LP Anemia Aplastik Fix
LP Anemia Aplastik Fix
Anemia aplastik atau hipoplastik adalah jenis anemia normokromik normositik yang
terjadi akibat cedera sel atau destruksi sel tunas (stem cells) di dalam sum-sum tulang
sehingga terjadi pansitopenia (leukopenia, anemia, dan trombositopenia karena sel- sel darah
yang mati tidak diganti (Corwin, 2009; Kowalak, dkk, 2012).
Anemia aplastik adalah suatu kelainan yang ditandai oleh pansitopenia pada darah
tepi dan penurunan selularitas sumsum tulang (Bambang, 2012).
2. Epidemiologi
3. Etiologi
Penyebab dari anemia aplastik bisa bermacam-macam, antara lain: (Price & Wilson,
2013; Kowalak, dkk, 2012)
a. Faktor kongenital: sindrom Fanconi yang biasanya terjadi pada bayi yang baru lahir
hingga anak berumur 10 tahun.
b. Faktor didapat (idiopatik)
Bahan kimia: benzene, insektisida, senyawa As, Au, Pb.
Obat: Kloramfenikol, Mesantoin (antikonvulsan), Piribenzamin (antihistamin),
Santonin-kalomel, obat sitostatika (Myleran, Methrotrexate, TEM, Mincristine,
Rubidomycine, dan sebagainya), obat anti tumor (Nitrogen mustard), anti
microbial.
Radiasi: sinar roentgen, radioaktif.
Faktor individu: alergi terhadap obat, bahan kimia, dan lain – lain.
Infeksi: tuberculosis milier, hepatitis dan lain – lain.
Keganasan, penyakit ginjal, gangguan endokrin, dan idiopatik.
4. Manifestasi Klinis
a. Lemah dan mudah lelah
b. Sakit kepala
c. Pucat
d. Takikardi
e. Trombositopenia menimbulkan perdarahan mukosa dan kulit seperti ekimosis dan
ptekie dan perdarahan khususnya dari hidung, gusi, rektum, dan vagina
f. Granulositopenia dan leukositopenia menyebabkan lebih mudah terkena infeksi
bakteri
g. Pusing
h. Anoreksia, mual karena penurunan aliran darah ke saluran cerna
(Corwin, 2009; Paramita, 2011)
5. Patofisiologi
Anemia aplastik disebabkan oleh penurunan sel prekursor dalam sum-sum tulang dan
penggantian sum-sum tulang dengan lemak. Dapat terjadi secara kongenital maupun didapat.
Dapat juga idiopatik (tanpa penyebab yang jelas) dan merupakan penyebab utama. Berbagai
macam infeksi dan kehamilan dapat mencetuskannya atau dapat pula disebabkan oleh obat,
bahan kimia, atau kerusakan radiasi. Bahan yang sering menyebabkan aplasia sum-sum
tulang meliputi benzene dan turunan benzene (misalnya perekat pesawat terbang), obat anti
tumor seperti nitrogen mustard, antimetabolit, termasuk metotrexate dan 6-merkaptopurin
dan bahan toksik seperti arsen anorganik.
Berbagai bahan yang kadang juga menyebabkan aplasia atau hipoplasia meliputi
berbagai antimikrobial, anti kejang, obat antitiroid, obat hipoglikemik oral, antihistamin,
analgetik, sedative, phenothiazine, insektisida, dan logam berat. Yang tersering adalah
antimikrobial, chloramphenicol, dan arsenik organik, anti kejang mephenytoin ( mesantoin )
dan trimethadione ( tridione ), obat analgetik antiinflamasi phenylbutazone, sulfonamide, dan
senyawa emas.
Dalam berbagai keadaan, anemia aplastik terjadi saat obat atau bahan kimia masuk
dalam jumlah toksik. Namun, pada beberapa orang dapat timbul pada dosis yang dianjurkan
untuk pengobatan. Apabila pajanannya segera dihentikan dapat diharapkan penyembuhan
yang segera dan sempurna.
Apapun bahan penyebabnya, apabila pajanan dilanjutkan setelah tanda hipoplasia
muncul, maka depresi sum-sum tulang akan berkembang sampai titik dimana terjadi
kegagalan sempurna dan irreversibel, disinilah pentingnya pemeriksaan angka darah sesring
mungkin pada pasien yang mendapat pengobatan atau terpajan secara teratur pada bahan
kimia yang dapat menyebabkan anemia aplastik.
Pada anemia aplastik, tidak terdapat mekanisme patogenik tunggal sel induk hemopoetik
yang multifoten berdeferensiasi menjadi sistem – sistem eritropoetik, granulopoetik,
trombopoetik, limpoetik, dan monopoetik. Sejumlah sel induk lainnya membelah secara aktif
menghasilkan sel induk baru. Sebagian darinya dalam fase istirahat setiap saat siap
berdiferensiasi kedalam berbagai sistem tersebut. Apapun penyebab anemia aplastik,
kerusakan dapat terjadi pada sel induk yang aktif maupun yang berada dalam fase istirahat.
5. Pathway
PANSITOPENIA
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan sel darah tepi ditemukan bentuk dan warna sel darah merah normal
(normokromik normositik) dengan jumlah kurang dari 1 juta/µL
b. Biopsi sum-sum tulang yang menunjukkan adanya hiposeluler disertai dengan
penggantian oleh jaringan lemak, jaringan fibrosa, atau gelatinosa.
c. Hasil tes koagulan abnormal yang menunjukkan adanya penurunan trombosit
d. Penurunan jumlah neutrofil dan limfosit
e. Tidak ada sel (dry tap) pada hasil aspirasi sum-sum tulang di beberapa tempat
(Kowalak, dkk, 2012)
8. Penatalaksanaan
Secara garis besar terapi untuk anemia aplastik terdiri dari beberapa terapi sebagai
berikut: (Price & Wilson, 2013; Kowalak, dkk, 2012; Paramita, 2011)
Penanganan Kausal
Terapi kausal adalah usaha untuk menghilangkan agen penyebab. Hindarkan pemaparan
lebih lanjut terhadap agen penyebab yang tidak diketahui.
Penanganan Suportif
Bermanfaat untuk mengatasi kelainan yang timbul akibat pansitopenia. Adapun bentuk
penanganannya adalah sebagai berikut:
a. Berikan oksigen untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi klien
b. Untuk mengatasi anemia
Berikan transfusi packed red cell (PRC) jika hemoglobin < 7 gr/dl atau tanda payah
jantung atau anemia yang sangat simptomatik. Koreksi Hb sebesar 9-10 g%, tidak
perlu sampai normal karena akan menekan eritropoesis internal. Pada penderita yang
akan dipersiapkan untuk transplantasi sumsum tulang pemberian transfusi harus lebih
berhati-hati
Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, insomnia, penurunan
penglihatan, keseimbangan buruk, parestesia tangan/kaki, sensasi
dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi, cenderung tidur, apatis, respon lambat
dan dangkal, hemoragis retina, epistaksis, perdarahan dari lubang-
lubang, gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar.
Nyeri / Kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samar, sakit kepala.
Keamanan
Gejala : riwayat terpajan bahan kimia, riwayat terpajan radiasi baik sebagai
pengobatan atau kecelakaan, tidak toleran terhadap panas atau dingin,
penyembuhan lukan buruk, sering infeksi.
Tanda : demam, keringat malam, linfadenopati, petekie, dan ekimosis.
Penyuluhan
Gejala : kecenderungan keluarga untuk anemia, penggunaan anti konvulsan
masa lalu/saat ini, antibiotic, agen kemoterafi (gagal sumsum tulang),
aspirin, anti inflamasi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman oksigen /nutrisi ke sel.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan/absorpsi nutrisi
yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah (SDM) normal.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh sekunder
leukopenia, penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
4. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah dibuat.
5. Evaluasi Keperawatan
Diagnosa 1
Tanda-tanda vital stabil
Membran mukosa berwarna merah muda
Pengisian kapiler refil <2-3 detik
Tidak ada sianosis
Diagnosa 2
a. Status nutrisi:
- Masukan nutrisi adekuat
- Masukan makanan dalam batas normal
b. Status nutrisi : masukan nutrisi:
- Masukan kalori dalam batas normal
- Nutrisi dalam makanan cukup mengandung protein, lemak, karbohidrat,
serat, vitamin, mineral, ion, kalsium, sodium
c. Status nutrisi : hitung biokimia
Serum albumin dalam batas normal (3,4-4,8 gr/dl)
d. Nausea and vomiting severity (keparahan mual muntah)
- Klien mengatakan tidak ada mual
- Klien mengatakan tidak muntah
- Tidak ada peningkatan sekresi
e. Appetite (nafsu makan)
Menunjukkan peningkatan nafsu makan, dengan kriteria hasil :
- Keinginan klien untuk makan meningkat
- Intake makanan adekuat (porsi makan yang disediakan habis)
Diagnosa 3
a. Toleransi Aktivitas
- Saturasi oksigen dalam rentang normal (>90%)
- Tidak terjadi perubahan dalam warna kulit
b. Fatigue Level
- Tidak terjadi penurunan motivasi beraktivitas
- Tidak mengalami sakit kepala saat beraktivitas
Kowalak, J. P, Welsh, W. & Mayer, B. (2012). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC
Moorhead S. & Johnson, M. (2008). Nursing Outcomes Classification (NOC), Fifth Edition.
St. Louis : Mosby Year – Book
Paramita. (2011). Nursing : Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta : PT. Indeks
Price, S.A & Wilson, L. M. (2013). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses – proses Penyakit.
Edisi 6, Volume 1. Jakarta: EGC
Bambang P, Ugrasena, Ratwita M, 2012. Anemia Aplastik. Bagian SMF Ilmu Kesehatan
Anak, Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya. http://www.pediatrik.com/isi03.php?
page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-
qhze241.htm