Anda di halaman 1dari 9

MUBTADA’ & KHABAR

Sebuah Jumlah Ismiyyah (‫س ِميَّة ُج ْملَة‬


ْ ِ‫ )ا‬atau Kalimat Nominal (kalimat sempurna yang
semua katanya adalah Isim), selalu terdiri dari dua bagian kalimat yakni Mubtada’
(Subjek) dan Khabar (Predikat). Pada umumnya seluruh Mubtada’ dalam keadaan
Ma’rifah sedangkan seluruh Khabar (Predikat) dalam keadaan Nakirah. Perhatikan
contoh kalimat-kalimat di bawah ini:

Jumlah Ismiyyah Mubtada’ Khabar


ُُ‫َكبِيْرُ ا َ ْل َبيْت‬ ُُ‫ا َ ْل َبيْت‬ ‫َكبِي ُْر‬
(=rumah itu besar) (=rumah itu) (=besar)
َ
ُُ‫غالُ ا ْل َك ِبي ُُْر ا َ ْل َبيْت‬ ُُ‫ا ْل َك ِبي ُُْر ا َ ْل َبيْت‬ ُ‫غال‬ َ
(=rumah yang besar itu mahal) (=rumah yang besar itu) (=mahal)
ُُ‫ج َِميْلُ ا ْل َك ِبي ُِْر بَيْت‬ ُُ‫ا ْل َك ِبي ُِْر بَيْت‬ ُ‫ج َِميْل‬
(=rumah besar itu indah) (=rumah besar itu) (= indah)
ُُ ‫ت ِم ْفتَا‬
‫ح‬ ُِ ‫ص ِغيْرُ ا ْل َك ِبي ُِْر بَ ْي‬
َ ُُ ‫ت ِم ْفتَا‬
‫ح‬ ُِ ‫ا ْل َك ِبي ُِْر بَ ْي‬ ُ‫ص ِغيْر‬
َ
(=kunci rumah besar itu kecil) (=kunci rumah besar itu) (=kecil)

Dari contoh kalimat di atas diperoleh kesimpulan sebagai berikut:


1. Baik Mubtada’ maupun Khabar, bisa terdiri dari satu kata ataupun lebih.
2. Mubtada’ pada umumnya selalu dalam keadaan Ma’rifah.
3. Khabar pada umumnya selalu dalam keadaan Nakirah.
4. Mubtada’ yang terdiri dari beberapa kata bisa merupakan Shifat-Maushuf (contoh
kalimat II) maupun Mudhaf-Mudhaf Ilaih (contoh kalimat III dan IV)

Sebagai penutup, untuk mengingat-ingat perbedaan antara Shifat-Maushuf, Mudhaf-


Mudhaf Ilaih dan Mubtada’-Khabar, perhatikanlah perbedaan bentuk dan makna
masing-masing pola tersebut dalam kalimat sederhana di bawah ini:

Shifat-Maushuf Mudhaf-Mudhaf Ilaih Mubtada’-Khabar

‫بَيْتٌ َج ِد ْي ٌد‬ ‫بَيْتُ ا ْل َج ِد ْي ِد‬ ‫ا َ ْل َبيْتُ َج ِد ْي ٌد‬


(sebuah rumah baru) (rumah baru) (rumah itu baru)

‫ا َ ْل َبيْتُ ا ْل َك ِبي ُْر‬ ‫بَيْتُ ا ْل َك ِبي ِْر‬ ‫ا َ ْل َبيْتُ َك ِبي ٌْر‬


(rumah yang besar) (rumah besar) (rumah itu besar)
Mubtada ialah isim marfu' yang bebas dari amil lafazh, sedangkan khabar ialah isim
marfu' yang di-musnad-kan kepada mubtada, contohnya seperti perkataan:
(Zaid berdiri); (dua Zaid itu berdiri); dan (Zaid-Zaid itu
berdiri).

Maksudnya: Mubtada itu isim marfu' yang kosong atau bebas dari amil lafazh, yakni:
yang me-rafa'-kan mubtada itu bukan amil lafazh, seperti fa'il atau naibul fa'il,
melainkan oleh amil maknawi, yaitu oleh ibtida atau permulaan kalimat saja.

Sedangkan khabar adalah isim marfu' yang di-musnad-kan atau disandarkan kepada
mubtada, yakni tidak akan ada khabar kalau tidak ada mubtada dan mubtada itulah
yang me-rafa'-kan khabar,seperti lafazh: (Zaid berdiri). Lafazh menjadi
mubtada yang di-rafa'-kan oleh ibtida, tanda rafa'-nya dengan dhammah karena isim
mufrad. Sedangkan lafazh menjadi khabar-nya yang di-rafa'-kan oleh mubtada,
tanda rafa'-nya dengan dhammah karena isim mufrad.

(Dua Zaid itu berdiri). Lafazh menjadi mubtada yang di-rafa'-


kan, tanda rafa'-nya dengan alif karena isim tatsniyah. Sedangkan lafazh
menjadi khabar yang di-rafa'-kan oleh mubtada, tanda rafa'-nya dengan alif karena
isim tatsniyah.

(Zaid-Zaid itu berdiri). Lafazh mubtada dan menjadi


khabar-nya, di-rafa'-kan dengan memakai wawu karena jamak mudzakkar salim.

Kata nazhim:

Mubtada ialah isim yang selamanya di-rafa'-kan dan terbebas dari setiap lafazh yang
menjadi amil.

Sedangkan khabar ialah isim yang marfu' di-musnad-kan (disandarkan) kepada


mubtada karena sesuai pada lafazhnya.

Pembagian Mubtada
Mubtada itu terbagi menjadi dua bagian, yaitu mubtada yang zhahir dan mubtada
yang mudhmar (dhamir). Mubtada zhahir penjelasannya telah dikemukakan.

Sedangkan mubtada yang mudhmar (isim dhamir) ada dua belas, yaitu: (saya),
(kami atau kita), (kamu -laki-laki), (kamu -perempuan), (kamu
berdua -laki-laki/perempuan), (kalian -laki-laki), (kalian -perempuan),
(dia -laki-laki), (ia -perempuan), (mereka berdua -laki-laki/perempuan),
(mereka semua -laki-laki, (mereka semua -perempuan), seperti perkataan
(saya berdiri).

Adapun meng-i'rab-nya adalah sebagai berikut: (saya) berkedudukan menjadi


mubtada yang di-rafa'-kan, tanda rafa'-nya mabni sukun. Sedangkan lafazh
menjadi khabar-nya, di-rafa'-kan, tanda rafa'-nya dengan dhammah. Dan
(kami berdiri). Lafazh berkedudukan menjadi mubtada, di-rafa'-kan,
tanda rafa'-nya dengan mabni dhammah, sedangkan menjadi khabar-nya, juga
di-rafa'-kan, tanda rafa'-nya dengan wawu karena jamak mudzakkar salim.

Dan lafazh yang menyerupainya, seperti:

Kata nazhim:

Mubtada, yaitu isim zhahir sebagaimana (pada contoh-contoh) yang telah


dikemukakan, atau dhamir, seperti (kamu patut untuk menetapkan
hukum -diantara manusia).
Tidak diperbolehkan membuat mubtada dengan menggunakan isim dhamir muttashil,
tetapi diperbolehkan dengan setiap dhamir yang munfashil. Diantaranya ialah:

Pembagian Khabar

Khabar itu ada dua bagian, yaitu khabar mufrad dan khabar ghair mufrad.

1. Khabar mufrad

(Khabar mufrad) adalah khabar yang bukan berupa jumlah (kalimat) dan bukan pula
menyerupai jumlah.

Contoh: (Zaid berdiri); kedua-duanya isim mufrad.

Dan juga termasuk khabar mufrad bila mubtada dan khabar itu terdiri dari isim
tatsniyah dan jamak, seperti contoh di bawah:

= Zaid-Zaid itu berdiri;

= dua Zaid itu berdiri;

= Zaid-Zaid itu berdiri.

2. Khabar ghair mufrad

Khabar ghair mufrad ialah, khabar yang terdiri dari jumlah, seperti jumlah ismiyah
(mubtada dan khabar lagi), atau jumlah fi'liyyah (yaitu terdiri dari fi'il dan fa'il
sebagaimana yang akan dijelaskan di bawah ini).
Khabar ghair mufrad ada empat macam, yaitu: 1. Jar dan majrur; 2. zharaf; 3. fi'il
beserta fa'ilnya; dan 4. mubtada beserta khabarnya. Contohnya seperti perkataan:
(Zaid berada di dalam rumah); khabarnya terdiri dari jar dan majrur.
(Zaid berada di sisimu); khabarnya zharaf, (Zaid, ayahnya telah
berdiri); khabarnya terdiri dari fi'il dan fa'il. (Zaid hamba
perempuannya pergi); khabar-nya terdiri dari mubtada dan khabar lagi.

Contoh lain:

= Ustadz atau guru itu berada di dalam madrasah atau sekolah.

Lafazh (lp 56) berkedudukan menjadi mubtada, sedangkan (lp 57) khabar-nya.

(lp 58) = Ustadz itu di hadapan murid-murid.

Lafazh (lp 59) menjadi mubtada, sedangkan (lp 60) zharaf makân (keterangan tempat)
menjadi khabar-nya.

(lp 60) = Ustadz ltu tabiatnya baik.

Lafazh (lp 61) berkedudukan menjadi mubtada, dan (lp 62) fi'il madhi, sedangkan (lp
63) menjadi fa'il-nya. Jumlah fi'il dan fa'il berada pada mahall (tempat) rafa' yang
menjadi khabar dari lafazh (lp 64)

(lp 65) = Zaid hamba perempuannya pergi.

Lafazh (lp 66) berkedudukan menjadi mubtada, sedangkan (lp 67) menjadi mubtada
kedua, dan (lp 68) menjadi khabar dari mubtada kedua yang berada pada mahall
(tempat) rafa' menjadi khabar lagi dari lafazh (lp 69).

Perlu diingatkan, bahwa khabar yang dibuat dari jumlah mubtada dan khabar, atau
terdiri dari fi'il dan fa'il disebut khabar jumlah. Adapun khabar yang terdiri dari jar
dan majrur atau zharaf disebut syibh (serupa) jumlah, karena jar-majrur dan zharaf
itu bukan menjadi khabar yang sebenarnya, sebab yang menjadi khabar yang
sebenarnya ialah muta'allaq-nya tersimpan atau tersembunyi, yang taqdir-nya dapat
atau boleh dengan isim mufrad, seperti: (lp 70) atau dengan jumlah fi'il dan fa'il,
seperti lafazh: (lp 71).

Lafazh: (lp 72), pada hakikatnya: (lp 73); (lp 74) pada hakikatnya: (lp 75).
Oleh karena lafazh muta'allaq-nya dapat di-taqdir-kan (diperkirakan) isim mufrad dan
di-taqdir-kan fi'il madhi, maka disebutlah dengan syibh jumlah (serupa jumlah).

Kata nazhim:

(lp 76)

Adakalanya khabar itu mufrad dan ghair mufrad. Yang pertama ialah (khabar
mufrad), yaitu lafazh dalam nazhaman (bait syair) yang telah disebutkan.

(lp 77)

Sedangkan khabar ghair mufrad hanya terbatas pada empat macam, yang lain tidak.
Empat macam itu ialah zharaf, jar dan majrur, fa'il beserta fi'ilnya yang telah
dikemukakan, dan mubtada beserta khabar yang dimilikinya

MUBTADA DARI MUDOF ILAIH

Dalam bahasa Arab ada dua macam jumlah atau kalimat (dalam bahasa Indonesia),
yaitu ; jumlah ismiyah (kalimat nominal) dan jumlah fi’liyah (kalimat verbal). Jumlah
ismiyah adalah jumlah yang disusun dari dua unsur, yaitu ; ‫ مبتدأ‬Mubtada (pokok
kalimat) dan khobar (keterangan). Sedangkan jumlah fi’liyah adalah jumlah yang
disusun dari dua unsur, yaitu ; fi’il (kata kerja) dan fa’il (pelaku/subjek).

Pada bagian ini akan dibahas tentang ‫ مبتدا‬mubtada dari ‫ مضاف إليه‬mudoh ilaih.
Sebelumnya kita bahas terlebih dahulu “apa itu ‫ مبتدا‬mubtada” dan “apa itu
‫ مضاف إليه‬mudoh ilaih”.

1. ‫ مبتدا‬Mubtada.

‫ مبتدا‬Mubtada adalah salah satu unsur dalam suatu jumlah ismiyah yang berfungsi
sebagai pokok kalimat dan letaknya wajib/selalu di awal jumlah. Mubtada dibentuk
dari isim (kata benda) yang benda tersebut sifatnya harus ma’rifah (tentu/jelas). Isim
ma’rifah diantaranya ; dhomir, isim alam, isim isyaroh, isim yang diberi alif dan lam
didepanya dan susunan Idofah.
Contoh :

‫البيت كبير‬
Rumah itu besar = albaitu (mubtada) kabiirun (khobar)

‫أناتلميذ‬
Saya seorang pelajar = ana (mubtada) tilmiidzun (khobar)

2. Idofah. Dalam bahasa Indonesia disebut juga kata majemuk. Adalah suatu
ungkapan yang terdiri dari dua kata yang kedua-duanya adalah isim (kata benda),
yang pertama disebut ‫ مضاف‬mudof, yang kedua disebut ‫ مضاف إليه‬mudof ilaih dan
memiliki satu pengertian (arti).

a. Mudof adalah isim yang disandarkan kepada isim sesudahnya/didepannya, yang


sifatnya menjadi ma’rifah atau tertentu/khusus karena hubungan ini, sifatnya
ma’rifah. Artinya harokatnya bertanwin dan pada waktu diidofahkan maka
tanwinnya harus dibuang, jika bentuknya mufrod. Dan jika mustanna atau jamak
mudzakar salim maka ‫( ن‬nun) nya harus dibuang.

b. Mudof ilaih adalah isim yang terletak sesudah mudof, yang letaknya wajib majrur
atau berbaris kasroh dengan bunyi (i) atau (in).
Contoh :
‫مسجد مدرسۃ‬
Masjid sekolah = masjidul (mudof) madrosati (mudof ilaih)
‫سورۃالفاتحۃ‬
Surat alfatihah = suuratul (mudof) faatihati (mudof ilaih)
3. Mubtada dari mudof ilaih adalah mudof/ mudof ilaih yang
berkedudukan/berfungsi sebagai pokok kalimat pada jumlah ismiyah.
Contoh :
‫سيرۃ اٲلستاذ‬
Mobil guru itu bagus = Sayyaaratul ustaadzi (mubtada mudof ilah) jamiilatun
(khobar)
‫كتاب علي‬
Buku Ali baru = Kitaabu Aliyin (mubtada mudof ilah) jadiidun (khobar)
‫كتاب فاطمۃ‬
Buku Fatimah baru = Kitaabu Fatimata (mubtada mudof ilah) jadiidatun (khobar)
‫ۃسطرۃٲستاذ‬
Penggaris guru baru = Mistharatu ustaadin (mubtada mudof ilah) jadiidatun (khobar)
‫درجۃأستاذف الفناء‬
Sepeda guru di halaman = Darraajatu ustadzin (mubtada mudof ilah) fil finaa i
(khobar)
Serka Rahmat Iin Suryana, KIB Arab ‘08

ُ ‫ ال ُج ْملَةُ ال ُم ِف ْيدَة‬/ ‫ا َ ْل َكالَ ُم‬

Jumlah mufidah adalah susunan kata yang dapat memberikan faedah yang sempurna.

Contoh:

‫ي َم ِِ ْريض‬
ٌّ ‫ع ِل‬
َ

‫ي‬
ٌّ ‫ع ِل‬
َ ‫َر َج َع‬
Adapun susunan kata yang tidak memberikan faedah yang sempurna tidak dinamakan
sebagai Jumlah Mufidah.

Contoh:

‫ي‬ َ ‫ِإ ْن َر َج َع‬


ٌّ ‫ع ِل‬
ُ‫ي فَأ َ ْك ِر ْمه‬ َ ‫إِ ْن َر َج َع‬
ٌّ ‫ع ِل‬

Jumlah ismiyah adalah jumlah yang diawali dengan isim

Contoh:
‫ي َم ِِ ْريض‬
ٌّ ‫ع ِل‬
َ

‫ي‬
ٌّ ‫ُم َح َّمد نَ ِب‬
Jumlah fi’liyah adalah jumlah yang diawali dengan fi’il

Contoh:

َ ‫ذَه‬
‫َب زَ يْد‬

‫ي‬
ٌّ ‫ع ِل‬
َ ‫َر َج َع‬

Anda mungkin juga menyukai