENSI
A. Depkes RI, Ditjen P2PL, Dit. P2B2, Pedoman Teknis Pemeriksaan
Parasit Malaria, Jakarta, 2014
B. Malaria Microscopy Quality Assurance Manual, 2009
C. Buku Pedoman Jejaring dan Pemantapan Mutu Laboratorium
Mikroskopik Malaria, 2013
Praktekkan cara melakukan pewarnaan sediaan darah malaria dengan pengenceran Giemsa 3%,
10% dan 15%, bandingkan hasilnya dan diskusikan mana yang lebih baik!
35
35
Modul Materi Inti. 4- Perwanaan Sediaan Darah Malaria
Modul Materi Inti. 4
Perwanaan Sediaan Darah Malaria
X. LATIHAN
36
36
Modul Materi Inti. 4- Perwanaan Sediaan Darah Malaria
37
37
Modul Materi Inti. 5- Pembacaan Sediaan Darah
Modul Materi Inti. 5
Pembacaan Sediaan Darah
PEMBACAAN
PEMBACAAN
SEDIAAN
SEDIAANDARAH
DARAH
I. DESKRIPSI SINGKAT
Akurasi hasil laboratarium malaria selain oleh kualitas sediaan darah tetapi
juga dipengaruhi oleh kemampuan pembacaan sediaan darah.
38
38
Modul Materi Inti. 5- Pembacaan Sediaan Darah
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan nama untuk ditaruh di meja, serta alat tulis
yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan Pelatih.
c. Menyampaikan hal-hal yang diketahui tentang materi
d. Mendengarkan penjelasan pelatih
e. Membaca modul sesuai instruksi dari pelatih.
f. Mengajukan pertanyaan kepada Pelatih bila ada hal-hal yang
belum jelas dan perlu klarifikasi.
39
39
Modul Materi Inti. 5- Pembacaan Sediaan Darah
Modul Materi Inti. 5
Pembacaan Sediaan Darah
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang
dianggap penting
b. Membaca materi inti dan mengajukan pertanyaan kepada
Pelatih sesuai materi dan kesempatan yang diberikan
c. Menjawab dan mengajukan pertanyaan
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, membaca materi inti secara bergantian, mencatat
dan menanyakan hal-hal yang kurang jelas pada Pelatih.
b. Memperhatikan demonstrasi cara pembacaan sediaan darah
malaria
c. Melakukan praktikum sesuai intruksi pelatih
d. Menyerahkan sediaan darah hasil praktikum
e. Memperhatikan umpan balik hasil praktikum
40
40
Modul Materi Inti. 5- Pembacaan Sediaan Darah
Inti
Sitoplasma (berisi granula)
Membran Sel
41
41
Modul Materi Inti. 5- Pembacaan Sediaan Darah
Modul Materi Inti. 5
Pembacaan Sediaan Darah
c. Trombosit/Platelets
Ukurannya kecil, bentuk tidak beraturan, berwarna merah
dan tidak berinti. Jumlahnya 150 – 400 ribu/μl darah. Jika
pembuatan SD tidak baik, trombosit yang umumnya
berkelompok 5-10 sel tampak menyatu dengan jumlah yang
lebih besar. Pada orang yang belum berpengalaman seringkali
dianggap sebagai parasit malaria.
42
42
Modul Materi Inti. 5- Pembacaan Sediaan Darah
SD terdiri dari sejumlah besar sel darah merah (eritrosit) yang lisis
dan saling menumpuk. Bila SD tebal diwarnai Giemsa, air yang
berasal dari zat warna Giemsa akan melarutkan isi sel darah
merah tersebut.
43
43
Modul Materi Inti. 5- Pembacaan Sediaan Darah
Modul Materi Inti. 5
Pembacaan Sediaan Darah
c. Stadium Gametosit
Merupakan stadium seksual yang akan menjadi sel kelamin
jantan dan betina, berkembang lebih lanjut di dalam tubuh
nyamuk Anopheles betina.
Gametosit dapat berbentuk bulat atau seperti pisang
tergantung spesies. Warna dari sitoplasma parasit dapat
digunakan untuk membedakan sel kelamin jantan
(mikrogametosit) dan sel kelamin betina (makrogametosit).
44
44
Modul Materi Inti. 5- Pembacaan Sediaan Darah
a. Apakah dalam sel darah merah ditemukan satu atau lebih titik
kromatin yang berwarna merah dan sitoplasma yang berwarna
biru? (lihat gambar di bawah dari pertanyaan ini)
Ya : lanjut ke no. 2
Tidak : yang terlihat bukan parasit
45
45
Modul Materi Inti. 5- Pembacaan Sediaan Darah
Modul Materi Inti. 5
Pembacaan Sediaan Darah
46
46
Modul Materi Inti. 5- Pembacaan Sediaan Darah
47
47
Modul Materi Inti. 5- Pembacaan Sediaan Darah
Modul Materi Inti. 5
Pembacaan Sediaan Darah
48
48
Modul Materi Inti. 5- Pembacaan Sediaan Darah
49 49
Modul Materi Inti. 5
Pembacaan Sediaan Darah
50
Modul Materi Inti. 5- Pembacaan Sediaan Darah
51
Modul Materi Inti. 5
Pembacaan Sediaan Darah Modul Materi Inti. 5- Pembacaan Sediaan Darah
52
52
Modul Materi Inti. 5- Pembacaan Sediaan Darah
53
53
Modul Materi Inti. 5- Pembacaan Sediaan Darah
Modul Materi Inti. 5
Pembacaan Sediaan Darah
Pada SD tebal tidak terlihat sel darah merah (karena lisis). Walaupun
demikian parasit malaria tetap terlihat, meskipun ukurannya lebih kecil
dibandingkan pada SD tipis.
Parasit malaria harus dicari dengan lebih teliti. Setiap berpindah lapang
pandang, mikrometer digunakan untuk memfokuskan objek yang dilihat.
Pada SD tebal, parasit dapat berada pada lapisan yang berbeda.
Artefak lain dapat berupa kotoran yang berasal dari jari penderita, atau
object glass yang kurang bersih.
54
54
Modul Materi Inti. 5- Pembacaan Sediaan Darah
55
Modul Materi Inti. 5- Pembacaan Sediaan Darah
Modul Materi Inti. 5
Pembacaan Sediaan Darah
Stadium Parasit
Spesies
Trofozoit Skizon Gametosit
Biasanya terlihat Trofozoit muda, lanjut dan/atau
Plasmodium falciparum
Biasanya ditemukan
Ukuran ; kecil sampai
Gametosit matang
Bentuk yang sering Stadium lanjut; terdiri dari Stadium muda sulit
ditemukan ; cincin dengan 12-24 merozoit (biasanya dibedakan dengan
sitoplasma terputus-putus 16), tersebar tidak merata, Trofozoit lanjut.
sampai sitoplasma yang pigmen tidak Stadium lanjut; bulat
bentuknya tidak teratur. menggumpal. dan besar.
Inti ; tunggal, kadang- Inti ; tunggal, jelas.
kadang dua. Pigmen tersebar, halus.
Sitoplasma ; tidak teratur
atau terputus-putus.
Stadium lanjut; kompak,
padat, pigmen halus
tersebar.
56
56
Modul Materi Inti. 5- Pembacaan Sediaan Darah
57
57
Modul Materi Inti. 5- Pembacaan Sediaan Darah
Modul Materi Inti. 5
Pembacaan Sediaan Darah
1. Pemeriksaan SD Tipis
2. Pemeriksaan SD Tebal
a. SD diletakkan pada meja sediaan mikroskop
b. Lihat SD dengan lensa objektif 10 kali dan fokuskan lapang
pandang pada bagian tepi SD tebal (tanda ”x” pada gambar)
c. Teteskan minyak imersi pada bagian yang bertanda ”x”.
d. Ganti lensa objektif dengan pembesaran 100 kali
e. Fokuskan lapang pandang dengan memutar mikrometer sampai
eritrosit terlihat jelas. Periksa SD dengan menggerakkan meja
sediaan dengan arah kekiri dan kekanan sesuai arah panah (lihat
gambar).
f. Pemeriksaan rutin tebal dinyatakan negatif bila tidak ditemukan
parasit pada 100 lapang pandang. Bila ditemukan parasit,
pemeriksaan dilanjutkan dengan 100 lapangan pandang sebelum
diagnosa ditegakkan.
Hal ini dilakukan untuk memastikan ada tidaknya infeksi campur.
58
58
Modul Materi Inti. 5- Pembacaan Sediaan Darah
VIII. REFERENSI
A. Depkes RI, Ditjen P2PL, Dit. P2B2, Pedoman Teknis Pemeriksaan
Parasit Malaria, Jakarta, 2014
B. Malaria Microscopy Quality Assurance Manual, 2009
59
59
Modul Materi Inti. 5- Pembacaan Sediaan Darah
Modul Materi Inti. 5
Pembacaan Sediaan Darah
X. LATIHAN
60
60
Modul Materi Inti. 6- Pemantapan Mutu Laboratorium Malaria
PEMANTAPAN MUTU
PEMANTAPAN MUTU
LABORATORIUM MALARIA
LABORATORIUM MALARIA
I. DESKRIPSI SINGKAT
62
61
Modul Materi Inti. 6
Pemantapan Mutu Laboratorium Malaria
Modul Materi Inti. 6- Pemantapan Mutu Laboratorium Malaria
62
63
Modul Materi Inti. 6- Pemantapan Mutu Laboratorium Malaria
8. Penilaian
63
64
Modul Materi Inti. 6
Modul
Pemantapan Mutu Laboratorium Malaria Materi Inti. 6- Pemantapan Mutu Laboratorium Malaria
1. Kegiatan Pelatih
a. Memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana di kelompok.
b. Menyapa peserta dengan ramah dan hangat dan memperkenalkan diri
dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, dan materi
yang akan disampaikan.
c. Menggali pendapat peserta (apersepsi)/curah pendapat tentang materi
yang akan dipelajari
d. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan ruang lingkup bahasan.
e. Memberi kesempatan peserta untuk mengajukan pertanyaan
f. Menugaskan peserta untuk membagi dua kelompok dan memilih
ketuanya
g. Memandu peserta untuk membaca modul
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan nama untuk ditaruh di meja, serta alat tulis yang
diperlukan.
b. Memperhatikan pengenalan pelatih
c. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan Pelatih.
d. Mendengarkan penjelasan pelatih
e. Mengajukan pertanyaan kepada Pelatih bila ada hal-hal yang belum jelas
dan perlu klarifikasi.
f. Membagi menjadi dua kelompok dan menunjuk ketuanya
g. Membaca modul sesuai instruksi dari pelatih.
1. Kegiatan Pelatih
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan pemantauan
mutu labaratorium malaria dalam waktu yang singkat.
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk membaca bagian materi
inti Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan dan menanyakan hal-hal
yang kurang jelas.
c. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan
64 65
Modul Materi Inti. 6- Pemantapan Mutu Laboratorium Malaria
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap penting
b. Membaca materi inti dan mengajukan pertanyaan kepada Pelatih sesuai
materi dan kesempatan yang diberikan
c. Menjawab dan mengajukan pertanyaan
1. Kegiatan Pelatih
1) Memandu kelompok untuk membaca materi inti dan memberikan
bimbingan di dalam proses pembelajaran.
2) Setelah mendalami materi, peserta diminta mengerjakan latihan-latihan.
3) Memberikan modul satu untuk diskusi kelompok dan hasil diskusi
dipresentasikan
4) Melakukan evaluasi dengan mengajukan pertanyaan dan melakukan
pengamatan diskusi
5) Memberikan umpan balik terhadap jawaban dan diskusi peserta.
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, membaca materi inti secara bergantian, mencatat dan
menanyakan hal-hal yang kurang jelas pada Pelatih.
b. Mengerjakan latihan-latihan.
c. Diskusi modul satu dan mempresentasikan hasil diskusi
d. Menjawab pertanyaan yang diajukan Pelatih
e. Menerima umpan balik
1. Kegiatan Pelatih
a. Melakukan evaluasi dengan mengajukan pertanyaan sesuai pokok
bahasan dan meminta peserta mengerjakan evaluasi
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing–masing pertanyaan
c. Membuat rangkuman
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan Pelatih dan mengerjakan evaluasi.
b. Mencatat rangkuman hasil proses pembelajaran.
65 66
Modul Materi Inti. 6
Modul Materi Inti. 6- Pemantapan Mutu Laboratorium Malaria
Pemantapan Mutu Laboratorium Malaria
67
66
Modul Materi Inti. 6- Pemantapan Mutu Laboratorium Malaria
c. Penyeliaan berjenjang
d. Dokumentasi pelaksanaan PMI
3. Paska Analisis
Pencatatan dan pelaporan mulai dari pra analisis sampai paska analisis sesuai
dengan prosedur tetap dan secara rutin didokumentasikan selama periode
waktu tertentu (1-3 tahun) oleh unit yang bersangkutan.
a. Tersedianya SPO :
1) Pencatatan & Pelaporan
2) Pengelolaan Limbah
3) Penatalaksanaan Pasca Pajanan
b. Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan SPO
c. Penyeliaan berjenjang
d. Dokumentasi pelaksanaan PMI
Uji silang dilaksanakan sebagai salah satu cara pemantapan mutu eksteranal
untuk pemeriksaan mikroskopis malaria. Uji silang adalah kegiatan
67
68
Modul Materi Inti. 6 Modul Materi Inti. 6- Pemantapan Mutu Laboratorium Malaria
Pemantapan Mutu Laboratorium Malaria
1) Cakupan ≥ 90%
68 69
Modul Materi Inti. 6- Pemantapan Mutu Laboratorium Malaria
70
69
Modul Materi Inti. 6
Modul Materi Inti. 6- Pemantapan Mutu Laboratorium Malaria
Pemantapan Mutu Laboratorium Malaria
(3) (1)
(4) (4)
Keterangan:
(1) Sediaan darah uji silang dikirimkan oleh Laboratorium Pelayanan atau diambil oleh
Pengelola Program Malaria Dinkes Kabupaten/Kota.
(2) Pengelola Program Malaria mengirimkan sediaan darah uji silang ke Laboratorium
Rujukan Tingkat Kabupaten/Kota.
(3) Laboratorium Rujukan Tingkat Kabupaten/Kota melakukan pemeriksaan, analisis uji
silang dan mengirim umpan balik ke Laboratorium Pelayanan, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
(4) Laporan Rekapitulasi Hasil Uji Silang Kabupaten/Kota disampaikan secara berjenjang
ke Laboratorium Rujukan Tingkat Provinsi, Laboratorium Rujukan Tingkat Nasional,
Dinas Kesehatan Provinsi dan Kementerian Kesehatan.
71
70
Modul Materi Inti. 6- Pemantapan Mutu Laboratorium Malaria
72
71
Modul Materi Inti. 6
Modul Materi Inti. 6- Pemantapan Mutu Laboratorium Malaria
Pemantapan Mutu Laboratorium Malaria
2. BIMBINGAN TEKNIS
Bimbingan Teknis adalah kegiatan yang sistematis untuk memberikan
pemahaman, pengetahuan dan keterampilan, meningkatkan kinerja petugas,
mempertahankan kompetensi dan motivasi petugas yang dilakukan secara
langsung dalam rangka peningkatan mutu laboratorium.
Bimbingan Teknis pada fasilitas laboratorium pelayanan mikroskopis malaria
sangat penting dalam memperkuat komunikasi antara laboratorium
pelayanan dan laboratorium rujukan dengan tujuan untuk
mengidentifikasikan permasalahan kinerja yang kurang baik dan
merekomendasikan tindakan yang harus dilakukan.
Bimbingan Teknis yang efektif memerlukan:
1. Sumber daya manusia yang kompeten
2. Perencanaan finansial yang baik dan berkesinambungan
3. Waktu kunjungan yang adekuat
4. Perencanaan secara menyeluruh agar tersedia sebuah struktur untuk
menilai aktifitas dan permasalahan kinerja di suatu laboratorium
5. Pencatatan dan pelaporan hasil bimbingan teknis
6. Tindak lanjut yang efektif untuk melakukan perbaikan di laboratorium.
1. Bimbingan Teknis harus dilaksanakan secara rutin dan teratur pada semua
tingkat. Kegiatan ini dilakukan atas dasar prioritas permasalahan yang
terjadi.
73
72
Modul Materi Inti. 6- Pemantapan Mutu Laboratorium Malaria
3. Jenjang laboratorium
Bimbingan Teknis dilakukan secara berjenjang dari unit laboratorium
rujukan sampai dengan laboratorium pelayanan.
4. Kualifikasi petugas
74
73
Modul Materi Inti. 6
Pemantapan Mutu Laboratorium Malaria
Modul Materi Inti. 6- Pemantapan Mutu Laboratorium Malaria
74
75
Modul Materi Inti. 6- Pemantapan Mutu Laboratorium Malaria
1) Pengiriman sediaan
a) Melalui pos:
76
75
Modul Materi Inti. 6
Modul Materi Inti. 6- Pemantapan Mutu Laboratorium Malaria
Pemantapan Mutu Laboratorium Malaria
3) Umpan Balik
Setelah dilakukan penilaian, laboratorium penyelenggara harus segera
mengirimkan hasil penilaian ke setiap laboratorium peserta, dengan
tembusan ke Dinas Kesehatan setempat. Laboratorium penyelenggara
membuat rekapitulasi hasil penilaian tes panel/tes profisiensi kemudian
melaporkannya kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan Kementerian
Kesehatan.
77
76
Modul Materi Inti. 6- Pemantapan Mutu Laboratorium Malaria
Pembacaan 20 SD:
8 sediaan darah negatif
5 sediaan darah Pf
4 sediaan darah Pv
1 sediaan darah Po
1 sediaan darah Pm
1 Sediaan darah mix (Pf+Pv)
untuk SD positif digunakan kepadatan parasit 40-200 parasit/ul darah
Pembacaan 25 SD :
10 sediaan darah negatif
6 sediaan darah Pf
6 sediaan darah Pv
1 sediaan darah Po
1 sediaan darah Pm
1 Sediaan darah mix (Pf+Pv)
Sediaan darah yang positif dengan kepadatan 40-200 parasit/μl darah
78
77
Modul Materi Inti. 6
Modul Materi Inti. 6- Pemantapan Mutu Laboratorium Malaria
Pemantapan Mutu Laboratorium Malaria
1 kali dalam 1 tahun. Jika kegiatan uji silang sudah berjalan baik, maka tes
panel/tes profisiensi tidak diperlukan.
h. Penilaian
Cara penilaian tes panel/tes profisiensi sama seperti cara pemberian penilaian
PME uji silang mikroskopis malaria.
VIII. REFERENSI
A. Pedoman Teknis Pemeriksaan Parasit Malaria, 2014
B. Malaria Microscopy Quality Assurance Manual, 2009
C. Buku Pedoman Jejaring dan Pemantapan Mutu Laboratorium Mikroskopik
Malaria, 2013
IX. RUANG DISKUSI
Bagaimana alur uji silang berjalan?
79
78
PENCATAAN DAN
PENCATATAN DAN
PELAPORAN
PELAPORAN
I. DESKRIPSI SINGKAT
Pencatatan dan Pelopran Hasil adalah penting memastikan data pasien bisa
ditelusuri dengan mudah dengan mencatat semua informasi yang tepat pada saat
mereka datang ke pelayanan kesehatan ataupun ketika wawancara di rumah.
Banyak informasi disimpan di komputer dan membutuhkan formulir yang di rancang
khusus, biasanya meliputi :
- Wilayah, provinsi, kabupaten/kota atau daerah dimana pekerjaan itu
dilakukan
- Kota, desa atau wilayah tempat tinggal pasien
- Nama, jenis kelamin, dan umur pasien
- Nomor identitas pasien (kode), yang bisa juga menjadi kode sediaan darah
- Data-data lain, seperti gejala, suhu tubuh, dan berat badan
- Hasil pemeriksaan, misal nya negatif atau positif parasit malaria, spesies dan
stadium yang terlihat dan juga gametosit P. falciparum yang dilihat.
- Obat malaria yang diminum sebelum dilakukan pemeriksaan laboratorium
- Komentar lain, observasi dan instruksi dari dokter
Jika tidak ada komputer, data-data yang penting harus dicatat pada buku register
harian. Fasilitator akan memberikan contoh cara pengisian yang benar dan masing-
masing peserta mempraktekkan bagaimana cara penulisan di buku register.
79 80
Modul Materi Inti. 7
Pencatatan Pelaporan
80 81
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan nama untuk ditaruh di meja, serta alat tulis yang
diperlukan.
b. Memperhatikan pengenalan pelatih
c. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan Pelatih.
d. Mendengarkan penjelasan pelatih
e. Mengajukan pertanyaan kepada Pelatih bila ada hal-hal yang belum
jelas dan perlu klarifikasi.
f. Membaca modul sesuai instruksi dari pelatih.
81 82
Modul Materi Inti. 7
Pencatatan Pelaporan
82 83
b) Penulisan identitas memuat informasi:
03/07/231/04/20
c) Kode ditulis berdasarkan kode yang berlaku di wilayah masing-masing.
83 84
B. POKOK BAHASAN 2: Jenis formulir laboratorium Malaria dan Cara Pengisan Formulir
Kabupaten/Kota :
84
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
No. Register Lab (sesuai buku Lab.1)
Tanggal Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan *
SD Pf Pf+g Pfg Pv Pm Po Mix Negatif
…………………………….
CONTOH 2.
86
85
BUKU REGISTRASI LABORATORIUM MIKROSKOPIK MALARIA
Nama Fasyankes :
Kabupaten/Kota :
Provinsi :
Bulan : Tahun :
86
Mengetahui,
Kepala,
C. POKOK BAHASAN 3 : Pencatatan Kegiatan Crosscheck Mikroskopis
Malaria
Formulir Crosscheck dan Cara Pengisian
CONTOH 3.
Formulir pemeriksaan ulang (uji silang)
Formulir ini diisi oleh pengelola program malaria Kabupaten/Kota
Formulir ini sekaligus digunakan untuk umpan balik pada fasyankes dan
Crosschecker Kab/Kota
Pengelola Program memberikan kepada Cross-Cheker untuk pemeriksaan
ulang
1. SD yang akan di Cross-Check
2. Blangko dengan kode SD dari pengirim tanpa hasil diagnosa awal
Kolom 2 diisi oleh pengelola program (kode sediaan darah)
Kolom 3 dikosongkan, diisi hasil dari puskesmas kalau sudah ada hasil dari
crosschecker (kolom 4 - 15 sudah d iisi oleh crosschecker)
Kolom 4-15 diisi oleh Mikroskopis (Cross-Cheker) sebagai hasil pemeriksaan
ulang
False Negatif, Positif, Error Rate, dan % kualitas SD diisi oleh Pengelola
Program
88
87
FORMULIR PEMERIKSAAN ULANG TINGKAT KABUPATEN / PROPINSI
88
Jumlah
Presentase
Mengetahui,
Kepala,
CONTOH 4.
Formulir Analisis Crosscheck/ Rekapitulasi Kabupaten/Kota
Absensi Bulan
Nama
Petugas Jumlah
No. FASYANKES Error Sensitivita Akurasi
Lab SD Spesifisitas
Faskes Y T Rate s Spesies
1
2
3
4
5
6
89
7
8
Rata-rata
Penilaian Capaian Indikator Uji silang mikroskopik malaria
Jumlah seluruh fasyankes :
Jumlah fasyankes pemeriksa mikroskopik malaria :
Indikator 1. Cakupan Kabupaten Kota Indikator 2. Hasil Baik
Jumlah fasyankes peserta uji silang : % fasyankes dengan hasil Error Rate ≤ 5% =
% fasyankes dengan hasil Sensitifitas ≥70 % =
% Cakupan = % fasyankes dengan hasil Spesifisitas ≥ 70 % =
% fasyankes dengan hasil Akurasi Spesies ≥ 70 % =
% lab fasyankes dengan ER≤ 5%, Sensitifitas- Spesifisitas -
Akurasi Spesies ≥70 % =
Contoh 5. Rekapitulasi Hasil Uji Silang Provinsi
PROVINSI :
Akurasi
CAKUPAN Error Rate Sensitivitas Spesifisitas
Spesies
Bulan 1 Bulan 1 Bulan 1 Bulan 1 Bulan 1
NAMA
Modul Materi Inti. 7
Pencatatan Pelaporan
90
4 D
5 E
6 F
7 G
8 H
Dst…
BULAN TAHUN
Akurasi
Cakupan Error Rate Sensitivitas Spesifisitas
Spesies
Kab % Jumlah Jumlah Faskes- % Faskes Faskes
No PROPINSI Jumlah Faskes Faskes MM Faskes Faskes
/Kota dengan dengan
Kab/ MM* peserta dengan dengan
yang % Sensitivi % % Akurasi % Keterangan
Kota CC ER < 5 Spesifisit
ikut CC tas Spesies
% as ≥70%
≥70% ≥70%
1
2
3
91
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Modul Materi Inti. 7
Pencatatan Pelaporan
VIII. REFERENSI
1. Pedoman Teknis Pemeriksaan Parasit Malaria, 2014
2. Buku Pedoman Jejaring dan Pemantapan Mutu Laboratorium Mikroskopik
Malaria, 2013
93
92
X. LATIHAN
1. Identitas pasien pada sediaan darah dituliskan pada :
a. Sediaan darah tipis
b. Ujung sediaan darah menggunakan kertas label
c. Dibalik sediaan darah menggunakan kertas label
d. Ditengah-tengah objek glass menggunakan spidol
3. Hal-hal yang perlu dinilai pada kualitas pewarnaan sediaan malaria adalah …
a. Pewarnaan cukup, sedang, basa, atau kotor
b. Pewarnaan baik, asam, basa, atau kotor
c. Pewarnaan baik, sedang, basa, atau kotor
d. Pewarnaan baik, netral, basa, atau kotor
4. Seorang petugas puskesmas mendapat umpan balik hasil uji silang yang salah satu
hasilnya adalah sensitifitas 85%, artinya :
a. Petugas tersebut dapat menjawab dengan benar sebanyak 85 sediaan positif
diantara 100 sediaan positif.
b. Petugas tersebut dapat menjawab dengan benar sebanyak 85 sediaan positif
diantara 85 sediaan positif.
c. Petugas tersebut dapat menjawab dengan benar sebanyak 100 sediaan
positif diantara 85 sediaan positif.
d. Petugas tersebut dapat menjawab dengan benar sebanyak 85 sediaan positif
diantara 100 sediaan negatif.
94
93
Modul Materi Inti. 7
Pencatatan Pelaporan
95
94
[Type text]
KESELAMATAN DAN
KESELAMATAN DAN KEAMANAN
KEAMANAN KERJA
KERJA
DI LABORATORIUM
DI LABORATORIUM
I. DESKRIPSI SINGKAT
95 96
[Type text]
Jumlah jam yang digunakan dalam materi ini adalah sebanyak 4 JPL @45 menit (T=2 jpl,
P=2 jpl, PL=0). Agar proses pembelajaran dapat berhasil secara efektif dan mempermudah
kegiatan pembelajaran serta meningkatkan partisipasi seluruh perserta, maka perlu disusun
langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
96 97
Modul Materi Inti. 8 – Keselamatan dan Keamanan Kerja di Laboratorium
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap penting
b. Membaca materi inti dan mengajukan pertanyaan kepada Pelatih sesuai materi
dan kesempatan yang diberikan
c. Menjawab dan mengajukan pertanyaan
2. Peralatan
a. Baju laboratorium.
Terbuat dari bahan yang mudah di cuci dan kuat, tertutup di bagian depan
dengan panjang melewati lutut, lengan sepanjang pergelangan tangan
dengan ujung berkaret. Baju ini wajib dipakai pada saat bekerja
dan ditanggalkan apabila petugas meninggalkan ruang kerja laboratorium.
Pencucian baju laboratorium dilakukan di tempat kerja dengan terlebih dahulu
di dekontaminasi. Baju kerja yang kotor tidak boleh dibawa pulang.
b. Sarung tangan
c. Wadah penampung alat bekas pakai harus cukup kuat, tidak mudah bocor dan
tertutup. Sebaiknya wadah di beri alas plastik sehingga mudah di pindahkan.
Larutan desinfektans dalam wadah harus cukup untuk merendam limbah.
d. Otoklaf (kalau tersedia) harus diletakkan di dalam ruang kerja
laboratorium sehingga memastikan seluruh bahan yang
terkontaminasi tidak lagi infeksius ketika keluar dari ruang kerja
laboratoium.
e. Bahan habis pakai
Sabun cair yang mengandung disinfektans untuk cuci tangan
Towell Tissue/ Lap untuk mengeringkan tangan setelah cuci tangan.
Larutan desinfektans : Lysol, larutan klorin 0,5 %, glutaraldehid 2%, dan etil
atau isopropil alkohol 70%.
98 99
[Type text]
2. Pengelolaan Limbah
Pimpinan laboratorium harus membuat kebijakan yang menjamin pengelolaan limbah
aman bagi petugas dan lingkungan. Pimpinan harus memastikan tersedianya sarana,
protap, logistik, petugas untuk melaksanakan pengelolaan limbah dengan benar.
99 100
[Type text]
Pada prinsipnya semua peralatan dan limbah laboratorium harus sudah tidak infeksius,
saat keluar dari ruang laboratorium atau saat pekerjaan pemeriksaan selesai.
Tersedia wadah sampah untuk :
a. Limbah infeksius : padat, cair dan tajam.
b. Limbah non infeksius
Masing-masing memiliki tanda/ warna yang berbeda. Limbah infeksius harus
di-disinfeksi dengan cara merendam dengan larutan disinfektans selama semalam (12
jam) sebelum dilakukan pemusnahan atau diangkut ke tempat lain untuk pengolahan
limbah selanjutnya.
ditutupi.
12) Dilarang menggunakan sepatu sandal. Sepatu yang dikenakan harus menutupi
seluruh kaki.
13) Dilarang bekerja di laboratorium bila menderita luka terbuka dikulit. Luka harus
diobati sampai sembuh sebelum diperkenankan bekerja di laboratorium. Luka
serut ringan harus ditutupi dengan plester kedap air.
b. Percikan pada mukosa hidung, mulut atau kulit segera dibilas dengan guyuran
air. Bila mengenai mulut, segera buang cairan di mulut (ludahkan), kumur
dengan air atau larutan garam fisiologis dan buang (lakukan beberapa kali).
Jangan menggunakan sabun atau larutan disinfektan yang sangat kuat.
c. Mata diirigasi dengan air bersih, larutan garam fisiologis atau air steril. Jika
menggunakan lensa kontak harus dilepaskan ketika membasuh mata. Jangan
menggunakan sabun atau disinfektan di mata.
d. Jari yang tertusuk tidak boleh dihisap dengan mulut seperti kebanyakan
tindakan refleks untuk menghisap darah. Jangan memijat, memencet atau
menggosok daerah luka.
Tujuan pertolongan pertama adalah untuk mengurangi waktu kontak dengan darah,
cairan tubuh dari sumber pajanan dan untuk membersihkan dan dekontaminasi
tempat pajanan.
Laporan Pajanan
Setelah melakukan pertolongan pertama maka orang yang terpajan harus segera
melaporkan kepada yang berwenang dan diperlakukan sebagai keadaan darurat.
Dalam hal ini biasanya panitia Pengendalian Infeksi Nosokomial (PIN) atau panitia
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Laporan sangat diperlukan untuk mengurangi
risiko infeksi oportunistik yang dapat terjadi.
VIII. REFERENSI
1. Kepmenkes No.835/2009 Tentang Pedoman keselamatan dan keamanan laboratorium
mikrobiologi dan biomedik
2. Permenkes no.15/2015 tentang pelayanan laboratorium pemeriksaan HIV dan Infeksi
opotunistik
3. Modul pelatihan mikroskopik TB 2011
102 103
TIM PENYUSUN
103