Dokumen - Tips - Makalah Kemacetan Jakarta
Dokumen - Tips - Makalah Kemacetan Jakarta
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I. PENDAHULUAN 4
A. LATAR BELAKANG
1
B. TUJUAN
PENULISAN 1
C. RUMUSAN
MASALAH 1
DAFTAR PUSTAKA 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Permasalahan Kemacetan Jakarta merupakan permasalahan yang sudah lumrah dan
menjadi sesuatu yang vital. Karena dampaknya menjalar ke berbagai aspek kehidupan
sehingga menyebabkan krisis dan pemborosan. Apabila permasalahan ini dapat
ditanggulangi atau setidaknya diminimalisir maka pembangunan di pusat pemerintahan akan
berjalan dengan lebih efisien sehingga dapat mempercepat pembangunan di daerah –
daerah lain di Nusantara. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dipaparkan berbagai hal
penting mengenai Permasalahan Kemacetan Jakarta. Kemacetan telah menjadi isu yang
sangat serius dalam beberapa tahun terakhir. Dikhawatirkan di tahun 2015 mendatang
wilayah DKI Jakarta akan mengalami kemacetan total. Perlu perhatian dan upaya serius dari
pemerintah daerah untuk menanggulangi kemacetan. Selain itu, masyarakat juga harus turut
andil dalam mengurangi kemacetan.
B. TUJUAN PENULISAN
Agar mahasiswa lebih kritis terhadap masalah yang tengah melanda Ibu Kota sebagai
pusat pemerintahan sehingga dapat dijadikan sebagai acuan pembelajaran kelak dan
sebagai sumber inspirasi bagi masyrakat luas agar lebih memahami dan kritis terhadap
Permasalahan Kemacetan Jakarta agar dapat ditanggulangi sedini mungkin sehingga dapat
menciptakan manfaat bagi masyarakat luas.
C. RUMUSAN MASALAH
Adapun makalah ini dibuat dengan rumusan permasalahan:
Apa itu Permasalahan Kemacetan Jakarta ?
Mengapa Kemacetan di Jakarta bisa terjadi ?
Sektor apa saja yang terkena imbas dari Permasalahan Kemacetan Jakarta tersebut?
Bagaimana cara mengatasi Permasalahan Kemacetan Jakarta tersebut?
Apa tanggapan kita sebagai mahasiswa terhadap masalah ini?
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
Supaya orang tidak sedikit-sedikit membawa mobill, trotoar harus tersedia di semua jalanan
padat di Jakarta. Dengan demikian, untuk keperluan singkat -- makan siang, misalnya --
orang tak perlu berkendara. Jalur pejalan kaki yang baik juga akan merangsang orang untuk
naik kendaraan umum. Sekarang ini kalau Anda turun bus TransJ di Jalan Buncit Raya,
misalnya, Anda akan bingung: mau jalan dimana, tidak ada trotoar? Membangun jalur
sepeda saat ini terlalu berlebihan. Jakarta terlalu luas, sepeda bukan solusi transportasi.
Kendaraan umum plus jalur pejalan kaki yang baik lah solusi yang tepat.
Saat ini sopir dan pembantu sopir metromini dan mikrolet tidak diikat dalam perjanjian kerja
yang jelas, yang sesuai dengan peraturan perburuhan. Mereka tidak digaji tetapi dikenai
target setoran (dan mendapatkan kelebihannya). Mereka pun terdorong untuk berperilaku
seperti yang kita lihat seekarang: berhenti sembarangan untuk menaikkan dan menurunkan
penumpang, ngetem, main serobot, dan sebagainya. Akibatnya, mereka menambah
keruwetan lalunlintas yang sudah padat. Kalau mereka digaji seperti tenaga kerja lain
dorongan untuk bersaing merebut penumpang akan berkurang dan bisa diharapkan mereka
akan mengendarai mobil dengan lebih tertib.
4. Secara bertahap perbaiki kualitas kendaraan umum
Kendaraan umum di Jakarta, terutama metromini dan yang sejenisnya, banyak yang sudah
tak layak jalan. Sering mogok dan taka nyaman dinaiki. Kalaunsudah mogok menutupi jalan.
Tidak perlu diganti seluruhnya secara langsung. Bertahap saja. Persyaratan untuk
pengadaan baru ditambah (misal, perlu pakai pendingin udara).
5. Normalisasi jalan
Jalan di Jakarta banyak yang tidak standar: lajur menyempit mendadak atau malah hilang,
lajur putar balik atau belok kanan tidak ada sehingga mengganggu kendaraan yang mau
lurus, dan sebagainya. Ketimbang membangun jalan baru, Pemda DKI lebih baik
menormalisasi jalan-jalan yang tak standar ini. Tentu perlu pembebasan tanah, terutama
disekitar persimpangan tapi pasti tanah yang perlu dibebaskan tak akan sebanyak kalau
membangun jalan baru.
6. Marka jalan dibuat lagi
Sebagian besar jalan di Jakarta tak punya maraka-marka jalan -- pembatas antar lajur,
penanda arah lajur, garis berhenti di perempatan, dan sebagainya. Marka-marka jalan harus
dibuat lagi supaya pengendara bisa lebih disiplin dan kalau melanggar bisa ditilang. Sangat
memalukan bahwa Jakarta tak bisa membuat marka jalan dengan benar. Lihatlah Surabaya
atau Yogyakarta. Jalan-jalan di sana mulus rapi dan dengan dilengkapi marka yang lengkap
dan jelas tak seperti Jakarta yang jalnnya bipeng-bopeng serta polos tanpa tanda apa-apa
untuk membantu pengendara.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah membaca makalah di atas, dapat disimpulkan bahwa:
a. Kemacetan merupakan situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu
lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan.
b. Kemacetan terjadi karena jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan dan dapat disebabkan
faktor – faktor lain.
c. Dampak kemacetan dapat berimbas terhadap berbagai aspek seperti aspek ekonomi,
psikologis dan kesehatan.
d. Cara menanggulangi dan meminimimalisir kemacetan adalah dengan pembangunan sarana
dan prasarana bagi para pengguna jalan.
e. Sebagai mahasiswa kita harus kritis dan menanggapi dengan cepat permasalahan
kehidupan yang terjadi saat ini seperti permasalahan kemacetan di Jakarta . Paling tidak
dari hal kecil, sehingga untuk hal besar kita akan lebih siap menghadapinya bahkan dapat
menanggulanginya.
B. SARAN
Kepada masyarakat agar lebih menaati peraturan lalu lintas dan manfaatkanlah
transportasi umum sehingga penggunaan kendaraan pribadi dapat diminimalisir. Bagi
pemerintah agar membangun sarana dan prasarana yang memadai bagi pengguna jalan
sehingga dapat memberikan kenyamanan dan meminimalisir kemacetan.
DAFTAR PUSTAKA
www.google.com
www.wikipedia.com
www.jagatreview.com
TUGAS INDIVIDU
OLEH
NPM : 23209891
Kelas : 3EB17
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang karena atas tuntunan-Nya yang
telah memberi rahmat dan hikmat-Nya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan ini
yang berjudul “HIRUK PIKUK KEMACETAN DI KOTA JAKARTA ” sebagai syarat pemenuhan nilai pada
mata kuliah Bahasa Indonesia 2 Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Gunadarma.
Selama penyusunan penulisan ini penulis telah mendapat pengalaman yang sangat berharga dalam
berbagai hal. Selain itu dalam penulisan ilmiah ini, penulis juga mendapat berbagai hambatan, akan
tetapi berkat bimbingan dan dukungan baik secara moral maupun materi dalam berbagai pihak,
akhirnya semua dapat teratasi dengan baik.
Penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan pada penulisan ilmiah ini. Oleh sebab itu
penulis dengan senang hati akan menampung dan menerima saran dan kritik yang bersifat
membangun untuk menyempurnakan materi dan isi dan penulisan ilmiah ini.
Akhir kata, semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak lain yang memerlukan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Hiruk pikuk kemacetan di Jakarta bukanlah hal yang lazim tentunya bagi para penduduk Ibukota
Indonesia ini karena kemacetan merupakan masalah sehari-hari warga Jakarta. Kemacetan yang
terjadi hampir setiap saat ini memang membuat lalu-lintas di ibukota terasa begitu tidak nyaman
bagi para pengguna jalan. Hal ini terjadi karena pertumbuhan jalan dan pertambahan jumlah
kendaraan tidak seimbang sehingga membuat lalu-lintas Jakarta begitu macet.
Kemacetan lalu lintas yang menjadi masalah utama kota Jakarta sudah menjadi rahasia umum.
Pada tahun 2011 Presiden SBY telah menegaskan bahwa Jakarta harus bebas dari kemacetan lalu-
lintas pada tahun 2020 dan harus ada kemacuan yang signifikan pengurangan kemacetan pada tahun
2014, oleh karena itu warga Jakarta dan Pemerintah harus memikirkan hal-hal untuk memperbaiki
dan mencari berbagai alternatif upaya pemecahan masalah kemacetan di Jakarta.
Walaupun saat ini sudah ada transjakarta atau busway tetapi itu tidak menjamin bahwa kemacetan
di Jakarta bisa di atasi. Pada tahun 2009 saja , jumlah kendaraan kembali naik menjadi 6,7 juta
dengan rincian 2,4 juta mobil dan 4,3 juta motor. Pada 2010, peningkatan jumlah kendaraan
menembus angka 7,29 juta dengan rincian 2,56 juta mobil dan 4,73 juta motor. Pada tahun 2011,
meningkat lagi jadi 7,34 juta kendaraan, kendaraan roda empat sebesar 2,5 juta dan kendaraan
roda dua hampir 5 juta. Memang tahun ke tahun jumlah volume kendaraan di ibukota bukannya
semakin berkurang tapi malah semakin bertambah, tapi itulah kenyataannya. Untuk itu harus ada
upaya ekstra dan tegas yang harus dilakukan oleh pemerintah.
Sumber data yang penulis pakai adalah data primer dalam bentuk observasi dan data sekunder
dalam bentuk browsing melalui internet.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Pengertian Kemacetan
Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu-lintas yang
disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan atau bisa dikatakan volume
kendaraan lebih besar dari pada volume jalan.
Bagi Jakarta, seolah tiada hari tanpa kemacetan, kecuali pada saat hari-hari raya
keagamaan seperti saat lebaran maupun natalan, karena pada saat lebaran maupun natalan ruas-
ruas jalan di Ibukota Indonesia ini begitu lengang karena banyak warga ibukota yang merayakan
lebaran maupun natalan bersama keluarga di luar kota Jakarta. Kebanyakan warga Jakarta dan
sekitarnya pasti sering mengalami betapa besarnya perjuangan untuk mencapai tempat
kerja,kampus maupun sekolahan bila keluar rumah lewat dari pukul 07.00 pagi, karena pada saat
itu kemacetan sudah dimulai terjadi. Puncaknya pada jam masuk kerja dan jam pulang kerja salah
satunya di daerah Stasiun Kota-Kota Tua Jl. Taman Stasiun Kota No. 1, Jakarta Barat yang bisa
dilihat pada beberapa gambaran dibawah ini
Mengapa kemacetan lalu lintas di Jakarta senantiasa terjadi pada jam-jam yang disebutkan di atas?
Jakarta bagaikan kota sentral yang di kelilingi oleh kota-kota “satelit” yaitu: Tanggerang dan
sekitarnya, Bogor dan sekitarnya serta Bekasi dan sekitarnya.
Pada saat tertentu kendaraan keluar-masuk Jakarta banyak yang berasal dari warga Jakarta sendiri
tetapi juga ditambah kendaraan yang berasal dari kota-kota satelit yang jumlah menyamai atau
mungkin melebihi kendaraan asal Jakarta. Ada yang sekedar melewati (misalnya dari Tangerang
menuju Bekasi akan melewati Jakarta), tetapi ada juga yang memasuki Jakarta dan berdiam atau
berkeliaran selama beberapa jam sebelum kembali ke kota masing-masing.
Faktor jalan raya adalah factor yang berasal dari kondisi jalan raya itu sendiri. Buruknya kondisi
ruang lalu-lintas jalan serta sempit/terbatasnya ruang jalan yang menghambat pergerakan
pengguna jalan.
Penyebab buruknya kondisi ruang jalan antara lain :
Fakor kendaraan adalah factor-faktor yang berasal dari kondisi kendaraan yang melintasi jalan raya.
Beberapa hal yang menyangkut kondisi kendaraan dapat berupa jenis, ukuran, kuantitas(jumlah)
dan kualitas kendaraan yang melintas di jalan raya.
Misal: jumlah kendaraan yang beroperasi/melintas melebihi daya tampung jalan raya, banyaknya
jenis kendaraan berukuran besar yang menyebabkan mudah terjadinya overload di suatu ruas
jalan.
Saat ini factor kendaraan beroda empat khusunya untuk mobil pribadi merupakan kontributor
terbesar penyebab kemacetan lalu-lintas di Jakarta, diikuti sepeda motor angkutan umum dan
sebagai kontributor terbesar kedua dan ketiga. Logikanya, banyak mobil pribadi yang beroperasi di
jalan raya pada suatu saat tertentu secara bersamaan yang akan menyita lahan(ruang) jalan yang
memang sudah sangat terbatas. Selain itu, pemakai mobil pribadi di Jakarta sangat tidak efisien.
Yang dimaksud dengan tidak efisien adalah jumlah penumpang(termasuk pengemudi) hanya 1 atau
2 orang di dalam satu mobil.
Selain itu pengoperasian Bus Transjakarta (Busway) yang saat ini kurang efisien dalam artian masih
kurangnya kuantitas armada dan kualitas pelayanan sehingga menyebabkan volume kendaraan
pribadi begitu besar di Jakarta.
II.3.3.Faktor-Faktor lain
Terjadi kecelakaan lalu-lintas sehingga terjadi gangguan kelancaran karena masyarakat yang
menonton kejadian kecelakaan atau karena kendaran yang terlibat kecelakaan belum disingkirkan
dari jalur lalu lintas,
Karena adanya pemakai jalan yang tidak tahu aturan lalu lintas, seperti : berjalan lambat di
lajur kanan dan sebagainya
Pengaturan lampu lalu lintas yang bersifat kaku yang tidak mengikuti tinggi rendahnya arus lalu
lintas
II.4. Dampak Negatif Kemacetan
Kemacetan lalu lintas memberikan dampak negatif yang besar yang antara lain
2. Pemborosan energi, karena pada kecepatan rendah konsumsi bahan bakar lebih rendah,
3. Kehausan kendaraan lebih tinggi, karena waktu yang lebih lama untuk jarak yang
pendek, radiator tidak berfungsi dengan baik dan penggunaan rem yang lebih tinggi,
4. Meningkatkan polusi udara karena pada kecepatan rendah konsumsi energi lebih tinggi, dan
mesin tidak beroperasi pada kondisi yang optimal,
5. Meningkatkan stress pengguna jalan,
6. Mengganggu kelancaran kendaraan darurat seperti ambulans, pemadam kebakaran dalam
menjalankan tugasnya
Dampak dari kemacetan, menurut penelitian LIPI tahun 2007, adalah kerugian sosial yang diderita
masyarakat lebih dari Rp 17,2 triliun per tahun akibat pemborosan nilai waktu dan biaya operasi
kendaraan, terutama bahan bakar. Kecepatan kendaraan yang rendah menyebabkan konsumsi
bahan bakar menjadi tinggi.
Kehausan kendaraan bermotor menjadi tinggi, karena kerja radiator tidak berfungsi dengan baik
dan penggunaan rem yang lebih tinggi. Belum lagi emisi gas buang yang dapat menyebabkan
pemasanan global diperkirakan sekitar 25 ribu ton per tahun.
Hal ini menyebabkan Jakarta sebagai kota dengan tingkat polusi tertinggi kelima di dunia setelah
Beijing, New Delhi, Meksico City dan Bangkok. Bahkan, ada suatu perhitungan yang memperkirakan
kerugian dari kemacetan lalu-lintas ini mencapai Rp 43 triliun per tahun. Dampak pada tahap
selanjutnya adalah menurunnya produktivitas ekonomi kota, bahkan negara dan merosotnya
kualitas hidup warga kota akibat polusi udara dan stress. Contohnya, angkutan umum yang
seharusnya dapat mengangkut enam rit per hari menjadi tiga rit, karena macet.
Berdasarkan data Dinas Perhubungan DKI Jakarta, jumlah kendaraan di Jakarta pada 2007 sebanyak
5,8 juta kendaraan dengan rincian 2,2 juta mobil dan 3,6 juta motor. Pada 2008, jumlah kendaraan
kembali meningkat menjadi 6,3 juta kendaraan dengan rincian 2,3 juta mobil dan 4 juta motor.
Pada tahun 2009, jumlah kendaraan kembali naik menjadi 6,7 juta dengan rincian 2,4 juta mobil
dan 4,3 juta motor. Pada 2010, peningkatan jumlah kendaraan menembus angka 7,29 juta dengan
rincian 2,56 juta mobil dan 4,73 juta motor. Pada tahun 2011, meningkat lagi jadi 7,34 juta
kendaraan, kendaraan roda empat sebesar 2,5 juta dan kendaraan roda dua hampir 5 juta
Rasio kendaraan yang begitu meningkat dari tahun ke tahun memang merupakan hal yang sangat
sulit untuk dihindari. Dengan rasio kendaraan yang tiap tahunnya meningkat tentunya tidak
mengurangi kemacetan ataupun memperbaiki lalu-lintas di Jakarta tapi malah justru semakin
memperburuk lalu-lintas ibukota ini.
Untuk memecahkan permasalahan kemacetan lalu-lintas di Jakarta, tidak dapat dicapai dengan
cara-cara yang “biasa”. Agar tingkat kemacetan di Jakarta dapat dikurangi, maka upaya-upaya
untuk mengatasi kemacetan di ibukota harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dalam arti
dilakukan dengan serius, menyeluruh dan tidak setengah-setengah. Berikut ini adalah upaya-upaya
untuk mengatasi kemacetan di Jakarta, antara lain :
13. Pembatasan lalu lintas tertentu memasuki kawasan atau jalan tertentu, seperti diterapkan
di Jakarta yang dikenal sebagai kawasan 3 in 1 atau contoh lain pembatasan sepeda
motor masuk jalan tol, pembatasan mobil pribadi masuk jalur busway
1. Memindahkan Ibukota Indonesia dari Jakarta ke kota lain di luar pulau Jawa
BAB III
PENUTUP
III.1.Kesimpulan
Dari pembahasan masalah pada bab II penulis dapat menarik kesimpulan bahwa walaupun banyak
factor yang menjadi penyebab terjadinya kemacetan di Jakarta, tetapi penulis dapat mengambil
tiga persoalan pokok penyebab terjadinya kemacetan yaitu :
1. Terbatasnya lahan (ruang) jalan raya. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk menambah
lahan ruang jalan melalui pembangunan jalan-jalanflyover.
2. Pemakaian mobil pribadi yang tidak efisien
3. Bus Transjakarta (Busway) yang saat ini kurang efisien dalam artian masih kurangnya
kuantitas armada dan kualitas pelayanan sehingga menyebabkan volume kendaraan pribadi
begitu besar di Jakarta.
III.2. Saran
1. Peningkatan kuantitas armada busway dan peningkatan kualitas pelayanan busway agar
pengguna kendaraan pribadi beralih ke busway
2. Pembatasan usia kendraan bermotor setelah busway berjalan baik
3. Penegakan hukum yang tegas terhadap pengguna jalan, pejalan kaki dan pedagang kaki
lima yang melanggar aturan
4. Aturan yang ketat dan tegas terhadap arus urbanisasi dengan cara seperti pemeriksaan KTP
di perketat, dan hukuman dipertegas apabila ada yang melanggar
Daftar Pustaka
http://alfaridzy.wordpress.com/tag/artikel-kemacetan-jakarta/
http://auliaswastikafitri.blogspot.com/2011/01/makalah-masalah-kemacetan-lalu-lintas.html
http://www.infodokterku.com/index.php?option=com_content&view=article&id=119:faktor-faktor-
penyebab-kemacetan-lalu-lintas-di-jakarta-dan-alternatif-pemecahan-masalahnya&catid=35:opini-
sebelumnya&Itemid=30
http://id.wikipedia.org/wiki/Kemacetan]
http://metrotvnews.com/read/analisdetail/2011/03/05/143/Mengurai-Kemacetan-Lalu-lintas-di-
Jakarta