Anda di halaman 1dari 4

B.

Epidemiologi

Sekitar 10.000 kasus pertahun, prevalensinya di Amerika kurang lebih


200.000 pasien,kira-kira 10.000 orang meninggal karena komplikasi yang
berhubungan dengan cedera medulla spinalis. Cedera medulla spinalis terjadi Kasus
baru trauma medulla spinalis akut diduga setiap tahun sekitar 15-50 per 1 juta
penduduk, sementara angka prevalensi sekitar 900 juta. Angka kejadian sebenarnya
di[astikan lebih tinggi, karena sekitar 50% kejadian tidak dilaporkan, seperti pasien
yang meninggal di ditempat kejadianatau trauma ringan yang tidak ditangani
institusi kesehatan. Trauma medulla spinalis terutama mengenai orang muda, paling
sering usia 20-24 tahun, dan sekitar 65% kasus terjadi dibawah usia 35 tahun, sering
terjadi pada pria daripada wanita (3-4 : 1). Sekitar 50% akibat kecelakaan kendaraan
bermotor, terutama sepeda motor, jatuh (20%), olahraga (13%), kecelakaan kerja
(12%), kekerasan luka tembak atau luka tusuk (15%). Lokasi paling sering adalah
C5, diikuti C4, C6, T12, C7 dan L1. Kepustakaan lain menyebutkan insiden sesuai
lokasi lesi, yaitu servikal 40%, thorakal 10%, lumbal 3%, dorsolumbal 35%, lain-
lain 14%. Berdasarkan kecacatan, 52%pasien mengalami paraplegia dan 47%
pasien mengalami tetraplegia.

F. Klasifikasi

Terdapat beberapa klasifikasi dalam menentukan trauma medull spinalis


apakah complete atau partial diantaranya menggunakan kriteria Frankel dan ASIA

1) ASIA/ISCoS Exam Chart (ASIA Impairtment Scale)

Grade Tipe Gangguan Medulla Spinalis


A Komplit Tidak ada fungsi motoric dan
sensorik sampai S4 – S5
B Inkomplit Fungsi sensorik masih baik tapi
motoric terganggu sampai
segmen sacral S4 - S5
C Inkomplit Fungsi motoric terganggu
dibawah level tapi otot-otot
motoric utama masih punya
kekuatan <3
D Inkomplit Fungsi motoric terganggu
dibawah level, otot-otot
motoric utama punya kekuatan
>3
E Normal Fungsi motoric dan sensorik
normal

2) Klasifikasi FRANKEL
Grade
FRANKEL A Complete, fungsi motoris dan sensoris hilang sama sekali di
bawah lesi
FRANKEL B Incomplete, fungsi motorik hilang sama sekali, sensoris
masih tersisa dibawah level lesi
FRANKEL C Incomplete, fungsi motorik dan sensoris masih terpelihara
tapi tidak dapat digunakan secara maksimal
FRANKEL D Incomplete, fungsi motorik terganggu dibawah lesi
FRANKEL E Normal, fungsi sensoris dan motoriknya normal tanpa
deficit neurologis

H. Diagnosis

1) Pemeriksaan Fisik

Untuk semua pasien trauma, pemeriksaan awal dimulai dengan penilaian


kondisi jalan napas (airway), pernapasan (breathing) dan peredaran darah
(circulation). Selain itu, adanya riwayat penyakit kardiopulmonal harus diketahui
melalui anamnesis, karena mempengaruhu fungsi paru.penemuan dari pemeriksaan
fisik biasanya terbatas tanpa kelainan pada system neurologis, yang terdiri atas
gabungan lesi pada upper motor neuron dan lower motor neuron yang mensuplai
ekstremitas atas yang mengakibatkan paralisis flaksid parsial dan lesi yang lebih
dominan pada upper motor neuron yang mensuplai extremitas bawah yang
mengakibatkan paralisis spastik.

Kelainan pada extremitas atas biasanya akan lebih parah daripada kelainan
pada extremitas bawah, dan terutama terjadi pada otot-otot tangan bagian distal

Kehilangan kemampuan sensorik hingga derajat tertentu, meskipun sensasi


sacral biasanya masih utuh. Kemampuan kontraksi anus dan otot sfingter serta
reflex babinsky harus diperiksa.

Reflex regang otot biasanya hilang pada awalnya tapi dapat kembali muncul
namun disertai oleh spastisitas otot yang bersangkutan.

2) Pemeriksaan Laboratorium

 Arterial Blood Gas (ABG) : diperlukan untuk mengevaluasi kondisi


oksigenasi dan ventilasi yang kuat
 Level laktat : untuk monitoring kondisi perfusi, mendeteksi adanya
kondisi syok
 Level Hemoglobin/Hematokrit : untuk monitoring kondisi kehilangan
darah karena cedera yang terjadi
 Urinalisis : berfungsi untuk monitoring kondisi genitourinary injury

3) Pemeriksaan Radiologi
 X-Ray cervical spine : menunjukkan gambaran fraktur maupun dislokasi
dan derajat spondilitik pada korpus vertebra cervical.foto pada posisi
leher ekstensi dan fleksi dapat membantu mengevaluasi stabilitas
ligamentum flavum
 CT-Scan cervical spine : menunjukkan adanya gangguan pada kanalis
spinalis dan dapat memberikan informasi mengenai derajat penekanan
yang terjadi pada medulla spinalis
 MRI : dapat menunjukkan secara langsung tekanan/jepitan pada medulla
spinalis oleh tulang, vertebral disk atau hematoma
 Mielografi : tidak mempunyai indikasi pada fase akut trauma medulla
spinalis. Tetapi dianjurkan pada penderita yang telah sembuh dari trauma
pada daerah lumbal, sebab sering terjadi herniasi diskus intervertebralis.

Anda mungkin juga menyukai