Anda di halaman 1dari 6

Borang Portofolio

Nama Peserta: dr. Eka Putri Ardita Sari

Nama Wahana: Puskesmas Pasar Ikan

Topik: Telinga Hidung Tenggorok

Tanggal (kasus): 22 Januari 2016


Nama Pasien: An. N (11 tahun) No. RM: 15.237

Tanggal Presentasi: 27 oktober 2016 Nama Pendamping: dr. Hj. Helmanizar

Tempat Presentasi: Puskesmas Pasar Ikan

Obyektif Presentasi:

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Isti mewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil

Deskripsi:
An. laki-laki, 11 tahun, keluar cairan dari telinga kanan, oti ti s media akut, perforasi membran timpani

Tujuan:
Penegakan diagnosis dan penatalaksanaan Oti ti s Media Akut, Pencegahan stadium kronik

Bahan bahasan: Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit


Cara membahas: Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos

Data pasien: Nama: An. N (11 tahun) Nomor Registrasi: 15.237

Nama klinik: Puskesmas Pasar Ikan Telp:- Terdaftar sejak: 2013


Data utama untuk bahan diskusi:

1. Diagnosis/Gambaran Klinis: Oti ti s Media Akut stadium perforasi, Keadaan umum baik, pasien datang dengan keluhan keluar
cairan putih kekuningan agak berbau dari telinga kanan 3 hari yang lau, didahului rasa nyeri hebat pada telinga kanan sejak 4
hari sebelumnya, nyeri menghilang setelah cairan keluar, mengeluh terdapat sedikit penurunan pendengaran, keluhan
berdenging, rasa penuh dan gata ditelinga serta demam sebelumnya disangkal.

3. Riwayat kesehatan/Penyakit: Keluan serupa disangkal, riwayat batuk pilek (+) ± 3 minggu sebelumnya (sering batuk pilek), riwayat

alergi/asma (-), riwayat opname (-)

3. Riwayat keluarga: keluhan serupa pada keluarga (-)

4. Riwayat pekerjaan: siswa sekolah dasar kelas 5


5. Kondisi lingkungan sosial dan fisik: Ayah bekerja sebagai pegawai swasta. Ibu pasien seorang ibu rumah tangga. Dari keterngan ibu pasien,
pendapatan keluarga cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, lingkungan rumah bersih, sehari-hari pasien senang bermain dengan
teman sebayanya. Pasien memiliki hobi berenang di laut bersama teman-temannya. Menurut keterangan ibu, pasien sering kemasukan air
pada telinga saat berenang. Pasien biasanya membersihkan kotoran telinga menggunakan cuttonbud minimal 1x/minggu. Tidak pernah
mengorek-orek telinga menggunakan tangan atau benda lainnya.

7. Riwayat imunisasi : imunisasi lengkap


8. Riwayat Persalinan, Tumbuh Kembang dan Makanan: Pasien lahir melalui persalinan normal, cukup minggu, langsung menangis saat lahir. Saat
hamil, ibu kontrol rutin d bidan. Pasien mulai dapat tengkurap, duduk, berjalan, dan berbicara sesuai dengan dengan anak seusianya. Tidak
ada keterlambatan tumbuh kembang. ASI eksklusif (+), MPASI setelah berumur 6 bulan.

9. Lain-lain:
Keadaan umum: Baik BB = 23 kg
Status Lokalis Telinga:
 Auricula Dextra
 Normotia, terdapat sekret yang mengering pada daerah antitragus, nyeri tarik aurikulum (-), nyeri tekan tragus (-),
pemebesaran kelenjar regional (-), tanda inflamasi externa (-)
 Kanalis Auditorius Externa (otoskopi): Hiperemis (-), edema (-), sekret (+) mukopurulen, serumen (-), massa (-)
 Membran Timpani: Hiperemis (-), Perforasi(+) sentral kecil pada pars tensa di kuadran antero-inferior, cone of light (-)
 Auricula Sinistra
 Normotia, nyeri tarik aurikulum (-), nyeri tekan tragus (-), pemebesaran kelenjar regional (-), tanda inflamasi externa (-)
 Kanalis Auditorius Externa (otoskopi): Hiperemis (-), edema (-), serumen (+) massa (-)
 Membran Timpani: Intak, Hiperemis (-), cone of light (+) arah jam 7
Tes Pendengaran / Garpu Tala: Tidak Dilakukan
Daftar Pustaka:

1. Soepardi EA, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok, Edisi VI. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
2. Rukmini S, dkk. 2005. Pedoman Diagnosis da Terapi SMF Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok, Edisi III. Surabaya: Universitas
Airlangga
Hasil Pembelajaran:
1. Penegakan diagnosis otitis media akut stadium perforasi
2. Penatalaksanaan otitis media akut stadium perforasi
3. Edukasi pencegahan kekambuhan dan perburukan penyakit ke tingkat kronis
1. Subyektif: Pasien mengeluhkan keluar cairan putih kekuningan agak berbau dari telinga kanan sejak 3 hari yang lalu. Empat hari
sebelumya, telinga kanan pasien terasa nyeri, namun nyeri tidak lagi dirasakan setelah keluar cairan dari telinga kanan. Pasien juga
merasakan ada sedikit penurunan pendengaran. Namun tidak terdapat keluhan telinga terasa penuh, gatal ddalam telinga, berdenging,
maupun demam sebelumnya.
Data subjektif lain berupa faktor risiko dapat yang memperkuat dugaan kita adalah riwayat pasien yang sering menderita batuk pilek.
Sebelumnya keluhan ini muncul tepatnya ± 3 minggu sebelumnya, pasien juga mengalami batuk pilek. Pasien juga memiliki hobi
berenang di laut dan kemasukan air saat berenang.

2. Objektif:
Pada pasien dilakukan pemeriksaan fisik telinga hidung tenggorokan dan pemeriksaan telinga dengan otoskopi. Hasil pemeriksaan yang
mendukung tegaknya diagnosis otitis media akut stadium perforasi adalah :
 Pemeriksaan Fisik
Tampak sekret yang mengering pada daerah antitragus dan sisa sekret pada meatus auditorius externa auricukula dextra
 Otoskopi
Pada auricula dextra, tampak sekret mukopurulen pada kanalis auditorius externa, cone of light (-), perforasi entral kecil pada pars
tensa membran timpani di kuadran antero-inferior. Edema dan hiperemi kanalis auditorius externa (-).

3. ”Assessment”(penalaran klinis):

Definisi otitis media akut menurut Soepardi 2010 adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius,
antrum mastoid, dan sel-sel mastoid yang kurang dari 2 bulan. Otitis media sebenarnya terbagi atas otitis media supuratif dan otiti media
non supuratif (otitis media serosa, otitis media musinosa, dan otitis media efusi). Masing-masing dari klasifikasi tersebut mempunyai
bentuk akut dan kronis. Otitis media supuratif akut dalam proses perjalanan penyakitnya terbagi menjadi menjadi 5 stadium yakni stadium
oklusi, stadium hiperemis, stadium supurasi, stadium perforsi dan stadium resolusi. Keadaan ini berdasarkan gembaran membran timpani
yang terlihat.
Kasus diatas dapat didiagnosis sebagai otitis media supuratif akut stadium perforasi. Alasan yang mendukung dignosis tersebut
diantaranya adalah:
- Keluar sekret mukopurulen (otore) dari telinga kanan
- Terdapat keluhan otalgia (nyeri hebat) sebelumnya dan otalgia tersebut menghilang setelah keluar otore dari telinga kanan
- Onset penyakit pasien mulai dari munculnya otalgia sampai keluarnya otorea ± sekitar 1 minggu. Hal ini mendukung bentuk akut
dan menyingkirkan diagnosis otitis media supuratif kronis yang terjadi lebih dari 2 bulan
- Riwayat batuk pilek yang terjadi 3 minggu sebelumnya menjadi faktor risiko yang mendukung munculnya OMA. Disamping itu
riwayat sering terjadinya batuk pilek pada pasien menunjukkan semkin besar risiko pasien terkena OMA
- Dari pemeriksaan fisik alasan yang mendukung diagnosis adalah tampak sisa otore yang mengering pada daerah anti tragus dan
amsuh terlihatnya sisa otore pada meatus audiorius externa.
- Pada pemeriksaan otoskopi aurikula dextra, hasil yang didapatkan menegaskan penegakan diagnosis. Terlihat sekret mukopurulen
(otore) pada dinding kanalis auditorius externa. Terlihat perforasi sentral pada membran timpani pada pars tensa kuadran antero
inferior.
Kebiasaan pasien yang sering berenang di laut dan sering kemasukan air pada telingaa saat berenang, menjadi faktor risiko terjadinya
otitis externa pada pasien karena kelembaban yang tinggi terjadi akibat air yang masuk kedalam MAE setelah berenang. Sehingga otitis
externa (OE) menjadi diagnosis banding pada kasus ini. OMA dan otitis externa memiliki kesamaan gejala pada rasa nyeri yang dirasakan
didalam telinga dan terdapatnya sekret. Namun alasan yang menyingkirkan diagnosis banding otitis externa adalah:
- Tidak dikeluhkanya rasa gatal didalam telinga oleh pasien
- Pada pemeriksaan tidak didapatkan nyeri tarik aurikula atau nyeri tekan tragus
- Pada Otoskopi juga tidak didapatkan tanda-tanda radang pada kanalis auditorius externa  hiperemi dan edema pada dinding
kanalis yang biasa terjadi pada otitis externa difusa. Pada OE difuse biasanya terjadi edema berat pada kanalis sampai membran
timpani tidak terlihat
- Tidak terdapat massa (furunkel) pada kanalis seperti pada OE furunkel
Telinga tengah merupakan bagian yang steril, meskipun terdapat mikroba di daerah nasofaring dan faring. Secara fisiologik terdapat
mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba eustachius, enzim dan antibodi. OMA biasanya
terjadi karena faktor pertahanan tubuh ini terganggu. Sumbatan pada tuba eustachius merupakan penyebab utama dari otitis media. Karena
fungsi tuba eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke telinga tengah terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan
terjadi peradangan.

Anda mungkin juga menyukai