Anda di halaman 1dari 7

KEMAS 9 (2) (2014) 115-121

Jurnal Kesehatan Masyarakat


http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas

FAKTOR RISIKO UNDERWEIGHT BALITA UMUR 7-59 BULAN

Fitri Kurnia Rahim

Prodi S1 Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Masalah penelitian adalah faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan status
Diterima 6 November 2013 gizi underweight pada balita. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang
Disetujui 28 November 2013 berhubungan dengan status gizi underweight pada balita. Metode penelitian survei pada
Dipublikasikan Januari 2014
balita umur 7-59 bulan di wilayah Puskesmas Leuwimunding sebanyak 200 sampel,
Keywords: menggunakan cluster random sampling. Pengambilan data dengan wawancara dan
Underweigt; pengukuran berat badan secara langsung menggunakan alat ukur dacin. Analisis data
Parenting; menggunakan chi square. Hasil penelitian menunjukkan balita yang tergolong status gizi
Consumption. underweight sebanyak 31,40 %, yang mengalami diare kronik 14,90 %, dan pneumonia
8,80 %. Praktik pemberian makan anak balita tergolong kurang baik sebanyak 43,80 %,
praktik pengobatan anak balita tergolong kurang baik sebanyak 25,30 %, dan praktik
kesehatan anak balita tergolong kurang baik sebanyak 41,80 %. Tingkat konsumsi energi
kurang baik pada anak balita sebanyak 60,30 %, dan tingkat konsumsi protein kurang
baik pada anak balita 54,60 %. Simpulan penelitian, faktor yang berhubungan dengan
status gizi buruk pada balita umur 7-9 bulan yaitu pola asuh pemberian makan balita,
tingkat konsumsi energi, dan protein balita.

RISK FACTORS OF UNDERWEIGHT IN CHILDREN AGED 7-59 MONTHS

Abstract
The research problem was whether the factors associated with underweight nutritional sta-
tus in children under five. Research purpose to determine the factors associated with under-
weight nutritional status in toddler. Survey method in infants aged 7-59 months in the re-
gion of Leuwimunding health center amounts 200 samples, using cluster random sampling.
Data collected by interview and direct weight measurement using bathroom scales. Data
analysis by chi square. The results showed the nutritional status of toddler were classified as
underweight as 31.40 %, which was experiencing chronic diarrhea 14.90% and pneumonia
8.80%. Unfavorable practice of toddler feeding as 43.80%, unfavorable treatment practices
of toddler as 25.30%, and unfavorable health practices of toddler as unfavorable as 41.80%
. The rate of energy consumption is not good for toddler as much as 60.30%, and the rate
of protein consumption wass less good in 54.60% of toddler. The conclusions, factors associ-
ated with underweight nutritional status in infants aged 7-9 months were toddler feeding,
level of energy consumption, and protein toddlers.

© 2014 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: ISSN 1858-1196
Jl. Lingkar Kadugede No.02 Telp. (0232) 875847 Fax (0232) 875123
E-mail: fitri_kurniarahim@yahoo.com
Fitri Kurnia Rahim / KEMAS 9 (2) (2014) 115-121

Pendahuluan tersedia di sekitar mereka atau belum mampu


menyediakan makanan yang bernilai gizi baik
Gizi adalah salah satu faktor terpenting (Heli, 2006; Flegal, 2007). Usia paling rawan
yang mempengaruhi individu atau masyarakat, terkena defisiensi ini adalah umur dua tahun
dan karenanya merupakan issue fundamental karena pada kurun waktu itu berlangsung masa
dalam kesehatan masyarakat (Emerson, 2005; peralihan dari ASI ke pengganti ASI atau ma-
Mendez, 2005). Status gizi pada balita dapat kanan sapihan. Pengganti ASI maupun maka-
berpengaruh terhadap beberapa aspek. Gizi nan sapihan seringkali memiliki kandungan
kurang pada balita, membawa dampak negatif karbohidrat tinggi tetapi mutu dan kandungan
terhadap pertumbuhan fisik maupun mental, proteinnya sangat rendah (Norman, 2008; Fle-
yang selanjutnya akan menghambat presta- gal, 2007).
si belajar. Akibat lainnya adalah penurunan Hasil pemantauan status gizi (PSG) yang
daya tahan, menyebabkan hilangnya masa hi- dilakukan oleh 31 puskesmas di Kabupaten
dup sehat balita, serta dampak yang lebih se- Majalengka, prevalensi gizi pada buruk tahun
rius adalah timbulnya kecacatan, tingginya 2008 sebesar 6,3 %, pada tahun 2009 sebesar 6,9
angka kesakitan dan percepatan kematian (Ali, % dan pada tahun 2010 sebesar 5,2 % (Dinas
2006; Mamhidira, 2006; Andriani, 2012). Seca- Kesehatan Kabupaten Majalengka, 2010). Ber-
ra nasional berdasarkan riskesdas tahun 2010 dasarkan hasil pemantauan status gizi tahun
prevalensi status gizi pada balita yang tergo- 2010, prevalensi gizi kurang paling tinggi ter-
long berat kurang (underweight) adalah 17,9 dapat di wilayah Puskesmas Leuwimunding
%. Adapun di Jawa Barat prevalensi balita gizi yaitu 18,2 %. Jumlah balita yang terkena gizi
buruk (BB/U) adalah 3,1 %, sedangkan status buruknya adalah 103 balita, dan angka preva-
gizi kurang 9,9 %. Wilayah Puskesmas Leuwi- lensinya 2,5 %. Prevalensi balita kategori gizi
munding salah satu kecamatan di Jawa Barat kurang lebih besar dari angka prevalensi nasio-
memiliki prevalensi gizi kurang 18.2 %, angka nal dan prevalensi gizi buruk lebih rendah di-
prevalensi tersebut lebih tinggi dibandingkan bandingkan dengan angka nasional tetapi angka
dengan provinsi. Prevalensi gizi kurang yang tersebut masih cukup tinggi. Angka prevalensi
cukup tinggi dikhawatirkan dapat berimplikasi tersebut pun masih tinggi dibandingkan angka
pada status gizi buruk pada periode selan- capaian wilayah yaitu maksimal 0,4 % kasus
jutnya. Keadaan gizi masyarakat akan mem- gizi buruk. Prevalensi gizi kurang yang cukup
pengaruhi tingkat kesehatan dan umur harapan tinggi dikhawatirkan dapat berimplikasi pada
hidup yang merupakan salah satu unsur utama status gizi buruk pada periode selanjutnya.
dalam penentuan keberhasilan pembangunan Selain itu, menurut data BPS Kabupa-
negara yang dikenal dengan istilah Human De- ten Majalengka berdasarkan presentase jum-
velopment Index (HDI). Beberapa penelitian lah penduduk gakin dan non-gakin, prevalensi
menunjukkan bahwa gizi kurang pada balita anak balita dengan status gizi underwight gakin
membawa dampak negatif terhadap pertum- adalah 0,5 % dan anak gizi buruk gakin adalah
buhan fisik maupun mental, yang selanjutnya 0,09%. Sedangkan, anak balita dengan status
akan menghambat prestasi belajar. Akibat lain- gizi underwight non-gakin prevalensinya ada-
nya adalah penurunan daya tahan, sehingga lah 0,7 % dan anak balita gizi buruk non-gakin
kejadian infeksi dapat meningkat. Kekurangan prevalensinya adalah 0,07 %. Kejadian status
gizi akan menyebabkan hilangnya masa hidup gizi underwight pada balita lebih banyak terja-
sehat balita. Dampak yang lebih serius adalah di pada balita dengan keadaan non-gakin.
timbulnya kecacatan, tingginya angka kesaki- Sedangkan, kejadian gizi buruk lebih banyak
tan dan percepatan kematian. terjadi pada balita dengan keadaan gakin. Ada-
Malnutrisi lebih sering terjadi pada masa pun di wilayah Leuwimunding, prevalensi anak
diatas umur 6 bulan jika dibandingkan periode gizi buruk pada balita dengan keadaan gakin
4-6 bulan pertama kehidupan karena tidak se- adalah 5,4 %, sedangkan pada balita dengan
dikit keluarga yang tidak mengerti kebutuhan keadaan non-gakin 2,1 %. Angka prevalensi ini
khusus bayi, tidak tahu bagaimana cara mem- cukup tinggi dibandingkan wilayah lainnya.
buat makanan sapihan dari bahan-bahan yang Berdasarkan data sekunder Puskesmas Leuwi-

116
Fitri Kurnia Rahim / KEMAS 9 (2) (2014) 115-121

munding kelompok anak yang mengalami gizi bermakna antara pola asuh gizi dengan status
buruk banyak terjadi pada anak balita yang be- gizi anak. Salah satu aspek kunci dalam pola
rumur 12- 48 bulan. Adapun secara nasional, asuh gizi adalah praktek penyusun dan pem-
berdasarkan laporan riskesdas 2010 kelompok berian MP-Asi. Praktek penyusunan tersebut
umur yang mengalami gizi buruk banyak terja- dapat meliputi pemberian makanan prelaktal,
di pada umur balita 12 – 47 bulan. kolostrum, menyusui secara secara eksklusif
Dalam buku penilaian status gizi buruk dan praktek penyapihan.
(2002) “konsep terjadinya keadaan gizi mem- Berdasarkan laporan tahunan tahun
punyai dimensi yang sangat kompleks”. Adapun 2010 Dinas Kesehatan Kabupaten Majaleng-
menurut BAPPENAS dalam materi Rencana ka, prevelansi kejadian ISPA (pneumonia) di
Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015 be- wilayah Puskesmas Leuwimunding adalah 8,08
berapa faktor yang menyebabkan gizi buruk % dan prevalensi kejadian diare adalah 21,52
atau kurang telah dijelaskan dan diperkenalkan %. Prevalensi kejadian ISPA (pneumonia) di
oleh UNICEF dan telah disesuaikan dengan wilayah puskesmas Leuwiminding mengalami
kondisi Indonesia, penyebabnya terdiri dari peningkatan dari tahun sebelumnya tahun
beberapa tahap yaitu penyebab langsung, tidak 2009 yaitu 4,18 %. Adapun kejadian prevalensi
langsung, akar masalah, dan pokok masalah. diare tahun sebelumnya periode Juni-Desem-
Penyebab langsung yaitu konsumsi makanan ber 2009 yaitu sebesar 8,32 %. Kejadian penyakit
anak dan penyakit infeksi yang mungkin di- infeksi tersebut pun dapat menjadi faktor resiko
derita anak. Penyebab gizi kurang tidak hanya terjadinya kejadian gizi buruk pada balita. Se-
disebabkan makanan yang kurang tetapi juga lain itu, prevalensi rumah tangga yang sudah
karena penyakit infeksi. Anak yang mendapat berperilaku hidup bersih dan sehat di wilayah
makanan yang baik tetapi karena sering sakit puskesmas Leuwimunding adalah 21,11 %.
diare atau demam  dapat menderita kurang Angka prevalensi ini masih cukup rendah ka-
gizi. Adapun penyebab tidak langsung yaitu ke- rena masih jauh dari nilai 100 %. Sedangkan
tahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan jumlah populasi balita di wilayah Puskesmas
anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan Leuwimunding paling banyak se-Kabupaten
lingkungan. Faktor-faktor tersebut sangat terkait Majalengka yaitu sebanyak 4.076 balita (Dinkes
dengan tingkat pendidikan, pengetahuan, dan Majalengka, 2010).
keterampilan keluarga. Pola pengasuhan anak
dapat berpengaruh terhadap konsumsi maka- Metode
nan anak dan penyakit infeksi yang mungkin
diderita anak balita. Desain penelitian yang digunakan dalam
Dalam penelitian ini terdapat beberapa penelitian ini adalah cross sectional. Populasi
faktor yang diteliti yaitu faktor langsung berupa pada penelitian ini balita umur 7-59 bulan di
penyakit infeksi dan tingkat konsumsi energi wilayah Puskesmas Leuwimunding yaitu se-
dan protein serta pola asuh anak. Adapun pola banyak 4076 balita. Perhitungan besar sampel
pengasuhan anak dapat dikategorikan menjadi penelitian menggunakan uji hipotesis beda 2
tiga aspek yaitu praktik mengasuh anak ba- proporsi. Sampel Teknik sampling mengguna-
lita dilihat dari pemberian makan pada anak kan cluster random sampling, teknik tersebut di-
(PMA), praktik mengasuh anak balita dilihat lakukan dengan mendaftar banyaknya kelompok
dari praktik kebersihan anak (PKA), dan Pra- atau gugusan yang ada dalam populasi, kemudian
ktik mengasuh anak balita dilihat dari praktik mengambil sampel berdasarkan gugus-gugus
pengobatan anak (PPA) (Sri D A, 2008). posyandu tersebut. Puskesmas Leuwimunding
Asupan dan keadaan gizi balita dipenga- memiliki wilayah kerja sebanyak 84 posyandu.
ruhi oleh pola pengasuhan keluarga, karena ba- Pengambilan sampel secara gugus adalah dengan
lita masih tergantung dalam mendapatkan ma- mengambil 3 dari 84 posyandu tersebut dan
kanan. Penelitian mengenai adanya hubungan akan dipilih secara random. Kemudian anak
antara pola asuh dengan status gizi juga dilaku- balita yang berdomisili di tiga posyandu yang
kan oleh Dadang Rosmana tahun 2003, dimana terkena sampel tersebut adalah anak balita
dalam penelitiannya terdapat hubungan yang yang akan diteliti. Anak balita yang menja-

117
Fitri Kurnia Rahim / KEMAS 9 (2) (2014) 115-121

di responden akan dipilih secara random


berdasarkan kerangka sampelnya. Dalam
penelitian ini responden harus memenuhi kri-
teria yang telah ditetapkan oleh peneliti. Untuk
menghindari data sampel homogen, maka akan
dilakukan sampel percobaan pada wilayah leu-
wimunding. Adapun kriteria sampel sebagai
berikut :1) Responden dalam penelitian ini
adalah ibu-ibu yang memiliki balita umur 7-59
bulan atau yang mengasuh sehari-hari balita
tersebut. 2) Bertempat tinggal di wilayah kerja
Puskesmas Leuwimunding, Kecamatan Leuwi-
Gambar 1. Status Kesehatan Balita
munding Kabupaten Majalengka tahun 2011.
Wilayah yang dimaksud merupakan posyandu
Penelitian ini memiliki keterbatasan
hasil dari sampling. Adapun jumlah sampel pe-
penelitian. Variabel yang diteliti hanya hanya
nelitian sebanyak 200 responden. beberapa faktor saja yaitu penyakit infeksi
Pengambilan data penelitian dilakukan pneumonia, diare kronik, pola asuh praktik
dengan metode wawancara dengan menggunakan pemberian makan anak (PMA), pola asuh prak-
panduan wawancara, format recall 24 jam 2 kali tik pengobatan anak (PMA), pola asuh praktik
pada waktu yang berbeda, dan pengukuran berat kebersihan anak (PKA), serta tingkat konsumsi
badan secara langsung menggunakan alat ukur energi dan protein. Pengukuran yang tidak di-
dacin kapasitas 20 kg dengan tingkat ketelitian 0,1 lakukan dalam penelitian ini adalah penilaian
kg. Pengukuran berat badan dilakukan sebanyak klinis (pengukuran langsung), serta pemerik-
tiga kali dan nilai yang diambil adalah hasil dari saan fisik tidak diteliti lebih dalam pada anak
nilai rata-rata pengukuran tersebut. Adapun balita underweight. Adapun bias yang mungkin
analisis data dilakukan dengan menggunakan dalam penelitian ini adalah dalam pengukuran
analisis univariat, analisis bivariat (Chi square) berat badan bayi kemungkinan terjadi meas-
dan seluruhnya menggunakan program SPSS. urement bias, karena pada saat balita ditimbang
Penelitian dilaksanakan pada bulan April- kondisinya sering dalam keadaan gelisah, me-
Agustus Tahun 2011. nangis, dan bergerak-gerak sehingga menimbul-
kan kesalahan interpretasi dalam menentukan
Hasil dan Pembahasan hasil pengukuran berat badan yang sebenarnya.
Pengukuran tingkat konsumsi menggunakan
model recall yang sangat tergantung dengan
Balita yang tergolong status gizi under-
daya ingat, oleh karena itu sering terjadi under/
weight sebanyak 31,40 %. Balita yang mengala-
over reporting yaitu mengurangi atau menam-
mi diare kronik sebanyak 14,90 % dan pneu-
bah informasi sehingga menyebabkan recall
monia 8,80 %. Praktik pemberian makan anak bias.
balita tergolong kurang baik sebanyak 43,80 Faktor-faktor yang berhubungan dengan
%, praktik pengobatan anak balita tergolong status gizi buruk pada balita umur 7-59 bulan
kurang baik sebanyak 25,30 % dan praktik yaitu pola asuh pemberian makan anak, tingkat
kesehatan anak balita tergolong kurang baik konsumsi energi dan protein. Hal ini sejalan
sebanyak 41,80 %. Tingkat konsumsi energi dengan beberapa penelitian penelitian tentang
kurang baik kurang baik pada anak balita se- pola asuh praktik pemberian makan tersebut
banyak 60,30% dan tingkat konsumsi protein sesuai dengan hasil penelitian. Hubungan pola
kurang baik pada anak balita 54,60 %. Adapun asuh dan status gizi setelah diuji statistik Chi
faktor-faktor yang berhubungan dengan status Squer menunjukan ada hubungan yang signi-
gizi buruk pada balita umur 7-59 bulan yaitu fikan antara pola asuh gizi dan status gizi. Pe-
pola asuh pemberian makan anak, tingkat kon- rubahan nilai skor pola asuh praktik pemberian
sumsi energi dan protein. makan anak (PMA), praktik pengobatan anak

118
Fitri Kurnia Rahim / KEMAS 9 (2) (2014) 115-121

Gambar 2. Penyakit Infeksi pada Balita

Gambar 3. Jenis Pengasuhan Balita

Gambar 4. Protein and Energy Consumption

119
Fitri Kurnia Rahim / KEMAS 9 (2) (2014) 115-121

(PPA), dan praktik kebersihan anak (PKA) terhadap kebutuhan tubuh. Kalau susunan hi-
setelah dilakukan pendampingan gizi beberapa dangan memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari
bulan. Perbaikan praktik pengasuhan anak ter- segi kuantitas maupun kualitasnya, maka tubuh
utama pada akhir pendampingan gizi berkaitan akan mendapatkan kondisi kesehatan gizi yang
erat dengan peningkatan pengetahuan ibu yang sebaik-baiknya, disebut konsumsi adekuat. Se-
memegang peranan yang dominan dalam pengasu- baliknya konsumsi yang kurang baik kualitas
han anak. Artinya, pesan-pesan gizi dan keseha- dan kuantitasnya akan memberikan kondisi ke-
tan yang berkaitan dengan pengasuhan anak sehatan gizi kurang atau kondisi defisit. Status
dapat dilaksanakan oleh ibu sebagai pengasuh gizi atau tingkat konsumsi pangan merupakan
anak. Temuan ini sejalan dengan hasil peneli- bagian terpenting dari status kesehatan seseorang.
tian Mulyati dalam Sri D.A. (2007) bahwa pen- Tidak hanya status gizi yang mempengaruhi
didikan gizi pada ibu dapat mengubah pengeta- kesehatan seseorang, tetapi status kesehatan
huan gizi dan sikap ibu, yang akhirnya dapat juga mempengaruhi status gizi. Maka, tingkat
merubah perilaku makan ke arah yang lebih konsumsi makanan sangat berpengaruh ter-
baik dan dapat meningkatkan status gizi. hadap status gizi balita. Pola pemberian makan
Adapun hubungan tingkat konsumsi pada anak yang berhubungan dengan status
energi dan protein dengan status gizi sejalan gizi. Oleh karena itu dapat mempengaruhi ting-
dengan penelitian sebelumnya yaitu terdapat kat konsumsi energi dan protein pada balita,
hubungan antara tingkat asupan energi dan sehingga berimplikasi pada status gizi under-
protein dengan kejadian KEP bermakna seca- weight pada balita jika tingkat konsumsinya
ra statistik. Hubungan keduanya memiliki nilai kurang.
OR 6.73. Begitu juga dengan asupan protein,
memiliki nilai OR 3.49. Variabel asupan ener- Penutup
gi dan protein memiliki pengaruh yang besar
terhadap status gizi balita. Asupan energi yang Terdapat 31,40 % anak balita umur 7-59
kurang mempunyai risiko 2,9 kali lebih besar bulan di wilayah Puskesmas Leuwimunding ter-
untuk mengalami status gizi kurang dibanding- golong underweight. Pola asuh pemberian ma-
kan dengan anak yang asupan energinya cukup, kan anak (PMA) dan tingkat konsumsi energi dan
sedangkan anak dengan asupan protein yang protein berhubungan dengan underweight pada
kurang mempunyai risiko 3,1 kali lebih besar balita umur 7-59 bulan di wilayah Puskesmas
untuk mengalami status gizi kurang dibandingkan Leuwimunding. Tingkat konsumsi energi dan
dengan anak yang asupan proteinnya cukup. protein merupakan faktor langsung yang mem-
Tingkat konsumsi energi dan protein pengaruhi status gizi balita, sehingga dapat di-
merupakan faktor langsung yang mempengaruhi katakan keadaan kesehatan gizi tergantung dari
status gizi balita. Defisiensi energi dan pro- tingkat konsumsi zat gizi yang dikonsumsi se-
tein secara progresif menyebabkan kerusakan hari-hari. Sedangkan diare kronik, pneumonia,
mukosa, menurunnya resisten terhadap kolo- pola asuh praktik pengobatan anak (PPA) dan
nisasi dan invasi kuman patogen. Menurunnya praktik kebersihan anak (PKA) tidak terbukti
imunitas dan kerusakan mukosa memegang berhubungan dengan underweight pada balita
peranan utama dalam mekanisme pertahanan umur 7-59 bulan.
tubuh, sehingga pada akhirnya akan mem-
pengaruhi insiden penyakit. Keadaan kese- Ucapan Terimakasih
hatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi
zat gizi yang terdapat pada makanan sehari-ha- Ucapan terimakasih disampaikan kepa-
ri. Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas da Pimpinan Puskesmas Leuwimunding, Kabu-
hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan paten Majalengka Jawa Barat atas terlaksananya
adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh penelitian ini. Terimakasih juga diucapkan ke-
di dalam suatu susunan hidangan dan perban- pada kader posyandu dan ibu balita yang ber-
dingan yang satu terhadap yang lain. Kualitas sedia membantu dan menjadi responden dalam
menunjukkan jumlah masing-masing zat gizi penelitian ini.

120
Fitri Kurnia Rahim / KEMAS 9 (2) (2014) 115-121

Daftar Pustaka Flegal, Katherine M. 2007. Cause-Specific Excess


Deaths Associated With Underweight,
Ali, Sadiq Mohammad. 2006. Socioeconomic, Overweight, and Obesity. JAMA.  298(17):
psychosocial, behavioural, and psychological 2028-2037
determinants of BMI among young women: Heli, Kuusipalo. 2006. Growth and Change in
differing patterns for underweight and Blood Haemoglobin Concentration Among
overweight/obesity. Eur J Public Health, Underweight Malawian Infants Receiving
16(3): 324-330 Fortified Spreads for 12 Weeks: A Preliminary
Andriani Elisa P, Sofwan I. 2012. Determinan status Trial. Journal of Pediatric Gastroenterology &
gizi pada siswa sekolah dasar. Jurnal Kemas, Nutrition, 43(4): 525-532
7 (2): 122-126 Mamhidira, G. 2006. Underweight, weight loss
Sri, D A. 2008. Pengaruh program pendampingan and related risk factors among older adults
gizi terhadap pola asuh, kejadian infeksi dan in sheltered housing: A swedish follow-up
status gizi balita kurang energi protein, [Tesis]. study. The Journal of Nutrition, Health &
Program pascasarjana gizi masyarakat Aging, 10(4): 255-262
Universitas Diponegoro, Semarang. Mendez, Michelle A. 2005. Overweight
Dinas Kesehatan. 2010. Profil Kesehatan Majalengka. exceeds underweight among women in
Majalengka : Dinkes Kabupaten Majalengka. most developing countries. Am J Clin
Emerson, E. 2005. Underweight, obesity and exercise Nutr., 81(3): 714-721.
among adults with intellectual disabilities Norman, Kristina. 2008. Disease-related
in supported accommodation in Northern malnutrition but not underweight by BMI
England. Journal of Intellectual Disability is reflected by disturbed electric tissue
Research, 49(2): 134–143 properties in the bioelectrical impedance
vector analysis. British Journal of Nutrition,
100(3): 590-595

121

Anda mungkin juga menyukai