Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

“IDENTIFIKASI GUGUS ALKOHOL POLIVALEN”

Disusun oleh:
Nama: 1. Devia Lestari (PO.71.39.1.18.045)
2. Dinda Mutiara Rizki (PO.71.39.1.18.047)
Kelas : Reguler 1 b
Kelompok Ganjil

LABORATORIUM KIMIA FARMASI


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
2018-2019
I. IDENTIFIKASI GOLONGAN ALKOHOL
II. TUJUAN PRAKTIKUM
a. Untuk mengetahui reaksi antar alkohol polivalen
b. Menjadi sarana memperluas pengetahuan dan wawasan tentang berbagai senyawa
kimia dan reaksi kimia yang ditimbulkannya.
c. Untuk melengkapi standar akademik praktikum kimia organik dari dosen yang
bersangkutan.
III. DASAR TEORI
Alkohol merupakan senyawa yang penting dalam kehidupan sehari-hari karena
dapat digunakan sebagai zat pembunuh kuman, bahan bakar maupun pelarut. Dalam
laboratorium dan industri alkohol digunakan sebagai pelarut dan reagensia. Alkohol adalah
senyawa yang mempunyai rumus umum :R-OH dimana R adalah gugus alkil atau alkil
tersubtitusi. Gugus ini dapat merupakan rantai terbuka, rantai tertutup (siklis) dan dapat
mempunyai ikatan rangkap atau mengikat gugus aromatik. Sebagai turunan alkana dan
maupun air, alkohol dapat menyerupai sifat keduanya. Alkohol lebih rendah mempunyai
sifat yang menyerupai air karena gugusan hidroksil (-OH) mengambil bagian yang lebih
besar dalam molekulnya. Sedangkan alkohol yang lebih tinggi terutama yang menyerupai
sifat-sifat alkana hanya sedikit larut dalam air. Tetapi lebih mudah larut dalam pelarut
organik.
Alkohol dapat dibagi menjadi alkohol primer, sekunder dan tersier berdasarkan posisi
gugus hidroksil (-OH) pada atom C.
R-CH2-OH R2-CH-OH R3C-OH
Alkohol primer Alkohol sekunder Alkohol tersier
Alkohol banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya etanol digunakan
sebagai pelarut sterilisasi alat kedokteran, campuran minyak harum dan lainnya.

Berdasarkan perbedaan letak terikatnya gugus –OH pada atom C. Alkohol dibedakan
menjadi tigayaitu :
1) Alkohol primer yaitu jika gugus –OH terikat pada atom C primer (atom C yang mengikat 1
atom C yang lain secara langsung )
Contoh :
CH3 – CH2 – CH2 – CH2 – OH n. Butanol
2) Alkohol sekunder yaitu jika gugus –OH terikat pada atom C sekunder (atom C yang mengikat
secara langsung
dua atom C yang lain).

2-butanol
3) Alkoho l tersier
yaitu jika gugus –OH terikat pada atom C tersier (atom C yang mengikat secara langsung tigabuah
atom C yang langsung)
Contoh :

2 Metil 2 Propanol
Secara fisik akan sulit membedakan antara alkohol primer, sekunder dan tersier. Karena bau dan
warna ketiganya dapat dikatakan sama. Cara yang bisa digunakan
untuk membedakan adalah mengoksidasi menggunakan KMnO4 , K2Cr2O7 , H2CrO4 atau O2dengan
perbedaan sebagai berikut :
a) Alkohol primer jika dioksidasi akan dihasilkan senyawa aldehidenya dan jika dioksidasi lebih
lanjut dihasilkan senyawa asam karboksilatnya.
Contoh:

c) Alkohol tersier tidak dapat dioksidasi


Berdasarkan jumlah gugus fungsinya alkohol dibedakan menjadi alkohol monovalen dan
alkohol polivalen.
a) Alkohol monovalen adalah alkohol yang hanya mempunyai satu gugus fungsional – OH.

Contoh : CH3 – CH2 – OH Etanol

CH3 – CH2 – CH2 – OH Propanol dari


b) Alkohol polivalen adalah jenis senawa alkohol yang mempunyai gugus fungsional lebih satu.
IV. METODE PRAKTIKUM
A. WAKTU DAN TEMPAT
Hari/tanggal : Kamis,4 April 2019
Waktu : 07.30 s/d 10.20
Tempat : Laboratorium kimia farmasi Poltekkes Kemenkes Palembang
B. ALAT DAN BAHAN
1. ALAT
a. Tabung reaksi
b. Rak tabung reaksi
c. Pipet tetes
d. Beakerglass
e. Bunsen. Kaki tiga dan kasa asbes
f. Penjepit kayu
g. Sendok porselen
2. BAHAN
a. glukosaethanol
b. dimetil glyoxim
c. glyceril
d. diazo A
e. diazo B
f. NaOH
g. Amylum
h. Asam tartat

B. PROSEDUR KERJA

Menyiapkan tabung reaksi


yang bersih

Mengisi
Sampel

Menambahkan

Reagen

mengamati
Perubahan warna yang terjadi
V. HASIL PRAKTIKUM

No Sampel prosedur Hasul pengamatan


1 Glukosa a, + diazo A Larutan bening
+ diazo B Larutan bening berminyak
+ NaOH kristal Larutan merah hati,tabung
hangat,
+ amyl.alkohol 2 lapisan, atas bening,bawah
merah hati

b, Rx.coprifil
+ (2 tetes CuSo4+4 Larutan biru muda
tetes NaOH)
+ larutan zat 2 lapisan, atas bening biru
muda
+ NaOH Bawah biru muda keruh

2. Dimetil glycoxim a, + diazo A Larutan bening


+ diazo B Larutan bening berminyak
+ NaOH kristal Endapan putih, kuning jenuh
+ amyl.alkohol 2 lapisan, atas kuning bawah
merah orange

b, Rx.coprifil
+ (2 tetes CuSo4+4 Larutan hitam pekat,bau seperti
tetes NaOH) kecap
+ larutan zat Sebelum diaduk, 2 lapisan
bawah hitam
+ NaOH Larutan hitam atas bening

3 Gliceril a, + diazo A Larutan bening berminyak


+ diazo B Larutan bening berminyak
+ NaOH kristal Larutan merah hati
+ amyl.alkohol 2 lapisan, atas bening kuning
bias bawah merah agak coklat

b, Rx.coprifil
+ (2 tetes CuSo4+4 Larutan biru muda bening
tetes NaOH)
+ larutan zat 2 lapisan, atas biru muda
+ NaOH Bawah bening tidak berwarna
4 Asam tartat a, + diazo A Larutan bening
+ diazo B Larutan bening berminyak
+ NaOH kristal Larutan bening kuning tua
+ amyl.alkohol 2 lapisan,atas bening agak
merah bawah merah kecolatan

b, Rx.coprifil
+ (2 tetes CuSo4+4 2 lapisan, ata sbiru muda bawah
tetes NaOH) bening tanpa warna
+ larutan zat 2 lapisan, atas biru muda
+ NaOH Bawah bening tanpa warna

VI. PEMBAHASAN
Alkohol polivalen adalah jenis alkohol yang memiliki gugus fungsional lebih dari satu. Pada
praktikum identifikasi gugus alkohol polivalen menggunakan empat sampel, yaitu glukosa,
dimetil glyoxim, glyceril, dan asam tartat. Keempat sampel tersebut adalah golongan
senyawa jenis polivalen dimana struktur kimia senyawa tersebut memiliki ikatan lebih dari
satu gugus fungsional (OH).
Masing masing sampel direaksikan dengan beberapa reagen. Reagen terbagi menjadi dua
bagian. Yang pertama sampel dilarutkan dengan air kecuali dimetil glyoxim dilarutkan
dengan etanol karena memiliki kelarutan sukar larut dalam air dan larut dalam etanol 95%.
Setelah itu larutan sampel direaksikan dengan larutan diazo A dan reaksi B, NaOH kristal,
dan amyl alkohol. Disetiap reaksi tetap diamati perubahan yang terjadi baik perubahn fisika
mauun hasil dari perubahan kimia.
Pada diazo A dan diazo B dominan semua sampel mengalami perubahn kimia yang
ditandai dengan terjadinya larutan bening dan berminyak.
Sampel glukosa dengan reagen NaOH kristal terjadi perubahan larutan menjadi merah hati,
tabung menjadi hangat, saat hasil reaksi didiamkan larutan berubah menjadi bening tanpa
warna. Pada sampel dimetil glyoxim direaksikan dengan NaOH kristal terdapat endapan
putih, pada sampel glicerin direaksikan dengan NaOH kristal menjadi larutan bening merah
hati. Sampel asam tartat direaksikan dengan NaOH kristal menjadi larutan bening kuning
tua. Perbedaan hasil reaksi ini di sebabkan oleh ikatan gugus fungsi setiap zat berbeda,
walaupun sama-sama memiliki gugus fungsional yang lebih dari satu tetapi keadaan ini
dapat membuat struktur bangun senyawa kimia berbeda.
Sampel terhadap reagen amyl alkohol semua sampel menghasilkan lapisan dengan
berbagai kombinasi warna.
Reaksi yang kedua adalah reaksi cuprifil. Reaksi cuprifil adalah hasil kombinasi dari 2 tetes
CuSO4 dan 4 tetes NaOH. Sebelum direaksikan sampel dilarutkan terlebih dahulu. Setelah
itu sampel ditambahkan pula dengan larutan awal zat sampel lalu di tambahkan NaOH.
Hasil dari reaksi yang kedua ini kebanyakkan menghasilkan larutan biru muda. Tidak jauh
berbeda dengan reaksi yang pertama, pada reaksi kedua ini saat penambahan NaOH
dominan sampel menghasilkan lapisan dengan warna yang kontras juga.

VII. GUGUS ALKOHOL


Glukosa

Dimetil gluoxim

glycerin
Asam tartat

VIII. KESIMPULAN
 Alkohol dapat dibagi menjadi alkohol primer, sekunder dan tersier berdasarkan
posisi gugus hidroksil (-OH) pada atom C.
 Alkohol polivalen adalah jenis alkohol yang memiliki gugus fungsional lebih dari
satu.
 Pada praktikum identifikasi gugus alkohol polivalen menggunakan empat sampel,
yaitu glukosa, dimetil glyoxim, glyceril, dan asam tartat.

IX. DAFTAR PUSTAKA


Bassett, J. 1994. Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif organik. Buku
Kedokteran : EGC. Jakarta.
ay RA. Jr dan Al Underwood.1992. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima.
JakartaErlangga
Danney, B., 1979, Vogel Analisis Kuantitatif Anorganik, EGC: Jakarta.
Direktorat Jendral POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.
Fernando, Quintus. 1999. Kimia Analiti Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
Ham, Mulyono, 2005, Kamus Kimia, Bumi Aksara: Bandung
Harizul, Rivai. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : UI Press 22
Harjadi, W., 1990, Ilmu Kimia Analitik Dasar, Gramedia: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai