Anda di halaman 1dari 28

REFERAT

SYOK PADA ANAK

Pembimbing:
dr. Pulung M. Silalahi, SpA

Penulis:
Amorrita Puspita Ratu (1102012263)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK. I RADEN SAID SUKANTO
PERIODE 29 JANUARI - 8 APRIL 2018

1
KATA PENGANTAR

Salam sejahtera bagi kita semua.


Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan referat dengan judul “SYOK PADA ANAK” yang disusun dalam
rangka memenuhi persyaratan kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak di RS
Bhayangkara Tk.I Raden Said Sukanto Jakarta.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. dr. Pulung M. Silalahi, SpA selaku pembimbing referat yang telah
membimbing dan memberikan ilmu kepada penulis.
2. Para Perawat dan Pegawai di Bagian SMF Ilmu Kesehatan Anak RS
Bhayangkara Tk.I Raden Said Sukant Jakarta yang telah banyak membantu
penulis dalam kegiatan klinik sehari-hari.
3. Teman-teman sejawat rekan kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak yang telah
memberikan bantuan dan dukungan dalam penyusunan referat ini

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu, penulis mengharapkan kritikan serta saran yang bersifat membangun sehingga
penulisan tulisan ini dapat lebih baik lagi. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis yang sedang menempuh pendidikan profesi dokter. Amin
Ya Rabbal Alamin.

Jakarta, Februari 2018

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Syok merupakan penyebab dari angka kesakitan dan kematian pada
populasi anak. Di seluruh dunia pada tahun 2013, 2,6 juta neonatus dibawah 1 bulan
mati, dengan angka kejadian paling sering disebabkan karena ensefalopati neonatal,
sepsis pada neonatal, anomali kongenital, dan infeksi pernafasan bawah. Di tahun
yang sama, pada anak usia 1-59 bulan, 3,7 juta anak meninggal, dengan 3 penyebab
tersering, infeksi pernafasan bawah, malaria dan diare. Walaupun penyebab
kematian ini karena bermacam-macam sebab, namun diduga sepsis dari infeksi dan
hipovolemik dari gastroenteritis merupakan penyebab tersering syok pada negara
berkembang.1

Di negara maju seperti Amerika, di estimasikan 37% dari pasien anak di


departemen emergensi pediatri dalam keadaan syok. Anak-anak ini memiliki angka
kematian lebih tinggi dibandingkan dengan pasien tanpa syok tanpa memperhatikan
status trauma. Dari pasien pediatri yang ada di departemen emergensi pada syok,
sepsis merupakan penyebab utama (57%), diikuti syok hipovolemik (24%), syok
distributif(14%) dan syok kardiogenik (5%).1

Apabila syok tidak ditangani segera akan menimbulkan kerusakan


permanen dan bahkan kematian. Oleh karena itu, perlu pemahaman yang baik
mengenai syok dan penanganannya guna menghindari kerusakan organ lebih
lanjut.2

1.2. Tujuan
Dalam referat ini akan dibahas mengenai syok pada anak. Diharapkan
dengan mengetahui dan memahami syok, dapat dilakukan diagnosis, tatalaksana
hingga pencegahan syok dalam upaya meningkatkan kualitas hidup dan
kesehatan anak.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Syok


Syok dapat didefinisikan sebagai gangguan sistem sirkulasi yang
menyebabkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan. Bahaya syok
adalah tidak adekuatnya perfusi ke jaringan atau tidak adekuatnya aliran darah ke
jaringan. Jaringan akan kekurangan oksigen dan bisa cedera. Syok lazim ditemukan
pada anak.1
Langkah pertama untuk bisa menanggulangi syok adalah harus bisa
mengenal gejala syok. Tidak ada tes laboratorium yang bisa mendiagnosa syok
dengan segera. Diagnosa dibuat berdasarkan pemahaman klinik tidak adekuatnya
perfusi organ dan oksigenasi jaringan.1
Langkah selanjutnya yang cukup penting dalam menanggulangi syok adalah
berusaha mengetahui kemungkinan penyebab syok. Semua jenis syok mungkin saja
bisa terjadi pada pasien. Syok hipovolemik merupakan jenis syok yang paling
sering terjadi. Syok kardiogenik, syok neurogenik, syok septik dan syok anafilaktik
juga merupakan penyebab syok yang lain.1

2.2. Etiologi Syok


Etiologi syok dapat diklasifikasikan sebagai berikut:2,3
a. Syok hipovolemik (berkurangnya volume sirkulasi darah):
• Kehilangan darah, misalnya perdarahan;
• Kehilangan plasma, misalnya luka bakar;
• Dehidrasi: cairan yang masuk kurang (misalnya puasa lama), cairan
keluar yang banyak (misalnya diare, muntah-muntah, fistula,
obstruksi usus dengan penumpukan cairan di lumen usus).
b. Syok kardiogenik (kegagalan kerja jantungnya sendiri):
• Kardial
o Penyakit jantung iskemik, seperti infark;

4
o Obat-obat yang mendepresi jantung;
o Gangguan irama jantung, seperti aritmia;
• Non-kardial
o Embolus pulmonal
o Tamponade jantung karena darah atau eksudat di perikard
o Gagal napas, hipertensi pulmonal
o Perikarditis dengan tekanan di perikard
o Tension pneumothorax
c. Syok neurogenik (reaksi vasovagal berlebihan)
• Suhu panas dengan banyak orang
• Terkejut, takut, atau nyeri
• Anesthesia lumbal/spinal
• Trauma tulang belakang
d. Syok septik
• Infeksi sistemik
e. Syok anafilaksis
• Reaksi hipersensitifitas terhadap suatu antigen

2.3. Patofisiologi Syok


Terdapat tiga faktor yang dapat mempertahankan tekanan darah pada
keadaan fisiologis normal, yaitu:4,5
a. Pompa jantung à Jantung harus berkontraksi secara efisien.

b. Volume sirkulasi darah à Darah akan dipompa oleh jantung ke dalam arteri
dan kapiler-kapiler jaringan. Setelah oksigen dan zat nutrisi diambil oleh
jaringan, sistem vena akan mengumpulkan darah dari jaringan dan
mengalirkan kembali ke jantung. Apabila volume sirkulasi berkurang maka
dapat terjadi syok.

c. Tahanan pembuluh darah perifer à yang dimaksud adalah pembuluh darah


kecil, yaitu arteriole-arteriole dan kapiler-kapiler. Bila tahanan pembuluh
darah perifer meningkat, artinya terjadi vasokonstriksi pembuluh darah

5
kecil. Bila tahanan pembuluh darah perifer rendah, berarti terjadi
vasodilatasi. Rendahnya tahanan pembuluh darah perifer dapat
mengakibatkan penurunan tekanan darah. Darah akan berkumpul pada
pembuluh darah yang mengalami dilatasi sehingga aliran darah balik ke
jantung menjadi berkurang dan tekanan darah akan turun.

Pada keadaan syok keseimbangan tiga hal diatas terganggu. Pada jantung
yang infark, pompa jantung tidak efisien maka cardiac output yang dihasilkan akan
rendah. Pada keadaan trauma yang berat dan terjadi perdarahan, maka volume
sirkulasi akan turun yang akan membuat suplai oksigen pada jaringan perifer
semakin sulit. Pada suhu yang panas, saat sebagian besar pembuluh darah
berdilatasi maka aliran darah yang kembali ke jantung (preload) akan berkurang.
Pada keadaan-keadaan ketidakseimbangan inilah muncul syok.
Keadaan syok akan melalui tiga tahapan mulai dari tahap kompensasi
(masih dapat ditangani oleh tubuh), dekompensasi (sudah tidak dapat ditangani oleh
tubuh), dan ireversibel (tidak dapat pulih).

• Fase I: Kompensasi
Pada fase ini fungsi-fungsi organ vital masih dapat dipertahankan melalui
mekanisme kompensasi tubuh dengan meningkatkan reflek simpatis, yaitu
meningkatnya resistensi sistemik dimana terjadi distribusi selektif aliran darah dari
organ perifer non vital ke organ vital seperti jantung, paru dan otak. Tekanan darah
sistolik tetap normal sedangkan tekanan darah sistolik meningkat akibat peninggian
resistensi arteriol sistemik (tekanan nadi menyempit).
Untuk mencukupi curah jantung maka jantung mengkompensasi secara
temporer dengan meningkatkan frekuensi jantung. Disamping itu terdapat
peningkatan sekresi vasopressin danrenin ± angiotensin ± aldosteron yang akan
mempengaruhi ginjal untuk menahan natrium dan air dalam sirkulasi.
Manifestasi klinis yang tampak berupa takikardia, gaduh gelisah, kulit pucat
dan dingin dengan pengisian kapiler (capillary refilling) yang melambat > 2 detik.

6
SYOK
↑ Resistensi
MANIFESTASI
Vaskular
KLINIS
sistemik
• Takikardia
Neuro • Takipneu TERKOMPENSASI
hormonal • Kulit pucat
• Akral
↑ Frekuensi dingin
jantung • Gelisah
• CRT > 2
detik

• Fase II: Dekompensasi.


Pada fase ini mekanisme kompensasi mulai gagal mempertahankan curah
jantung yangadekuat dan system sirkulasi menjadi tidak efisien lagi. Jaringan
dengan perfusi yang buruk tidak lagi mendapat oksigen yang cukup, sehingga
metabolisme berlangsung secara anaerobic yangtidak efisien. Alur anaerobic
menimbulkan penumpukan asam laktat dan asam-asam lainnyayang berakhir
dengan asidosis. Asidosis akan bertambah berat dengan terbentuknya asamkarbonat
intra selular akibat ketidak mampuan sirkulasi membuang CO2.
Asidemia akan menghambat kontraktilitas otot jantung dan respons
terhadapkatekolamin. Akibat lanjut asidosis akan menyebabkan terganggunya
mekanisme energydependent NaK-pump ditingkat selular, akibatnya integritas
membrane sel terganggu, fungsilisosom dan mitokondria akan memburuk yang
dapast berakhir dengan kerusakan sel.
Lambatnya aliran darah dan kerusakan reaksi rantai kinin serta system
koagulasi dapatmemperburuk keadaan syok dengan timbulnya agregasi tombosit
dan pembentukan trombosdisertai tendensi perdarahan.

7
Pada syok juga terjadi pelepasan mediator-vaskular antara lain histamin,
serotonin, sitokin (terutama TNF=tumor necrosis factor dan interleukin 1), xanthin,
oxydase yang dapatmembentuk oksigen radikal serta PAF (platelets agregatin
factor). Pelepasan mediator oleh makrofag merupakan adaptasi normal pada awal
keadaan stress atau injury, pada keadan syok yang berlanjut justru dapat
memperburuk keadaan karena terjadi vasodilatasi arteriol dan peningkatan
permeabilitas kapiler dengan akibat volume intravaskular yang kembali ke jantung
(venous return) semakin berkuarang diserai timbulnya depresi miokard.
Manifestasi klinis yang dijumpai berupa takikardia yang bertambah,
tekanan darah mulaiturun, perfusi perifer memburuk (kulit dingin dan mottled,
capillary refilling bertambah lama), oliguria dan asidosis (laju nafas bertambah
cepat dan dalam) dengan depresi susunan saraf pusat (penurunan kesadaran).

Mekanisme
Perfusi oksigen Metabolisme ↑ Asam
kompensasi
buruk anaerobik laktat
gagal

Pelepasan
Vasodilatasi Asidosis
mediator
arteriol dan
inflamasi ↑
permeabilitas
membran
↓ Kontraktilitas
jantung dan ↓
Respon terhadap
katekolamin
↓ venous
return dan
terjadi
depresi
miokard

8
• Fase III: Irreversible
Kegagalan mekanisme kompensasi tubuh menyebabkan syok terus
berlanjut, sehinggaterjadi kerusakan/kematian sel dan disfungsi system multi organ
lainnya. Cadangan fosfat berenergi tinggi (ATP) akan habis terutama di jantung dan
hepar, sintesa ATP yang baru hanya 2% / jam dengan demikian tubuh akan
kehabisan energi. Kematian akan terjadi walaupun system sirkulasi dapat
dipulihkan kembali. Manifestasi klinis berupa tekanan darah tidak terukur, naditak
teraba, penurunan kesadaran semakin dalam (sopor-koma), anuria dan tanda-tanda
kegagalan system organ lain.

Dekompensasi Kerusakan dan


Cadangan ATP habis
kematian sel
berlanjut & disfungsi multiorgan di jantung dan hepar

Kerusakan sel

9
2.4. Tanda dan Gejala Syok
• Sistem Kardiovaskuler6
o Gangguan sirkulasi perifer - pucat, ekstremitas dingin. Kurangnya
pengisian vena perifer lebih bermakna dibandingkan penurunan
tekanan darah.
o Nadi cepat dan halus.
o Tekanan darah rendah. Hal ini kurang bisa menjadi pegangan, karena
adanya mekanisme kompensasi sampai terjadi kehilangan 1/3 dari
volume sirkulasi darah.
o Vena perifer kolaps. Vena leher merupakan penilaian yang paling
baik.
o CVP rendah.
• Sistem Respirasi6
o Pernapasan cepat dan dangkal.
• Sistem saraf pusat6
o Perubahan mental pasien syok sangat bervariasi. Bila tekanan darah
rendah sampai menyebabkan hipoksia otak, pasien menjadi gelisah
sampai tidak sadar. Obat sedatif dan analgetika jangan diberikan
sampai yakin bahwa gelisahnya pasien memang karena kesakitan.
• Sistem Saluran Cerna6
o Bisa terjadi mual dan muntah.
• Sistem Saluran Kencing6
o Produksi urin berkurang. Normal rata-rata produksi urin pasien dewasa
adalah 60 ml/jam (1/5--1 ml/kg/jam).

2.5. Anamnesis
Anamnesis yang baik dapat mengarahkan pendekatan pada penanganan
pasien. Waktu mulai tejadinya syok sangatlah penting. Adanya onset akut atau
secara tiba-tiba yang terjadi pada anak dapat menunjukkan adanya trauma atau
perdarahan. Akan tetapi, pasien yang terlihat sehat yang mengalami syok dengan

10
awitan yang lama yang disertai demam dalam beberapa minggu dapat menunjukkan
kemungkinan besar menderita septikemia.7
Pada anamnesis juga menanyakan tentang riwayat penyakit-penyakit
sebelumnya yang bisa membantu dalam penegakan diagnosis. Jika ditemukan
adanya riwayat penyakit jantung bawaan atau penyakit jantung rematik akan sangat
membantu pada penderita yang mengalami nyeri dada secara tiba-tiba. Nyeri dada
ini bisa memperkecil diagnosis banding dari kemungkinan penyebab-penyebanya.
Lokasi nyeri juga memegang peranan penting disini.7
Cakupan anamnesis:
ž Kapan kejadian awal penyakit? Apa gejalanya?
ž Apakah ada riwayat trauma? Perdarahan?
ž Pernahkan terasa nyeri dada, atau sesak nafas?
ž Adakah gejala-gejala penurunan volume (misalnya muntah, diare, melena,
poliuria)?
ž Pernahkah terpajan alergen potensial?
ž Adakah gejala yang menunjukkan septikemia (demam menggigil,
berkeringat, infeksi lokal (batuk, nyeri dada, meningismus)?

Pertanyaan Gangguan yang mungkin


1. Apakah kejadian terjadi secara tiba-tiba Syok karena perdarahan
setelah adanya riwayat trauma?
Ditemukan perdarahan?
2. Apakah ada riwayat penyakit jantung Gangguan Kongenital
bawaan pada anak?
3. Apakah ditemukan KLB DBD di daerah DSS
sekitar?
Riwayat demam tinggi?
4. Apakah anak tampak sakit berat? Apakah Septikemia
anak ada riwayat penyakit disertai demam
pada hari-hari sebelumnya?

11
5. Apakah anak diketahui memiliki riwayat Syok yang behungan dengan
diare yang profus? dehidrasi berat
Riwayat kehausan yang sangat?

2.6. Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara keseluruhan tubuh, tidak hanya
fokus pada lokasi yang kita curigai. Dimulai dari kepala, leher, dada, perut,
integumentum dan anggota gerak atas dan bawah. Kelainan yang ditemukan pada
pemeriksaan dapat mengarahkan kita ke diagnosis tertentu. Keadaan umum dan
tanda-tanda vital cukup membantu dalam penegakan diagnosis syok pada anak.
Tingkat kesadaran penderita juga mengarah pada diagnosis tertentu.8
Pemantuan hemodinamik pasien merupakan tahap yang sangat penting
dalam penanganan syok. Syok yang awalnya masih dalam tahap ringan bisa secara
tiba-tiba menjadi tahap yang sangat berat bahkan mengarah ke kematian.
Pemantauan tanda-tanda vital yang penting yaitu tekanan darah, nadi, frekuensi
pernafasan, suhu tubuh, dan CRT. Pemantauan ini dilakukan secara ketat selang 5
menit.8
Cakupan pemeriksaan fisik9
ž Pemeriksaan fisik dilakukan secara lengkap
ž Pemeriksaan hemodinamik à penting dalam pengenalan tanda-tanda syok
dini
¡ Denyut nadi : takikardia atau bradikardia
¡ Tekanan darah
¡ Warna kulit (pucat) dan suhu
¡ Keluaran urin berkurang
¡ Turgor kulit
ž Periksa tanda-tanda kelainan jantung
ž Periksa secara teliti sumber sepsis

12
Pemeriksaan Normal Syok ringan Syok berat
Kesadaran Sadar, Cemas, gelisah Lemah, bahkan
berespon tidak sadar
Tonus otot, posisi tubuh Normal, bisa Normal, atau Lemas
duduk lemas
Airway Terbuka Terbuka, atau Terbuka dengan
posisi tertentu posisi tertentu
baru terbuka
Breathing Normal Cepat Sangat cepat
Usaha untuk Breathing Normal Meningkat Meningkat,
kadang
menurun
Nadi Normal Cepat Sangat cepat
Warna kulit (ekstremitas) Normal Normal, atau Sangat pucat,
pucat bahkan biru
Temperature kulit Normal Dingin Dingin
CRT 2-3 detik 3-5 detik > 5 detik
BP Normal sesuai Normal sesuai Menurun sesuai
umurnya umurnya umurnya

2.7. Pemeriksaan Penunjang


Beberapa pemeriksaan penunjang bisa digunakan dalam penegakan
diagnosis syok pada anak. Beberapa pemeriksaan penunjang yang bisa digunakan
yaitu9
- Pemeriksaan laboratorium:
o Pemeriksaan darah lengkap, bila perlu dilakukan pemeriksaan Hb
dan Hct serial
o Pemeriksaan penunjang lain : skrining kadar gula, kadar BUN,
kretinin, dan magnesium
o Pemeriksaan kultur sebelum memberikan antibiotic spektrum luas

13
o Analisa gas darah
- Pemeriksaan EKG bila dicurigai adanya disritmia
- Pemeriksaan roentgen dada
- USG bila dicurigai ada perdarahan
- Pengukuran CVP melalui kateter vena umbilikalis yang dipasang di atas
diafragma juga dipertimbangkan.

2.8. Penanggulangan Syok10


Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan untuk
memperbaiki perfusi jaringan; memperbaiki oksigenasi tubuh; dan
mempertahankan suhu tubuh. Tindakan ini tidak bergantung pada penyebab syok.
Diagnosis harus segera ditegakkan sehingga dapat diberikan pengobatan kausal.
Segera berikan pertolongan pertama sesuai dengan prinsip resusitasi ABC.
Jalan nafas (A = air way) harus bebas kalau perlu dengan pemasangan pipa
endotrakeal. Pernafasan (B = breathing) harus terjamin, kalau perlu dengan
memberikan ventilasi buatan dan pemberian oksigen 100%. Defisit volume
peredaran darah (C = circulation) pada syok hipovolemik sejati atau hipovolemia
relatif (syok septik, syok neurogenik, dan syok anafilaktik) harus diatasi dengan
pemberian cairan intravena dan bila perlu pemberian obat-obatan inotropik untuk
mempertahankan fungsi jantung atau obat vasokonstriktor untuk mengatasi
vasodilatasi perifer. Segera menghentikan perdarahan yang terlihat dan mengatasi
nyeri yang hebat, yang juga bisa merupakan penyebab syok. Pada syok septik,
sumber sepsis harus dicari dan ditanggulangi.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan sebagai pertolongan pertama dalam
menghadapi syok:
• Posisi Tubuh
1. Posisi tubuh penderita diletakkan berdasarkan letak luka. Secara umum
posisi penderita dibaringkan telentang dengan tujuan meningkatkan aliran
darah ke organ-organ vital.
2. Apabila terdapat trauma pada leher dan tulang belakang, penderita jangan
digerakkan sampai persiapan transportasi selesai, kecuali untuk

14
menghindari terjadinya luka yang lebih parah atau untuk memberikan
pertolongan pertama seperti pertolongan untuk membebaskan jalan napas.
3. Penderita yang mengalami luka parah pada bagian bawah muka, atau
penderita tidak sadar, harus dibaringkan pada salah satu sisi tubuh
(berbaring miring) untuk memudahkan cairan keluar dari rongga mulut dan
untuk menghindari sumbatan jalan nafas oleh muntah atau darah.
Penanganan yang sangat penting adalah meyakinkan bahwa saluran nafas
tetap terbuka untuk menghindari terjadinya asfiksia.
4. Penderita dengan luka pada kepala dapat dibaringkan telentang datar atau
kepala agak ditinggikan. Tidak dibenarkan posisi kepala lebih rendah dari
bagian tubuh lainnya.
5. Kalau masih ragu tentang posisi luka penderita, sebaiknya penderita
dibaringkan dengan posisi telentang datar.
6. Pada penderita-penderita syok hipovolemik, baringkan penderita telentang
dengan kaki ditinggikan 30 cm sehingga aliran darah balik ke jantung lebih
besar dan tekanan darah menjadi meningkat. Tetapi bila penderita menjadi
lebih sukar bernafas atau penderita menjadi kesakitan segera turunkan
kakinya kembali.
• Pertahankan Respirasi
1. Bebaskan jalan napas. Lakukan penghisapan, bila ada sekresi atau muntah.
2. Tengadah kepala-topang dagu, kalau perlu pasang alat bantu jalan nafas
(Gudel/oropharingeal airway).
3. Berikan oksigen 6 liter/menit
4. Bila pernapasan/ventilasi tidak adekuat, berikan oksigen dengan pompa
sungkup (Ambu bag) atau ETT.
• Pertahankan Sirkulasi
Segera pasang infus intravena. Bisa lebih dari satu infus. Pantau nadi,
tekanan darah, warna kulit, isi vena, produksi urin, dan (CVP).

15
1) Syok Hipovolemik
Perdarahan merupakan penyebab tersering dari syok pada pasien-pasien
trauma, baik oleh karena perdarahan yang terlihat maupun perdarahan yang tidak
terlihat. Perdarahan yang terlihat, perdarahan dari luka, atau hematemesis dari tukak
lambung. Perdarahan yang tidak terlihat, misalnya perdarahan dari saluran cerna,
seperti tukak duodenum, cedera limpa, kehamilan di luar uterus, patah tulang pelvis,
dan patah tulang besar atau majemuk.
Syok hipovolemik juga dapat terjadi karena kehilangan cairan tubuh yang
lain. Pada luka bakar yang luas, terjadi kehilangan cairan melalui permukaan kulit
yang hangus atau di dalam lepuh. Muntah hebat atau diare juga dapat
mengakibatkan kehilangan banyak cairan intravaskuler. Pada obstruksi, ileus dapat
terkumpul beberapa liter cairan di dalam usus. Pada dibetes atau penggunaan
diuretik kuat, dapat terjadi kehilangan cairan karena diuresis yang berlebihan.
Kehilangan cairan juga dapat ditemukan pada sepsis berat, pankreatitis akut, atau
peritonitis purulenta difus.
Pada syok hipovolemik, jantung akan tetap sehat dan kuat, kecuali jika
miokard sudah mengalami hipoksia karena perfusi yang sangat berkurang. Respons
tubuh terhadap perdarahan bergantung pada volume, kecepatan, dan lama
perdarahan. Bila volume intravaskular berkurang, tubuh akan selalu berusaha untuk
mempertahankan perfusi organ-organ vital (jantung dan otak) dengan
mengorbankan perfusi organ lain seperti ginjal, hati, dan kulit. Akan terjadi
perubahan-perubahan hormonal melalui sistem renin-angiotensin-aldosteron,
sistem ADH, dan sistem saraf simpatis. Cairan interstitial akan masuk ke dalam
pembuluh darah untuk mengembalikan volume intravaskular, dengan akibat terjadi
hemodilusi (dilusi plasma protein dan hematokrit) dan dehidrasi interstitial.
Dengan demikain, tujuan utama dalam mengatasi syok perdarahan adalah
menormalkan kembali volume intravaskular dan interstitial. Bila defisit volume
intravaskular hanya dikoreksi dengan memberikan darah maka masih tetap terjadi
defisit interstitial, dengan akibat tanda-tanda vital yang masih belum stabil dan
produksi urin yang kurang. Pengembalian volume plasma dan interstitial ini hanya

16
mungkin bila diberikan kombinasi cairan koloid (darah, plasma, dextran, dsb) dan
cairan garam seimbang.

Penanggulangan
Pasang satu atau lebih jalur infus intravena no. 20. Infus dengan cepat
larutan kristaloid atau kombinasi larutan kristaloid dan koloid sampai vena (v.
jugularis) yang kolaps terisi. Sementara, bila diduga syok karena perdarahan, ambil
contoh darah dan mintakan darah. Bila telah jelas ada peningkatan isi nadi dan
tekanan darah, infus harus dilambatkan. Bahaya infus yang cepat adalah oedema
paru, terutama pasien tua. Perhatian harus ditujukan agar jangan sampai terjadi
kelebihan cairan. Pemantauan yang perlu dilakukan dalam menentukan kecepatan
infus:
• Nadi: nadi yang cepat menunjukkan adanya hipovolemia.
• Tekanan darah: bila tekanan darah < 90 mmHg pada pasien normotensi atau
tekanan darah turun > 40 mmHg pada pasien hipertensi, menunjukkan masih
perlunya transfusi cairan.
• Produksi urin. Pemasangan kateter urin diperlukan untuk mengukur produksi
urin. Produksi urin harus dipertahankan minimal 1/2 ml/kg/jam. Bila kurang,
menunjukkan adanya hipovolemia. Cairan diberikan sampai vena jelas terisi
dan nadi jelas teraba. Bila volume intra vaskuler cukup, tekanan darah baik,
produksi urin < 1/2 ml/kg/jam, bisa diberikan Lasix 20-40 mg untuk
mempertahankan produksi urine. Dopamin 2--5 µg/kg/menit bisa juga
digunakan pengukuran tekanan vena sentral (normal 8--12 cmH2O), dan bila
masih terdapat gejala umum pasien seperti gelisah, rasa haus, sesak, pucat, dan
ekstremitas dingin, menunjukkan masih perlu transfusi cairan.

2) Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang
mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang atau berhenti sama sekali. Syok
kardiogenik dapat didiagnosa dengan mengetahui adanya tanda-tanda syok dan
dijumpainya adanya penyakit jantung, seperti infark miokard yang luas, gangguan

17
irama jantung, rasa nyeri daerah torak, atau adanya emboli paru, tamponade
jantung, kelainan katub atau sekat jantung.
Masalah yang ada adalah kurangnya kemampuan jantung untuk
berkontraksi. Tujuan utama pengobatan adalah meningkatkan curah jantung.

Penanggulangan
Bila mungkin pasang CVP. Dopamin 10--20 µg/kg/menit, meningkatkan
kekuatan, dan kecepatan kontraksi jantung serta meningkatkan aliran darah ginjal.

3) Syok Septik
Merupakan syok yang disertai adanya infeksi (sumber infeksi). Pada pasien
trauma, syok septik bisa terjadi bila pasien datang terlambat beberapa jam ke rumah
sakit. Syok septik terutama terjadi pada pasien-pasien dengan luka tembus abdomen
dan kontaminasi rongga peritonium dengan isi usus.
Infeksi sistemik yang terjadi biasanya karena kuman Gram negatif yang
menyebabkan kolaps kardiovaskuler. Endotoksin basil Gram negatif ini
menyebabkan vasodilatasi kapiler dan terbukanya hubungan pintas arteriovena
perifer. Selain itu, terjadi peningkatan permeabilitas kapiler. Peningkatan kapasitas
vaskuler karena vasodilatasi perifer menyebabkan terjadinya hipovolemia relatif,
sedangkan peningkatan peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan
kehilangan cairan intravaskuler ke intertisial yang terlihat sebagai udem. Pada syok
septik hipoksia, sel yang terjadi tidak disebabkan oleh penurunan perfusi jaringan
melainkan karena ketidakmampuan sel untuk menggunakan oksigen karena toksin
kuman. Gejala syok septik yang mengalami hipovolemia sukar dibedakan dengan
syok hipovolemia (takikardia, vasokonstriksi perifer, produksi urin < 0.5 cc/kg/jam,
tekanan darah sistolik turun dan menyempitnya tekanan nadi). Pasien-pasien sepsis
dengan volume intravaskuler normal atau hampir normal, mempunyai gejala
takikaridia, kulit hangat, tekanan sistolik hampir normal, dan tekanan nadi yang
melebar.

18
Penanggulangan
• Optimalisasi volume intravaskuler
• Pemberian antibiotik, Dopamin, dan Vasopresor

4) Syok Anafilaktik
Jika seseorang sensitif terhadap suatu antigen dan kemudian terjadi kontak
lagi terhadap antigen tersebut, akan timbul reaksi hipersensitivitas. Antigen yang
bersangkutan terikat pada antibodi dipermukaan sel mast sehingga terjadi
degranulasi, pengeluaran histamin, dan zat vasoaktif lain. Keadaan ini
menyebabkan peningkatan permeabilitas dan dilatasi kapiler menyeluruh. Terjadi
hipovolemia relatif karena vasodilatasi yang mengakibatkan syok, sedangkan
peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan udem. Pada syok anafilaktik, bisa
terjadi bronkospasme yang menurunkan ventilasi.
Syok anafilaktik sering disebabkan oleh obat, terutama yang diberikan
intravena seperti antibiotik atau media kontras. Sengatan serangga seperti lebah
juga dapat menyebabkan syok pada orang yang rentan.

Penanggulangan
Penanggulangan syok anafilaktik memerlukan tindakan cepat sebab
penderita berada pada keadaan gawat. Sebenarnya, pengobatan syok anafilaktik
tidaklah sulit, asal tersedia obat-obat emergensi dan alat bantu resusitasi gawat
darurat serta dilakukan secepat mungkin. Hal ini diperlukan karena kita berpacu
dengan waktu yang singkat agar tidak terjadi kematian atau cacat organ tubuh
menetap.
Kalau terjadi komplikasi syok anafilaktik setelah kemasukan obat atau zat
kimia, baik peroral maupun parenteral, maka tindakan yang perlu dilakukan,
adalah:
1. Segera baringkan penderita pada alas yang keras. Kaki diangkat lebih tinggi
dari kepala untuk meningkatkan aliran darah balik vena, dalam usaha
memperbaiki curah jantung dan menaikkan tekanan darah.
2. Penilaian A, B, C dari tahapan resusitasi jantung paru, yaitu:

19
A. Airway 'penilaian jalan napas'. Jalan napas harus dijaga tetap bebas,
tidak ada sumbatan sama sekali. Untuk penderita yang tidak sadar,
posisi kepala dan leher diatur agar lidah tidak jatuh ke belakang
menutupi jalan napas, yaitu dengan melakukan ekstensi kepala, tarik
mandibula ke depan, dan buka mulut.
B. Breathing support, segera memberikan bantuan napas buatan bila
tidak ada tanda-tanda bernapas, baik melalui mulut ke mulut atau
mulut ke hidung. Pada syok anafilaktik yang disertai udem laring,
dapat mengakibatkan terjadinya obstruksi jalan napas total atau
parsial. Penderita yang mengalami sumbatan jalan napas parsial,
selain ditolong dengan obat-obatan, juga harus diberikan bantuan
napas dan oksigen. Penderita dengan sumbatan jalan napas total,
harus segera ditolong dengan lebih aktif, melalui intubasi
endotrakea, krikotirotomi, atau trakeotomi.
C. Circulation support, yaitu bila tidak teraba nadi pada arteri besar (a.
karotis, atau a. femoralis), segera lakukan kompresi jantung luar.
Penilaian A, B, C ini merupakan penilaian terhadap kebutuhan bantuan
hidup dasar yang penatalaksanaannya sesuai dengan protokol resusitasi
jantung paru.
3. Segera berikan adrenalin 0.3--0.5 mg larutan 1 : 1000 untuk penderita
dewasa atau 0.01 mk/kg untuk penderita anak-anak, intramuskular.
Pemberian ini dapat diulang tiap 15 menit sampai keadaan membaik.
Beberapa penulis menganjurkan pemberian infus kontinyu adrenalin 2--4
ug/menit.
4. Dalam hal terjadi spasme bronkus di mana pemberian adrenalin kurang
memberi respons, dapat ditambahkan aminofilin 5--6 mg/kgBB intravena
dosis awal yang diteruskan 0.4--0.9 mg/kgBB/menit dalam cairan infus.
5. Dapat diberikan kortikosteroid, misalnya hidrokortison 100 mg atau
deksametason 5--10 mg intravena sebagai terapi penunjang untuk mengatasi
efek lanjut dari syok anafilaktik atau syok yang membandel.

20
6. Bila tekanan darah tetap rendah, diperlukan pemasangan jalur intravena
untuk koreksi hipovolemia akibat kehilangan cairan ke ruang ekstravaskular
sebagai tujuan utama dalam mengatasi syok anafilaktik. Pemberian cairan
akan meningkatkan tekanan darah dan curah jantung serta mengatasi
asidosis laktat. Pemilihan jenis cairan antara larutan kristaloid dan koloid
tetap merupakan perdebatan didasarkan atas keuntungan dan kerugian
mengingat terjadinya peningkatan permeabilitas atau kebocoran kapiler.
Pada dasarnya, bila memberikan larutan kristaloid, maka diperlukan jumlah
3--4 kali dari perkiraan kekurangan volume plasma. Biasanya, pada syok
anafilaktik berat diperkirakan terdapat kehilangan cairan 20--40% dari
volume plasma. Sedangkan bila diberikan larutan koloid, dapat diberikan
dengan jumlah yang sama dengan perkiraan kehilangan volume plasma.
Tetapi, perlu dipikirkan juga bahwa larutan koloid plasma protein atau
dextran juga bisa melepaskan histamin.
7. Dalam keadaan gawat, sangat tidak bijaksana bila penderita syok anafilaktik
dikirim ke rumah sakit, karena dapat meninggal dalam perjalanan. Kalau
terpaksa dilakukan, maka penanganan penderita di tempat kejadian sudah
harus semaksimal mungkin sesuai dengan fasilitas yang tersedia dan
transportasi penderita harus dikawal oleh dokter. Posisi waktu dibawa harus
tetap dalam posisi telentang dengan kaki lebih tinggi dari jantung.
8. Kalau syok sudah teratasi, penderita jangan cepat-cepat dipulangkan, tetapi
harus diawasi/diobservasi dulu selama kurang lebih 4 jam. Sedangkan
penderita yang telah mendapat terapi adrenalin lebih dari 2--3 kali suntikan,
harus dirawat di rumah sakit semalam untuk observasi.

21
Berikut Bagan Penatalaksanaan Syok Pada Anak

22
Pemeriksaan Pemeriksaan
Diagnosis Banding Anamnesis
Fisik Penunjang
Perdara - Riwayat - Cemas, - ↓ Hb dan
han trauma gelisah, Hct
diluar pada anak, atau - UL
/didala seperti tidak - AGD
m tubuh KLL sadar - Pemeriksa
- Riwayat - Akral an
DHF, dingin, elektrolit
thyfoid, pucat serum
dan - Takikard (hiponatre
hipertensi i mia,
portal - Takipne hiperkale
Syok
Kehilan Riwayat luka u mia,
Hipovole
gan bakar, atau - Oliguria hipokalse
mik
plasma sindroma nefrotik (<1ml/k mia)
Dehidra Riwayat diare g/jam) - Faal
si yang profus, - Hipotens ginjal
muntah, DM, i sesuai (BUN,
diabetes insipidus, umurnya serum
dehidarasi yang - CRT > 2 kreatini
berat meningka
t)
Miokard Adanya riwayat - Tensi - Enzim
itis infeksi turun < jantung
sebelumnya, 90 (kreatinin
seperti difteri atau mmHg kinase,
streptokokus - Pernafas troponin,
Disritmi Adanya riwayat an cepat myoglobi
a gangguan dan n)
keseimbangan dalam -
elektrolit, - Takikard - EKG
hipoksemia, ia (aritmia)
trauma - Ronki - Ekokardio
pembedahan, basah di grafi dan
Seranga Adanya riwayat kedua foto polos
n asfiksia basal dada
Syok
hipoksia paru
kardioge
Kegagal Pada aorta - S1 S2
nik
an stenosis, kelainan sangat
jantung ductal dependent lemah,
kongesti (koartisio aorta) S3
f karena sering
penyakit terdenga
jantung r
kongeni - Sianosis
tal - Diafores
is
- Ekstremi
tas
dingin
- Diafores
Septike - Aktivitas - Suhu - Leukosito
mia anak yang >38oC sis
lemah atau <36 - Hitung
o
- Tidak mau C jenis
makan - Frekuen leukosit
- Respon si à
terhadap jantung bergeser
lingkunga >90 ke kiri
n x/menit - AGD à
sekitarnya - Frekuen asidosis
Syok
jelek si nafas dan
Septik
- Adaynya >20 rendahnya
riwayat : x/menit konsentra
gastroente - Letargi si oksigen
ritis, - Akral - Kultur
bronkopne dingin, bakteri
umonia, pucat,
dan warna
malnutrisi biru
- Apneu,
RDS
Protein: - Adanya - Kulit: - Leukosito
serum riwayat kemerah sis atau
kuda alergi an, leukopeni
Syok (ATS, - Adanya urtikaria a
Anafilak ADS. riwayat - Pernafas - Faktor
tik SABU), terpajan an: pembekua
insulin, allergen stridor, n
debu atau mengi menurun
sengata pencetusn - Kardiov - Faal
n lebah ya, askular: ginjal à
Polisaka nadi urea
rida : cepat nitrogen
dekstran lemah, menigkat
Hapten : hipotens - Eosinopfil
penisilai i, aritmia ia
n, - Pencern naik/norm
salisilat, aan : al/turun
media nyeri - EKG
kontras tekan - AGD
abdome (asidosis
n dan
- Lain: konsentra
diaphore si o2 yang
sis, rendah)
Syok - Riwayat - Hipotens
spinal trauma i
kepala - Nadi
atau tulang normal
belakang atau
Syok
- Terpajan bradikar
neuroge
suhu panas dia
nik
yang lama, - Disertai
terkejut deficit
atau nyeri neurolog
yang is
sangat
BAB III
KESIMPULAN

Syok merupakan gangguan perfusi terhadap jaringan yang disebabkan gagalnya


hantaran oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh, atau gagalnya mitokondria dalam
melakukan fungsinya. Syok diklasifikasikan menjadi 5, yaitu syok hipovolemia,
syok distributif, kardiogenis, obstruktif dan disosiatif. Kunci keberhasilan terapi
terhadap syok adalah deteksi syok dini menggunakan prinsip ABC. Apabila syok
tidak ditangani segera akan menimbulkan kerusakan permanen dan bahkan
kematian. Oleh karena itu, perlu pemahaman yang baik mengenai syok dan
penanganannya guna menghindari kerusakan organ lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman et al. Nelson Textbooks Of Pediatrics. Ed.17. 2004


2. Carcillo, J. pediatric septic shock and multiple organ failure. Division of
critical medicine. Pitsburg. 2003
3. Guyton & Hall. Buku Ajar Fisiologi Edisi 10. EGC: Jakarta. 2000
4. Kosim, Sholeh et al. Buku ajar: neonatologi, ed 1, IDAI, Jakarta : 2008
5. Mckiernan et al. Overview : Circulatory Shock in Children. University
School of Medicine 2005
6. Price, Sylvia A, Patofisiologi :Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, ed 4,
EGC, Jakarta. 1995
7. Scwartz W. Pedoman Klinis Pediatri. EGC. Jakarta : 2005
8. Sirbelnag. S et al. Color atlas of Pathofisiology. 2000
9. Staff FKUI, 2005. Ilmu Kesehatan Anak jilid 3. Infomedika, Jakarta
10. Sudoyo, Aru W et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. FKUI. Jakarta: 2006
11. WHO. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. 2009

Anda mungkin juga menyukai