Anda di halaman 1dari 50

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji, serta makanan dan

minuman berkadar gula tinggi, sudah menjadi gaya hidup masyarakat

modern sekarang ini yang kemudian memicu timbulnya penyakit-penyakit

akibat pola makan dan minum yang tidak sehat, salah satu penyakit yang

dapat terjadi akibat gaya hidup dengan makan makanan yang tidak baik

adalah Diabetes Mellitus (DM) atau penyakit gula darah.

Gaya hidup yang tidak sehat ini banyak dijumpai di kota-kota besar yang

mayoritas penduduknya menggunakan gaya hidup tidak sehat. Masyarakat

kota besar lebih senang memilih dan memakan makanan yang instan, cepat

saji tanpa takaran gizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Apabila gaya

hidup seperti itu tidak diimbangi dengan olahraga teratur dapat memicu

peningkatan glukosa darah sebagai salah satu gejala penyakit diabetes

melitus.

Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif kronis yang

semakin meningkat prevalensinya di masa mendatang. Tingginya prevalensi

penderita DM juga dibarengi dengan data DM ASIA, didapatkan data DM

di Asia mencapai 50 juta orang tahun 2009, selain itu juga data DM di

indonesia berdasarkan data WHO jumlah penderita DM tipe-2 atau NIDDM

(Non Insulin Dependent Diabetes) meningkat tiga kali lipat dalam 10 tahun

dan pada 2010 telah mencapai 21,3 juta orang dan WHO mencatat bahwa

Indonesia menempati urutan ke-5 dengan jumlah penderita diabetes terbesar

1
STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung
2

di dunia setelah India, China, dan Amerika Serikat. Berbeda dengan tahun

2000, yang jumlah penderitanya baru mencapai 8,4 juta orang (Detik

Healthy, 2010). Kasus Diabetes Melitus tipe 2 sebagai kasus yang paling

banyak dijumpai mempunyai latar belakang berupa genetik, resistensi

insulin, dan insufisiensi sel beta pankreas dalam memproduksi insulin.

Data DM di Indonesia berdasarkan Riskesdas tahun 2012 didapatkan

penderita DM sebesar 17,8% dari penduduk Indonesia (Riskesdas, 2012).

Data Dinas Kesehatan Provinsi Lampung pada tahun 2010 diperoleh

prevalensi diabetes mellitus sebanyak 325 ribu, 15% diantaranya dengan

ulkus diabetikum dan diperikirakan setiap tahun meningkat sebanyak 5%

sampai tahun 2025 (Dinkes Provinsi Lampung, 2010).

Meningkatnya Prevalensi DM tipe 2 di Indonesia yang semakin meningkat

berdampak pada penurunan kualitas sumber daya manusia yang dapat

mempengaruhi perkembangan kemajuan bangsa Indonesia. Kemajuan suatu

negara ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang baik, sehat dan

unggul. Beberapa upaya pencegahan dapat dilakukan agar terhindar dari

penyakit DM tipe 2, baik secara primer maupun sekunder.

Pencegahan primer yaitu dengan empat pilar utama pengelolaan DM tipe 2

antara lain perencanaan makan, latihan jasmani, obat berkhasiat

hipoglikemik, dan penyuluhan. Adapun pencegahan sekunder dapat

dilakukan dengan pengecekan atau kontrol fisik, pengecekan urine,

penghentian merokok bagi penderita yang merokok. (PERKENI, 2006).


Penelitian yang dilakukan oleh Antonius tahun 2009 tentang hubungan diet

diabetes mellitus dengan penurunan kadar gula dalam darah pada penderita

DM di Desa Kediri tahun 2009, didapatkan hasil penelitian dengan nilai p

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


3

value (0,003), sehingga dapat disimpulkan ada hubungan diet diabetes

mellitus dengan penurunan kadar gula dalam darah pada penderita DM

(Antonius, 2009).

Tingginya angka kejadian diabetes yang disebabkan karena peningkatan

glukosa darah yang tidak taat diet dalam mengkonsumsi makanan dapat

mengakibatkan peningkatan yang signifikan. Berdasarkan hasil prasurvei di

Puskesmas Sukoharjo didapatkan penderita diabetes mellitus tahun 2014

sebanyak 128 orang. Selain itu di Puskesmas Adiluwih tahun 2014 sebanyak

174 penderita diabetes mellitus tipe 2, diambil sampel dengan 10 responden

dengan kadar gula > 300 mg/dl, berdasarkan wawancara pada responden

didapatkan 7 orang tidak melakukan diet sesuai dengan anjuran tenaga

kesehatan. Dari hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk mengambil

judul pnelitian “Hubungan Diet Dengan Kadar Gula Dalam Darah Pada

Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 diwilayah Kerja Puskesmas Adi Luwih

Kabupaten Pringsewu Tahun 2015”.

B. Rumusan Masalah

Kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji, serta makanan dan

minuman berkadar gula tinggi dapat mengakibatkan peningkatan gula darah

dalam darah, dan apabila lama-kelamaan tidak segera diimbangi dengan

pola diet yang benar dapat mengakibatkan penyakit diabetes melitus. Data

DM di Indonesia berdasarkan Riskesdas tahun 2012 didapatkan penderita

DM sebesar 17,8% dari penduduk Indonesia (Riskesdas, 2012).

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


4

Tingginya prevalensi kejadian tersebut disebabkan tidak mengertinya

masyarakat dengan asupan dan kandungan makanan yang dimakannya serta

tidak adanya keteraturan dalam asupan makannya. Berdasarkan uraian latar

belakang di atas, maka penulis membuat rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah “ Apakah Ada Hubungan Diet Dengan Kadar Gula Dalam Darah

Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 diwilayah Kerja Puskesmas Adi

Luwih Kabupaten Pringsewu Tahun 2015 ?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan Diet Dengan Kadar Gula Dalam Darah Pada

Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 diwilayah Kerja Puskesmas Adi

Luwih Kabupaten Pringsewu tahun 2015

2. Tujuan Khusus
a. Diketahui distribusi frekuensi gula darah pada responden di

Wilayah Kerja Puskesmas Adi Luwih Kabupaten Pringsewu tahun

2015
b. Diketahui distribusi frekuensi glukosa dalam makanan responden

di Wilayah Kerja Puskesmas Adi Luwih Kabupaten Pringsewu

tahun 2015
c. Diketahui hubungan diet dengan kadar gula dalam darah pada

penderita diabetes mellitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Adi

Luwih Kabupaten Pringsewu tahun 2015.

D. Ruang Lingkup Penelitian


Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan cross sectional.

Subjek dari penelitian adalah seluruh penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja

Puskesmas Adi Luwih Kabupaten Pringsewu. Objek penelitian ini adalah

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


5

Diet Dengan Kadar Gula Dalam Darah Pada Penderita Diabetes Melitus

Tipe 2 diwilayah Kerja Puskesmas Adi Luwih Kabupaten Pringsewu pada

bulan April-Juni 2015

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penderita DM tipe 2
Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan responden untuk

lebih sadar dan taat diet agar makanan terkontrol guna mencegah

tingginya kadar gula darah.

2. Bagi Pelayanan Kesehatan


Sebagai bahan masukan dan informasi ataupun acuan untuk

meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya kesehatan masyarakat,

sehingga tenaga kesehatan dapat memberikan pelayanan yang terbaik

guna menurunkan angka kejadian DM tipe 2 dengan penyuluhan

kesehatan.

3. Bagi Institusi Pendidikan


Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan

informasi dan referensi bagi mahasiswa di institusi pendidikan.

4. Bagi Peneliti Lain


Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan data dasar dan acuan bagi

penelitian selanjutnya untuk melakukan penelitian lain dengan variabel

yang berbeda.

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Glukosa Darah Pada Pasien DM


1. Pengertian
Glukosa darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa

didalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur

dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah

sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Menurut kamus kedokteran

Dorland (2000) gula darah adalah produk akhir dan merupakan sumber

energi utama organisme hidup yang kegunaannya dikontrol oleh insulin.

Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit

sepanjang hari: 4-8 mmol/l (70-150 mg/dl).

Tingkat ini meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level

terendah pada pagi hari, sebelum orang makan. Diabetes melitus adalah

penyakit yang paling menonjol yang disebabkan oleh gagalnya pengaturan

gula darah. Meskipun disebut gula darah, selain glukosa, kita juga

menemukan jenis-jenis gula lainnya, seperti fruktosa dan galaktosa.

Namun demikian, hanya tingkatan glukosa yang diatur melalui insulin dan

leptin.

2. Karakteristik Glukosa Darah Pada Penderita DM


Untuk mengetahui karakteristik glukosa darah dapat dilakukan dengan

cara sebagai berikut :


a. Gula darah sewaktu
b. Kadar glukosa darah puasa
c. Tes toleransi glukosa
Tabel 2.1 Kadar Glukosa Darah

7
STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung
7

Bukan DM Belum pasti DM DM

Kadar glukosa darah sewaktu

- Plasma Vena < 100 100-200 > 200


- Darah Kapiler < 80 80-200 > 200

Kadar glukosa darah sewaktu

- Plasma Vena < 110 110-200 > 126


- Darah Kapiler < 90 90-110 > 110

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali

pemeriksaan :
a. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah

mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl


(WHO, 2006).

B. Diabetes Melitus
1. Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan

klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi

karbohidrat (Silvia. Anderson Price, 2006).

Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronik yang komplek yang

melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan

berkembangnya komplikasi makro vaskuler, mikro vaskuler dan

neurologis (Riyadi & Sukarmi,2008).

Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan

gangguan multi sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang

disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat.

(Brunner dan Sudart, 2002).

2. Diabetes Melitus tipe 2

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


8

Diabetes Mellitus Tipe II atau NIDDM (Non Insulin Dependent

DiabetesMellitus).
Jika pada Diabetes Mellitus Tipe I penyebab utamanya adalah dari

malfungsi kelenjar pankreas, maka pada Diabetes Mellitus Tipe II,

gangguan utama justru terjadi pada volume reseptor (penerima) hormon

insulin, yakni sel-seldarah. Dalam kondisi ini produktivitas hormone

insulin bekerja dengan baik, namun tidak terdukung oleh kuantitas volume

reseptor yang cukup pada sel darah, keadaan ini dikenal dengan resistensi

insulin.

3. Faktor-faktor yang menyebabkan DM Tipe 2


Diabetes mellitus atau lebih dikenal dengan istilah penyakit kencing manis

mempunyai beberapa faktor pemicu, antara lain:


a. Pola makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang

dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya diabetes mellitus.

Konsumsi makan yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi

insulin dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkan kadar gula

dalam darah meningkat dan akan menimbulkan diabetes mellitus.


b. Gaya hidup
Gaya hidup juga sangat mempengaruhi faktor penyebab diabetes

mellitus. Orang yang malas berolahraga memiliki resiko lebih tinggi

untuk terkena penyakit diabetes mellitus karena olahraga berfungsi

untuk membakar kalori yang berlebihan didalam tubuh. Kalori yang

tertimbun didalam tubuh merupakan faktor utama penyebab diabetes

mellitus selain disfungsi pankreas.


c. Obesitas

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


9

Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki

peluang lebih besar untuk terkena penyakit diabetes mellitus. Sembilan

dari sepuluh orang gemuk berpotensi untuk terserang diabetes mellitus.


d. Faktor genetik
Diabetes melllitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen

penyebab diabetes mellitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya

menderita diabetes mellitus. Pewaris gen ini dapat sampai kecucunya

bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.


e. Bahan- bahan kimia dan obat-obatan
Bahan-bahan kimia dan obat-obatan seperti alloxan, strepozocin,

pentamidine dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang

pankreas, radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas

menurun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses

metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang

terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas.


f. Penyakit dan infeksi pada pankreas
Infeksi mikroorganisme dan virus (cytomegalovirus, mumps, rubella)

dapat memicu terjadinya autoimun dan menghancurkan sel-sel betha

pankreas sehingga dapat menyebabkan radang pankreas yang akan

menyebabkan fungisi pankreas turun sehingga tidak ada sekresi

hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin

(Hasdianah, 2012; Tarwoto, 2012).

Diabetes Mellitus tidak menakutkan bila diketahui lebih awal. Gejala-

gejala yang timbul sangat tidak bijaksana untuk dibiarkan, karena justru

akan menjerumuskan kedalam komplikasi yang lebih fatal. Jika

berlangsung menahun kondisi penderita Diabetes Mellitus berpeluang

besar menjadi ketoasidosis ataupun hipoglikemia (Soegondo, 2004).

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


10

4. Etiologi Diabetes Mellitus Tipe 2


Faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan diabetes melitus adalah:
a. Genetik
Kebanyakan penyakit DM Tipe 2merupakan keturunan dari orang tua

dengan penderita DM Tipe 2.


b. Imunologi
Imun yang kurang baik dapat mengakibatkan DM Tipe 2.
c. Lingkungan
Lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup yang salah.
d. Obesitas
Kegemukan dapat menimbulkan peningkatan glukosa yang tinggi

sehingga memacu terjadinya diabetes mellitus.


e. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga dengan diabetes dapat menurunkan riwayat diabetes

pada keturunannya.
f. Kadar kolestrol tinggi
Kolesterol yang tinggi mampu memacu tingginya kadar glukosa dalam

darah.
g. Obat-obat yang dapat merusak pankreas
Obat-obatan yang dapat merusak pancreas dapat mengakibatkan

gangguan pada produksi insulin dalam tubuh, sehingga dapat

mengakibatkan DM Tipe 2 (Brunner & Suddarth, 2002).

5. Patofisiology Diabetes Mellitus


Gambar 2.1 Pathway Diabetes Mellitus Tipe II

Penurunan kadar insulian

Resistensi urine sekresi insulin menurun

hiperglikemi toleransi glukosa terganggu

hiperglikemi

Komplikasi akut (KAD) komplikasi kronis


Koma,Hipoglikemi neuropati,retinopati

(Smelzer, 2002)

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


11

6. Manifestasi klinis Diabetes Mellitus Tipe 2


a. Poliuria
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan

banyak kencing
b. Polidipsi
Rasa haus sering dialami penderita DM Tipe 2 karena banyak kencing
c. Polipagia
Rasa lapar yang semakin besar pada penderita DM Tipe 2 akibat

gangguan keseimbangan kalori negatif


d. Penurunan berat badan
Penderita DM Tipe 2 mengalami kehilangan jaringan lemak sehingga

terjadi penurunan berat badan


e. Kelemahan, keletihan dan mengantuk
Glukosa dalam darah tidak dapat masuk dalam sel, sehingga sel

mengalami kekurangan bahan bakar sebagai tenaga


f. Gangguan penglihatan
Pada fase awal DM Tipe 2 biasanya mengakibatkan gangguan

penglihatan
g. Infeksi kulit dan pruritus
Infeksi dan luka dapat ditimbulkan akibat luka sepele seperti lecet

karena sepatu yang sempit


h. Kesemutan
Penderita DM Tipe 2 mengalami keluhan kesemutan pada malam hari

(Wijaya, 2013).
7. Komplikasi Diabetes Mellitus Tipe 2
a. Komplikasi yang bersifat akut
1. Koma hipoglikemia
Koma hipoglikemia terjadi karna pemakaian obat-obatan diabetic

yang melebihi dosis yang dianjurkan sehingga terjadi penurunan

glukosa dalam darah.


2. Ketoasidosis
Minimnya glukosa didalam sel akan mengakibatkan sel mencari

sumber alternatif untuk memperoleh energi sel. kalau tidak ada

glukosa maka benda-benda keton akan dipakai sel. kondisi ini akan

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


12

mengakibatkan penumpukan residu pembongkaran benda-benda

keton yang berlebihan yang dapat mengakibatkan asidosis.


3. Koma hiperosmolar nonketotik
Koma ini terjadi karna penurunan komposisi cairan intrasel dan

ektrasel karna banyak diekresi lewat urine.

b. Komplikasi yang bersifat kronik


1) Makroanginopati yang mengenai pembuluh darah besar,pembuluh

darah jantung,pembuluh darah tepi,pembuluh darah otak.perubahan

pada pembuluh darah besar dapat mengalami atherosklerosis sering

terjadi pada DMTTI/NIDDM.


2) Mikroangiopati yang mengenai pembuluh darah kecil,retinopati

diabetika, nefropatidiabetic. Perubahan-perubahan mikrovaskuler

yang ditandai dengan penebalan dan kerusakan membran diantara

jaringan dan pembuluh darah sekitar.terjadi pada penderita

DMTI/IDDM yang terjadi neuropati,nefropati,dan retinopati.


3) Neuropati diabetika
Akumulasi orbital didalam jaringan dan perubahan metabolik

mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik saraf menurun

kehilangan sensori mengakibatkan penurunan persepsi nyeri


4) Rentan infeksi seperti tuberculosis paru,dan infeksi saluran kemih
5) Kaki diabetik
Perubahan mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati

menyebabkan perubahan ektermitas bawah.


(Riyadi, 2008).

8. Penatalaksanaan umum Diabetes Mellitus Tipe 2


a. Penatalaksanaan medik
1) Obat-obatan hipoglikemik oral (OHO)
a) Golongan sulfoniluria
Cara kerja golongan ini adalah merangsang sel beta pankreas

untuk mengeluarkan insulin, jadi golongan sulfonuria hanya

bekerja bila sel–sel beta utuh, menghalangi pengikatan insulin,

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


13

mempertinggi kepekaan jaringan terhadap insulin dan menekan

pengeluaran glukagon.indikasi pemberian obat sulfoniluria

adalah: bila berat badan sekitar ideal kurang lebih 10 % dari

berat badan ideal, bila kebutuhan insulinkurang dari 40 u/hari,

bila tidak ada stress akutseperti infeksi berat / perasi.

b) Golongan biguanid
Cara kerja golongan ini tidak merangsang sekresi insulin.

Golongan biguanid dapat menurunkan kadar gula darah menjadi

normal dan istimewanya tidak pernah menyebabkan

hipoglikemia. Efek samping obat ini menyebabkan anoreksia,

neusea, nyeri abdomen dan diare.


c) Alfa glukosidase inhibitor
Obat ini berguna menghambat kerja insulin alfa glukosidase

didalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan

glukosa dan menurunkan hiperglikemia post prandial.


d) Insulin sensitizing agent
Obat ini mempunyai efek farmakologi meningkatkan sensitifitas

berbagai masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan

hipoglikemia.
2) Insulin
Dari sekian banyak jenis insulin,untuk praktis nya hanya ada 3 jenis

yang penting menurut junadi ,1982, diantaranya adalah:


a. Yakni kerjanya cepat : RI (regular insulin) dengan masa 2 – 4 jam

contoh obatnya : actrapaid


b. Yang kerjanya sedang : NPN , dengan masa kerja 6 – 12 jam.
c. Yang kerjanya lambat : PZI (protamme zinc insulin) masa

kerjanya 18 - 24 jam (Riyadi, 2008)

Bagi pasien yang memerlukan insulin untuk membantu

mengendalikan kadar glukosa darah, upaya untuk mempertahankan

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


14

konsistensi jumlah kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi pada

jam-jam makan yang berbeda merupakan hal penting. Disamping itu,

konsistensi interval waktu diantara jam makan dengan

mengkonsumsi camilan (jika diperlukan), akan membantu mencegah

reaksi hipoglikemia dan pengendalian keseluruhan kadar glukosa

darah. Bagi pasien-pasien obesitas, khususnya pasien diabetes tipe II,

penurunan berat badan merupakan kunci dalam penanganan diabetes

mellitu tipe 2.

3) Latihan
Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes mellitus tipe

2 karena efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah dan

mengurangi faktor resiko kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan

kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa

oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan

tonus otot juga diperbaiki dengan berolahraga.

Penderita diabetes harus diajarkan untuk selalu melakukan latihan

pada saat yang sama (sebaiknya ketika kadar glukosa darah

mencapai puncaknya) dan intensitas yang sama setiap harinya.

Latihan yang dilakukan setiap hari secara teratur lebih dianjurkan

dari pada latihan sporadik.

4) Pemantauan
a) Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri
Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara

mandiri, penderita diabetes kini dapat mengatur terapinya untuk

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


15

mengendalikan kadar glukosa darah secara optimal. Cara ini

memungkinkan deteksi dan pencegahan hipoglikemia serta

hiperglikemia dan berperan dalam menentukan kadar glukosa

darah normal yang kemungkinan akan mengurangi komplikasi

diabetes jangka panjang.


b) Hemoglobin glikosilasi
Pada orang normal sebagian kecil fraksi hemoglobin akan

mengalami glikosilasi. Artinya glukosa terikat pada hemoglobin

melalui proses non enzimatik dan bersifat irreversibel. Pada

penyandang DM tipe 2, glikosilasi hemoglobin meningkat secara

proporsional dengan kadar rata – rata glukosa darah selama 8 – 10

minggu terakhir. Bila kadar glukosa darah berada dalam kisaran

normal antara 70 – 140 mg/ dl selama 8 – 10 minggu terakhir,

maka hasil tes A1C akan menunjukkan nilai normal. Pemeriksaan

A1C dipengaruhi oleh anemia berat, kehamilan, gagal ginjal dan

hemoglinopati.
c) Pemeriksaan urin untuk glukosa
Pengukuran kadar glukosa urin menggambarkan kadar glukosa

darah secara tidak langsung dan bergantung pada batas ambang

rangsang ginjal bagi kebanyakan orang sekitar 180 mg/ dl. Uji

glukosa urin dapat dipakai untuk pemantauan pengendalian DM

tipe II.
d) Pemeriksaan urin untuk keton
Kadar glukosa darah yang terlalu tinggi dan kurangnya hormon

insulin menyebabkan tubuh menggunakan lemak sebagai sumber

energi. Pada pemecahan lemak tersebut dihasilkan benda - benda

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


16

keton yang apabila berlebihan dapat terdeteksi dalam darah dan

urin. DM tipe 2 lebih resisten terhadap terjadinya ketosis.


e) Terapi (jika diperlukan)
Pada diabetes tipe 2, insulin mungkin diperlukan sebagai terapi

jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika

diet dan obat hipoglikemia oral tidak berhasil mengontrolnya.

Disamping itu, sebagian pasien diabetes tipe 2 yang biasanya

mengendalikan kadar glukosa darah dengan diet/ dengan diet dan

obat kadang membutuhkan insulin secara temporer selama

mengalami sakit, infeksi, kehamilan, pembedahan atau beberapa

kejadian stres lainnya.


f) Pendidikan
Pengelolaan mandiri diabetes secara optimal membutuhkan

partisipasi aktif pasien dalam merubah perilaku yang tidak sehat.

Tim kesehatan harus mendampingi pasien dalam perubahan

perilaku tersebut, yang berlangsung seumur hidup. Keberhasilan

dalam mencapai perubahan perilaku, membutuhkan edukasi,

pengembangan keterampilan ( skill), dan motivasi yang berkenaan

dengan :
1) Makan makanan sehat
2) Kegiatan jasmani secara teratur
3) Menggunakan obat diabetes secara aman, teratur, dan pada

waktu-waktu yang spesifik


4) Melakukan pemantauan glukosa darah mandiri dan

memanfaatkan berbagai informasi yang ada


5) Melakukan perawatan kaki secara berkala
6) Mengelola diabetes dengan tepat
7) Mengembangkan sistem pendukung dan mengajarkan

keterampilan
8) Dapat mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


17

5) Edukasi (penyuluhan) secara individual dan pendekatan berdasarkan

penyelesaian masalah merupakan inti perubahan perilaku yang

berhasil. Perubahan perilaku hampir sama dengan proses edukasi dan

memerlukan penilaian, perencanaan, implementasi, dokumentasi,

dan evaluasi.
9. Diet
Diet diabetes melitus tipe 2 meliputi kebutuhan kalori yang diperlukan

oleh pasien DM tipe 2 untuk kebutuhan sehari – hari, komposisi makanan

yang seimbang sesuai kebutuhan tubuh, waktu makan, frekwensi makan

dan pengontrolan berat badan (Harnawati, 2010).


Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes melitus

tipe 2 adalah tiga J (jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu:


1) J1: jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.
2) J2:jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
3) J3: jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan

manis.

(a). Kebutuhan Kalori Penderita Diabetes Dellitus Tipe 2


Menurut Smeltzer & Bare (2002), diet untuk mengendalikan kalori

dapat dilakukan pertama–tama dengan menghitung kebutuhan kalori

seseorang. Sedangkan menurut Sukardji (2005), ada beberapa cara

untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan orang dengan

diabetes. Diantaranya adalah dengan memperhitungkan berdasarkan

kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kalori/ kgBB ideal,

ditambah dan dikurangi bergantung pada beberapa faktor yaitu jenis

kelamin, umur, aktifitas, kehamilan/ laktasi, adanya komplikasi dan

berat badan.

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


18

Cara lain dalam menentukan jumlah kalori adalah dengan pegangan

kasar, yaitu pasien kurus 2300 – 2500 kalori, normal 1700 – 2100

kalori dan gemuk 1300 – 1500 kalori.


C. Diet
Diet adalah jumlah makanan yang dikonsumsi oleh seseorang atau organisme

tertentu. Jenis diet sangat dipengaruhi oleh latar belakang asal individu atau

keyakinan yang dianut masyarakat tertentu. Perencanaan makan harus

disesuaikan menurut masing-masing individu. Banyak faktor yang berpengaruh

pada respons glikemik makanan, termasuk didalamnya adalah macam gula:

(glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa), bentuk tepung (amilose, amilopektin dan

tepung resisten), cara memasak, proses penyiapan makanan, dan bentuk

makanan serta komponen makanan lainnya (lemak, protein) (Harnawati, 2010).


1. Komposisi Diet Diabetes Melitus tipe 2
Menurut Em yunir (2006), standar komposisi makanan yang dianjurkan

terdiri dari karbohidrat 60 – 70 %, protein 10 – 15 % dan lemak 20 – 30 %.

Disarankan untuk mengurangi asupan kolesterol sampai 300 gr/ hari dan

memperbanyak lemak yang bersumber dari asam lemak tidak jenuh (mono

unsaturated fatty acid ) sampai 10 % dan mengurangi konsumsi asam lemak

jenuh serta poly unsaturated fatty acid sampai 7%. Perbanyak makanan

yang mengandung serat alami.


a. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber tenaga utama untuk kegiatan sehari-hari

dan terdiri atas tepung-tepungan dan gula. Karbohidrat terdiri dari

karbohidrat sederhana ( buah, sirup jagung, sari pohon ) dan karbohidrat

kompleks (padi-padian, biji-bijian, dan umbi- umbian). Secara umum,

sumber karbohidrat adalah padi-padian atau serealia (beras, gandum,

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


19

jagung) umbi-umbian (singkong, ubi jalar, kentang), kacang-kacang

kering dan gula (Yuniastuti, 2008).

Buah, sayuran, susu, gula pasir, sirup, madu dan lain-lain merupakan

contoh karbohidrat sederhana. Proses pencernaan dan penyerapan

karbohidrat kompleks di traktus gastrointestinal berlangsung lama dan

bertahap sehingga tidak begitu meningkatkan kadar gula dalam darah.

Sedangkan karbohidrat sederhana langsung diserap dan dipergunakan

tubuh sebagai energi, sehingga cepat menimbulkan rasa lapar (Smelzter

& Bare, 2002 ).

Tujuan diet ini adalah meningkatkan konsumsi karbohidrat komplek

(khususnya yang berserat tinggi), seperti roti, gandum utuh, nasi, beras

tumbuk, sereal dan pasta/ mie yang berasal dari gandum yang masih

mengandung bekatul (Smelzter & Bare, 2002).

Meskipun demikian anjuran untuk menghindari jenis makanan yang

mengandung gula sederhana (laktosa dan fruktosa) seperti susu dan buah

bukanlah tindakan yang tepat. Anjuran konsumsi gula pada orang

diabetes seperti orang normal, tidak lebih dari 5 % total kalori (3-4

sendok makan) sehari. Sebagai alternatif yang lain bagi orang dengan

diabetes yang tidak dapat meninggalkan rasa manis, dipasaran banyak

tersedia pemanis pengganti gula dan juga produk makanan pemanis yang

menggunakan pemanis alternatif, ada yang berkalori seperti fruktosa,

sorbital, dan dylitol dan ada yang tidak berkalori seperti sakarin dan

aspartam. Bila mengkonsumsi makanan yang mengandung pemanis yang

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


20

berkalori harus diperhitungkan sebagai bagian dari pemenuhan kalori

sehari (Soeyono, 2007).

b. Lemak
Lemak merupakan simpanan energi bagi manusia dan hewan.

Berdasarkan bentuknya lemak dapat digolongkan dalam lemak padat

(mentega, lemak hewan) dan lemak cair ( minyak kelapa). Menurut

penampakannya lemak digolongkan menjadi lemak kentara (lemak

daging sapi yang berwarna putih) dan lemak tak kentara (lemak dalam

telur). Sumber utama lemak adalah minyak tumbuh-tumbuhan (minyak

kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai, jagung, dan

sebagainya, mentega, margarine, dan lemak hewan (lemak daging dan

ayam). Sumber lemak lain adalah kacang-kacangan, biji-bijian, krim,

susu, keju dan kuning telur serta makanan yang dimasak dengan lemak/

minyak (Yuniastuti, 2008).

Rekomendasi tentang kandungan lemak dalam diet diabetes mencakup

penurunan presentase total kalori yang berasal dari sumber lemak hingga

30% dari total kalori dan pembatasan lemak jenuh hingga 10 % total

kalori. Selain itu, pembatasan asupan kolesterol (hingga kurang dari

300mg/ hari) sangat dianjurkan (Smelzter & Bare, 2002).

Rekomendasi ini bertujuan mengurangi faktor resiko seperti kenaikan

kadar serum yang berhubungan dengan proses terjadinya penyakit

jantung koroner. Membiasakan makan ikan juga dapat mengurangi resiko

penyakit jantung koroner, karena lemak ikan mengandung asam omega 3.

Asam lemak omega 3 berperan mencegah terjadinya penyumbatan lemak

pada pembuluh darah.

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


21

Klien diabetes dianjurkan untuk mengurangi makanan – makanan yang

digoreng sebaiknya direbus, dikukus atau dipanggang/ dibakar. Bila

mungkin lebih baik menggunakan minyak tidak jenuh, minyak bunga

matahari/ minyak kacang. Batasi konsumsi makanan tinggi kolesterol

seperti otak, jerohan, kuning telur.

c. Protein
Protein adalah zat gizi yang penting utuk pertumbuhan dan pengganti

jaringan yang rusak. Oleh karena itu perlu makan protein setiap hari.

Sumber protein banyak terdapat dalam ikan, ayam, daging, tahu, tempe,

dan kacang-kacangan. Pasien diabetes dapat menggunakan beberapa

makanan sumber nabati (misalnya : kacang-kacangan dan biji-bijian yang

utuh), berguna untuk mengurangi asupan kolesterol serta lemak jenuh

(Smelzter & Bare, 2002).

d. Serat makanan
Diet tinggi serat - tinggi karbohidrat pada diabetes berperan dalam

penurunan kadar kolesterol dan Low Densiti Lipoprotein (LDL).

Peningkatan kandungan serat dalam diet dapat pula memperbaiki kadar

glukosa darah sehingga kebutuhan insulin dari luar dapat dikurangi. Ada

dua jenis serat makanan, yaitu serat terlarut, terdapat dalam makanan

seperti kacang – kacangan, havermut dan beberapa jenis buah yang

mempunyai peran yang lebih besar dalam menurunkan kadar glukosa

darah dan lemak dibandingkan serat tak larut. Efek penurunan glukosa

yang potensial oleh serat makanan tersebut mungkin disebabkan oleh

kecepatan absorpsi glukosa yang lebih lambat. Serat tak larut ditemukan

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


22

dalam roti gandum dan sereal serta dalam beberapa jenis sayuran

(Smelzter & Bare, 2002).


e. Vitamin & mineral
Vitamin dan mineral terdapat pada sayuran dan buah-buahan, berfungsi

untuk membantu melancarkan kerja tubuh. Apabila kita makan makanan

yang bervariasi setiap harinya maka tidak perlu lagi vitamin tambahan.

Diabetisi perlu mencapai dan mempertahankan tekanan darah yang

normal. Oleh karena itu perlu membatasi konsumsi natrium. Hindari

makanan tinggi garam dan vetsin. Anjuran makan garam dapur sehari

kira-kira 6 - 7 gram (1 sendok teh).

f.Alkohol
Anjuran penggunaan alkohol untuk orang dengan diabetes sama dengan

masyarakat umum. Dalam keadaan normal, kadar gula darah tidak

terpengaruh oleh penggunaan alkohol dalam jumlah sedang apabila

diabetes terkendali dengan baik. Alkohol dapat meningkatkan resiko

hipoglikemia pada mereka yang menggunakan insulin atau sulfonylurea.

Asupan kalori dari alkohol diperhitungkan sebagai bagian dari asupan

kalori total dan sebagai penukar lemak (1 minuman alkohol = 2 penukar

lemak). Anjuran bagi orang diabetes yang tidak dapat meninggalkan

alkohol adalah sebagai berikut :


1) Alkohol tidak boleh dikonsumsi apabila:
a) Kadar glukosa darah belum terkendali.
b) Kadar trigliserida darah meningkat.
c) Menggunakan obat diabetes generasi pertama karena dapat

memberikan efek samping.


d) Menderita penyakit gastritis, pankreas, tipe tertentu penyakit ginjal

dan jantung. Alkohol mengandung kalori tinggi sehingga tidak baik

bagi yang kegemukan.

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


23

2) Tidak diminum bila perut kosong karena dapat menyebabkan

hipoglikemia.
3) Alkohol mengganggu kesadaran sehingga dalam membuat

perencanaan makan kurang bisa dipatuhi.


4) Batasi tidak lebih dari 1-2 minuman saja, tidak lebih dari dua kali

seminggu.
5) Untuk yang menggunakan insulin, tidak lebih dari 2 minuman

alkohol.

2. Jenis Makanan Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2


Makanan yang dianjurkan pada orang-orang dengan sindrom metabolik

adalah makanan tinggi protein hewani, rendah lemak dan karbohidrat serta

sayur-sayuran yang tidak mengandung karbohidrat (Hermansyah, 2010)


Jenis makanan yang dianjurkan pada penderita DM Tipe 2 yaitu:
a. Sumber protein hewani : daging kurus, ayam tanpa kulit, ikan dan putih

telur.
b. Sumber protein nabati : tempe, tahu, kacang-kacangan (kacang ijo,

kacang merah, kacang kedele).


c. Sayuran : kangkung, daun kacang, oyong, ketimun, tomat, labu air, kol,

kembang kol, sawi, lobak, seledri, selada, terong


d. Buah-buahan atau sari buah : jeruk siam, apel, pepaya, melon, jambu air,

salak, semangka, belimbing.


e. Susu skim atau susu rendah lemak misalnya yogurt, susu kacang.
f. Hindari makanan sumber karbohidrat seperti roti, pizza, pasta, permen

atau lain-lain. Sebaliknya konsumsi sayur sayuran segar yang tidak

mengandung karbohidrat seperti brokoli dan campuran sayur-sayuran

hijau lainnya.
g. Hindari konsumsi soft drinks dan jus karena mengandung banyak gula.

Selain itu, hindari mengkonsumsi alkohol karena dapat merusak hati

sebagai organ penting dalam metabolisme gula.


h. Hindari mengkonsumsi asam lemak omega-6 yang dapat ditemukan

dalam minyak jagung dan beberapa sayuran karena dapat menurunkan

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


24

persediaan vit E dalam tubuh. Bila makan digoreng dengan

menggunakan minyak ini maka dapat meningkatkan oksidasi dari LDL.


i. Tingkatkan konsumsi dari asam lemak omega-3 yang dapat ditemukan

dalam ikan salmon dan mackerel karena bersifat antiinflamasi dan dapat

menurunkan resiko penyakit kardiovaskular.

Bahan makanan yang dibatasi pada penderita DM yaitu :


a. Semua sumber hidrat arang: nasi, nasi tim, bubur, roti, jagung, talas, ubi
b. Sumber protein hewani yang tinggi lemak jenuhnya: cornet, sosis, jeroan,

sarden, otak
c. Sayuran: bayam, buncis, labu siam, daun singkong, daun ketela, jagung

muda, kapri, kacang panjang.


d. Buah-buahan: nanas, anggur, mangga, sirsak, pisang, alpukat, sawo.
e. Bahan makanan yang harus dihindari seperti yang terdapat pada:
1) Gula pasir, gula jawa.
2) Sirop, jam, jelly, buah buahan yang diawet dengan gula.
3) Susu kental manis, minuman botol ringan, es krim.
4) Kue kue manis, dodol, cake, tarcis.
5) Abon, dendeng, sarden.

b. Waktu Makan Penderita DM Tipe 2


Jadwal makan untuk pasien DM Tipe 2hendaknya tidak berubah, dan sama

waktunya setiap hari, misalnya jadwal makan pagi setiap pukul 07.00 WIB,

maka waktu tersebut konsisten dilaksanakan setiap hari pukul 07.00, begitu

juga jadwal makan siang dan makan malam harus konsisten. Konsisten

dalam jadwal makan dapat mencegah fluktuasi kadar gula dalam darah

(Moore,1997).

c. Frekuensi Makan Penderita DM Tipe 2


Frekwensi makan untuk pasien DM Tipe 2 pada prinsipnya sama dengan

orang normal, yaitu 3x sehari yang terdiri dari pagi, siang dan malam. Pada

pasien DM Tipe 2 ditambah makan buah pada pukul 10.00 dan 16.00. Porsi

makanan hendaknya tersebar sepanjang hari yaitu makan pagi, makan siang

dan makan malam serta kudapan diantara waktu makan. Diabetes yang

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


25

menggunakan insulin/ OHO sebaiknya memperhatikan jadwal makan

teratur, jenis serta jumlah makanan. Bila mereka makan tidak teratur dapat

menyebabkan hipoglikemia (penurunan kadar gula darah < 60 mg/ dl) yang

bisa membahayakan.

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


26

d. Porsi Makanan Penderita DM Tipe 2


Mengatur pola makan atau diet yang tepat sangat penting bagi penderita

diabetes, tidak ada beda pola makan orang normal dengan penderita diabetes

karena secara umum pola makan yang dianjurkan semua orang sama :
a. Mengandung nutrisi tinggi
b. Rendah lemak
c. Rendah kalori

Berikut ini cara untuk menentukan porsi makanan penderita diabetes :

a. Jangan lewatkan sarapan pagi


b. Makan teratur dengan porsi secukupnya
c. Jaga asupan kalori yang tetap
d. Buat catatan harian

e. Penatalaksanaan Diet Penderita DM Tipe 2


Berikut ini cara mengatur diet :
a. Untuk pertama kali sebaiknya makanan ditimbang sampai mencapai diet

dan porsi yang sesuai


b. Makanlah sesuai dengan jumlah makanan yang telah ditentukan dalam

diet, terutama bagi penderita yang menggunakan insulin dan obat anti

diabetes
c. Untuk mendapatkan variasi menu, gunakanlah daftar penukar
d. Makanlah banyak sayuran, buah
e. Laksanakan diet dengan disiplin untuk mencapai BB normal
f.Ukuran kalori sebesar 223,96 (per 1100 kalori) (Pranadji, 2002).

D. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah Ringkasan dari tinjauan pustaka yang digunakan untuk

mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti yang berkaitan dengan

konteks ilmu pengetahuan yang digunakan untuk mengembangkan kerangka

konsep dalam melakukan penelitian (Notoatmodjo, 2010).


Gambar 2.2 Kerangka Teori

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gula Darah :

Obat

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


27

Diet

Pemantauan
Kadar Gula Darah
Penderita DM Tipe 2
Latihan

Terapi Kesehatan

Penkes

Keterangan

: Tidak diteliti

: Diteliti

Sumber : Brunner Suddart, 2002

E. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin

diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan

(Notoatmodjo, 2010).
Gambar 2.3 Kerangka konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

Kadar Gula Darah Penderita


Diet
DM Tipe 2

F. Hipotesis

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


28

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,

dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat

pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru

didasarkan pada teori yang relevan. Belum berdasarkan pada fakta-fakta yang

empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data, jadi hipotesis juga dapat

dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian,

belum jawaban yang empiric (Sugiyono, 2010)


Ha : Ada hubungan diet dengan kadar gula dalam darah pada penderita

diabetes melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Adi Luwih Kabupaten

Pringsewu tahun 2015.

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian dari penelitian ini adalah analitik yang dititik beratkan pada

penelitian korelasi, yakni mempelajari hubungan variabel. Pendekatan yang

digunakan penelitian adalah cross sectional yaitu rancangan penelitian

dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali

waktu), data diperoleh saat ini juga (Hidayat, 2011).

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang

dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep

pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2010). Berdasarkan hubungan antara satu

variabel dengan variabel lain, variabel dibedakan menjadi :

1. Variabel Bebas (independent variable)

Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya atau

berubahnya variabel dependen (terikat). Variabel bebas dalam penelitian

ini adalah ketaatan diet.

2. Variabel Terikat (dependent variable)

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel independen (bebas). Variabel

terikat dalam penelitian ini adalah kadar gula dalam darah pada penderita

DM.

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung

33
30

C. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah batasan pada variabel-variabel yang diamati atau

diteliti untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap

variabel-variabel yng bersangkutan serta pengembangan instrument atau alat

ukur (Notoatmodjo, 2010). Adapun definisi oprasional dari variabel-variabel

yang diteliti dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Kategori Skala


Operasional
1 Diet Asupan yang Panduan Lembar 0= Rasio
dikonsumsi Wawancara Recall melakukan
responden diet rendah
berdasarkan gula apabila
kandungan kadar gula
glukosa darah >150
gr/dl
1= tidak
melakukan
diet renah
gula apabila
kadar gula
darah >150
gr/dl

2 Kadar Glukosa tinggi Wawancara Kuesioner 0 = < 150 Nominal


Gula yang terdapat Mengukur Glukotest gr/dl
Darah pada darah GDS (normal)
Penderita 1 = > 150
DM gr/dl
(tidak
normal).

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu ruang

lingkup dan waktu yang ditentukan, dimana objek dan subjek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


31

peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2010).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita DM di Wilayah

Kerja Puskesmas Adiluwih tahun 2014 sebanyak 61 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi (Sugiyono, 2010). Sampel dalam penelitian ini

menggunakan total sampling yaitu penderita DM di Wilayah Kerja

Puskesmas Adiluwih tahun 2014 yaitu semua populasi digunakan sebagai

sampel sebesar 61 orang.

Kriteria Inklusi :

a. Penderita DM di Wilayah Kerja Puskesmas Adiluwih


b. Bersedia menjadi responden

E. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Adiluwih pada bulan April-

Juni 2015.

F. Etika Penelitian

Etika penelitian ini menggunakan responden atau objek manusia yang

memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya maka peneliti harus

memahami hak dasar manusia (Sugiyono, 2010). Prinsip etika dalam

penelitian yaitu prinsip kemanfaatan (beneficience), prinsip menghargai hak

asasi manusia (respect human dignity) dan prinsip keadilan (justice).

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


32

1. Informed consent (Lembar Persetujuan)

Peneliti memberikan lembar persetujuan pada responden. Jika responden

tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien. Pada

penelitian ini peneliti akan membagikan lembar persetujuan kepada

masing-masing responden dan responden menandatangani lembar

persetujuan tersebut ketika peneliti sudah menjelaskan maksud dan tujuan

dari penelitian yang diteliti.

2. Confidentiality (Kerahasiaan)

Pada penelitian ini, peneliti akan menjamin kerahasiaan responden tanpa

menyebarluaskan pada pihak yang tidak berkepentingan, pada saat proses

pengolahan data, analisis dan publikasi idetitas responden tidak diketahui

oleh orang lain. Semua data disimpan beberapa bulan dan tahun dan

setelah itu dihancurkan.

3. Justice (Keadilan)

Peneliti menerapkan prinsip keterbukaan dan adil serta dijaga dengan

kejujuran, keterbukaan, dan kehati-hatian. Peneliti juga menjelaskan

prosedur penelitian kepada responden. Disamping itu, peneliti menjamin

bahwa semua objek penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan

yang sama, tanpa membedakan jender, agama, etnis, dan sebagainya. Pada

penelitian ini, peneliti memperlakukan responden secara adil tanpa

membeda-bedakan.

4. Beneficience (Manfaat)

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


33

Peneliti berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan bagi objek.

serta mencegah atau paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stress,

maupun kematian subjek penelitian. Pada penelitian ini, peneliti akan

memilih responden yang memenuhi criteria inklusi supaya tidak terjadi

hal-hal yang tidak diinginkan, apabila terjadi hal-hal tidak diinginkan,

peneliti bertanggung jawab. Peneliti mempertimbangkan rasio anrata

manfaat dan kerugian/resiko dari penelitian, peneliti melakukan penelitian

dengan memberikan yang terbaik dan manfaat bagi responden.

5. Anonymity (Tanpa Nama)

Pada penelitian ini, peneliti tidak mencantumkan nama responden, tetapi

peneliti menggunakan inisial dalam penulisan identitas pada lembar

instrument penelitian.

6. Asas Kemanfaatan

Penelitian yang dilakukan harus mempertimbangkan manfaat dan resiko

yang mungkin terjadi. Penelitian boleh dilakukan apabila manfaat yang

diperoleh lebih besar daripada resiko/dampak negative yang akan terjadi.

7. Menghormati

Penelitian yang dilakukan harus menjunjung tinggi martabat seseorang

(subjek penelitian). Dalam melakukan penelitian, hak asasi subjek harus

dihargai.

G. Instrumen dan Metode Pengumpulan Data

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


34

1. Instrumen

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengukur

variabel yang diteliti (Wahyuni, 2009). Adapun instrumen yang akan

digunakan dalam penelitian ini berupa lembar recall untuk mengukur

ketaatan diet.

2. Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan adalah data primer. Data primer adalah data

yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat

pengukuran langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari

(Notoatmodjo, 2010).

H. Metode Pengolahan dan Analisa Data

1. Metode Pengolahan
Dalam melakukan analisis statistik peneliti menggunakan sistem

komputerisasi untuk menggantikan analisis secara manual (Saryono,

2009). Kegiatan dalam mengolah data menurut Notoatmodjo (2010)

meliputi:

a. Editing

Peneliti mengecek ulang kuisioner yang sudah diisi oleh responden

apakah sudah terisi semua atau masih terdapat bagian yang belum diisi

oleh responden. Apabila masih terdapat bagian yang belum terisi maka

peneliti meminta responden untuk melengkapinya terlebih dahulu

sebelum dikumpulkan kembali ke peneliti.

b. Coding

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


35

Peneliti memberikan kode pada semua hasil jawaban instrument

penelitian yang sudah terkumpul dengan (0=GDS<150gr/dl,

1=GDS>150gr/dl).

c. Processing

Jawaban-jawaban dari masing-masing responden dalam bentuk kode.

d. Entry data

Peneliti memasukkan data yang telah diedit dan diberi kode ke dalam

program exel untuk selanjutnya dilakukan penghitungan dengan

menggunakan fasilitas komputer.

e. Tabulating

Peneliti mengelompokan data dan memasukkan data tersebut ke dalam

sebuah tabel untuk meringkas data sesuai dengan masing-masing sifat

yang dimiliki dan mudah dibaca.

f. Cleaning

Kegiatan pengecekan kembali data yang dientri kedalam computer agar

tidak terdapat keselahan.

2. Analisa Data
a. Analisa univariat
Analisa data dilakukan universal yaitu untuk mengetahui distribusi,

frekuensi, dan proporsi, masing-masing variabel akan diteliti, analisis

ini dilakukan dengan cara menstabulasi data, diteliti dan disusun dalam

variabel dengan prosentase sebagai berikut (Sugiyono, 2010):

f
P= x 100%
n

Keterangan:

P = Proporsi

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


36

f = Jumlah jawaban benar

n = Jumlah soal/atau responden

menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik satiap variabel

penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan

distribusi frekuensi dan prosentase dari tiap variabel.

b. Analisis Bivariat
Teknik analisa data yang digunakan untuk mengetahui hubungan

variabel terikat dan variabel bebas adalah analisis bivariat dengan

menggunakan uji t test dilakukan menggunakan komputerisasi. Uji beda

dua mean dependent (paired test) data rasio dan nominal, untuk

menguji perbedaan mean antara 2 kelompok data yang dependent

(Sutanto, 2007).

I. Jalannya Penelitian

Peneliti menyerahkan surat permohonan izin penelitian kepada Kepala

Puskesmas Adi luwih yang telah dibuat oleh institusi STIKes Muhammadiyah

Pringsewu Lampung, kemudian Kepala Puskesmas memberikan jawaban izin

penelitian. Pengambilan data dilakukan oleh peneliti dimana peneliti melakukan

pendekatan dan memberikan penjelasan kepada calon responden agar bersedia

menjadi responden bila dipandang responden tersebut sesuai dengan kriteria

inklusi. Maka peneliti langsung memberikan lembar recall kepada responden

dan penelitian datang kembali utuk mengambil lembar recall yang telah diisi

oleh responden selama 3 hari. Setelah itu peneliti melakukan pengolahan

data.

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


37

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


38

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian


Dilihat dari letak geografi maka letak Puskesmas Adiluwih dan Pelayanan

Kesehatan cukup strategis kerana disebelah Timur ada dua Puskesmas

Pembantu dan disebelah Barat ada satu Puskesmas Pembantu dan dibeberapa

desa ada Bidan Desa yang membantu Puskesmas dalam melayani masyarakat

dibidang kesehatan. Luas wilayah kerja 72,45 Km2. Waktu tempuh terjauh

kurang lebih 30 menit dan terdekat kurang lebih 15 menit. Keadaan alam

pedesaan sebagian besar daratan (85 %) dan persawahan (15 %). Sarana jalan,

terdapat jalan aspal Kabupaten yang melewati semua pekon-pekon dan ada

beberapa pekon yang masih jalan berbatu dan jalan tanah adalah pekon

Sukoharum dan pekon Tritunggal mulyo.


Batas wilayah kerja :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tanggamus
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Lampung Tengah
4. Sebelah Timur Berbatasan dengan Kabupaten Pesawaran

Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Adiluwih pada tahun 2009 berjumlah

24 orang. Jumlah tenaga honorer ada 7 orang, 5 Puskesmas Induk, 2 di

Puskesmas Pembantu Bandung Baru.

B. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian, baik

variabel dependent maupun independent.


42
a. Glukosa Darah

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


39

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Glukosa Darah di Puskesmas Adiluwih
Tahun 2014

Glukosa Darah Frekuensi Persentase


Normal 22 36,1%
Tidak Normal 39 63,9%
Total 61 100 %
Sumber: Data Primer 2015

Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui distribusi frekuensi responden yang

memiliki glukosa darah tidak normal sebanyak 39 orang (63,9%).

b. Diet
Tabel 4.2
Rata-Rata Diet dengan Glukosa Darah Di Puskesmas Adiluwih
Tahun 2015

Variabel N Mean
Diet 61 0,49
Kadar Gula Darah 61 0,64
Sumber: Data Primer 2015

Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan mean diet sebesar 0,49 dan mean

glukosa darah sebesar 0,64, yang artinya diet responden dengan

kategori melakukan diet, kadar gula darah responden dengan kategori

tidak normal.

c. Kadar Glukosa dalam Makanan


Tabel 4.3
Rata-Rata Kadar Glukosa Dalam Makanan penderita DM
Tipe 2 Di Puskesmas Adiluwih Tahun 2015

Kadar glukosa dalam makanan N Persentase %


Normal 31 50.2%
Tidak Normal 30 49.8%
Jumlah 61 100%
Sumber: Data Primer 2015

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui responden yang mengkonsumsi glukosa

dalam makanan dalam batas normal sejumlah 31 responden (50.2%),

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


40

sedangkan 30 responden (49.8%) mengkonsumsi glukosa dalam

makanan dalam batas tidak normal.

2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat pada penelitian tentang kedua variable adalah sebagai

berikut :

Tabel 4.4
Hubungan Diet dengan Kadar Gula Dalam Darah pada Penderita DM
tahun 2015
Variabel N Mean t P value
Diet 61 -0,148 -2,5123 0,038
Glukosa Darah 61

Berdasarkan tabel 4.4 Hubungan Diet dengan Peningkatan Glukosa Darah

pada Penderita DM didapatkan nilai mean adalah 0,148 dan nilai p value

sebesar 0,038 < α (0,05). Hal ini disimpulkan bahwa Ho ditolak, artinya

terdapat hubungan ketaatan diet dengan kadar gula dalam darah pada

penderita DM tahun 2015.

C. Pembahasan
1. Hubungan Diet dengan Kadar Gula Darah pada Penderita DM Tipe 2
Hasil analisis dengan menggunakan uji T menunjukkan adanya hubungan

diet dengan peningkatan glukosa darah pada penderita DM Tipe 2 dengan

nilai p-value (0,038) < α (0,05), hal ini disimpulkan bahwa Ho ditolak,

artinya terdapat hubungan diet dengan kadar gula dalam darah pada

penderita DM Tipe 2 tahun 2015. Diabetes melitus adalah suatu penyakit

kronik yang komplek yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat,

protein dan lemak dan berkembangnya komplikasi makro vaskuler, mikro

vaskuler dan neurologis (Riyadi & Sukarmi,2008).

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


41

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa diet merupakan salah satu

determinan penyebab naiknya glukosa darah. Glukosa darah adalah istilah

yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula

darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam tubuh.

Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk

sel-sel tubuh. Menurut kamus kedokteran Dorlan (2000) gula darah adalah

produk akhir dan merupakan sumber energi utama organisme hidup yang

kegunaannya dikontrol oleh insulin. Umumnya tingkat gula darah bertahan

pada batas-batas yang sempit sepanjang hari: 4-8 mmol/l (70-150 mg/dl).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hendra Irawan tentang hubungan

asupan nutrisi dengan kadar gula dalam darah penelitian menggunakan

case control pada kasus kelompok dan control sebanyak 30 orang, hasil

penelitian didapatkan nilai p (0,003) lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat

diartikan terdapat hubungan antara asupan nutrisi dengan kadar gula dalam

darah.

Diabetes melitus merupakan suatu penyakit dengan penyebab heterogen,

sehingga tidak ada satu cara makan khusus yang dapat mengatasi kelainan

ini secara umum. Perencanaan makan harus disesuaikan menurut masing-

masing individu. Banyak faktor yang berpengaruh pada respons glikemik

makanan, termasuk didalamnya adalah macam gula: (glukosa, fruktosa,

sukrosa, laktosa), bentuk tepung (amilose, amilopektin dan tepung

resisten), cara memasak, proses penyiapan makanan, dan bentuk makanan

serta komponen makanan lainnya (lemak, protein) (Harnawati, 2010).

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


42

Menurut Em yunir (2006), standar komposisi makanan yang dianjurkan

terdiri dari karbohidrat 60 – 70 %, protein 10 – 15 % dan lemak 20 – 30 %.

Disarankan untuk mengurangi asupan kolesterol sampai 300 gr/ hari dan

memperbanyak lemak yang bersumber dari asam lemak tidak jenuh (mono

unsaturated fatty acid ) sampai 10 % dan mengurangi konsumsi asam

lemak jenuh serta poly unsaturated fatty acid sampai 7%. Perbanyak

makanan yang mengandung serat alami. Pemberian vitamin dan mineral

tidak jelas memberikan manfaat pada pasien diabetes, kecuali jika terdapat

indikasi defisiensi. Pemberian vitamin dan mineral bermanfaat pada

kelompok tertentu seperti orang tua , wanita hamil dan menyusui. Makanan

yang dianjurkan pada orang-orang dengan sindrom metabolik adalah

makanan tinggi protein hewani, rendah lemak dan karbohidrat serta sayur-

sayuran yang tidak mengandung karbohidrat (Hermansyah, 2010).


Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

jenis makanan yang dianjurkan pada penderita DM Tipe 2 yaitu : Sumber

protein hewani : daging kurus, ayam tanpa kulit, ikan dan putih telur.

Jadwal makan untuk pasien DM Tipe 2 hendaknya tidak berubah, dan sama

waktunya setiap hari, misalnya jadwal makan pagi setiap pukul 07.00 WIB,

maka waktu tersebut konsisten dilaksanakan setiap hari pukul 07.00, begitu

juga jadwal makan siang dan makan malam harus konsisten. Konsisten

dalam jadwal makan dapat mencegah fluktuasi kadar gula dalam darah

(Moore,1997).

Selain itu, diet harus memperhatikan frekuensi makan yang pada umumnya

pasien DM Tipe 2 sama dengan orang normal, yaitu 3x sehari yang terdiri

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


43

dari pagi, siang dan malam. Pada pasien DM Tipe 2 ditambah makan buah

pada pukul 10.00 dan 16.00. Porsi makanan hendaknya tersebar sepanjang

hari yaitu makan pagi, makan siang dan makan malam serta kudapan

diantara waktu makan. Mengatur pola makan atau diet yang tepat sangat

penting bagi penderita diabetes, tidak ada beda pola makan orang normal

dengan penderita diabetes karena secara umum pola makan yang

dianjurkan semua orang sama.

Penelitian yang dilakukan dibulan ramadhan menunjukan bahwa

frekuensi makan responden berkurang yaitu hanya pada saat sahur dan

buka, dengan jenis makanan seperti nasi, sayuran, lauk pauk, buah, air

mineral, dan jenis makanan sebagai selingan seperti susu. Puasa merupakan

salah satu cara diet diabetes yang baik (Healthyinfo, 2010). Penelitian

dilakukan oleh Antonius tahun 2009 tentang hubungan diet diabetes

mellitus dengan penurunan kadar gula dalam darah pada penderita DM

Tipe 2 di Desa Kediri tahun 2009, didapatkan hasil penelitian dengan nilai

p value (0,003). Berdasarkan hal tersebut sehingga dapat disimpulkan ada

hubungan diet diabetes mellitus dengan penurunan kadar gula dalam darah

pada penderita DM Tipe 2 (Antonius, 2009).

Dengan demikian maka disarankan pada responden atau penderita DM Tipe

2 untuk mengatur pola makan agar taat diet, seperti frekuensi makan, jenis

makanan, jumlah makanan, kurangi makanan yang mengandung

karbohidrat dan glukosa seperti kurangi nasi, telur, digantikan dengan

bahan makanan lain seperti kentang, gunakan gula yang direkomendasikan

pemerintah dalam membuat minuman seperti susu, teh, kopi, selain itu

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


44

penderita diabetes direkomendasikan untuk mengurangi makanan dan

minuman manis secara rutin dan terkontrol, serta rajin untuk control kadar

gula darah.

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


45

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa berdasarkan

tujuan seperti yang telah disebutkan dalam pendahuluan, maka didapatkan :


1. Diketahui distribusi frekuensi responden yang memiliki glukosa darah

tidak normal sebanyak 39 orang (63,9%)


2. Diketahui distribusi responden yang mengkonsumsi glukosa dalam

makanan dalam batas normal sejumlah 31 responden (50.2%).


3. Ada hubungan diet dengan kadar gula darah pada penderita diabetes tipe 2

di Wilayah kerja Puskemas Adi Luwih Tahun 2015 dengan nilai P-value

(0,038) < 0,05.

B. Saran
1. Bagi Penderita DM
Diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan responden untuk lebih sadar

dan taat diet agar makanan terkontrol guna mencegah tingginya kadar gula

darah.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya

kesehatan masyarakat, sehingga tenaga kesehatan dapat memberikan

pelayanan yang terbaik guna menurunkan angka kejadian DM dengan

pendidikan kesehatan akan pentingnya ketaatan diet bagi penderita DM.

3. Bagi Institusi Pendidikan


Hasil penelitian ini sebagai cara untuk meningkatkan perkembangan ilmu

pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya dalam bidang


49
keperawatan medikal dan dalam rangka meningkatkan pengabdian

masyarakat pihak terkait dapat melibatkan mahasiswa atau dosen untuk

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


46

berperan aktif dalam setiap kegiatan proposi kesehatan khususnya tentang

diet diabetes mellitus.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya


Melakukan penelitian yang berkelanjutan sejenis dengan variabel yang

berbeda.

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


47

DAFTAR PUSTAKA

Almatzier. 2004. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Antonius. 2009. Hubungan DietDiabetes Melitus Dengan Penurunan Kadar Gula


Dalam Darah Pada Penderita Diabetes di Kediri

Arikunto, Suharsimi, 2010 . Prosedur Penelitian. Rineka Cipta , Jakarta

Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta : EGC

Conner. 2006. Review and Analysis of Evaluation Measures Used in Nutrition


Education Intervention Research. Journal of Nutrition Education and
Behavior

Detik Healhty. 2010. Data Prevalensi di Dunia. Diakses dari http:// Detik
Healhty.co.i

Dinas Provinsi Lampung. 2010. Data Prevalensi DM di Provinsi Lampung

Dorland. 2000. Kamus Kedokteran. Jakarta : EGC

Fox & Kilvert. 2010. Bersahabat Dengan Diabetes Tipe 2. Jakarta : EGC

Harnawati. 2010. Askep Diabetes Melitus. Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia. Askep Tidak Dipublikasikan

Hidayat. 2011. Analisa Data Kesehatan. Jakarta : Nuha Medika

Kim. 2010. The End-Stage Disease Adherence Questionnaire (ESRD-AQ)

Moore. 1997. Artikel Diabetes Melitus

Nelson. 2002. Diet dan Exercise Among Adult With Type II Diabetes. Diakses
pada bulan Mei 2015 melalui http : //www.care.diabetesjournals.org

Notoatmodjo, Soekidjo , 2010 . Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.


Jakarta

Perkeni. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabates Melitus Tipe 2


di Indonesia Tahun 2006. Diakses pada bulan Mei 2015 melalui http :
//www.perkeni.net

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


48

Perkeni. 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabates Melitus Tipe 2


di Indonesia Tahun 2011. Diakses pada bulan Mei 2015 melalui http :
//www.perkeni.net
Pranadji. 2002. Pengantar Ilmu Gizi. Jakarta : EGC
Riyadi. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan DM. Jakarta : Salemba
Medika

Smelzter & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi Delapan. Jakarta :
EGC

Saryono. 2009. Metode Penelitian dan Analisa Data Kesehatan. Yogyakarta :


Salemba Medika

Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sutanto. 2007. Analisa Data. Jakarta : FKUI

Tovar. 2007. Relationships Between Psychosocial Factors and Adherence to Diet


and Exercise in Adult With Type 2 Diabetes. Diakses pada bulan Mei 2015
dari ProQuest Information and Learning Company

Wahyuni. 2009

WHO. 2003. Adherence to Long Term Therapies:Evidence for Action. Diakses


pada bulan Mei 2015 melalui http : //www.who.int/chp

WHO. 2006. Klasifikasi Kadar Gula Darah

Winkleby. 2002. Socioeconomic Status and Health. Diakses pada bulan Mei 2015
melalui http : //www.scholar.google.co.id

Wijaya. 2013. KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa).


Yogyakarta : Nuha Medika

Yuni. 2008. Artikel Gizi Pada Penderita DM

http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/16/askepdiabetesmellitus/ Diperoleh
Februari 2015

http://id.wikipedia.org/wiki/Gula_darah diakses Februari 2015

http:// Hermansyah H/ www.docstoc /docs/6971035/diet penyakit DM-per.


Diperoleh Februari 2015

http://Pusat Lipid & Diabetes


RSCMFKUI/medicastore.com/diabetes/Pengaturan_Makan_Bagi_Diabe
tisi. php Diperoleh Februari 2015

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


49

http://Pusat Lipid & Diabetes


RSCMFKUI/medicastore.com/diabetes/Pengaturan_Makan_Bagi_Diabeti
si. php Diperoleh Februari 201

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN KETAATAN DIET DENGAN KADAR GULA DALAM


DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS ADI LUWIH KABUPATEN PRINGSEWU
TAHUN 2015

No responden :
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Alamat :
Pekerjaa
Kadar Gula :……….gr/dl
Diet Makanan

No Pernyataan Ya Tidak

Apakah anda sering mengkonsumsi gula


lebih dari 3 sendok perhari
Apakah anda makan nasi sehari lebih dari 3
kali
Apakah anda sering minum teh atau kopi
dalam sehari
Apakah anda sering mengkonsumsi makanan
manis setiap harinya
Apakah anda melakukan diet dengan anjuran
tenaga kesehatan
Apakah anda makan dengan teratur dan
mengurangi konsumsi makanan
berkarbohidrat seperti nasi, mie
Apakah anda melakukan diet diabetes
mellitus dengan minum tanpa gula
Apakah anda membatasi makan makanan
yang mengandung karbohidrat seperti nasi
Apakah anda minum dengan gula yang
direkomendasikan tenaga kesehatan
Apakah anda makan makanan yang tidak

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung


50

dianjurkan oleh tenaga kesehatan

STIKes Muhammadiyah Pringseewu Lampung

Anda mungkin juga menyukai