Oleh :
KELOMPOK A
KARAWANG
2017/2018
1
Anggota Kelompok A
15120201 M. Syamsul R
15120192 Sartikah
2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
memberikan nikmat sehat, nikmat iman kepada kami semua, sehingga kami mampu
menyelesaikan tugas dan kewajiban yang diberikan kepada kami sebagai mahasiswa. Tak
lupa shalawat serta salam kami hanturkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW
yang selalu kita nantikan syafaatnya di yaumul akhir.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen
pengampu mata kuliah Manajemen Koperasi yang kami beri judul Jati Diri Koperasi dan
Implementasinya.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu kami memohon kritik dan saran yang bermanfaat untuk penyusunan
makalah berikutnya yang lebih baik.
Sekian prakata dari kami kelompok A, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semuanya, dan dapat dijadikan sumber untuk penyusunan makalah berikutnya, Aamiin
Grup A
3
DAFTAR ISI
Halaman Judul
BAB 1 Pendahuluan
BAB 2 Pembahasan
BAB 3 Penutup
1. Kesimpulan ........................................................................................................ 17
Daftar Pustaka
4
BAB 1
PENDAHULUAN
Perkembangan koperasi saat ini, apabila dilihat dari aspek usaha, permodalan,
administrasi, manajemen dan tingkat partisipasi anggota terhadap koperasinya masih
sangat memprihatinkan. Berdasarkan fakta di lapangan, bahwa koperasi yang tersebar
sampai ke peloksok desa, belum mampu mewujudkan amanat dari Undang-undang Dasar
1945 Pasal 33 tersebut. Hal ini didasarkan pada sebuah kenyataan bahwa mayoritas
koperasi saat ini baru merupakan organisasi atau kumpulan dari orang-orang yang masih
terlalu kuat menyandarkan keberadaannya terhadap dukungan program pemerintah dan
pihak ketiga. Jadi baru sebagian kecil koperasi yang berjalan sesuai kaidah-kaidah
perkoperasian yang berlaku. Di samping itu dari sisi pengelolaanpun, masih banyak
koperasi yang belum mampu menunjukkan nilai-nilai profesional sehingga berdampak
pada kekurangmampuan untuk bersaing dengan pelaku-pelaku usaha non koperasi yang
memiliki daya kreatif dan inovatif tinggi.
Hal lain yang terjadi di sebagian besar koperasi saat ini, bahwa jati diri koperasi
yang seharusnya dijadikan landasan dalam menjalankan aktivitas koperasi ternyata banyak
ditinggalkan. Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) yang merupakan
aturan dasar belum sepenuhnya dijadikan rujukan. Anggota kurang berperan sebagai
subjek/pelaklu utama dalam berbagai aktivitasnya. Semua permasalahan tersebut akhirnya
banyak melahirkan koperasi yang besar tetapi tidak diimbangi dengan adanya peningkatan
kesejahteraan para anggotanya yang merupakan tujuan utama dibentuknya koperasi. Pada
akhirnya anggota koperasi banyak yang bersifat apatis dan tidak lagi memiliki loyalitas
terhadap koperasinya.
1
Dari beberapa faktor yang menjadi kendala/hambatan terhadap tumbuh
kembangnya koperasi seperti dipaparkan di atas, sudah seharusnya kita semua melakukan
upaya pembenahan. Upaya ini mutlak harus menjadi garapan semua pihak, sehingga pada
akhirnya koperasi betul-betul merupakan lembaga usaha yang tangguh dan mandiri dengan
memiliki nilai-nilai manajemen yang handal serta memiliki daya saing yang kuat.
Langkah awal yang harus kita lakukan dalam upaya mencari solusi dari
permasalahan yang dihadapi koperasi, adalah melalui suatu jawaban dari pertanyaan
berikut “Sejauh mana koperasi Indonesia melaksanakan/menjalankan jati dirinya?”.
Kenapa pertanyaan tersebut muncul?. Hal itu dikarenakan bahwa jati diri koperasi
merupakan identitas yang melekat dalam tubuh organisasi koperasi yang bukan saja untuk
sekedar dipahami tetapi lebih jauh dari itu bahwa koperasi harus mampu
menjalankan/melaksanakan jati dirinya dalam kehidupan nyata perkoperasian. Jadi
sebelum melakukan kajian terhadap faktor penyebab yang lainnya, koperasi harus
dikembalikan terlebih dahulu pada jati diri sesungguhnya. Pertanyaan berikutnya adalah :
“Dampak dan manfaat apa yang akan dirasakan oleh gerakan koperasi apabila koperasi
tersebut telah mengamalkan jati diri koperasi”?. Untuk mampu menjawab pertanyaan
tersebut, kita harus mengetahui dulu tentang jati diri koperasi itu sendiri. Ada hal penting
mengenai jati diri koperasi yang melekat di dalam tubuh organisasi koperasi yang
senantiasa harus menjadi acuan bagi setiap gerakan koperasi dalam melakukan aktivitas
kehidupan organisasinya, yaitu : Definisi, nilai, dan prinsip koperasi itu sendiri yang akan
dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.
2. Rumusan Masalah
e) Masalah apa yang muncul dalam penerapan jati diri koperasinya?, apa penyebabnya?,
dan bagaimana solusi mengatasinya?
2
3. Tujuan Penulisan
c) Agar mahasiswa memahami nilai nilai yang ada di dalam koperasi di Indonesia.
d) Agar seluruh masyarakat Indonesia mengerti contoh nyata dari jati diri koperasi.
e) Agar mahasiswa mengetahui permasalahan dalam implementasi jati diri koperasi dan
dapat mencari jalan keluarnya.
3
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Definisi Koperasi
2. Prinsip Koperasi
Ada beberapa prinsip yang dimiliki oleh koperasi guna menjadikan perekonomian
Indonesia lebih baik lagi, prinsip tersebut antara lain :
4
Koperasi menerima anggota secara terbuka bagi siapa saja yang berminat menjadi
anggota dengan tidak pandang status masyarakat baik dari kalangan bawah, menengah
maupun atas, siapapun mempunyai hak yang sama untuk mendaftarkan diri dan tidak
bersifat memaksa dengan tidak mewajibkan seluruh masyarakat untuk mendaftarkan diri
sebagai anggota yang akan menjadi bagian dari koperasi yang akan didirikan.
Koperasi membentuk struktur organisasi sesuai dengan ketentuan yang telah ada
dengan berlandaskan kekeluargaan yang menjunjung asas demokrasi dalam
penyelenggaraan rapat anggota, pembentukan pengawas, penentuan pengurus,dan
penunjukkan pengelola sebagai karyawan yang bekerja di koperasi.
c) Pembagian SHU Dilakukan Secara Adil Sesuai Dengan Besarnya Jasa Usaha
Masing-Masing.
e) Kemandirian.
5
f) Pendidikan Perkoperasian.
Koperasi mempunyai arah dan tujuan untuk dapat bekerja sama mengelola kegiatan
yang bersifat positif membutuhkan keahlian dalam pengopersiannya maka dibutuhkan
pendidikan dan pengarahan dalam penerapannya dengan bermaksud agar koperasi sebagai
wadah yang berlandaskan prinsip dan asas kekeluargaan dapat bermanfaat, oleh karena itu
pendidikan perkoperasian sangatlah dibutuhkan sebagai dasar pembentukan koperasi.
3. Nilai Koperasi
Koperasi merupakan bagian dari tata susunan ekonomi. Hal ini berarti dalam
kegiatannya, koperasi turut mengambil bagian dari bagian bagi tercapainya kehidupan
ekonomi yang sejahtera baik bagi orang-orang yang menjadi anggota perkumpulan orang
ini sendiri maupun untuk masyarakat disekitarnya. Koperasi sebagai perkumpulan untuk
kesejahteraan bersama, melakukan usaha dan kegiatan dibidang pemenuhan kebutuhan
bersama dari para anggotanya. Usaha disebut juga usaha atau kegiatan ekonomi. Kegiatan
6
ekonomi ini meliputi usaha dibidang produksi, konsumsi, distribusi barang-barang dan
usaha pemberian jasa, antara lain usaha simpan pinjam,angkutan, asuransi dan perumahan.
Adapun nilai yang terdapat pada koperasi antara lan sebagai berikut :
7
Setiap anggota koperasi harus terlibat dalam kegiatan pemeliharaan
lingkungan.
j) Kepedulian terhadap orang lain.
Koperasi memiliki kepedulian yang tinggi terhadap orang lain dan
lingkungan sekitar.
Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Jawa Barat menyatakan nilai-nilai
koperasi perlu diperkenalkan ke sekolah-sekolah guna membangun kegotong royongan
sejak dini.
“Nilai koperasi harus ditanamkan sejak dini. Koperasi bukan hanya sebagai badan
usaha, tetapi jauh di dalamnya terdapat unsur kerja sama dan gotong royong,” ujar
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Jabar Dudi Sudrajat, Rabu (30/8/2017).
Beliau mencontohkan kehidupan di Jepang, di mana koperasi menjadi salah satu budaya.
Selain itu, koperasi masuk ke dalam kurikulum pendidikan di sana.
“Di Jepang budaya gotong royong koperasi sudah diajarkan sejak dini. Sejak kecil
masyarakat sudah diajarkan mandiri untuk membereskan kelasnya sendiri. Tidak
dengan bantuan petugas kebersihan seperti di sini,” katanya.
Dengan menanamkan nilai-nilai koperasi sejak dini, generasi muda dituntut untuk lebih
bertanggung jawab.
“Koperasi tidak populer di anak muda zaman sekarang. Untuk itu kepercayaan
harus mulai diberikan kepada anak muda memulai menggerakan koperasi,”
ucapnya.
Keberhasilan dan koperasi yang solid, tak hanya sebagai indikator kemajuan perekonomian
negara. Tapi
8
Menurut definisi identitas koperasi, koperasi adalah perkumpulan otonom dari
orang-orang yang bergabung secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi
ekonomi, sosial, dan budaya mereka yang sama melalui perusahaan yang dimiliki dan
diawasi secara demokratis. Koperasi juga memiliki nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang
mulia namun dalam kenyataannya, banyak koperasi yang memiliki citra yang buruk di
benak para petani di pedesaan akibat dari sejarahnya dimasa lampau. Selain itu, sebagian
masyarakat dan peteni di pedesaan merasa alergi dengan kata koperasi, hal tersebut
dikarenakan kurangnya atau ketidakpercayaan masyarakat terhadap kinerja koperasi
sebagai badan usaha yang memiliki struktur kelembagaan (struktur organisasi, struktur
kekuasaan, dan struktur insentif) serta kurang memasyarakatnya informasi tentang praktek-
praktek berkoperasi yang benar.
Hal yang paling mendasar untuk mengatasi beberapa permasalahan di atas maka
upaya agar gerakan khususnya di wilayah pedesaan dapat tumbuh dan berkembang sesuai
dengan jati dirinya, yaitu perlu adanya upaya untuk menjernihkan kembali citra koperasi
yang selama ini telah buruk dimata masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan gerakan
kampanye kembali ke kopasi sebagai suatu gerakan yang dapat menseejahterakan
anggotanya dengan melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi, seperti kegiatan untuk
memenehi kepentingan ekonomi para anggotanya pada tingkat usaha yang efektif dan
efisien. Disamping itu, perlu dilakukan audit terhadap koperasi disektor pertanian yang
saat ini dikategorikan bermasalah. Audit ini sekaligus merupakan proses penyaringan
sehingga nantinya koperasi ini dapat berkelanjutan dan diperolah koperasi yang bersih dari
pelanggaran.
Implementasi dari jati diri koperasi yang kedua mengenai nila-nilai koperasi. Adapun
nilai-nilai koperasi berikut penerannya adalah
9
a) Menolong diri sendiri. Contohnya adalah yang terjadi pada koperasi Zen-Noh yang
berada di Jepang. Koperasi merupakan koperasi pertanian yang mempunyai tugas
utama sebagai penyedia barang-barang kebutuhan petani anggotanya, baik yang
digunakan untuk proses produksi maupun konsumsi. Dengan begitu petani yang
menjadi anggota koperasi tersebut telah menolong dirinya sendiri dengan
meringankan beban dirinya untuk memenuhi kebutuhan proses produksi dan juga
kebutuhan untuk konsumsinya. Dengan menjadi anggota koperasi mereka dapat
lebih efisien dalam memenuhi belanja kebutuhan mereka.
b) Tanggungjawab sendiri. Contoh dari nilai koperasi ini adalah ketertiban setiap
anggota untuk membayar simpanan wajib. Apabila anggot akoperasi tidak
mempunyai rasa tanggungjawab sendiri, tentunya pemabayaran simpanan wajib
yang dilakukan dalam jangka waktu yang telah ditentukan tidak akan berjalan.
Karena tidak merasa adanya tanggungjawab terhadap kewajibannya.
c) Contoh penerapan unsur demokrasi dalam koperasi adalah setiap anggota
koperasi mempunyai hak untuk menetukan arah tujuan koperasi sekaligus sebagai
pengendali jalannya koperasi. Dimana anggota koperasi sebagai pengguna
sekaligus merangkap sebagai pemilik koperasi. Seperti yang dilakukan oleh
Cooperative Group di Inggris yang ditunjukkan dengan adanya perhatian dan
dukungan kepada peranan anggotanya dalam mengembangkan prakarsanya di
lingkungannya antara lain melalui pembentukan dana masyarakat, prakarsa sosial,
hak-hak pilih dan kegiatan sukarela. Anggot a mengusulkan hal-hal yang dirasa
penting bagi mereka. Aspek demokrasi di koperasi ini juga ditunjukkan dengan
keterwakilan anggota secara berjenjang.
d) Contoh penerapan dari nilai persamaan adanya rapat anggota, dimana rapat
anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam tat kehidupan koperasi,
rapat anggota dihadiri oleh anggota koperasi dan setiap orang mempunyai hak
suara yang sama.
e) Contoh penerapan nilai keadilan antara lain dapat kita lihat dalam pembagian Sisa
Hasil Usaha (SHU) kepada anggota berdasarkan perimbangan jasa masing-masing
anggota bukan berdasarkan kepemilikan modal dan juga keuntungan yang
diperoleh dari transaksi non-anggota , tidak dialokasikan untuk dibagikan kepada
anggota tetapi digunakan untuk pemupukan modal.
10
f) Nilai solidaritas. dapat terlihat terutama sekali dalam koperasi simpan pinjam
dimana anggota yang mempunyai kelebihan dana dapat mengalokasikan
kelebihannya dengan membantu terhadap yang membutuhkan dana tersebut.
Sehingga secara bersama-sama saling menopang kesusahan.
g) Memenuhi kebutuhan anggotanya. Seperti tidak mengurangi timbangan dan juga
memberikan produk yang baik kepada anggota. Karena anggota koperasi juga
merupakan pengguna koperasi maka sangat kecil kemungkinan bahwa akan ada
unsur penipuan dalam kegiatan koperasi karena imbasnya akan kembali terhadap
anggota sendiri.
h) Koperasi yang bersifat rahasia. Setiap anggota koperasi mempunyai hak untuk
mengetahui keadaan koperasi sebenarnya dari kehidupan koperasi setiap saat dan
juga untuk pengurus koperasi mempunyai kewajiban untuk membeberkan secara
apa adanya keadaan kehidupan koperasi kepada para anggotanya.
i) Tanggungjawab sosial. Banyak sekali tanggungjawab sosial yang telah dilakukan
oleh koperasi diantaranya yang dilakukan oleh Japanese Consumer’s Cooperative
Union (JCCU)). JCCU telah melakukan konservasi lingkungan diantaranya
keterlibatan anggota dalam kegiatan pemeliharaan lingkungan yakni dengan
pengurangan CO2, kampanye pengurangan penggunaan tas plastik, dan kegiatan
daur ulang. Kemudian juga kegiatan lingkungan melalui toko-toko yakni berupa
mengadakan produk-produk yang berwawasan lingkungan, persediaan logistik
untuk melawan pemanasan global, serta pengurangan limbah industri. Dan terakhir
adalah melalui kegiatan lingkungan yang bersifat umum, antara lain dengan
melaksanakan rencana kegiatan koperasi untuk menghentikan pemnasan global,
management lingkungan (ISOO 14001), serta kegiatan sosial.
j) Kepedulian terhadap orang lain. Adapun nilai ini dapat kita lihat penerapannya
seperti pada koperasi Fonterra di Selandia Baru. Fonterra merupakan koperasi susu
yang secara otomatis memelihara ternak. Karena kepedulian terhadap lingkungan
dan masyarakat sekitar, 75% peternak anggota Fonterra telah memindahkan
ternaknya dari lingkungan sekitar sungai dan danau yang menjadi sumber air warga
sekitar.
4.3. Contoh Implementasi Jati Diri Koperasi Indonesia Melalui Prinsip Koperasi
11
Implementasi yang ketiga adalah mengenai prinsip-prinsip koperasi. Adapun
penerapannya adalah :
a) Prinsip kesukarelaan dan keterbukaan. Siapapun yang memenuhi persyaratan
sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD dan ART)
koperasi dapat menjadi anggota. Seseorang tidak dapat dipaksa untuk menjadi
anggota. Mereka dapat dengan bebas menentukan pilihannya. Demikian juga bila
hendak keluar dari koperasi, mereka dapat memutuskan sendiri, asalkan sesuai
dengan ketentuan dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya.
b) Prinsip demokratis. Prinsip ini kurang lebih sama dengan nilai koperasi yakni
demokrasi. Dimana anggota koperasilah yang memegang peranan atas tujuan
koperasi yang menentukan kebijakan koperasi. Dimana anggota koperasi adalah
pemilik koperasi yang secara aktif terlibat dalam membuat keputusan akan langkah
yang diambil koperasi.
c) Prinsip partisipasi ekonomi anggota. Yakni adanya partisipasi anggota dalam
kegiatan koperasi contohnya adalah dalam hal pemodalan, maka anggota koperasi
harus ikut berpartisipasi dalam pemodalan koperasi. Kemudian lagi adalah
membentuk cadangan dari Sisa Hasil Usaha yang berfungsi untuk memupuk modal.
Serta partisipasi anggota untuk melancarkan usaha koperasi dengan terlebih dahulu
menggunakan jasa koperasi apabila koperasi menyediakan sebelum menggunakan
jasa lainnya.
d) Prinsip otonomi dan kebebasan. Prinsip ini mempunyai maksud bahwa koperasi
adalah organisasi yang mandiri yang kegiatannya adalah oleh,dari dan untuk
anggota dimana segala biaya berasal dari anggota, dikelola oleh anggota dan
manfaatnya adalah untuk anggota pula. Oleh sebab itu, koperasi memiliki
kedudukan otonom dan kebebasan untuk mengambil keputusan sendiri. Contohnya
adalah ketika koperasi mengadakan perjanjian dengan pihak lain seperti pemerintah
ataupun badan usaha lain koperasi harus melakukannya berdasarkan pengawasan
oleh para anggotanya dan tetap mempertahankan prinsip otonominya.
e) Prinsip pendidikan, pelatihan, dan penerangan. prinsip ini seringkali dilakukan
oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah. Seperti halnya yang baru
saja dilaksanakan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Provinsi
Jawa Timur pada tanggal 2-5 Maret 2015, yang mengadakan diklat perkoperasian
12
yang diikuti oleh pengurus koperasi mahasiswa dan koperasi wanita dari berbagai
daerah di Jawa Timur. Hal ini bermaksud untuk menumbuhkan SDM dan
penegetahuan serta kesadaran berkoperasi yang lebih mendalam terutama pada jiwa
pengurus koperasi.
f) Prinsip kerjasama antar koperasi. Contoh prinsip kerjasama antar koperasi
diantaranya diterapkan oleh koperasi Zen-Noah Jepang. Dalam rangka memenuhi
kebutuhan anggotanya, koperasi Zen-Noah melakukan kegiatan ekonominya
melalui transaksi dengan koperasi-koperasi luar negeri seperti Zen-Noah Grain
Corporation, yakni perusahaan yang berbasis di New Orleans, Amerika Serikat
sebagai basis distribusi untuk pembelian, pengiriman, penyimpanan dan ekspor
bahan makanan, sekaligus sebagai basis pengumpulan informasi. Tugas utamanya
yakni menjamin kestabilan akses pada komponen utama.
g) Prinsip kepedulian terhadap masyarakat. Pada prinsipnya sama dengan nilai
koperasi berupa kepedulian terhadap orang lain maupun tanggungjawab sosial.
Maka contoh penerapan dari prinsip ini pun juga tak jauh beda dari kedua nilai
tersebut. Contohnya Bank Kerjasama Rakyat di Malaysia yang setiap tahun
membayar zakat usaha kemudian diberikan kepada para pelajar dan beberapa
sekolah di seluruh negeri. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat kepedulian akan
pendidikan masyarakat.
5. Permasalahan Dalam Implementasi Jati Diri Koperasi
Menurut Soedjono (2001), konsep murni dari koperasi berbeda dalam prakteknya
di lapangan sehingga menyebabkan koperasi mengalami krisis jatidiri, hal ini disebabkan
oleh:
a) Lemahnya pemahaman dan kesadaran anggota-anggota dan pemimpin-pemimpin
koperasi akan makna dan jatidiri koperasi. Banyak diantara mereka yang masuk
menjadi anggota koperasi karena mengharapkan fasilitas dan kemudahan-
kemudahan. Kondisi ini membuat koperasi mudah larut dalam arus lingkungan
negara maju ekonomi dan sosial yang seharusnya dikoreksi oleh konsep koperasi.
b) Lemahnya dan tidak efektifnya UU yang mengatur kegiatan koperasi maupun peran
pemerintah. UU No. 25 Tahun 1992 “melucuti” wewenang pemerintah dan tidak
memberi sanksi terhadap pelanggaran.
13
c) Pemerintah yang menjadi pelaksana ketentuan UU Perkoperasian cenderung tidak
konsisten melaksanakan kewajiban dan tugas yang dibebankan oleh UU tersebut.
Dalam prakteknya, Departemen yang membidangi koperasi lebih bersemangat
menggerakkan usaha koperasi daripada membangun koperasi itu sendiri dalam arti
organisasi dan manajerial. Banyak orang yang tidak memahami bahwa organisasi
adalah modal utama koperasi untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha yang benar.
Meski telah disepakati selama hampir 21 tahun sejak disahkannya pada tahun 1995,
Jatidiri Koperasi ICA belum dipahami secara luas, apalagi diterapkan dalam praktek
kehidupan perkoperasian di Indonesia. Demikian pula dalam rangka perumusan kebijakan
pengembangan koperasi oleh pemerintah, Jatidiri Koperasi juga masih sangat terbatas
digunakan sebagai dasar/pedoman kebijakannya. Sosialisasi Jatidiri Koperasi ICA
sebenarnya pernah dilakukan secara intensif (2001-2003) oleh LSP2I (Lembaga Studi
Pengembangan Perkoperasian Indonesia) di berbagai kota di Indonesia, tetapi karena
lembaga ini semata berfungsi sebagai "think tank", yang tidak mempunyai otoritas untuk
menjadikan ketentuan tersebut sebagai pedoman yang harus dilaksanakan, maka tindak
lanjut pelaksanaannyapun masih terbatas. LSP2I mengemukakan beberapa penyebab
keterbatasan implementasi ICA Statement dalam perundangan dan kebijakan pemerintah,
yaitu:
a. Belum optimalnya kerjasama antara pemerintah dan gerakan koperasi.
b. Pemerintah (Kementerian Koperasi & UKM) kurang mensosialisasikan Jatidiri
Koperasi di kalangan instansi-instansi pemerintah, khususnya yang mempunyai
peranan dalam pembangunan koperasi. (Resolusi Konferensi Menteri-menteri
Koperasi se-Asia Pasifik 1997).
c. Sehubungan dengan berlakunya UU otonom; belum ada ketentuan mengenai
pengembangan koperasi yang berjatidiri, yang berlaku secara nasional.
d. Pemerintah belum membuat UU serta peraturan/kebijakan pembinaan koperasi
yang secara konsisten berdasarkan Jatidiri Koperasi ICA (ICIS).
e. Dalam upaya membangun koperasi yang sehat dan mandiri, dukungan pemerintah
belum ditujukan pada penguatan kelembagaan (organisasi dan manajemen usaha).
f. Antara pemerintah dan gerakan koperasi tidak memiliki persepsi/pemahaman dan
penafsiran yang sama terhadap Jatidiri Koperasi sebagai oasis bagi kemitraan dalam
pembangunan Koperasi secara nasional. Kebijakan pembangunan koperasi nasional
14
ini seharusnya dituangkan dalam "Kebijakan Nasional Pembangunan Koperasi",
yang memuat apa yang harus dilakukan gerakan dan apa yang harus dilakukan
pemerintah.
6. Mengatasi Permasalahan Dalam Aktualisasi Jati Diri Koperasi
a) Untuk Pemerintah
Sebagai wujud dari komitmen kita terhadap pelaksanaan Jatidiri Koperasi yang
telah disahkan pada Kongres/Rapat Anggota ICA pada 1995 serta terhadap
Keputusan/Rekomendasi Konperensi Menteri-menteri Koperasi se-Asia Pasifik, maka
semua pihak terkait harus memahami dan melaksankaan Jatidiri Koperasi ICA ini.Berikut
ini masukan untuk pemerintah agar implementasi Jati Diri Koperasi dapat dijalankan lebih
baik lagi, yaitu:
1. Pemerintah (Kementrian Koperasi & UKM) agar mensosialisasikan Jatidiri
koperasi di kalangan instansi-instansi pemerintah, khususnya yang mempunyai
peranan dalam pembangunan koperasi. (Resolusi Konperensi Menteri-menteri
Koperasi se-Asia Pasifik 1997).
2. Sehubungan dengan berlakunya UU otonom; daerah yang memberi wewenang
cukup luas dalam mengembangkan koperasi di daerahnya, maka perlu ada
ketentuan mengenai pegembangan koperasi yang berjatidiri, yang berlaku secara
nasional.
3. Pemerintah segera menyusun UU serta peraturan/kebijakan pembinaan koperasi
yang secraa konsisten berdasarkan jatidiri Koperasi ICA (ICIS).
4. Dalam upaya untuk membangun koperasi yag sehat dan mandiri, dukungan
pemerintah sebaiknya ditujukan pada penguatan kelembagaan (organisasi dan
manajemen usaha). Pemberian fasilitas modal hanya diberikan kepada koperasi,
yang lembaganya benar-benar sudah kuat.
5. Mengingat keberhasilan pembangunan koperasi akan berdampak positif bagi
pembangunan nasional seperti: pengurangan kemiskinan; penciptaan lapangan
kerja; dan penciptaan masyarakat madani yang demokratis, maka kerjasama antara
pemerintah dan gerakan merupakan suatu keharusan.
15
6. Antara pemerintah dan gerakan koperasi perlu memiliki persepsi atau pemahaman
dan penafsiran yang sama terhadap jatidiri koperasi sebagai oasis bagi kemitraan
dalam pembangunan koperasi secara nasional. Kebijakan pembangunan koperasi
nasional ini perlu dituangkan dalam “Kebijakan Nasional Pembangunan Koperasi”,
yang memuat apa yang harus dilakukan gerakan dan apa yang harus dilakukan
pemerintah.
b) Untuk pengurus Koperasi dan Anggota Koperasi
Adapun bagi pengurus dan anggota koperasi ada beberapa masukan antara lain sebagai
berikut :
Bagi pengurus Koperasi
1. Melaksanakan fungsi koperasi sebagamana mestinya
2. Menyalurkan segenap aspirasi dari anggota dalam melakukan kegiatan
operasional koperasi
3. Lebih mengutamakan anggota koperasi dibandingkan diluar anggota
koperasi sebagai salah satu wujud mensejahterakan anggota
4. Adanya bentuk operasional mengenai administrasi dan keuangan koperasi
yang jelas
Bagi anggota koperasi :
1. Melaksanakan hak dan kewajiban sebagai anggota koperasi yang sesuai
dengan ketentuan keanggotaan koperasi
2. Menyadari bahwa koperasi milik bersama dan harus dibangun bersama baik
oleh pengurus maupun anggota
3. Anggota sebagai salah satu cara dalam mengembangkan koperasi karena
koperasi dibentuk untuk dan oleh anggota
16
BAB 3
PENUTUP
1. Kesimpulan
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum
koperasi, dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Koperasi merupakan
kepentingan bersama dari para anggotanya(kekeluargaan). Hal ini dicerminkan
berdasarkan karya dan jasa yang di sumbangkan oleh masing-masing anggota. Jadi,
partisipasi para anggota dalam kegiatan koperasi serta hasil yang taercapai tergantung dari
besar kecilnya karya dan jasanya. Sifat kekeluargaan juga mengandung arti, bahwa dalam
koperasi sejauh mungkin harus dihindarkan timbulnya perselisihan, sikap saling curiga,
sikap pilih kasih yang dapat menimbulkan perpecahan dan kehancuran. Pengertian
mengenai asas kekeluargaan, menurut adat istiadat di indonesia, sehingga sesuai dengan
tujuan negara.
17
Daftar Pustaka
http://ayobandung.com/read/20170830/68/23231/begini-pentingnya-nilai-nilai-koperasi-
perlu-ditanamkan-sejak-dini
http://saranainfoku.blogspot.co.id/2011/02/jati-diri-koperasi-indonesia.html
https://astrisilfianingsih.wordpress.com/koperasi-dan-kewirausaaan/contoh-penerapan-jati-
diri-koperasi/
https://ayupujiutamiblog.wordpress.com/koperasi/makalah-koperasi-contoh-penerapan-
jati-diri-koperasi/
Ibnoe Soedjono. 2007. Membangun Koperasi Mandiri dalam Koridor Jati Diri. Jakarta:
LSP2I-ISC
http://rifqilutfi.blogspot.co.id/2016/09/permasalahan-dalam-mengaktualisasikan.html
18