Anda di halaman 1dari 13

No Diagnosa keperawatan Noc Nic

1 Perubahan Perfusi jaringan Setelah dilakukan O : Kaji vital sign


berhubungan dengan penurunan tindakan keperawatan
N : Tinggikan kepala
komponen seluler yang selama 3 x 24 jam
diperlukan untuk pengiriman O2 / diharapakan perfusi tempat tidur sesuai
nutrisi ke sel jaringan adekuat.
toleransi
Criteria hasil :
1. membran mukosa E : Catat adanya
warna merah keluhan rasa dingin
2. Tidak ada sesak C : Berkolaborasi
3. Tidak ada sianosis dalam pemberian
4. Akral dingin transfuse,
pemeriksaan Hb/Ht.

2 Setelah dilakukan O : Kaji pemenuhan


tindakan keperawatan
kebutuhan nutrisi
selama 3 x 24 jam
diharapakan perfusi klien
jaringan adekuat.
N : Berikan makanan
Criteria hasil :
1. Mempertahankan dengan jumlah kecil
berat badan dalam dan bertahap
batas normal E : jelaskan
2. klien mampu pentingnya makanan
menghabiskan ½ porsi bagi proses
makanan yang penyembuhan
disediakan C: Kolaborasi
3. Klien mengalami dengan ahli gizi
peningkatan nafsu untuk membantu
makan memilih makanan
yang dapat
memenuhi
kebutuhan gizi
selama sakit
3 Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah dilakukan O : Kaji kemampuan
dengan ketidakseimbangan antara asuhan keperawatan
ADL pasien.
suplai oksigen (pengiriman) dan selama 3x24 jam
kebutuhan. Dapat N : Berikan
mempertahankan
lingkungan
/meningkatkan
ambulasi /aktivitas. tenang,batasi
Dengan kriteria hasil :
pengunjung dan
1. Melaporkan
kurangi suara bising
peningkatan toleransi
E : Anjurkan pasien
aktivitas ( termasuk
untuk tidak banyak
aktivitas sehari-hari)
beraktivitas lebih
2. Menunjukkan
C : Kolaborasi
penurunan tanda
dengan dokter untuk
intoleransi fisiologis,
pemberian terapi
misalnya nadi,
pernapasan dan
tekanan darah masih
dalam rentang normal
4 Risiko tinggi terhadap infeksi setelah dilakukan O : Tingkatkan cuci
berhubungan dengan tidak asuhan keperawatan
tangan yang baik ;
adekuatnya pertahanan sekunder selama 3x24 jam
(penurunan hemoglobin Infeksi tidak terjadi. oleh pemberi
leucopenia, atau penurunan Dengan kriteria hasil :
perawatan dan pasien
granulosit (respons inflamasi 1. mengientiikasi
tertekan). perilaku untuk N : Berikan
mencegah/menurunkan
perawatan kulit,
risiko infeksi
2. Meningkatkan perianal dan oral
penyembuhan luka.
dengan cermat
Bebas drainase
purulent atau eritema E: Motivasi
dan demam
perubahan
posisi/ambul
C : Tingkatkan
masukkan cairan
adekuat
Laporan pendahuluan
Anemia Aplastik

A. Konsep Dasar Anemia Aplastik


1. Pengertian

Anemia aplastik atau hipoplastik adalah jenis anemia normokromik normositik yang
terjadi akibat cedera sel atau destruksi sel tunas (stem cells) di dalam sum-sum tulang
sehingga terjadi pansitopenia (leukopenia, anemia, dan trombositopenia karena sel- sel darah
yang mati tidak diganti (Corwin, 2009; Kowalak, dkk, 2012).
Anemia aplastik adalah suatu kelainan yang ditandai oleh pansitopenia pada darah
tepi dan penurunan selularitas sumsum tulang (Bambang, 2012).

2. Epidemiologi

Ditemukan lebih dari 70 % anak-anak menderita anemia aplastik. Tidak ada


perbedaan secara bermakna antara laki dan perempuan, namun beberapa penelitian nampak
insiden pada laki-laki lebih banyak dibanding wanita. Penyakit ini termasuk penyakit yang
jarang dijumpai dinegara barat dengan insiden 1-3/ 1 juta/tahun. Namun di negara timur
seperti Thailand, negara Asia lainnya seperti Indonesia, Taiwan dan Cina insidennya lebih
tinggi. Penelitian pada tahun 1991 di Bangkok didapatkan 3.7/1 juta/tahun. Perkiraan insiden
ini diperkirakan oleh adanya faktor lingkungan seperti pemakaian obat-obat yang tidak pada
tempatnya, pemakaian pestisida serta insiden virus hepatitis yang lebih tinggi.

3. Etiologi

Penyebab dari anemia aplastik bisa bermacam-macam, antara lain: (Price & Wilson,
2013; Kowalak, dkk, 2012)
a. Faktor kongenital: sindrom Fanconi yang biasanya terjadi pada bayi yang baru lahir
hingga anak berumur 10 tahun.
b. Faktor didapat (idiopatik)
 Bahan kimia: benzene, insektisida, senyawa As, Au, Pb.
 Obat: Kloramfenikol, Mesantoin (antikonvulsan), Piribenzamin (antihistamin),
Santonin-kalomel, obat sitostatika (Myleran, Methrotrexate, TEM, Mincristine,
Rubidomycine, dan sebagainya), obat anti tumor (Nitrogen mustard), anti
microbial.
 Radiasi: sinar roentgen, radioaktif.
 Faktor individu: alergi terhadap obat, bahan kimia, dan lain – lain.
 Infeksi: tuberculosis milier, hepatitis dan lain – lain.
 Keganasan, penyakit ginjal, gangguan endokrin, dan idiopatik.

4. Manifestasi Klinis
a. Lemah dan mudah lelah
b. Sakit kepala
c. Pucat
d. Takikardi
e. Trombositopenia menimbulkan perdarahan mukosa dan kulit seperti ekimosis dan
ptekie dan perdarahan khususnya dari hidung, gusi, rektum, dan vagina
f. Granulositopenia dan leukositopenia menyebabkan lebih mudah terkena infeksi
bakteri
g. Pusing
h. Anoreksia, mual karena penurunan aliran darah ke saluran cerna
(Corwin, 2009; Paramita, 2011)
5. Patofisiologi
Anemia aplastik disebabkan oleh penurunan sel prekursor dalam sum-sum tulang dan
penggantian sum-sum tulang dengan lemak. Dapat terjadi secara kongenital maupun didapat.
Dapat juga idiopatik (tanpa penyebab yang jelas) dan merupakan penyebab utama. Berbagai
macam infeksi dan kehamilan dapat mencetuskannya atau dapat pula disebabkan oleh obat,
bahan kimia, atau kerusakan radiasi. Bahan yang sering menyebabkan aplasia sum-sum
tulang meliputi benzene dan turunan benzene (misalnya perekat pesawat terbang), obat anti
tumor seperti nitrogen mustard, antimetabolit, termasuk metotrexate dan 6-merkaptopurin
dan bahan toksik seperti arsen anorganik.
Berbagai bahan yang kadang juga menyebabkan aplasia atau hipoplasia meliputi
berbagai antimikrobial, anti kejang, obat antitiroid, obat hipoglikemik oral, antihistamin,
analgetik, sedative, phenothiazine, insektisida, dan logam berat. Yang tersering adalah
antimikrobial, chloramphenicol, dan arsenik organik, anti kejang mephenytoin ( mesantoin )
dan trimethadione ( tridione ), obat analgetik antiinflamasi phenylbutazone, sulfonamide, dan
senyawa emas.
Dalam berbagai keadaan, anemia aplastik terjadi saat obat atau bahan kimia masuk
dalam jumlah toksik. Namun, pada beberapa orang dapat timbul pada dosis yang dianjurkan
untuk pengobatan. Apabila pajanannya segera dihentikan dapat diharapkan penyembuhan
yang segera dan sempurna.
Apapun bahan penyebabnya, apabila pajanan dilanjutkan setelah tanda hipoplasia
muncul, maka depresi sum-sum tulang akan berkembang sampai titik dimana terjadi
kegagalan sempurna dan irreversibel, disinilah pentingnya pemeriksaan angka darah sesring
mungkin pada pasien yang mendapat pengobatan atau terpajan secara teratur pada bahan
kimia yang dapat menyebabkan anemia aplastik.
Pada anemia aplastik, tidak terdapat mekanisme patogenik tunggal sel induk hemopoetik
yang multifoten berdeferensiasi menjadi sistem – sistem eritropoetik, granulopoetik,
trombopoetik, limpoetik, dan monopoetik. Sejumlah sel induk lainnya membelah secara aktif
menghasilkan sel induk baru. Sebagian darinya dalam fase istirahat setiap saat siap
berdiferensiasi kedalam berbagai sistem tersebut. Apapun penyebab anemia aplastik,
kerusakan dapat terjadi pada sel induk yang aktif maupun yang berada dalam fase istirahat.
5. Pathway

Sel induk hemopoetik

Kerusakan sel induk


Gangguan lingkungan mikro
Mekanisme imunologi

PANSITOPENIA

Eritrosit  Leukosit  Trombosit 

Sindrom anemia Sistem kekebalan tubuh menurun Pembekuan darah


terganggu

Kadar HB  Perdarahan dapat


terjadi terus-menerus
Mudah infeksi:
Kompartemen sel - febris
penghantar oksigen/
zat nutrisi ke sel < - ulkus mulut/faring Perdarahan
- sepsis - kulit
- mukosa
- organ dalam
Gg perfusi jaringan
Resiko Infeksi
anoreksia
BB menurun
< 10 %
Lemas Cepat lelah

Nutrisi Kurang dari


Kebutuhan Tubuh Intoleransi Aktivitas
6. Komplikasi
a. Perdarahan dan infeksi organ yang bisa berujung pada kematian
b. Gagal jantung
(Corwin, 2009; Price & Wilson, 2013; Kowalak, dkk, 2012)

7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan sel darah tepi ditemukan bentuk dan warna sel darah merah normal
(normokromik normositik) dengan jumlah kurang dari 1 juta/µL
b. Biopsi sum-sum tulang yang menunjukkan adanya hiposeluler disertai dengan
penggantian oleh jaringan lemak, jaringan fibrosa, atau gelatinosa.
c. Hasil tes koagulan abnormal yang menunjukkan adanya penurunan trombosit
d. Penurunan jumlah neutrofil dan limfosit
e. Tidak ada sel (dry tap) pada hasil aspirasi sum-sum tulang di beberapa tempat
(Kowalak, dkk, 2012)

8. Penatalaksanaan

Secara garis besar terapi untuk anemia aplastik terdiri dari beberapa terapi sebagai
berikut: (Price & Wilson, 2013; Kowalak, dkk, 2012; Paramita, 2011)

Penanganan Kausal
Terapi kausal adalah usaha untuk menghilangkan agen penyebab. Hindarkan pemaparan
lebih lanjut terhadap agen penyebab yang tidak diketahui.

Penanganan Suportif
Bermanfaat untuk mengatasi kelainan yang timbul akibat pansitopenia. Adapun bentuk
penanganannya adalah sebagai berikut:
a. Berikan oksigen untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi klien
b. Untuk mengatasi anemia
Berikan transfusi packed red cell (PRC) jika hemoglobin < 7 gr/dl atau tanda payah
jantung atau anemia yang sangat simptomatik. Koreksi Hb sebesar 9-10 g%, tidak
perlu sampai normal karena akan menekan eritropoesis internal. Pada penderita yang
akan dipersiapkan untuk transplantasi sumsum tulang pemberian transfusi harus lebih
berhati-hati

c. Untuk mengatasi infeksi



Hygiene secara keseluruhan harus baik. Hindari pajanan
terhadap penyakit menular

Identifikasi sumber infeksi serta pemberian antibiotik yang
tepat dan adekuat

Transfusi granulosit konsentrat diberikan pada sepsis berat
d. Usaha untuk mengatasi perdarahan

Berikan transfusi konsentrat trombosit jika terdapat perdarahan
mayor atau trombosit < 20.000/mm3
e. Terapi untuk memperbaiki fungsi sumsum tulang
Obat untuk merangsang fungsi sumsum tulang adalah sebagai berikut
1) Anabolik Steroid : dapat diberikan Oksimetolon atau Stanazol dengan dosis 2-3
mg/kgBB/hari. Efek terapi tampak setelah 6-12 minggu, efek samping yang
dialami berupa virilisasi dan gangguan fungsi hati.
2) Kortikosteroid dosis rendah sampai menengah
3) GM-CSF atau G-CSF dapat diberikan untuk meningkatkan jumlah neutrofil
f. Terapi Definitif
Terapi definitif merupakan terapi yang dapat memberikan kesembuhan jangka
panjang. Terapi definitif untuk anemia aplastik terdiri atas dua jenis pilihan sebagai
berikut.
1) Terapi imunosupresi, antara lain :
 Pemberian anti-lymphocyte globuline (ALG) atau anti-thymocyte
globuline (ATG) dapat menekan proses imunologis
 Terapi imunosupresi lain, yaitu pemberian metilprednison dosis
tinggi
2) Transplantasi sumsum tulang
Merupakan terapi definitif yang memberikan harapan kesembuhan, tetapi
biayanya sangat mahal.

Implikasi keperawatan
1. Berupaya untuk mencegah infeksi silang, pastikan klien mengkonsumsi makanan
yang bernutrisi tinggi, dan pastikan pula bahwa klien memperhatikan hygiene
dirinya secara keseluruhan dengan baik, terutama untuk daerah mulut dan perianal.
2. Ajarkan klien tentang tanda-tanda infeksi dan minta klien segera melaporkan jika
terjadi infeksi.
3. Istirahat untuk mencegah perdarahan, terutama perdarahan otak
4. Tempatkan klien pada posisi terlentang untuk meningkatkan sirkulasi serebral
5. Pertahankan suhu tubuh dengan memberikan selimut dan mengatur suhu ruangan
6. Berikan pendidikan kesehatan dan berikan informasi adekuat pada klien dan
masyarakat lainnya mengenai keadaan, pengobatan, faktor-faktor penyebab yang
perlu dihindari, dan kemajuan kesehatan serta bimbingan untuk perawatan di rumah
(Paramita, 2011)

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Anemia Aplastik


1. Pengkajian
Aktifitas / Istirahat
Gejala : letih, lemas, malas, toleransi terhadap latihan rendah, kebutuhan untuk
tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : tachycardia, tachipnea, dispnea jika istirahat atau bekerja, apatis, lesu,
kelemahan otot dan penurunan kekuatan, tubuh tidak tegak.
Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronis, endokarditis, palpitasi.
Tanda : hipotensi postural, disritmia, abnormalitas EKG, bunyi jangtung
murmur, ekstremitas pucat, dingin, pucat pada membrane mukosa
(konjungtiva, mulut, faring, bibir dan dasar kuku), pengisian kapiler
lambat, rambut keras).
Eliminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagaj ginjal, hematemesis, melena, diare,
konstipasi, penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
Makanan dan Cairan
Gejala : penurunan masukan diet, nyeri menelan, mual, muntah, anorexia,
penurunan berat badan.
Tanda : lidah merah, membrane mukosa kering, pucat, tangan kulit kering,
stomatitis.
Hygiene
Tanda dan Gejala : kurang bertenaga, penampilan tidak rapih.

Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, insomnia, penurunan
penglihatan, keseimbangan buruk, parestesia tangan/kaki, sensasi
dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi, cenderung tidur, apatis, respon lambat
dan dangkal, hemoragis retina, epistaksis, perdarahan dari lubang-
lubang, gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar.
Nyeri / Kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samar, sakit kepala.
Keamanan
Gejala : riwayat terpajan bahan kimia, riwayat terpajan radiasi baik sebagai
pengobatan atau kecelakaan, tidak toleran terhadap panas atau dingin,
penyembuhan lukan buruk, sering infeksi.
Tanda : demam, keringat malam, linfadenopati, petekie, dan ekimosis.
Penyuluhan
Gejala : kecenderungan keluarga untuk anemia, penggunaan anti konvulsan
masa lalu/saat ini, antibiotic, agen kemoterafi (gagal sumsum tulang),
aspirin, anti inflamasi.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman oksigen /nutrisi ke sel.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan/absorpsi nutrisi
yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah (SDM) normal.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh sekunder
leukopenia, penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
4. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah dibuat.

5. Evaluasi Keperawatan
Diagnosa 1
 Tanda-tanda vital stabil
 Membran mukosa berwarna merah muda
 Pengisian kapiler refil <2-3 detik
 Tidak ada sianosis

Diagnosa 2
a. Status nutrisi:
- Masukan nutrisi adekuat
- Masukan makanan dalam batas normal
b. Status nutrisi : masukan nutrisi:
- Masukan kalori dalam batas normal
- Nutrisi dalam makanan cukup mengandung protein, lemak, karbohidrat,
serat, vitamin, mineral, ion, kalsium, sodium
c. Status nutrisi : hitung biokimia
Serum albumin dalam batas normal (3,4-4,8 gr/dl)
d. Nausea and vomiting severity (keparahan mual muntah)
- Klien mengatakan tidak ada mual
- Klien mengatakan tidak muntah
- Tidak ada peningkatan sekresi
e. Appetite (nafsu makan)
Menunjukkan peningkatan nafsu makan, dengan kriteria hasil :
- Keinginan klien untuk makan meningkat
- Intake makanan adekuat (porsi makan yang disediakan habis)

Diagnosa 3
a. Toleransi Aktivitas
- Saturasi oksigen dalam rentang normal (>90%)
- Tidak terjadi perubahan dalam warna kulit
b. Fatigue Level
- Tidak terjadi penurunan motivasi beraktivitas
- Tidak mengalami sakit kepala saat beraktivitas

c. Self Care Status


- Klien mampu mandi, berpakaian, makan dan toileting secara mandiri

d. Vital Sign dalam Batas Normal


- Suhu tubuh 36,5-37,5o C
- Respirasi rate 16-20 x per menit
- Tekanan darah 120/80 mmHg
- Nadi 60-100 x per menit
Diagnosa 4
- Tidak ada kemerahan
- Tidak terjadi hipertermia
- Tidak ada nyeri
- Tidak ada pembengkakan
- Suhu dalam batas normal (36,5o – 37oC
- Tekanan darah dalam batas normal (120/80 mmHg)
- Nadi dalam batas normal (60-100 x/mnt)
- RR dalam batas normal (12-20 x/mnt)
- WBC dalam batas normal (4,6 – 10,2 k/ul)
- Klien mampu menyebutkan factor-faktor resiko penyebab infeksi
- Klien mampu memonitor lingkungan penyebab infeksi
- Klien mampu memonitor tingkah laku penyebab
- Tidak terjadi paparan saat tindakan keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck,G. N & Doctherman, J. M. (2008). Nursing Intervensions Classification (NIC),


Fifth Edition. St. Louis : Mosby – Year Book

Corwin, E. J,. (2009). Buku Saku Patofisiologi, Edisi 3. Jakarta: EGC

Herdman, T. H. (2011). Diagnosa Keperawatan: Defenisi dan Klasifikasi 2012 – 2014


(NANDA). Jakarta : EGC ( terjemahan Sumarwati, dkk, 2011)

Kowalak, J. P, Welsh, W. & Mayer, B. (2012). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC

Moorhead S. & Johnson, M. (2008). Nursing Outcomes Classification (NOC), Fifth Edition.
St. Louis : Mosby Year – Book

Paramita. (2011). Nursing : Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta : PT. Indeks

Price, S.A & Wilson, L. M. (2013). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses – proses Penyakit.
Edisi 6, Volume 1. Jakarta: EGC
Bambang P, Ugrasena, Ratwita M, 2012. Anemia Aplastik. Bagian SMF Ilmu Kesehatan
Anak, Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya. http://www.pediatrik.com/isi03.php?
page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-
qhze241.htm

Anda mungkin juga menyukai