Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN ASUHAN KEPERAWATAN


GOUT

OLEH

1. Ni Luh Anda Kristianti (102011503)


2. Bima Elsa Paulina Sitinjak (102011505)
3. Sri Widyasari (102011517)
4. Gusti Ayu Kade Widya Aryanti (102011518)

SI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JEMBRANA
2017
LAPORAN PENDAHULUAN
GOUT

I. Tinjauan Teori
A. Definisi
Gout bisa diartikan sebagai sebuah penyakit dimana terjadi penumpukan
asam urat dalam tubuh secara berlebihan, baik akibat produksi yang meningkat,
pembuangan yang menurun, atau akibat peningkatan asupan makanan kaya purin.
Gout ditandai dengan serangan berulang arthritis (peradangan sendi) yang akut,
kadang-kadang disertai pembentukan kristal natrium urat besar yang dinamakan
tophus, deformitas (kerusakan) sendi secara kronis dan cidera (Naga 2012, hal
112). Arthritis Gout adalah suatu proses inflamasi (pembengkakan yang terjadi
karena deposisi, deposit/timbunan kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi.
Gout juga merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan metabolik
yang ditandai dengan meningkatnya konsentrasi asam urat.
Arthrtis gout adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai gambran
khusus, yaitu arthritis akut, artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari pada
wanita, pada pria seringkali mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita
biasanya mendekati masa menopouse (Mansjoer 2009, hal 542)
Dari definisi diatas, penyakit asam urat dapat disempulkan penyakit yang
disebabkan karena meningkatnya kadar asam urat dalam tubuh yang umumnya
lebih banyak menyerang pada laki-laki, serangan asam urat ini ditandai dengan
peradangan sendi yang akut yaitu berupa rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk pada
sendi yang sakit secara terus menerus atau saat aktivitas.
B. Etiologi
Arthritis Gout disebabkan karena tingginya kadar asam urat dalam darah
(hiperurisemia). Penyebab hiperurisemia antara lain:
1. Adanya gangguan metabolisme purin bawaan
2. Kelainan pembawa sifat atau gen
3. Kelebihan mengkomsumsi makan berkadar purin tinggi seperti: daging,
jeroan, kepiting, kerang, keju, kacang tanah, bayam, bucis.
4. Penyakit seperti: leukemia (kanker sel darah putih), kemoterapi, ra-
dioterapi
5. Konsumsi minumam beralkohol
6. Pengaruh obat-obatan terhadap kadar asam urat dengan efek yang
ditimbulkanya dapat menghambat ekskresi asam urat dalam ginjal (seperti
: aspirin, diuretik)
7. Penimbunan kristal asam urat dalam sendi
8. Kegemukan
9. Hiperurisemia : konsentrasi asam urat yang larut dalam darah berlebih ( >
6.8 mg/dl) Akibat overproduksi asam urat atau ekskresi (pengeluaran)
yang berkurang.
Sedangkan menurut sustrani (2005), faktor yang berpengaruh sebagai
penyebab asam urat adalah
1. Faktor keturunan
2. Diet tinggi protein dan makanan kaya senyawa purin lainnya seperti
daging, makanan laut, kacang-kacangan, bayam, jamur dan kembang kol
3. Akibat konsumsi alkohol berlebihan
4. Hambatan dari pembuangan asam urat karena penyakit tertentu, terutama
gangguan ginjal
5. Penggunaan obat tertentu yang meningkatkan kadar asam urat, terutama
diuretika ( furosemida dan hidroklorotiazida )
6. Penggunaan antibiotika berlebihan
7. Penyakit tertentu pada darah seperti leukimia dan polisitomia
8. Faktor lain seperti stres, diet ketat, cidera sendi, darah tinggi dan olah raga
berlebihan
C. Manifestasi Klinis
Menurut Mansjoer (2009), Secara klinis ditandai denagan adanya artritis,
tofi, dan batu ginjal. Yang penting diketahui bahwa asam urat sendiri tidak akan
mengakibatkan kristal monosodium urat, pengendapannya dipengaruhi oleh suhu
dan tekanan, oleh sebab itu, sering terbetuk tofi pada daerah-daerah telinga, siku,
lutut.
Pada telinga misalnya, karena permukaannya yang lebar dan tipis serta
mudah tertiup angin, kristal-kristal tersebut mudah mengedap dan menjadi tofi,
demikian pula di tempat lainnya, tofi itu sendiri terjadi dari kristal-kristal urat
yang dikelilingi oleh benda-benda asing yang meradang, termasuk sel-sel raksasa.
Serangan seringkali terjadi pada malam hari, biasanya sehari sebelumnya
pasien tampak segar bugar tanpa keluhan. Tiba-tiba tengah malam terbangun oleh
rasa sakit yang hebat sekali. Daerah khas yang sering mendapat sering mendapat
serangan adalah pangkal ibu jari kaki sebelah dalam.
1. Serangan gout biasanya timbul secara mendadak/akut, kebanyakan linu
atau nyeri menyerang pada malam hari atau pagi hari saat bangun tidur
2. Jika gout menyerang, sendi-sendi yang terserang tampak: merah
mengkilat, bengkak, kulit diatasnya terasa panas disertai nyeri yg sangat
hebat, persendian sulit digerakkan.
3. Serangan pertama gout pada umumnya berupa serangan akut yg terjadi
pada pangkal ibu jari kaki bagian belakang disebut (padagra)
4. Rasa sakit yang hebat dan peradangan lokal. Pasien mungkin juga
menderita demam (>38°C) tdk menurun selama 3 hari walau sudah
dilakukan perawatan. dan jumlah sel darah putihmeningkat
5. Pada kasus gout kronis dpt timbul tofus yaitu endapan seperti kapur
dikulit yg membentuk suatu tonjolan/ benjolan yg menandai pengendapan
kristal asam urat.
6. Sering muncul pada daun telinga, siku, tumit belakang, dan punggung
tangan.
7. Bengkak pada kaki atau peningkatan BB yg tiba2
8. Diare atau muntah
D. Patofisiologi
Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang
mengandung asam urat tinggi dan sistem ekskresi asam urat yang tidak adekuat
akan menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam plasma darah
(Hiperurecemia), sehingga mengakibatkan kristal asam urat menumpuk dalam
tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon
inflamasi. Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain,
maka asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam urat
yang akan berakumulasi atau menumpuk di jaringan konektif diseluruh tubuh,
penumpukan ini disebuttofi. Adanya kristal akan memicu respon inflamasi akut
dan netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom tidak hanya merusak jaringan, tapi
juga menyebabkan inflamasi.
Pada penyakit gout akut tidak ada gejala-gejala yang timbul. Serum urat
meningkat tapi tidak akan menimbulkan gejala. Lama kelamaan penyakit ini akan
menyebabkan hipertensi karena adanya penumpukan asam urat pada ginjal.
Serangan akut pertama biasanya sangat sakit dan cepat memuncak. Serangan ini
meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama ini sangat nyeri yang
menyebabkan tulang sendi menjadi lunak dan terasa panas, merah. Tulang sendi
metatarsophalangeal biasanya yang paling pertama terinflamasi, kemudian mata
kaki, tumit, lutut, dan tulang sendi pinggang. Kadang-kadang gejalanya disertai
dengan demam ringan. Biasanya berlangsung cepat tetapi cenderung berulang dan
dengan interval yang tidak teratur.
Periode interkritical adalah periode dimana tidak ada gejala selama serangan
gout. Kebanyakan pasien mengalami serangan kedua pada bulan ke-6 sampai 2
tahun setelah serangan pertama. Serangan berikutnya disebut dengan polyarticular
yang tanpa kecuali menyerang tulang sendi kaki maupun lengan yang biasanya
disertai dengan demam. Tahap akhir serangan gout atau gout kronik ditandai
dengan polyarthritis yang berlangsung sakit dengan tofi yang besar pada
kartilago, membrane sinovial, tendon dan jaringan halus.Tofi terbentuk di jari,
tangan, lutut, kaki, ulnar, helices pada telinga, tendon achiles dan organ internal
seperti ginjal.Kulit luar mengalami ulcerasi dan mengeluarkan pengapuran,
eksudat yang terdiri dari kristal asam urat
Perjalanan penyakit gout sangat khas dan mempunyai 3 tahapan
1. Tahap I (tahap artritis gout akut)
Pada tahap ini penderita akan mengalami serangan artritis yang khas dan
serangan tersebut akan menghilang tanpa pengobatan dalam waktu 5 – 7
hari. Karena cepat menghilang, maka sering penderita menduga kakinya
keseleo atau terkena infeksi sehingga tidak menduga terkena penyakit
gout dan tidak melakukan pemeriksaan lanjutan.
2. Tahap II (tahap artritis gout akut intermiten)
Ditandai dengan serangan artritis yang khas. Selanjutnya penderita akan
sering mendapat serangan (kambuh) yg jarak antara serangan yg satu&
serangan berikutnya makin lama makin rapat &lama, serangan makin
lama makin panjang, serta jumlah sendi yang terserang makin banyak
maka menimbulkan nyeri yang berkepanjangan.
3. Tahap III (tahap artritis gout kronik bertofus)
Tahap ini terjadi bila penderita telah menderita sakit selama 10 tahun atau
lebih. Pada tahap ini akan terjadi benjolan-benjolan di sekitar sendi yang
sering meradang yang disebut sebagai tofus. Tofus ini berupa benjolan
keras yang berisi serbuk seperti kapur yang merupakan deposit dari
kristal urat. Tofus ini akan mengakibatkan kerusakan pd sendi dan tulang
di sekitarnya.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Didapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah yaitu = > 6 mg %
normalnya pada pria 7 mg% dan pada wanita 6 mg%.
2. Pemeriksaan cairan tofi sangat penting untuk pemeriksaan diagnosa yaitu
cairan berwarna putih seperti susu dan sangat kental sekali.
3. Pemeriksaan darah lengkap
4. Pemeriksaan ureum dan kratinin
a. kadar ureum darah normal : 5-20 ,mg/dl
b. kadar kreatinin darah normal :0,5-1 mg/dl
F. WOC
Genetic, sekresi asam urat menurun, produksi
asam urat meningkat

Gangguan
metabolisme purin

Pengkristalan

GOUT

Hiperurisemia dan serangan Proses inflamasi Peningkatan tekanan pada jaringan,


sinofitis akut berulang – ulang dilatasi pembuluh darah

Leukosit meningkat
Perubahan pH local atau pengeluaran
Penimbunan kristal urat zat kimia seperti histamin
monohidrat monosodium
Tampak tanda – tanda
m
infeksi : rubor, kalor, Merangsang ujung – ujung
Penimbunan Kristal pada dolor. saraf
membrane sinovial dan
tulang rawan artikular
Resiko Infeksi Peningkatan tekanan local

Erosi tulang rawan sendi dan Menaikkan reseptor nyeri


pembentukan peanus

Nyeri Akut
Degenerasi tulang
rawan sendi
Menurunnya aktifitas
dan ekstremitas tidak
Terbentuknya tofus dan dapat gerakkan
fibrosis ankilosis pada
tulang
Meningkatnya
tirah baring
Perubahan bentuk tubuh
pada tulang dan sendi
Kerusakan
Integritas Kulit
Gangguan
Citra Tubuh

Hambatan Mobilitas
Fisik
II. Tinjauan Kasus

A. Pengkajian
Terdiri dari DS (data subjektif) dan DO (data objektif). Data subjektif
merupakan data yang diperoleh berdasarkan pengkajian terhadap pasien atau
keluarga pasien (apa yang dikatakan pasien atau keluarga pasien), sedangkan data
objektif adalah data yang diperoleh dari pemeriksaan.
1. Identitas
Nama, umur ( sekitar 50 tahunan ), alamat, agama , jenis kelamin
(biasanya 95% penderita gout adalah pria), dll.
2. Keluhan Utama
Pada umumnya klien merasakan nyeri yang luar biasa pada sendi ibu jari
kaki ( sendi lain ).
3. Riwayat Kesehatan
a. Tanyakan keluhan nyeri yang terjadi, biasanya pada ibu jari kaki atau
pada sendi-sendi lain. Bagaimana gejala awalnya dan bagaimana klien
menanggulanginya. Obat-obatan yang diperoleh.
b. Tentukan apakah ada nyeri saat digerakkan, bengkak, dan kemerahan,
demam subfebris, periksa adanya nodul diatas sendi.
c. Kaji adanya kecemasan dan ketakutan dalam melakukan aktivitas dan
masalah-masalah yang terkait dengan psikososialnya.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan apakah pernah ada anggota keluarga klien yang menderita
penyakit yang sama seperti yang diderita klien sekarang ini.
5. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a. Kebutuhan nutrisi
1) Makan : kaji frekuensi, jenis, komposisi (pantangan makanan kaya
protein dan kaya purin)
2) Minum : kaji frekuensi, jenis (pantangan alkohol)
b. Kebutuhan eliminasi
1) BAK : kaji frekuensi, jumlah, warna, bau
2) BAB : kaji frekuensi, jumlah, warna, bau
c. Kebutuhan aktivitas
Biasanya klien kurang atau tidak dapat melaksanakan aktivitas sehari-
hari secara mandiri akibat nyeri dan pembengkakan.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Muskuloskeletal
Biasanya terjadi pembengkakan yang mendadak (pada ibu jari) dan
nyeri yang luar biasa serta juga dapat terbentuk kristal di sendi-sendi
perifer, deformitas (pembesaran sendi). Area sendi bengkak (kulit
hangat, tegang, warna keunguan), nyeri tekan pada sendi yang terkena,
nyeri pada saat digerakan.
b. Sistem Perkemihan
Hampir 20% penderita gout memiliki batu ginjal.
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Asam urat meningkat
b. Sel darah putih dan sedimentasi eritrosit meningkat (selama fase akut)
c. Pada aspirasi sendi ditemukan asam urat
d. Pemeriksaan urin
e. Rontgen

B. Diagnosa Keperawatan
Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien dengan Gout adalah
sebagai berikut :
1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan, proses penyakit, agen
cedera biologis.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan tirah baring
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian dan
imobilitas.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh tulang
atau sendi.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan proses inflamasi
C. Rencana Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan, proses penyakit, agen
cedera biologis
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Nyeri
berkurang/dapat teratasi
Kriteria Hasil :
a. Melaporkan rasa nyeri yang sudah teratasi (rasa nyeri berkurang)
b. Dapat mendemontrasikan keterampilan relaksasi dan aktivitas diversional
sesuai situasi individu.
Rencana tindakan :
a. Kaji riwayat nyeri seperti lokasi; frekwensi ; durasi dan intensitas (skala 1
– 10) dan upaya untuk mengurangi nyeri.
Rasional : Informasi merupakan data dasar untuk evaluasi atau efektifitas
intervensi yang dilakukan. Pengalaman nyeri setiap individu bervariasi
karena mengganggu fisik dan psikologi.
b. Beri kenyamanan dengan mengatur posisi klien dan aktivitas diversional.
Rasional : Menolong dan meningkatkan relaksasi dan refokus
c. Dorong penggunaan stress management seperti tehnik relaksasi,
visualisasi, komunikasi therapeutik melalui sentuhan.
Rasional : Melibatkan dan memberikan partisipasi aktif untuk
meningkatkan kontrol
d. Anjurkan pasien mengurangi mengonsumsi makanan tinggi purin
Rasional : Makanan tinggi purin akan dimetabolisme menjadi asam urat
seperti jeroan, daging sapi, kacang-kacangan/belinjo, dll.
e. Evaluasi/Kontrol berkurangnya rasa nyeri. Sesuaikan pemberian medikasi
sesuai kebutuhannya
Rasional : Tujuan umum/maksimal mengomtrol tingkat nyeri dan
minimum ada keterlibatan dalam ADLs.
f. Kolaborasi: Beri analgetik sesuai indikasi dan dosis yang tepat.
Rasional : Rencana terorganisasi dan meningkatkan kesempatan dalam
mengontrol rasa sakit. Klien harus berpartisipasi aktif dalam perawatan di
rumah.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan tirah baring.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kerusakan
integritas kulit dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
a. TTV dalam rentang normal
b. Turgor kulit baik
c. Tidak ada eritema
d. Lesi berkurang
Rencana tindakan :
a. Ukur tanda-tanda vital.
Rasional : Untuk mengetahui derajat/ adekuatnya perfusi jaringan dan
menentukan intevensi selanjutnya.
a. Anjurkan klien untuk merubah posisi secara berkala
Rasional: mencegah terjadinya luka dan infeksi.
b. Lakukan perawatan luka
Rasional : untuk merawat luka dan mencegah infeksi
c. Monitor tanda-tanda infeksi seperti bau, eritema, dan demam
Rasional : mengetahui tanda - tanda infeksi.
d. Kolaborasi pemberian antibiotic topical.
Rasional : mengatasi pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme.

3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian dan imobilitas


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan hambatan
mobilitas fisik dapat teratasi.
Kriteria hasil :
a. Meningkatnya aktivitas fisik
b. Meningkatkan fungsi sistem gerak
c. Status ADL pasien baik
Rencana tindakan
a. Monitor TTV
Rasional : Untuk mengetahui derajat/ adekuatnya perfusi jaringan dan
menentukan intevensi selanjutnya.
b. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan
Rasional : Penggunaan alat bantu dapat mencegah terjadinya cedera
c. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
Rasional : Mengetahui tingkat kemampuan pasien dalam mobilisasi
d. Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan penuhi kebutuhan ADL.
Rasional : Mencegah terjadinya cedera

4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh tulang


atau sendi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan gangguan citra
tubuh dapat teratasi.
Kriteria hasil :
a. Body image positif
b. Mempertahankan interaksi sosial
Rencana tindakan:
a. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional : Mencegah adanya perasaan menarik diri
b. Kaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap tubuhnya
Rasional : Memperbaiki perasaan sehat secara umum dan percaya diri
c. Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, dan prognosis penyakit.
Rasional : Untuk mengetahui dan menentukan perkembangan pasien.

5. Resiko infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko infeksi
dapat teratasi.
Kriteria hasil :
a. Tidak ada tanda-tanda infeksi
Rencana tindakan:
a. Dorong perubahan posisi / ambulasi yang sering.
Rasional : Meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu
mobilisasi sekresi
dalam mengatasi perasaan cemas.
b. Tingkatkan masukan cairan adekuat.
Rasional : Membantu dalam mengencerkan sekret pernafasan untuk
mempermudah pengeluaran dan mencegah statis cairan tubuh
c. Kaji tingkat ansietas yang dialami oleh pasien
Rasional : Mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan yang dirasakan
oleh pasien.
d. Pantau suhu, catat adanya menggigil dan takikardia.
Rasional : Adanya proses inflamasi / infeksi membutuhkan evaluasi /
pengobatan.

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997).

E. Evaluasi Keperawatan
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainnya. Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. TN
DENGAN DIAGNOSA MEDIS GOUT
DI RUANG FLAMBOYAN RUMAH SAKIT UMUM NEGARA
TANGGAL 25 – 28 NOVEMBER 2017

I. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. TN
Umur : 62 Tahun
Agama : Hindu
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : Mendoyo Dauh Tukad
Tanggal Masuk : 25 November 2017
Tanggal Pengkajian : 25 November 2017
No. Register : 10202077
Diagnosa Medis : Gout

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn.TN
Umur : 37 Tahun
Hub. Dengan Pasien : Anak
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Mendoyo Dauh Tukad
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
Saat MRS : Pasien mengeluh nyeri pada ibu jari kaki kanan
Saat ini : Pasien mengeluh nyeri pada ibu jari kaki kanan

2) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini


Pasien mengatakan sejak 5 bulan yang lalu pasien mengeluh nyeri
pada ibu jari kaki kanan. Pada tanggal 25 November 2017 pukul 09.00
Wita, pasien dirujuk ke UGD Rumah Sakit Umum Negara, kemudian
pasien dirawat diruang Flamboyan. Saat dilakukan pengkajian pasien
mengeluh nyeri pada ibu jari kaki kanan dan terdapat benjolan , pasien
mengatakan nyeri disebabkan karena terlalu banyak makan jeroan,
pasien mengatakan nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk, nyeri
dirasakan pada sendi ibu jari kaki kanan, skala nyeri 6 dari 0-10 skala
yang diberikan, sering muncul nyeri setiap pasien mengonsumsi jeroan
dan nyeri lebih dirasakan pada malam hari, nyeri dirasakan saat
berjalan dan bergerak, pasien mengatakan susah untuk berjalan, pasien
mengatakan ada benjolan pada ibu jari kaki kanan, pasien tampak
meringis. Saat dilakukan pengkajian ditemukan hasil TTV yaitu TD
140/90 mmHg, Nadi 112 x/menit, Suhu 37,9 0 C, RR 20 x/menit.

3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya


Keluarga pasien mengatakan upaya yang dilakukan untuk
mengatasinya dengan berobat beberapa kali periksa dengan dokter di
puskesmas.

b. Status Kesehatan Masa Lalu


1) Penyakit yang pernah dialami
Sebelumnya pasien memilki riwayat penyakit hipertensi yang mana
pada saat itu pasien hanya berobat dirumah dan bila gejala berlanjut
pasien hanya membawanya ke puskesmas.
2) Pernah dirawat
Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah dirawat di Rumah
Sakit manapun, pasien mengatakan hanya periksa/kontrol di
Puskesms 1 Mendoyo.

3) Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi makanan, obat dan
debu.

4) Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)


Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok, minum kopi alcohol dan
lain lain.

5) Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit hipertensi, ayah dan
ibu kadung pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi, pasien
mengatakan ayah pasien memiliki riwayat penyakit gout.

6) Diagnosa Medis dan therapy


Diagnosa : Gout
Therapy : 1. IVFD NaCl 20 tpm
2. Kodein 3 x 50 mg
3. Sulfioirazon 2 x 200mg

3. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)


a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan keadaan sehat itu dapat beraktivitas dengan baik.
Pasien mengatakan keadaan sakit merupakan keadaan tubuh yang lemah
dan tidak dapat melakukan kegiatan apapun.

b. Pola Nutrisi-Metabolik
Sebelum sakit : Pasien mengatakan makan 3 x sehari dengan porsi
cukup dengan menu tempe, tahu, ikan minum ± (
1500 ml),/ hari
Saat sakit : Pasien mengatakan nafsu makan biasa, makan 3
x/hari dengan porsi cukup dengan menu tempe,
sayur, telur, dan terkadang diselingi dengan makan
bubur, minum ± (1200 ml)

c. Pola Eliminasi
1) BAB
Sebelum sakit : Pasien mengatakan BAB teratur, 1 x sehari disetiap
pagi hari dengan feses lembek, tidak disertai darah
Saat sakit : Pasien mengatakan BAB teratur, 1x sehari,
konsistensi feses lembek, warna kecoklatan
2) BAK
Sebelum sakit : Pasien mengatakan BAK teratur 4 x sehari, urine
berwarna jernih kekuningan, tidak disertai dengan
darah dan nanah.
Saat sakit : Pasien mengatakan BAK 4 x sehari, urine
berwarna kekuningan, tidak disertai darah.

d. Pola aktivitas dan latihan


1) Aktivitas
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain
dan alat, 4: tergantung total
2) Latihan
Sebelum sakit : Pasien mengatakan sebelum sakit dapat melakukan
aktivitas dengan mandiri. Tanpa bantuan dari orang
lain dan tanpa bantuan dengan alat.
Saat sakit : Pasien mengatakan lemah, melakukan aktivitas
dengan mandiri, tetapi terkadang pasien
memerlukan bantuan dari orang lain.

e. Pola kognitif dan Persepsi


Pasien dan keluarga pasien mengatakan sudah mengetahui tentang
penyakitnya dan sudah mengetahui mengenai penanggulangannya.

f. Pola Persepsi-Konsep diri


Pasien mengtakan tentang perasaan mengenai dirinya bahwa ia merasa
lemah, pasien tampak dapat berinteraksi dengan keluarganya dengan baik.

g. Pola Tidur dan Istirahat


Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidur ± 6 jam dalam sehari, tidur
malam mulai jam 11 dan bangun jam 5 pagi.
Saat sakit : Pasien mengatakan tidur ± 6 jam dalam sehari, tidur
malam mulai jam 11 dan bangun jam 5 pagi.

h. Pola Peran-Hubungan
Pasien mengatakan tinggal serumah dengan suami dan orang tunnya,
pasien mengatakan dapat berhubungan dengan baik dengan setiap anggota
keluarga.

i. Pola Seksual-Reproduksi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan sudah menikah, pasien
mengatakan sudah memiliki 2 anak.
Saat sakit : Pasien mengatakan sudah menikah, pasien
mengatakan sudah memiliki 2 anak

j. Pola Toleransi Stress-Koping


Pasien mengatakan tidak nyaman dengan kondisi saat ini. Pasien
mengatakan dengan ditemani oleh suami dan orangtuanya, pasien merasa
tidak khawatir.
k. Pola Nilai-Kepercayaan
Pola nilai kepercayaan baik, pasien melakukan persembahyangan secara
Hindu diatas tempat tidur.

4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum : Lemah
Tingkat kesadaran : Composmetis
GCS : verbal : 5 Psikomotor : 5 Mata : 4

b. Tanda-tanda Vital : TD : 140/90 mmHg


Nadi : 112x/menit
Suhu : 37,9 ̊ C
RR : 20 x/menit

c. Keadaan fisik
1. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala normocephalic, warna rambut hitam,
ketombe tidak ada, tidak ada luka, kepala bersih.
Palpasi : Tidak nyeri kepala , benjolan tidak ada.

2. Mata
Inspeksi : Pata sejajar, konjungtiva tidak anemis, tidak ada
ikterik pada sklera, ada reflek pupil terhadap cahaya
Palpasi : Nyeri pada mata tidak ada, tidak ada benjolan

3. Telinga
Inspeksi : Liang telinga ada serumen, aurikula tidak ada lesi,
tidak ada kemerahan, tidak ada pembengkakan
Palpasi : Nyeri telinga tidak ada, benjolan tidak ada

4. Hidung dan Sinus


Inspeksi : Tidak ada kemerahan, tidak ada pembengkakan, tidak
ada luka, tidak terdapat nafas cuping hidung.
Palpasi : Nyeri hidug tidak ada, benjolan tidak ada
5. Mulut dan Faring
Inspeksi : Mukosa mulut lembab, tidak ada luka pada mukosa
oral, tidak ada pembengkakan pada gusi
Palpasi : Nyeri daerah bibir tidak ada, benjolan tidak ada

6. Leher
Inspeksi : Tdak ada jaringan parut, tidak ada massa, tidak ada
kemerahan, tidak ada luka.
Palpasi : Nyeri tidak ada, benjolan tidak ada, denyut karotis
teraba

7. Toraks (Paru)
Inspeksi : Bentuk dada normochest, warna kulit sama dengan
warna kulit lain, tidak ada luka, tidak ada benjolan.
Palpasi : Nyeri tidak ada, benjolan tidak ada, tidak ada fraktur
iga, taktil fremitus seimbang,
Perkusi : Pada perkusi paru suara yang dihasilkan sonor
Auskultasi : Frekuensi dada 20 x/menit, pola nafas teratur, terdapat
tidak suara nafas tambahan.

8. Toraks (Jantung)
Inspeksi : Ada thrill, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan
Palpasi : Tidak ada nyeri, tidak ada benjolan, batas jantung kiri
ics 2 sternal kiri dan ics 4 sternal kiri, batas kanan ics 2
sternal kanan dan ics 5 axila anterior kanan,
Perkusi : Pada perkusi jantung suara yang dihasilkan redup
Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2, tidak ada suara tambahan,
murmur tidak ada.

9. Payudara dan Aksila


Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada benjolan, tidak ada
kemerahan, tidak ada luka, tidak ada perubahan warna
kulit.
Palpasi : Tidak ada nyeri, tidak ada benjolan.
10. Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris, warna kulit sama dengan warna kulit
lain, tidak ada luka atau lesi.
Auskultasi : Bising usus 10 x/menit, terdengar gelombang
peristaltik.
Perkus : Pada perkusi abdomen suara yang dihasilkan timpani,
pada hati suara yang dihasilkan pekak.
Palpasi : Tidak ada nyeri abdomen

11. Genetalia
Inspeksi : tidak ada luka, tidak ada perdarahan
Palpasi : tidak ada nyeri

12. Integumen
Inspeksi : Warna kulit sawo matang, wajah pasien tampak tidak
pucat, tidak terdapat luka
Palpasi : Tidak ada nyeri, turgor kulit kurang elastis, badan
pasien teraba hangat.

13. Ekstermitas
1). Atas
Inspeksi : Tidak ada luka, rentang gerak normal,.
Palpasi : Tidak ada nyeri, capillary refill 2 detik

2). Bawah
Inspeksi : Tidak ada luka, tidak ada dislokasi, rentang gerak
terbatas, tidak ada fraktur, gaya berjalan tampak
pincang dan lambat, tampak terdapat benjolan
kemerahan pada ibu jari kaki kanan
Palpasi : Ada nyeri dan benjolan pada ibu jari kaki kanan.
14. Neurologis
Pengkajian saraf kranial
1. Olfaktorius : Dapat membedakan bau
2. Optikus : Dapat melihat dengan baik
3. Okulomtor : Ada reaksi pupil terahdap cahaya
4. Troklearis : Bola mata bergerak kesegala arah
5. Trigeminalis : Dapat merasakan sentuhan
6. Abdusen : Gerakan bola mata lateral
7. Fasialis : Dapat mengangkat kedua alis
8. Akustikus : Dapat mendengar dengan baik
9. Glossofaring : Dapat menelan dan mengunyah
10. Vagus : Dapat mengeluarkan suara
11. Aksesorius : Dapat mengangkat bahu
12. Hipoglosal : Lidah dapat bergerak ke segala arah

Pemeriksaan refleks
1. Biceps : Fleksi pada perkusi 2
2. Triceps : Ekstensi pada perkusi 2
3. Achilles percussion : Plantar fleksi pada perkusi 2
4. Knee percussion : Ekstensi pada perkusi 2
5. Babinsky : Kelima jari kaki plantar fleksi
6. Kaku kuduk : Dagu dapat menyentuh dada
7. Brudsinsky I : Saat dagu di tekuk tidak muncul rasa nyeri
8. Brudsinsky II : Saat kaki kanan fleksi kaki kiri ikut fleksi

d. Pemeriksaan Penunjang
1. Data laboratorium yang berhubungan
Dilakukan pemeriksaan laboratorium pada tanggal 2 Oktober 2017.
Hemoglobin : 12 gr/dl ( 12-15 g/dl )
Hematokrit : 26 % ( 35-47 % )
Leukosit : 11.100/mmk ( 4-11 ribu/mmk )
Ureum : 35 mg/dl ( 15-39 mg/dl )
Asam Urat : 10,5 mg/dl ( 3.5 – 7 mg/dl)
2. Pemeriksaan radiologi

Ditemukan pembengkakan jaringan lunak dengan kalsifikasi (tophus)


berbentuk seperti topi terutama di sekitar sendi ibu jari kaki kanan.
Tampak pembengkakan sendi yang asimetris dan kista arthritis erosif.
Peradangan dan efusi sendi.
5. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
DS : Kerusakan jaringan Nyeri akut
P : pasien mengatakan nyeri disebabkan
karena terlalu banyak amakn jeroan.
Q : nyeri dirasakan seperti tertusuk-
tusuk.
R : pasien mengeluh nyeri pada sendi
ibu jari kaki kanan.
S : skala nyeri 6 dari 0-10 skala yang
diberikan.
T : sering muncul nyeri, setiap pasien
mengkonsumsi jeroan dan daging
sapi, dan nyeri lebih dirasakan saat
malam hari dan saat bergerak atau
berjalan.

DO :
1. Pasien tampak meringis
2. Terdapat benjolan kemerahan pada
ibu jari kaki kanan
3. Tekanan darah 140/90 mmHg
4. Nadi 112 x/menit
5. Asam urat : 10,5 mg/dl
DS : Nyeri persendian Gangguan
1. Pasien mengatakan susah untuk mobilitas fisik
berjalan
2. Pasien mengatakan ada benjolan pada
ibu jari
3. Pasien mengatakan nyeri pada saat
bergerak atau berjalan

DO :
1. Rentang gerak ekstremitas bawah
terbatas
2. Gaya berjalan tampak pincang dan
lambat
3. Tampak terdapat benjolan kemerahan
pada ibu jari kaki kanan
DS : - Proses inflamasi Resiko infeksi

DO
1. Suhu tubuh 37,9 ̊ C
2. Tampak ada kemerahan pada sekitar
benjolan di ibu jari kaki kanan pasien
3. Tampak ada benjolan
4. Tampak terdapat penurunan fungsi
gerak pada ekstremitas bawah
5. Leukosit : 11.100/mm3
II. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN /MASALAH KOLABORATIF
BERDASARKAN PRIORITAS

N TANGGAL/JAM DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL TTD


O DITEMUKAN TERATASI
1 25 November 2017, Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan Selasa, 28-11-2017
Pukul 09.00 Wita jaringan ditandai dengan pasien mengatakan Pukul 09.00 Wita
nyeri disebabkan karena terlalu banyak amakn
jeroan, nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk,
pasien mengeluh nyeri pada sendi ibu jari kaki
kanan, skala nyeri 6 dari 0-10 skala yang
diberikan, sering muncul nyeri, setiap pasien
mengkonsumsi jeroan dan daging sapi, dan
nyeri lebih dirasakan saat malam hari dan saat
bergerak atau berjalan, pasien tampak
meringis, terdapat benjolan kemerahan pada
ibu jari kaki kanan, tekanan darah 140/90
mmHg, nadi 112 x/menit, asam urat : 10,5
mg/dl.

2 25 November 2017, Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan Selasa, 28-11-2017


Pukul 09.00 Wita nyeri persendian ditandai dengan Pasien Pukul 09.00 Wita
mengatakan susah untuk berjalan, pasien
mengatakan ada benjolan pada ibu jari, pasien
mengatakan nyeri pada saat bergerak atau
berjalan, rentang gerak ekstremitas bawah
terbatas, gaya berjalan tampak pincang dan
lambat, tampak terdapat benjolan kemerahan
pada ibu jari kaki kanan

3 25 November 2017, Resiko infeksi berhubungan dengan proses Selasa, 28-11-2017


Pukul 09.00 Wita inflamasi ditandai dengan Suhu tubuh 37,9 ̊ C, Pukul 09.00 Wita
tampak ada kemerahan pada sekitar benjolan di
ibu jari kaki kanan pasien, tampak ada benjolan
, tampak terdapat penurunan fungsi gerak pada
ekstremitas bawah, leukosit 11.100 mm3
III. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari/ No Rencana Perawatan Ttd


Tgl Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Sabtu I Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor TTV pasien 1. Mengetahui keadaan
25/11 keperawatan selama 3 x 24 2. Kaji riwayat nyeri umum dan status nyeri
2017 jam diharapkan rasa nyeri seperti lokasi, frekwensi 2. Informasi merupakan
dapat teratasi dengan kriteria durasi dan intensitas data dasar untuk evaluasi
hasil : (skala 1 – 10) dan upaya atau efektifitas intervensi
1. Pasien mengatakan rasa untuk mengurangi nyeri. yang dilakukan.
nyeri berkurang 3. Beri kenyamanan 3. Menolong dan
2. Skala nyeri 0-3 dari 0-10 dengan mengatur posisi meningkatkan relaksasi
skala yang diberikan pasien senyaman 4. Melibatkan dan
3. TTV dalam rentang mungkin memberikan partisipasi
normal yaitu TD 120/80 4. Dorong penggunaan aktif untuk
mmHg, Nadi 60-100 stress management meningkatkan kontrol
x/menit, Suhu 36,5-37 ̊ seperti tehnik distraksi, 5. Anlgetiik opioid dapat
C, RR 16-20 x/menit relaksasi, komunikasi mengatasi nyeri ringan –
4. Pasien tampak rileks therapeutik melalui sedang.
5. Nilai asam urat sentuhan. 6. Mengetahui nilai asam
mendekati normal ( 3,5 – 5. Kolaborasi dalam urat dan keefektifan
7 mg/dl) pemberian analgetik terapi.
Kodein 3 x 50 mg
6. Kolaborasi dalam
pemeriksaan
laboratorium asam urat

Sabtu II Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kemampuan pasien 1. Mengetahui tingkat


25/11 keperawatan selama 3 x 24 dalam mobilisasi kemampuan pasien dalam
2017 jam diharapkan hambatan 2. Bantu klien untuk mobilisasi
mobilitas fisik dapat teratasi menggunakan tongkat 2. Penggunaan alat bantu
dengan kriteria hasil : saat berjalan dapat mencegah
1. Meningkatnya aktvitas 3. Dampingi dan bantu terjadinya cedera
fisik pasien. pasien saat mobilisasi 3. Membantu encegah
2. Pasien dapat melakukan dan penuhi kebutuhan terjadinya cedera dan
ADL dengan atau tanpa ADL. meningkatkan
bantuan. kemampuan ADL pasien.

Sabtu III Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda – tanda 1. Mengetahui keadan
25/11 keperawatan selama 3 x 24 vital umum pasien
2017 jam diharapkan resiko 2. Kaji tanda – tanda 2. Untuk mengetahui
infeksi dapat teratasi dengan infeksi adanya tanda – tanda
kriteria hasil : 3. Kolaborasi dalam infeksi dan perubahan
1. Benjolan berkurang pemberian obat kondisi pasien.
2. Kemerahan pada sendi sulfioirazon 2 x 200mg 3. Sulfipirazon bekerja
ibu jari kaki kanan 4. Kolaborasi dalam meningkatkan
berkurang pemeriksaan pengeluaran asam urat
3. Tanda – tanda vital laboratorium leukosit melalui urine dengan
dalam rentang normal cara menghambat
atau mendekati normal reabsorbsi asam urat.
(TD 120/80 mmHg, Nadi 4. Peningkatan nilai
60-100 x/menit, Suhu leukosit menunjukkan
36,5-37 ̊ C, RR 16-20 adanya proses infeksi.
x/menit).
4. Nilai leukosit mendekati
atau dalam rentang
normal (4 rb – 11 rb
mm3)
IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari/Tgl/Jam No Tindakan Keperawatan Evaluasi proses Ttd


Dx
Sabtu, 25-11 -17, I,III Memonitor TTV pasien S : Pasien mengucapkan terima
Pukul 09.00 Wita kasih setelah melakukan
pemeriksaan TTV
O : TD : 140/90 mmHg,
N : 112 x/menit,
S : 37,9 ̊ C
R : 20 x/menit

Pukul 09.20 Wita I Mengkaji riwayat nyeri seperti S : Pasien mengatakan merasa nyeri
lokasi, frekwensi durasi dan pada sendi ibu jari kaki kanan,,
intensitas (skala 1 – 10) dan nyeri dirasakan saat bergerak dan
upaya untuk mengurangi nyeri. berjalan terutama pada malam
hari, skala nyeri 6 dari 0-10 skala
yang diberikan, nyeri dirasakan
seperti tertusuk-tusuk
O : Pasien tampak meringis

Pukul 10.00 Wita I,II,III Melaksanakan pemberian obat S : Pasien mengatakan merasa lemas
Kodein 1 x 50 mg O : Obat sudah diberikan, obat
Sulfioirazon 1 x 200mg sudah benar-benar diminum,
tidak ada reaksi alergi

Pukul 10.30 Wita I Mendorong penggunaan stress S : Pasien mengatakan merasa


management seperti tehnik sangat tidak nyaman
distraksi, relaksasi, komunikasi O : Tampak terdapat meringis,
therapeutik melalui sentuhan. tehnik rileksasi sudah dilakukan

Pukul 10.40 Wita I Memberi kenyamanan dengan S : Pasien mengatakan merasa


mengatur posisi pasien sedikit lebih nyaman setelah
senyaman mungkin diberikan posisi yang nyaman
O : pasien tampak lebih tenang

Pukul 14.00 Wita I,III Melaksanakan pemberian obat S : Pasien mengatakan merasa lemas
Kodein 1 x 50 mg O : Obat sudah diberikan, obat
Sulfioirazon 1 x 200mg sudah benar-benar diminum,
tidak ada reaksi alergi

Pukul 15.30 Wita I Kolaborasi dalam pemeriksaan S : Pasien mengatakan merasa tidak
laboratorium asam urat dan nyaman
leukosit O : Asam urat : 10,5 mg/dl
Leukosit : 11.100 mm3

Pukul 15.45 Wita II Mengkaji kemampuan pasien S : Pasien mengatakan merasa nyeri
dalam mobilisasi saat berjalan
O : Pasien tampak pincang saat
berjalan

Pukul 16.15 Wita II Membantu klien untuk S : Pasien mengatakan belum


menggunakan tongkat saat terbiasa menggunakan tongkat
berjalan O : Pasien tampak belajar
menggunakan tongkat untuk
berjalan

Pukul 19.30 Wita II Mendampingi dan membantu S : Pasien mengatakan setelah


pasien saat mobilisasi dan dimobilisasi badan terasa lebih
penuhi kebutuhan ADL. nyaman
O : Pasien tampak lebih nyaman

Pukul 20.00 Wita III Mengkaji tanda – tanda infeksi S : Pasien mengatakan masih
merasa nyeri pada kaki
O : Kaki pasien tampak kemerahan,
masih terdapat bengkak, badan
pasien teraba hangat, S : 37,7 ̊ C

Pukul 20.20 Wita I Melaksanakan pemberian obat S : Pasien mengatakan merasa lemas
Kodein 1 x 50 mg O : Obat sudah diberikan, obat
sudah benar-benar diminum,
tidak ada reaksi alergi

Minggu, 26-11 -17, I,III Memonitor TTV pasien S : Pasien mengucapkan terima
Pukul 09.00 Wita kasih setelah melakukan
pemeriksaan TTV
O : TD : 130/80 mmHg,
N : 110 x/menit,
S : 37,5 ̊ C
R : 20 x/menit

Pukul 09.20 Wita I Mengkaji riwayat nyeri seperti S : Pasien mengatakan mersa nyeri
lokasi, frekwensi durasi dan pada sendi ibu jari kaki kanan,,
intensitas (skala 1 – 10) dan nyeri dirasakan saat bergerak dan
upaya untuk mengurangi nyeri. berjalan terutama pada malam
hari, skala nyeri 5 dari 0-10 skala
yang diberikan, nyeri dirasakan
seperti tertusuk-tusuk
O : Pasien tampak meringis

Pukul 10.00 Wita I,III Melaksanakan pemberian obat S : Pasien mengatakan merasa lemas
Kodein 1 x 50 mg O : Obat sudah diberikan, obat
Sulfioirazon 1 x 200mg sudah benar-benar diminum,
tidak ada reaksi alergi

Pukul 10.30 Wita I Mendorong penggunaan stress S : Pasien mengatakan merasa sudah
management seperti tehnik lebih nyaman dari sebelumnya
distraksi, relaksasi, komunikasi O : Tehnik rileksasi sudah
therapeutik melalui sentuhan. dilakukan, pasien tampak lebih
nyaman

Pukul 10.40 Wita I Memberi kenyamanan dengan S : Pasien mengatakan merasa lebih
mengatur posisi pasien nyaman setelah diberikan posisi
senyaman mungkin yang naman dengan posisi tidur
O : pasien tampak lebih tenang

Pukul 14.00 Wita I,III Melaksanakan pemberian obat S : Pasien mengatakan merasa lemas
Kodein 1 x 50 mg O : Obat sudah diberikan, obat
Sulfioirazon 1 x 200mg sudah benar-benar diminum,
tidak ada reaksi alergi

Pukul 15.30 Wita I Kolaborasi dalam pemeriksaan S : Pasien mengatakan merasa tidak
laboratorium asam urat dan nyaman
leukosit O : Asam urat : 10 mg/dl
Leukosit : 11.000 mm3

Pukul 15.45 Wita II Mengkaji kemampuan pasien S : Pasien mengatakan masih


dalam mobilisasi merasa nyeri saat berjalan
O : Pasien tampak berjalan
menggunakan tongkat.

Pukul 16.15 Wita II Membantu klien untuk S : Pasien mengatakan sudah


menggunakan tongkat saat terbiasa menggunakan tongkat
berjalan O : Pasien tampak berjalan
menggunakan tongkat untuk
berjalan

Pukul 19.30 Wita II Mendampingi dan membantu S : Pasien mengatakan setelah


pasien saat mobilisasi dan dimobilisasi badan terasa lebih
penuhi kebutuhan ADL. nyaman
O : Pasien tampak lebih nyaman

Pukul 20.00 Wita III Mengkaji tanda – tanda infeksi S : Pasien mengatakan masih
merasa nyeri pada kaki
O : Kaki pasien tampak kemerahan,
masih terdapat bengkak, badan
pasien teraba hangat, S : 37,2 ̊ C

Pukul 20.20 Wita I Melaksanakan pemberian obat S : Pasien mengatakan merasa lemas
Kodein 1 x 50 mg O : Obat sudah diberikan, obat
sudah benar-benar diminum,
tidak ada reaksi alergi

Senin, 27-11 -17, I,III Memonitor TTV pasien S : Pasien mengucapkan terima
Pukul 09.00 Wita kasih setelah melakukan
pemeriksaan TTV
O : TD : 130/80 mmHg,
N : 100 x/menit,
S : 37 ̊ C
R : 20 x/menit

Pukul 09.20 Wita I Mengkaji riwayat nyeri seperti S : Pasien mengatakan mersa nyeri
lokasi, frekwensi durasi dan pada sendi ibu jari kaki kanan,
intensitas (skala 1 – 10) dan terutama pada malam hari, skala
upaya untuk mengurangi nyeri. nyeri 4 dari 0-10 skala yang
diberikan
O : Pasien tampak lebih rileks

Pukul 10.00 Wita I,III Melaksanakan pemberian obat S : Pasien mengatakan merasa lemas
Kodein 1 x 50 mg O : Obat sudah diberikan, obat
Sulfioirazon 1 x 200mg sudah benar-benar diminum,
tidak ada reaksi alergi

Pukul 10.40 Wita I Memberi kenyamanan dengan S : Pasien mengatakan merasa lebih
mengatur posisi pasien nyaman setelah diberikan posisi
senyaman mungkin yang nyaman dengan posisi tidur
O : pasien tampak lebih tenang

Pukul 14.00 Wita I,III Melaksanakan pemberian obat S : Pasien mengatakan merasa lemas
Kodein 1 x 50 mg O : Obat sudah diberikan, obat
Sulfioirazon 1 x 200mg sudah benar-benar diminum,
tidak ada reaksi alergi

Pukul 15.30 Wita I,III Kolaborasi dalam pemeriksaan S : Pasien mengatakan merasa tidak
laboratorium asam urat dan nyaman
leukosit O : Asam urat : 9 mg/dl
Leukosit : 10.000 mm3

Pukul 15.45 Wita II Mengkaji kemampuan pasien S : Pasien mengatakan sudah


dalam mobilisasi mampu berjalan dengan bantuan
alat bantu
O : Pasien tampak berjalan
menggunakan tongkat, pasien
tampak sudah mampu berjalan
dikarenakan nyeri sudah mulai
berkurang, dan bengkak pada ibu
jari kaki kanan sudah berkurang

Pukul 16.15 Wita II Membantu klien untuk S : Pasien mengatakan sudah


menggunakan tongkat saat terbiasa menggunakan tongkat
berjalan O : Pasien tampak berjalan
menggunakan tongkat untuk
berjalan
Pukul 19.30 Wita II Mendampingi dan membantu S : Pasien mengatakan setelah
pasien saat mobilisasi dan dimobilisasi badan terasa lebih
penuhi kebutuhan ADL. nyaman
O : Pasien tampak lebih nyaman

Pukul 20.00 Wita III Mengkaji tanda – tanda infeksi S : Pasien mengatakan bengkak
pada ibu jari kaki kanan sudah
berkurang, kemerahan sudah
mulai hilang
O : Ibu jari kaki pasien tampak tidak
ada kemerahan, bengkak sudah
berkurang, badan pasien tidak
teraba hangat, S : 37 ̊ C

Pukul 20.20 Wita I Melaksanakan pemberian obat S : Pasien mengatakan merasa lemas
Kodein 1 x 50 mg O : Obat sudah diberikan, obat
sudah benar-benar diminum,
tidak ada reaksi alergi

Selasa, 28-11 -17, I,III Memonitor TTV pasien S : Pasien memgatakan sudah
Pukul 08.00 Wita merasa lebih membaik
O : TD : 130/80 mmHg,
N : 90 x/menit,
S : 37 ̊ C
R : 20 x/menit

Pukul 09.00 Wita I Mengkaji riwayat nyeri seperti S : Pasien mengatakan nyeri
lokasi, frekwensi durasi dan berkurang, nyeri pada sendi ibu
intensitas (skala 1 – 10) dan jari kaki kanan, skala nyeri 4 dari
upaya untuk mengurangi nyeri. 0-10 skala yang diberikan
O : Pasien tampak lebih rileks
E. EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tgl No
No Evaluasi Ttd
Jam Dx
1 Selasa, 28-11-17, I S : Pasien mengatakan nyeri berkurang, nyeri pada sendi ibu
Pukul 09.00 Wita jari kaki kanan, skala nyeri 4 dari 0-10 skala yang
diberikan, masih sedikit nyeri pada malam hari.
O : TD : 130/80 mmHg, Nadi 90 x/menit, Suhu tubuh 37 ̊ C,
RR 20 x/menit, asam urat : 9 mg/dl, pasien tampak rileks
A : Tujuan belum tercapai, masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi no
1. Monitor TTV pasien
2. Kaji riwayat nyeri seperti lokasi, frekwensi durasi dan
intensitas (skala 1 – 10) dan upaya untuk mengurangi
nyeri.
3. Beri kenyamanan dengan mengatur posisi pasien
senyaman mungkin
4. Dorong penggunaan stress management seperti tehnik
distraksi, relaksasi, komunikasi therapeutik melalui
sentuhan.
5. Kolaborasi dalam pemberian analgetik Kodein 3 x 50
mg
6. Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium asam
urat

2 Selasa, 28-11-17, II S : Pasien mengatakan setelah dimobilisasi badan terasa


Pukul 09.00 Wita lebih nyaman, pasien mengatakan sudah mampu berjalan
dengan bantuan alat bantu
O : Pasien tampak lebih nyaman, pasien tampak berjalan
menggunakan tongkat, pasien tampak sudah mampu
berjalan dikarenakan nyeri sudah mulai berkurang, dan
bengkak pada ibu jari kaki kanan sudah berkurang
A : Tujuan tercapai, masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien

3 Selasa, 28-11-17, III S : Pasien mengatakan bengkak pada ibu jari kaki kanan
Pukul 09.00 Wita sudah berkurang, kemerahan sudah mulai hilang
O : TD : 130/80 mmHg, N : 90 x/menit, S : 37 ̊ C R : 20
x/menit, ibu jari kaki pasien tampak tidak ada
kemerahan, bengkak sudah berkurang, badan pasien
tidak teraba hangat, S : 37 ̊ C, leukosit : 10.000 mm3
A : Tujuan tercapai, masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien

Anda mungkin juga menyukai