) DI
WILAYAH KERJA PG MADUKISMO, PT MADUBARU,
YOGYAKARTA
DENGAN ASPEK KHUSUS KORELASI PEMUPUKAN DENGAN
PRODUKTIVITAS
A24130188
iii
iv
v
ABSTRAK
FRANS PAUL MARTUA PAKPAHAN. Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum
officinarum L.) di Wilayah Kerja PG Madukismo, PT Madubaru, Yogyakarta
dengan Aspek Khusus Korelasi Pemupukan dengan Produktivitas. Dibimbing oleh
PURWONO.
ABSTRACT
FRANS PAUL MARTUA PAKPAHAN. Management Of Sugarcane (Saccharum
officinarum L.) in PG Madukismo, PT Madubaru, Yogyakarta with Special
Aspects Correlation of Fertilization to Productivity. Supervised by PURWONO.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini
berjudul Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di Wilayah PG
Madukismo, PT Madubaru, Yogyakarta dengan Aspek Khusus Korelasi
Pemupukan dengan Produktivitasi, skripsi ini dibuat dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Stara Satu (S1) di Institut Pertanian
Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Purwono, M.S. selaku
pembimbing yang telah membimbing pelaksanaan magang dan memberikan
pengarahan untuk skripsi ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Ibu
Dr. Ani Kurniawati, S.P, M.Si selaku pembimbing akademik penulis yang telah
membimbing dan mengarahkan dalam hal akademik penulis. Penulis juga
mengucap terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Supijatno, M.Si dan Ibu Ir. Megayani
Sri Rahayu, MS selaku dosen penguji sidang penulis yang telah memberikan
pengarahan dan masukan untuk penulis. Terima kasih juga disampaikan kepada
Bapak Edi Cahyono Rahmad selaku direktur, bapak Ir. Nugroho selaku staf
direktur, Bapak Yuda Eko Yuwana selaku Kepala Bagian Tanaman, Bapak Saiful
Anam selaku Kepala Bina Sarana Tani, Bapak Gumowo selaku Kepala Rayon
Bantul, Bapak Andriyanto selaku Kepala Rayon Purworejo, dan seluruh karyawan
PG Madukismo yang telah membantu penulis selama kegiatan magang. Ungkapan
terimakasih juga disampaikan kepada keluarga, serta teman-teman atas do’a dan
bantuannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Semoga karya ilmiah ini berkah dan bermanfaat.
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GAMBAR ii
DAFTAR LAMPIRAN iii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
TINJAUAN PUSTAKA 3
Botani 3
Syarat Tumbuh 3
Budidaya 3
Pemupukan 4
METODE 6
Alat dan Bahan 6
Tempat dan Waktu Magang 6
Metode Pelaksanaan 6
Pengamatan dan Pengumpulan data 7
Analisis Data 9
KEADAAN UMUM PERUSAHAAN 10
Sejarah Singkat PG. Madukismo 10
Visi dan Misi Perusahaan 10
Letak Geografi 11
Keadaan Iklim dan Tanah 11
Luas Areal 12
Areal Kemitraan 13
Keadaan Tanaman dan Produksi 14
Struktur Organisasi 15
Ketenagakerjaan Perusahanan 17
Hari Kerja dan Jam Kerja 18
HASIL DAN PEMBAHASAN 19
Aspek Manajerial 33
Aspek Khusus 34
Pembahasan 39
KESIMPULAN DAN SARAN 44
Kesimpulan 44
Saran 44
DAFTAR PUSTAKA 45
LAMPIRAN 47
RIWAYAT HIDUP 57
i
iii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
ii
DAFTAR LAMPIRAN
iii
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Tujuan dari kegiatan magang ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah mempelajari serta memperoleh
pengalaman dan keterampilan bekerja secara nyata mengenai aspek teknis
pengolahan tebu serta meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis
masalah masalah yang ada di lapang. Tujuan khusus kegiatan magang ini adalah
mempelajari dan mengkaji korelasi antara pemupukan dengan produktivitas
tanaman tebu di wilayah kerja PG Madukismo, PT. Madubaru, Yogyakarta.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani
Syarat Tumbuh
Tebu merupakan tanaman asli tropika basah. Tanaman ini tumbuh baik di
daerah beriklim tropis. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai
kurang lebih 1 tahun. Tebu tergolong tanaman perkebunan semusim yang memiliki
sifat tersendiri, yakni terdapat zat gula di dalam batangnya (Supriyadi, 1992).
Karakteristik agroklimat terdiri dari iklim, kesuburan tanah, dan topografi.
Budidaya tebu hendaknya menyesuaikan dengan kondisi karakteristik agroklimat
di lahan tegalan yang umumnya dijumpai untuk tanaman tebu. Produktivitas tebu
ditentukan oleh karakteristik agroklimat yang paling minimum.
Tanaman tebu memerlukan curah hujan yang berkisaran antara 1.000-1.300
mm tahun-1 dengan sekurang-kurangnya 3 bulan kering. Curah hujan yang ideal
adalah 5-6 bulan dengan rata-rata curah hujan 200 mm, curah hujan yang tinggi
diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif yang meliputi perkembangan anakan,
tinggi dan besar batang. Periode ini merupakan pertumbuhan generatif dan
pemasakan tebu. Suhu udara minimum diperlukan untuk pertumbuhan tanaman
tebu adalah 24 0C sedangkan temperatur optimum adalah 30 0C. Pertumbuhan akan
terhenti apabila suhu dibawah 15 0C. Sinar matahari yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman ditentukan oleh lamanya penyinaran dan intensitas
penyinaran. Tanaman tebu merupakan tanaman tropik yang membutuhkan lama
penyinaran 12-14 jam tiap harinya. Angin dengan kecepatan kurang dari 10 km jam-
1
di siang hari. Kelembaban yang rendah (45-65%) sangat baik untuk pemasakan
tebu sangat cepat kering. Kelembaban yang tinggi dapat mempengaruhi fotosintesis
dengan akibat pembentukan gula juga terlambat (Sutardjo, 2002).
Budidaya
sebanyak tiga kali, yaitu pada saat tanam tebu, pada saat tanaman umur 2,5 bulan,
dan pada saat tanaman umur lima bulan. Perawataan tanaman tebu dilakukan
dengan penyiangan, pembersihan gulma dan pengairan. Tebu dipanen pada umur
12 bulan (Wibowo, 2013).
Pemupukan
Pupuk anorganik
Pupuk anorganik terdiri atas pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk
tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu unsur hara. Pupuk majemuk
adalah pupuk yang hanya mengandung lebih dari satu unsur hara (Hardjowigeno,
2007). Pupuk majemuk memiliki keunggulan dibandingkan dengan pupuk tunggal,
yaitu lebih praktis dalam pemesanan, transportasi, penyimpanan, dan aplikasinya di
lapangan karena satu jenis pupuk majemuk yang mengandung kesulurahan atau
sebagaian besar hara yang dibutuhkan tanaman.
Pupuk organik
Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri
atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui
proses dekomposisi, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk suplai
bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Balai Besar
Pelatihan dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, 2010).
Menurut Pahan (2013) penambahan bahan organik akan mempengaruhi
sifat kimia tanah melalui beberapa hal, sebagai berikut :
1. Peningkatan nilai KTK tanah karena serapan hara oleh asam humat.
2. Persediaan hara dari dekomposisi humus dan mineral-mineral tanah yang
terlarut.
3. Peningkatan hara dalam kompleks senyawa organik.
4. Pengaruh dari pengatur tumbuh yang dihasilkan tanah.
Terdapat kelebihan pupuk organik dan anorganik diantaranya adalah
menambahkan kandungan hara tanah, menyediakan semua unsur hara dalam
jumlah yang seimbang. Pupuk organik dapat meningkatkan KTK tanah dan dapat
meningkatkan unsur hara sehingga kehilangan hara dapat dicegah (Sutanto, 2002).
Unsur hara yang dibutuhkan tanaman pada dasarnya telah tersedia dalam tanah.
Nitrogen, fosfor, dan kalium adalah unsur hara makro yang banyak dibutuhkan oleh
tanaman. Akan tetapi, penggunaan pemupukan yang berlebihan akan berdampak
buruk pada tanaman. Nitrogen berlebihan pada tanaman akan mengakibatkan
pertumbuhan vegetatif yang berlebihan. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman
memerlukan keseimbangan hara yang tepat (Purwanto, 2003). Terdapat 3 unsur
hara utama yang menjadi masalah pemupukan di lapangan yaitu unsur N, P, dan K
5
Nitrogen (N)
Nitrogen merupakan unsur penting yang dapat disediakan oleh manusia
melalui pemupukan. Unsur nitrogen berperan penting dalam pembentukan hijau
daun yang berguna dalam proses fotosintesis (Leiwakabessy et al., 2004). Selain
itu, unsur nitrogen berperan juga dalam meningkatkan poduksi dan kualitasnya,
serta membantu dalam pertumbuhan vegetatif yang mempengaruhi produktivitas.
Kelebihian unsur nitrogen dapat berpengaruh negatif terhadap tanaman tebu seperti
efek racun pada tanaman, pertumbuhan vegetatif memanjang, memperlambat
kemasakan, mengurangi kadar gula, mudah roboh, lebih muda terserang hama dan
penyakit (Soemarno, 2011).
Fosfor (P)
Fosfor merupakan salah satu nutrisi utama yang sangat penting dalam
pertumbuhan tanaman. Fosfor memiliki pengaruh yang sangat menguntungkan bagi
tanaman yaitu tanaman akan tahan terhadap penyakit, sangat berperan dalam
pembentukan bunga, buah, biji dan berperan dalam perkembangan akar rambut
serta berperan dalam pembelahan sel (Leiwakabessy et al., 2004).
Kalium (K)
Kalium merupakan unsur hara esensial yang digunakan hampir pada semua
proses untuk menunjang hidup tanaman. Fungsi kalium dalam tanaman yaitu
sebagai pengangkut karbohidrat, mengatur kegiatan sebagai unsur mineral, dan
memperkuat tegaknya tanaman (Leiwakabessy et al., 2004). Tanaman yang
kekurangan kalium akan cepat mengayu atau menggabus, hal ini disebabkan kadar
lengasnya yang lebih rendah. Kalium berpengaruh baik pada pembentukan dinding-
dinding sel lebih baik keadaannya dan lebih baik kandungan airnya, sel-sel ini
tumbuh baik, lebih kuat, dan lebih panjang (Soemarno, 2011).
Belerang (S)
Belerang merupakan bagian dari protein. Belerang dibutuhkan tanaman
dalam pembentukan asam amino. Unsur belerang juga banyak tersedia pada
pemupukan seperti pupuk ZA (ammonium sulfat). Tanaman yang kekurangan unsur
belerang akan mengakibatkan khlorosis pada daun-daun muda, pertumbuhan kerdil,
dan jumlah anakan berkurang (Soemarno, 2011).
Tepat waktu
Waktu pemupukan ditentukan oleh iklim, sifat fisik tanah, logistik pupuk.
Waktu yang terbaik untuk pemupukan adalah peta pada saat musim hujan yaitu
keadaan tanah lembab tetapi tidak mengenang (Fauzi et al., 2012).
6
METODE
Alat dan Bahan
Metode Pelaksanaan
Aspek teknis
Pada aspek teknis mahasiswa melakukan kerja langsung dilapangan sebagai
Karyawan Harian Lepas (KHL). Kegiatan KHL meliputi pengolahan lahan
(pemetaan lahan, pembajakan), persiapan bahan tanam dalam penanaman,
pembibitan. Pada kegiatan pemeliharaan yang meliputi yaitu pemupukan,
pengendalian gulma, pemeliharaan, pemanenan serta pengolahan hasil. Pada saat
melakukan kerja langsung mahasiswa diharuskan untuk menyusun jurnal harian
dan mencatat prestasi kerja yang diperoleh mahasiswa dan karyawan.
Aspek manajerial
Pada aspek manajerial pertama mahasiswa bekerja sebagai pendamping
mandor selama 4 minggu. Kegiatan yang akan dilakukan yaitu membantu
mengawasi pekerja kebun, membantu membuat perencanaan kebutuhan fisik,
biaya, teknis pekerjaan yang akan dilakukan, pembuatan jurnal harian, mingguan,
bulanan.
Aspek manajerial kedua yang dilakukan mahasiswa yaitu bekerja sebagai
pendamping Sinder Kebun Wilayah (SKW) selama 8 minggu. Kegiatan yang
dilaksanakan meliputi membantu mengelola, mengawasi pekerjaan tenaga kerja
mempelajari keadaan perkebunan, membatu penyusunan laporan serta menganalisa
administrasi kebun.
Aspek khusus
Aspek khusus yang dilakukan yaitu mempelajari pemupukan di PG
Madukismo. Data primer diperoleh dengan melakukan kegiatan, melakukan
pengamatan, melakukan wawancara langsung dengan petani serta pengambilan
data dari bagian tanaman serta melihat produktivitas tebu.
7
Data primer merupakan data yang diperoleh saat melakukan magang. Dari
segi aspek teknis sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) dimana penulis
melakukan perbandingan hari kerja dengan karyawan lepas lapangan untuk
mengetahui prestasi kerja penulis dalam hal kegiatan bubidaya tebu seperti
pengolahan lahan, pembibitan, pengeprasan, pemupukan, penanaman, dan
pengolahan hasil. Dari Aspek Manajerial sebagai pendamping mandor dan
pendamping sinder kebun wilayah (SKW), penulis melakukan pengamatan di
lapangan berapa banyak tenaga kerja dan mandor, serta melakukan pengawasan di
lapangan.
Aspek khusus yang diamatiterutama hal-hal yang berkaitan dengan
pemupukan dan produktivitas di PG Madukismo. Pengumpulan data aspek khusus
dilakukan dengan pengamatan pada 2 wilayah kerja pabrik dengan :
Wawancara petani
Setiap wilayah pengamatan dilakukan wawancara kepada petani untuk
mengetahui pemupukan yang dilakukan petani terhadap varietas tebu yang ditanam.
Wawancara ini dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada petani-petani di 2
kebun wilayah yang berbeda.
Taksasi produksi
Taksasi produsi dilakukan pada bulan maret selama 2 minggu. Kebun yang
ditaksasi sebanyak 10 kebun untuk setiap wilayah pengamatan dan dilakukan
bersama beberapa mandor dengan didampingi oleh sinder kebun wilayah.
Parameter yang di amati yaitu :
a. Σ batang m-1, pengamatan dilakukan dengan melakukan perhitungan
banyaknya batang per juring.
b. Bobot batang m-1 , pengamatan bobot dilakukan dengan menebang batang
tebu lalu ditimbang menggunakan alat penimbang sederhana, angka yang
ada di timbangan merupakan hasil akhir bobot batang.
c. Tinggi batang , pengamatan tinggi tanaman tebu diukur dari permukaan
tanah atas guludan sampai daun +1 (titik patah). Batang yang diukur adalah
batang tebu yang tumbuh normal dan tidak terserang hama dan penyakit.
d. Σ juring ha-1, pengamatan jumlah juring dilakukan dengan menghitung
banyaknya juring per ha.
e. Pj juring efektif, panjang juring yang memiliki tebu.
f. Perhitungan produktivitas tanaman tebu (Indrawanto, 2010) :
Pengamatan Langsung
Pengambilan tanaman contoh dapat diamati dengan pengolahan tebu yang
dibagi ke dalam dua sistem yaitu mekanisasi dan sistem reynoso. Sistem
Mekanisasi adalah sistem pengolahan tebu pada lahan kering. Pengambilan contoh
dengan sistem mekanisasi pada tebu dilakukan dengan mengambil juringan yang di
tengah areal lalu diambil bagian tengah sisa areal (Gambar 3). Pengambilan contoh
akan ada 3 juringan dengan panjang juring masing-masing 15 m dimana pada
bagian tengah akan diambil 4 tanaman contoh yaitu batang nomor 20, 40, 60, dan
80. Bagian kedua sisi diambil tanaman contoh diambil nomor 25, 50, dan 75.
Terdapat 10 batang tebu sebagai tanaman contoh pada sistem mekanisasi. Sistem
reynoso adalah salah satu sistem pengolahan tebu pada lahan sawah. Pada dasarnya
sistem ini bertujuan untuk mengelola lahan tebu dengan sistem drainase yang
intensif. Dicirikan dengan got-got yang dalam bahkan pada beberapa titik bisa
sampai kedalaman 90-100 cm. Pengambilan contoh pada sistem mekanisasi
dilakukan pada 5 bak dari beberapa bak (Gambar 2) dimana setiap bak diambil satu
juringan, dan satu juring diambil pada batang nomor 20 dan 40. Jadi, akan ada 10
batang contoh yang akan diamati.
Gambar 2. Denah sampling sistem reynoso Gambar 3. Denah sampling sistem mekanisasi
9
Analisis Data
Visi
PT Madubaru menjadi perusahaan Agro Industri yang unggul di Indonesia
dengan petani sebagai mitra sejati.
11
Misi
1. Menghasilkan gula dan etanol yang berkualitas untuk memenuhi permintaan
masyarakat dan industri gula di Indonesia.
2. Menghasilkan produk dengan memanfaatkan teknologi maju yang ramah
lingkungan, dikelola secara profesional dan inovatif, memberikan pelayanan
yang prima kepada pelanggan serta mengutamakan kemitraan dengan petani.
3. Mengembangkan produk atau bisnis baru yang mendukung bisnis inti.
4. Menempatkan karyawan dan stake holders lainnya sebagai bagian terpenting
dalam proses penciptaan keunggulan perusahaan dan pencapaian share
holder values.
Letak Geografi
Jenis tanah yang banyak pada wilayah kerja PG Madukismo adalah tanah
regosol (Tabel 1). Tanah regosol dan grumosol adalah tanah yang sesuai untuk
penanaman tebu karena mengandung abu vulkanik yang dapat membuat subur
tanaman tebu. Selain tanah regosol dan grumosol, tanaman tebu dapat tumbuh
diberbagai jenis tanah namun hasil tebu tidak maksimal.
Jenis tanah wilayah kerja PG Madukismo terbagi dalam 6 jenis tanah
(Tabel 2). Jenis tanah disesuaikan dengan drainase, tadah hujan atau pengairan,
dan tanah berat atau tanah ringan. Jenis tanah wilayah kerja PG Madukismo
meliputi tanah berat pengairan drainase lancar (BPL), tanah berat pengairan
drainase jelek (BPJ), tanah berat tadah hujan drainase lancar (BHL), tanah ringan
pengairan drainase lancar (RPL), tanah ringan pengairan drainase jelek (RPJ), dan
tanah ringan tadah hujan drainase lancar (RHL). Jenis tanah terbanyak wilayah
kerja PG Madukismo adalah tanah ringan tadah hujan drainase lancar (RHL),
sedangkan jenis tanah yang terdikit adalah tanah ringan berpengairan drainase
jelek (RPJ).
Luas Areal
Tabel 3. Luas areal lahan tebu wilayah kerja PG. Madukismo tahun 2016
Areal Kemitraan
Struktur Organisasi
Ketenagakerjaan Perusahanan
Persiapan lahan
Kegiatan yang meliputi aspek teknis terdiri dari berbagai macam kegiatan,
yaitu pembukaan lahan, penggaruan, kairan, pembuatan got, dan persiapan bahan
tanam. Pengolahan tanah merupakan salah satu kegiatan dalam budidaya tanaman,
pengolahan lahan bertujuan untuk memperbaiki media tumbuh untuk tanaman tebu
sehingga akar tebu akan mengalami pertumbuhan optimal, karena dapat
memperbaiki sifat fisik, kimia, biologi tanah, dan menekan pertumbuhan gulma.
Pengolahan tanah harus dilakukan dengan baik, karena pengolahan tanah
merupakan awal dari budidaya dan berpengaruh terhadap segala kegiatan budidaya
selanjutnya. Pengolahan lahan dilakukan dalam tiga tahap yang terdiri dari
pembajakan, penggaruan, dan pengkairan.
1. Pembajakan
Pembajakan bertujuan membalikan tanah serta memotong serasa kayu, juga
memperbaiki sirkulasi udara tanah, dan mengurangi pertumbuhan gulma.
Pembajakan yang baik seharusnya melalui beberapa tahap yaitu tsel, bajak I,
bajak II, rotari, dan kair. Pembajakan yang terjadi di lapangan hanya dilakukan
3 kali yaitu bajak I, bajak II, dan kair. Pembajakan I bertujuan untuk
membongkar dan memotong bagal tebu yang tersisa di lahan dengan
melakukannya tegak lurus terhadap arah juringan tanaman tebu, serta menekan
pertumbuhan gulma dengan membalikan gulma ke dalam tanah, dan
memperbaiki aerasi tanah. Kedalaman tanah diusahakan mencapai 30-40 cm.
Pembajakan II sama dengan pembajakan I hanya yang membedakannya arah
pembajakan dimana pembajakan II tegak lurus terhadap pembajakan I, dengan
bertujuan memecah bongkaran tanah dan menghancurkan tanah hasil
pembajakan I. Pembajakan I dan II umumnya dilakukan dalam satu hari.
Kegiatan pembajakan menggunakan traktor penggerak 4 WD (80-150) HP.
2. Penggaruan
Penggaruan bertujuan untuk menghancurkan bongkahan tanah hasil pembajakan
dan meremahkan tanah, umumnya arah penggaruan adalah tegak lurus terhadap
arah pembajakan. Alat yang digunakan dalam penggaruan sama dengan alat
yang digunakan dalam pembajakan yaitu traktor penggerak 4 WD (80- 150) HP
dengan implement berupa rotari.
3. Pengkairan
Pengkairan bertujuan untuk pembuatan alur tanaman atau lubang juringan untuk
benih tebu yang akan ditanam. Kegiatan pengkairan dilakukan umumnya satu
hari setelah pembajakan selesai. Kemiringan pengkairan lebih rendah dari 2%
dengan arah kairan utara- selatan. Kedalaman juringan yaitu 25-30 cm,
kedalaman ini agar tebu memeliki sistem perakaran yang dalam sehingga tebu
tidak mudah kering atau roboh. Panjang kairan 10 m setiap juring dengan jarak
pusat ke pusat (PKP) 110 cm. Implement yang digunakan adalah alat kair
(Scryfying) dengan tiga mata yang dipasang pada traktor 4 WD 110 HP.
20
Pengkairan akan membentuk daerah yang tidak dapat dijangkau oleh traktor
sehingga penggerjaan diselesaikan secara manual menggunakan cangkul.
4. Pembuataan got
Pembuatan got bertujuan untuk menyediakan saluran irigasi, saluran drainase
atau saluran pembuangan, serta menjaga kelembaban saat tanaman. Saluran
drainase sangat penting dalam budidaya tebu terutama pada lahan sawah, tetapi
tidak terkecuali pada lahan tegalan. Got pada tanaman tebu terbagi menjadi tiga
bagian yaitu got keliling, malang, dan mujur. Got keliling merupakan got-got
yang mengelilingi sesuai bentuk kebun (Gambar 4). Got keliling dibuat lebih
dalam dari got malang dan mujur, hal ini dikarenakan got keliling berfungsi
untuk membuang kelebihan air dari dalam lahan keluar kebun dan masuk ke
saluran buangan besar. Kedalaman got keliling 80 cm dan lebar 70 cm. Prestasi
kerja mahasiswa ketika pembuatan got yaitu 20 m HOK-1 sedangkan karyawan
yaitu 40 m HOK-1.
Got malang
Got Mujur
berjenjang, yaitu Kebun Bibit Pokok (KBP), Kebun Bibit Nenek (KBN), Kebun
Bibit Induk (KBI), dan Kebun Bibit Datar (KBD). Kebun Bibit Pokok (KBP) bibit
didapat dapat dari P3GI (Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia)
Pasuruan. P3GI merupakan satu-satunya penyedia bibit dengan memiliki plasma
nutfah tebu. Masa tanamnya dilakukan pada bulan Mei-April dengan melakukan
seleksi yang ketat. Varietas pada KBP harus memiliki kemurnian 100% atau tidak
ada campuran varietas. Luas KBP adalah sekitar 20% dari luas KBN, selanjutnya
akan ditebang dan ditanam kembali menjadi KBN dengan proporsi luasan 1/7 dari
luasan Kebun Bibit Pokok (KBP).
Kebun Bibit Nenek (KBN) dilakukan penanaman pada bulan September-
Oktober dengan melakukan seleksi agak ketat serta memprioritaskan terhadap
kemurnian varietas dan kesehatan bibit. Setelah kebun bibit nenek selanjutnya
memasuki jenjang berikutnya yaitu kebun bibit induk. Penanaman pada KBI
dilakukan sekitar bulan Maret- April. Luas KBI adalah 15% dari luas KBD.
Selanjutnya kebun bibit datar (KBD) adalah bibit yang disiapkan untuk ditanam
pada Kebun Tebu Giling (KTG). Kebutuhan bahan tanam KBD untuk KTG adalah
proporsi 1/9, artinya 9 ha KTG dapat dicukupi dengan 1 ha kebun bibit datar (KBD).
Pengolahan pada lahan Kebun Bibit Datar (KBD) pada dasarnya sama
dengan Kebun Tebu Giling (KTG), tetapi terdapat perbedaan diantaranya adalah
pada lahan KBD tidak dilakukan klentek. Hal ini bertujuan agar melindungi mata
tunas agar tidak rusak saat tebang dan angkut dan mencegah kehilangan air dan
pada KBD pemupukannya tidak selengkap di KTG.
Bibit menjadi salah satu faktor penting dalam menentukan hasil akhir dari
tebu. Kriteria bibit yang baik adakah bibit yang cukup umurnya yaitu 6-8 BST,
tingkat kemurnian minimal 5%, sehat (bebas dari hama dan penyakit), dan habitus
batang normal sesuai dengan varietasnya. Pestasi kerja mahasiswa saat tebang bibit
yaitu 0,007 ha HOK-1, sedangkan karyawan yaitu 0,015 ha HOK-1.
Persiapan bibit
Bibit yang digunakan dalam PG Madukismo berupa bagal dan single bud
planting (SBP). Bibit bagal adalah bibit yang diambil dari kebun bibit berjenjang,
sedangkan bibit SBP menggunakan polybag sebagai wadah untuk bibit yang abru
dikembangkan oleh PG Madukismo. Benih SBP memiliki kelebihan dimana dapat
menghasilkan peluang hidup yang tinggi, seragam, dan lebih cepat.
Penyiapan bibit bagal dimulai dari pengangkutan bibit dari kebun
berjenjang sampai ke kebun tebu giling, pengenceran, pembersihan bibit, dan
pemotong benih.
3. Pemotongan bibit
Pemotongan bibt dilakukan di lapangan dengan membagi bagal menjadi 2-3
mata tunas. Pemotongan tidak dilakukan melintang lurus tetapi diagonal. Hal ini
dilakukan agar mata tunas atau calon tumbuhnya tanaman tebu tidak rusak
sehingga dapat tumbuh dengan baik.
Bibit SBP berbeda dengan bibit bagal dimana penanaman dalam polybag dengan
mengambil satu mata yang akan ditanam. Penyiapan benih SBP melalui beberapa
tahap seperti:
1. Persiapan bedengan
Bedengan diperlukan untuk tempat pendederan bibit yang akan ditanam dalam
polybag, pembuatan bedengan menggunakan traktor dengan implement rotari
untuk mengolah tanah (Gambar 7).
5. Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan adalah memberikan pengairan dan pengurangan daun.
Pengairan atau penyiraman dilakukan pada waktu pagi dan sore, sementara
pengurangan daun dilaksanakan setelah tanaman berumur 6 minggu dengan
menggunakan gunting tanaman.
Penanaman
Ada dua pola tanam tebu, yaitu pola tanam pertama pada bulan Mei sampai
Agustus dan pola tanam kedua pada bulan September sampai November. Sebelum
penanaman, perlu dilakukan pemilihan varietas tebu yang memenuhi kriteria sesuai
dengan lahan yang akan ditanami dan bibit yang sehat. Varietas yang ditanam juga
berbeda-beda terdiri dari varietas masak awal, masak tengah, dan masak akhir.
24
1. Pembuatan kasuran
Kegiatan pembuatan kasuran bertujuan untuk alas tanam dan merangsang
pertumbuhan akar muda. Lahan kering menggunakan kasuran dibuat rata namun
pada kondisi lahan basah dilakukan dengan miring, hal ini bertujuan agar benih
tidak rusak dan tergenang.
2. Peletakkan bibit
Kegiatan ini bergantung terhadap bahan tanam yang ditanam dengan
konvensional atau single bud planting. Secara konvensional bibit diletakkan
ditanah dengan menyusun secara over lapping, single, dan double. Penanaman
dilakukan dengan posisi mata disamping agar tunas mudah berkecambah.
3. Penutupan bibit
Penutupan bibit adalah kegiatan terakhir yang dilakukan setelah penanaman
bibit. Penutupan bibit dilakukan dengan menggunakan tanah yang gembur
dengan ketebalan 5-10 cm. Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan
cangkul dengan bertujuan untuk menjaga kelembaban dan kehilangan air pada
bibit.
Pemeliharaan
Kegiatan pemiliharan mempengaruhi akan kualitas dan kuantitas tebu agar
dapat tumbuh optimal. Pemeliharaan yang baik akan mendapatkan produktivitas
yang optimal, ada beberapa kegiatan pemeliharan yang meliputi penyulaman,
pengairan, pembumbunan, pemupukan, klentek, pengendalian gulma, dan
pengendalian hama dan penyakit.
1. Penyulaman
Penyulaman merupakan kegiatan mengganti benih tebu yang sudah mati atau
tidak tumbuh dengan tujuan mencukupi jumlah batang. Benih sulam dapat
diambil dari ujung juring dimana saat peletakkan bibit diletakan lebih dari satu
bagal (mantenan) atau dapat diambil dari rumpun yang tumbuh dengan baik.
Kegiatan penyulaman umumnya dilakukan saat umur tanaman sudah mencapai
3-4 minggu.
2. Pengairan
Pengairan sangat diperlukan dalam proses pertumbuhan tanaman tebu apabila
kekurangan air sangat berpengaruh terhadap hasil produksi. Pengairan bertujuan
agar membuat tanah tetap lembab atau tidak mengalami kekeringan. Pengairan
dilakukan sebanyak tiga atau empat kali. Pengairan pertama dilakukan pada saat
sebelum tanaman diletakan di kasuran, hal ini dilakukan agar kondisi tetap
lembab pada media tanah dan dapat membantu dalam proses perkecambahan
benih. Pengairan kedua dilakukan saat tebu berumur 15 hari agar memenuhi
kebutuhan air yang diperlukan tanaman. Pengairan ketiga dilakukan pada saat
sebelum pempupukan I atau saat tanaman berumur satu bulan agar saat
pemupukan tanaman tetap dalam kondisi lembab tidak kekurangan air.
Pengairan terakhir dilakukan sebelum pemupukan II.
25
3. Pembumbunan
Pembumbunan atau urug adalah memberikan tambahan tanah pada pangkal
batang tebu.. Pembumbunan dilakukan sebanyak tiga kali. Pembumbunan
pertama dilakukan sekitar 2-4 minggu setelah tanam, kegiatan ini dilakukan
bersama dengan aplikasi pemupukan. Pembumbunan pertama bertujuan untuk
merangsang pertumbuhan anakan. Pembununan kedua dilakukan saat tanaman
berumur dua bulan dengan tujuan untuk menekan pertumbuhan tunas sekunder
dan tersier serta membantu memperkuat perakaran. Pembumbunan ketiga
dilakukan saat tanaman berumur 3 bulan atau ketinggian maksimum satu meter
yang ditandai dengan tajuk daun yang telah menutup. Pemumpunan terakhir ini
bertujuan untuk memperkokoh batang tebu agar tidak mudah roboh. Prestasi
kerja mahasiswa saat pembumbunan yaitu 0,005 ha HOK-1 sedangkan karyawan
yaitu 0,01 ha HOK-1.
4. Pemupukan
Pemupukan adalah penambahan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman
dengan tujuan untuk meningkatkan kesuburan tanah yang ideal untuk tanaman.
Pemupukan pada tanaman tebu menggunakan pupuk phonska dan pupuk ZA
dengan standar pabrik dimana masing-masing sebanyak 5 ku ha-1. Pemupukan
dilakukan sebanyak dua kali. Berdasarkan standar pabrik pupuk pertama
diberikan setengah dosis yaitu pada saat tanaman berumur satu bulan. Pupuk
kedua diberikan setengah dosis dari phonska dan pupuk ZA pada saat tanaman
berumur dua bulan. Penggunaan pupuk alternatif dapat dilakukan namun
bergantung terhadap kebutuhan tebu itu sendiri. Pemupukan Tebu melihat tiga
unsur yang perlu dicukupi oleh tebu seperti unsur N, Unsur P2O5, dan Unsur
K2O. Pada saat tanaman berumur 1-3 bulan setelah tanam perlu unsur N yang
lebih banyak digunakan untuk pertumbuhan vegetatif, dalam hal ini membantu
pembentukan tunas dan akar baru. Tanaman berumur 3-9 bulan memerlukan
unsur P2O5 yang lebih banyak untuk perpanjangan akar, batang, dan daun.
Tanaman berumur 10-11 bulan tanaman perlu memaksimalkan unsur K2O
dimana membantu optimalisasi N untuk membentuk pigmen hijau daun, selain
itu gejala akan menimbulkan bunga dan membuat pertumbuhan akar, batang,
dan daun berhenti. Pemupukan pada tebu harus memperhatikan ketepatan dalam
dosis, aplikasi pemupukan, sasaran, waktu yang tepat. Apabila pemupukan
dilakukan terlambat akan mengakibatkan pada pertumbuhan dan hasil akhir
tebu. Prestasi kerja mahasiswa saat pemupukan yaitu 0,05 ha HOK-1 sedangkan
karyawan yaitu 0,012 ha HOK-1.
5. Klentek
Klentek adalah kegiatan pemeliharan tanaman tebu dengan membersihkan atau
membuang daun kering yang berada pada daun tebu dengan mengunakan sabit.
Kegitaan ini bertujuan untuk menjaga kebersihan kebun, mencegah terjadinya
kebakaran, membuat tanaman mendapatkan sirkulasi udara yang baik,
memberikan pencahayaan yang optimal bagi tanaman, dan membantu dalam
kegiatan penebangan agar berjalan dengan mudah. Klentek dilakukan sebanyak
dua kali yaitu pada saat tanaman berumur 4 bulan dan 2-3 bulan sebelum tebang
tebu.
26
6. Pengendalian gulma
Gulma merupakan tumbuhan yang dapat menjadi saingan bagi tanaman tebu
dalam memeperoleh cahaya matahari, air, unsur hara, dan pemanfaatan ruang.
Pengendalian gulma bertujuan membersihkan tanaman penggangu yang
menghambat pertumbuhan tanaman tebu. Selain itu, pengendalian gulma juga
bertujuan untuk membantu dalam proses pemeliharaan dan pemanenan tanaman
tebu. Gulma yan terdapat di wilayah kerja PG Madukismo ada bebarapa jenis
yang terdiri berdaun lebar, berdaun sempit, teki-tekian. Gulam berdaun lebar yan
dominan adalah Cynodon dactilon L, gulma berdaun sempit yang doniman
adalah Portula caoleracea L, dan gulam dengan jenis teki-tekian yang dominan
adalah Cyperus rotundus L (Tabel 9). Pengendalian gulma pada tanaman tebu
dilakukan dalam tiga cara yaitu manual, kimia, dan mekanis.
Tabel 9. Gulma dominan di wilayah kerja PG Madukismo
Hama uret (Lepidiota stigma F.) merupakan hama yang menyerang pada akar
tanaman tebu (Gambar 12). Penyerangan terhadap akar tanaman menyebabkan
tanaman tidak dapat mudah roboh. Hama uret merupakan hama yang paling
banyak menyerang pada tanaman tebu. Hama ini banyak pada lahan kering,
namun tidak terlalu banyak pada lahan sawah. Pengendalian hama uret dapat
dilakukan dengan hayati dan mekanisasi. Pengendalian hayati dengan
memberikan jamur Metorhizium onisapliae A, sedangkan dengan pengendalian
mekanisasi dengan sistem pengolahan tanah yang intensif.
28
Gambar 13. Kutu bulu putih (Saccharicoccus sacchari C.) pada daun tebu
Panen
Pemanenen merupakan kegiatan terakhir dalam budidaya tanaman tebu.
Pemanenen dilaksanakan karena tebu telah terisi penuh dengan kandungan gula,
sebelum dilakukan penebangan dan pengangkutan. Sebelum melakukan kegiatan
pemanenan biasanya dilakukan taksasi produksi dan analisa penndahuluan untuk
memperkirakan dugaan produksi hasil.
Taksasi produksi di PG Madukismo dilakukan sebanyak dua kali yaitu
Taksasi Desember dan Taksasi Maret. Takasasi Desember dilakukan pada saat
tanaman tebu sudah memasuki fase pertumbuhan memanjang, beruas, dan
bertumbuh dengan habitus baik, namun Taksasi Desember tidak bisa dijadikan
perkiraan hasil produksi dalam hal ini tanam belum menghasilkan gula sepenuhnya.
Taksasi Maret dilakukan dengan menghitung rata-rata bobot batang per
meter, rata-rata tinggi tanaman, rata-rata jumlah batang per meter juring, dan
jumlah juring per hektar. Bobot batang per meter dihitung dengan timbangan
sederhana. Tinggi batang adalah panjang yang akan diukur dari permukaan tanah
sampai daun +1 (titk patah). Jumlah batang per meter adalah menghitung
29
banyaknya batang setiap juring. Perhitungan taksasi maret dapat dihitung dengan
rumus :
Hasil/ha = Rata-rata jumlah batang m-1 juring x rata-rata tinggi batang x rata-rata
bobot batang m-1 x jumlah juring ha-1 x panjang juring efektif
Analisis pendahuluan digunakan untuk mengetahui jalannya proses
kemasakan batang tebu yang ditanam. Analisis pendahuluan berguna untuk
mengetahui tebu yang harus terlebih dahulu ditebang karena sudah memiliki
kemasakan yang telah dianalisa. Analisis pendahuluan memiliki kegunaan untuk
mempertimbangkan tanggal awal giling dan menetapkan jadwal tebang tanaman
tebu.
Analisis pendahuluan dilakukan dengan beberapa tahapan dimulai dengan
menentukan petak maupun juringan contoh. Selanjutnya, dari juringan contoh
ditentukan letak batang contoh yang akan diambil pada setiap periode (ronde). PG
Madukismo melakukan analisis pendahuluan dengan delapan ronde dengan 15
interval, dipilih secara acak untuk membedakan bulan muda (tanggal 1-15) dan
bulan tua (16-30). Kemudian melakukan analisis dengan mengklentek daun,
menghitung, menimbang dan mengukur batang serta jumlah luasnya, memotong
tiap batang menjadi tiga bagian yaitu atas, bawah, dan tengah yang sama
panjangnya. Batang masing-masing ditimbang, dibelah, dan dihitung jumlah
ruasnya. Hal ini dilakukan untuk mempermudah penggilingan contoh.
Batang tebu yang dibagi menjadi tiga bagian digiling digilingan kecil dan
masing-masing ditentukan nilai niranya. Penggilingan contoh diusahakan memiliki
persentase perah yang sebesar 60% yang dimana rumus persentase perah sebagai
berikut :
bobot nira
Persentase perah = bobot tebu × 100% = ± 60%
ditahan atau belum ditebang. Koefisien Peningkatan (KP) dapat dirumuskan seperti
:
Rendemen N
KP = Rendemen N−2 × 100%
Keterangan :
Rendemen N = Rendemen pada ronde ke- N
Rendemen N-2 = Rendemen pada 2 ronde sebelum ronde ke-N
KP beberapa kriteria apabali KP > 100 maka tebu dapat ditahan karena
rendemen tebu masih bisa meningkat. KP = 100 artinya selama 2 periode tidak ada
kenaikan rendeman. Tebu saat ini harus segera ditebang karena tanaman tebu tidak
akan mengalami peningkatan. KP < 100 maka tanaman tebu harus segera ditebang.
Hal ini rendemen saat sekarang lebih kecil dibandingkan rendemen 2 periode yang
lalu, sehingga pendugaan bahwa tebu akan mulai mati dan rendemennya relatif
turun.
Harkat Kemurnian (HK) adalah perbandingan persen pol dengan persen brix
dimana nilai pol adalah kandungan gula dalam larutan nira dan nilai brix adalah
kandungan padatan gula dan bukan gula yang terdapat dalam larutan nira. Nilai
Harkat kemurnian dapat dirumuskan seperti
% Pol
HK= % Brix × 100%
keterangan :
HK Bawah (a.a) : Harkat kemurnian bagian bawah dari analisa terakhir
HK Bawah (a.a-2) : harkat kemurnian bagian bawah 2 minggu sebelumnya
Apabila KDT > 100% artinya tebu dapat ditahan sehingga tebu masih
dibiarkan untuk tumbuh. KDT = 100 artinya tanaman tebu sudah mencapai
ketahanan optimal sehingga tebu saatnya akan ditebang. KDT < 100 menunjukkan
bahwa daya tahan tebu sudah menurun sehingga harus segera di tebang.
Tebang dan angkut merupakan kegiatan terakhir dalam pemanenan tebu
dalam satu musim. Tebang dan angkut bertujuan untuk memenuh kapasitas giling
pabrik. Kegiatan ini juga harus sesuai dengan kriteria pabrik dimana tebu yang akan
digiling harus BSM (Bersih, Segar, dan Manis). Bersih dalam hal ini tebu tidak
tercampur oleh kotoran atau benda-benda dalam memasuki gilingan. Segar artinya
tebu yang telah ditebang tidak boleh melebihi 36 jam atau harus segera digiling.
Manis artinya tebu yang akan ditebang sudah memasuki kemasakan yang optimal.
Penebangan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan tebu yang akan
dikepras untuk budidaya selanjutnya dan tebu yang tidak untuk di kepras.
Perbedaan dalam hal ini apabila tidak untuk dikepras maka seluruh batang dicabut.
Penebangan umumnya diusahakan tebang mepet tanah (TMT). Setelah
penebangan, batang kemudian di ikat setiap 20-30 batang. Setiap batang yang diikat
31
selanjutnya diangkut ke dalam truk dengan kapasitas angkur 6-8 ton. Selama tebang
angkut diawasi oleh mandor tebang dan sinder tebang.
c. Pos pembongkaran
Setelah melewati pos penimbangan bruto, truk dan tebu memasuki pos
pembongkaran. Pos pembongkaran merupakan pemindahan tebu dari truk ke
lori dengan menggunakan alat derek yang dikendalikan oleh operator. Tebu
harus dalam keadaan rapi jika tidak akan menyebabkan tebu runtuh ketika
melakukan pengangkatan ke dalam lori. Selain pembongkaran, pos ini juga
melakukan peniliaan tebu dengan kriteria kotoron yang terbawa seperti
pucuk, rapak, dan tebu terbakar. Kriteria dibagi menjadi tiga yaitu K1, K2,
dan K3. K1 terdiri dari maksimal kotoran sebesar 2,5%, K2 terdiri dari
maksimal kotoran 7,5%, dan K3 terdiri dari maksimal kotoran sebesar 15%.
Kriteria ini dapat merugikan pemilik tebu karena akan terjadi pemotongan
harga yang dapat merugikan tenaga tebang dan angkut.
2. Stasiun gilingan
Stasiun gilingan adalah tempat untuk pemerahan gula. Tebu yang siap untuk
digiling sebelumnya harus dibersihkan dengan air, hal ini dilakukan untuk
mengurangi apabila ada kotoran yang menempel dalam tebu. Pemerahan nira di
PG Madukismo menggunakan alat-alat berupa Unigrator mark IV dengan
melakukannya sebanyak lima kali. Gilingan kedua dan ketiga ditambahkan
dengan air nira dari gilingan sebelumnya. Gilingan ke empat dan kelima
ditambahkan air panas. Ampas sisa penggilingan umumnya diperoleh sebesar
2% dimana terdiri dari dua yaitu kasar dan halus. Ampas yang kasar akan
digunakan sebagai bahan bakar ketel, sedangkan untuk yang halus akan
dijadikan tambahaan untuk pembuatan blotong.
3. Stasiun pemurnian
Stasiun pemurnian bertujuan untuk memisahkan kotoran yang berada dalam nira
tebu yang terbawa dalam stasiun penggilingan. PG Madukismo melakukan
pemurnian nira dengan menggunakan sistem sulfitasi. Nira yang dihasilkan dari
stasiun penggilingan akan berada dalam bak pengendapan. Nira yang mentah
tersebut ditimbang dan dipanaskan pada kisaran suhu 70-75 0C. Pemurnian
dilakukan dengan defikasi yaitu dengan susu kapur dilakukan sebanyak dua kali.
Selanjutnya, memasuki proses sulfitasi yang bertujuan untuk menetralkan
kembali pH penggunaan kapur dan memisahkan endapan kotoran yang masih
terdapat pada nira. Endapan kotoran dalam bentuk padat digunakan untuk
blotong atau pupuk organik.
4. Stasiun pengentalan
Stasiun pengentalan berguna untuk menguapkan kandungan air pada nira yang
setelah melewati stasiun pemurnian. Penguapan ini disusun secara
interchangeable. Ada 5 tangki evaporator yang dapat digunakan untuk
pengentalan nira, namun hanya 4 evaporator yang dioperasikan dalam setiap
proses pengolahan. Pergantian tangki dilakukan 2 hari sekali untuk
membersihkan tangki evaporator.
5. Stasiun pemasakan
Stasiun Pemasakan bertujuan untuk meningkatkan nira sebelum dibentuk
menjadi kristal. Sistem yang digunakan adalah sistem A-C-D dengan
menggunakan 12 tangki dimana gula A sebagai gula produk menggunakan
tangki nomor 1 sampai 5. Tangki nomor 6 digunakan untuk masakan gula C.
Tangki nomor 7 sampai 12 digunakan untuk masakan gula D. Pemasakan
dilakukan dengan suhu 65 0C. Hasil akhir dari pemasakan adalah kristal gula dan
larutan.
7. Pengemasan
Setelah terbentuknya gula kristal maka dipilih sesuai dengan ukuran butirnya
dengan alat penyaring. Ukuran gula kristal harus sesuai dengan ketentuan.
Kristal gula yang telah melawati penyaringan akan dikemas. Pengemasan
dialakukan dalam karung yang memiliki kapasitas 50 kg. Gula yang telah
dikemas selanjutnya dimasukkan ke dalam gudang penyimpanaan.
Aspek Manajerial
Kepala Rayon
Kepala rayon memiliki fungsi untuk membantu kepala bagian tanaman
dalam melaksanakan kebijakan dan ketentuan administratur dalam penanaman tebu
benih dan tebu giling serta memimpin bagian rayon untuk mencapai tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan.
Beberapa tugas seorang kepala rayon adalah membantu kepala bagian
tanaman dalam melaksanakan dan mengamankan program penanaman tebu benih
dan tebu giling sesuai dengan target yang ditetapkan, membantu mengawasi
masalah mekanisasi penggunaan dan perawatan traktor, mengkoordinasikan
kegiatan sinder-sinder wilayah dirayonnya, baik yang menyangkut aspek teknis
maupun aspek non teknis, menengakkan disiplin kerja sinder wilayah yang ada
dalam rayonnya, dan memberikan otoritas atas dokumen dan laporan sesuai dengan
sistem wewenang yang berlaku.
Mandor Lapangan
Mandor lapangan adalah seseorang yang memiliki tanggung jawab dalam
pengolahan budidaya yang terjadi di lapangan. PG Madukismo memiliki beberapa
mandor lapangan yang dibagi menjadi empat yaitu mandor kebun, mandor pupuk,
34
mandor bibit, dan mandor tebang angkut. Masing-masing mandor memiliki fungsi,
tugas, dan tanggung jawab yang berbeda.
Mandor kebun adalah orang yang dipercaya oleh Sinder Kebun Wilayah
(SKW) dalam melakukan tugas budidaya di masing-masing wilayah. Mandor
kebun umumnya mengurusi wilayah Kebun Tebu Giling (KTG) di masing-masing
wilayah yang dipercayakan. Mandor kebun memiliki tanggung jawab dalam
mengurusi pemilihan tenaga kerja dan mengawasi hasil pekerjaan seluruh yang
terjadi di kebun serta mencatat kegiatan yang dilakukan unutk dilaporkan kepada
Sinder Kebun Wilayah (SKW).
Mandor pupuk adalah orang yang bertanggung jawab dalam kegiatan
pemupukan baik secara manual maupun mekanisasi pada masing-masing wilayah
yang dipercayakan. Mandor pupuk memiliki tanggung jawab dalam pengambilan
pupuk di gudang sampai pencatatan yang akan dilaporkan pada pihak administrasi.
Jenis dan pupuk yang akan direalisasikan harus dievalusikan terlebih dahulu
mengenai jumlah luasan kebun dan persediaan pupuk yang ada.
Mandor bibit adalah orang yang bertugas mengawasi setiap pekerjaan yang
ada dalam kebun bibit. Mandor bibit berbeda dengan mandor kebun, dimana
kegiatan dilakukan hanya untuk pembibitan tidak sampai dengan penggilingan.
Bibit dari kebun bibit yang akan selanjutnya akan ditanam dalam Kebun Tebu
Giling (KTG).
Mandor tebang angkut adalah orang yang mengatur dalam pelaksanaan
kegiatan tebang dan angkut dalam suatu wilayah. Mandor tebang angkut juga
memiliki tanggung jawab dalam mengadakan tenaga tebang hingga berperan
penting agar tebu yang ditebang mencapai tebu yang BSM (Bersih, Segar, dan
Manis).
Aspek Khusus
Tabel 13. Realisasi pupuk anorganik tebu pada kebun pengamatan di Bantul
Tabel 14. Realisasi pupuk anorganik tebu pada kebun pengamatan di wilayah
Purworejo
Cara pemupukan
Berdasarkan hasil wawancara dua wilayah, petani umumnya memupuk
dengan cara menebar pupuk dalam tiap rumpun atau lubang. Sistem menebar pupuk
digunakan gengaman tangan petani sehingga akan menghasilkan jumlah yang
berbeda tiap rumpun atau tidak tetap. Setelah pemupukan umumnya dilakukan
penutupan tanah atau urug.
Waktu pemupukan
Pemupukan pada kedua wilayah dilakukan dengan dua kali dengan waktu
yang tepat. Petani wilayah Bantul umumnya melakukan pemupukan I pada bulan
37
Desember dan pupuk II dilakukan dua bulan setelah pupuk I yaitu bulan Februari.
Petani Wilayah Purworejo melakukan pemupukan I pada bulan November dan
pemupukan II pada bulan januari. Tetapi, wilayah Purworejo Selatan melakukan
pemupukan lebih cepat yaitu pemupukan I dilakukan bulan Juli dan pemupukan II
dilakukan bulan September. Hal ini dilakukan karena wilayah kerja Purworejo
Selatan mudah terserang uret.
KEMENTAN
Tingkat Pusat
Rekap RDKK
Tingkat Kecamatan UPTD/BP3K BPP
(Maret)
Rekap RDKK
Tingkat Desa/ (Februari)
Kelurahan Fasilitas Penyusun
GAPOKTAN RDKK oleh penyuluh
Pendamping
Σ Panjang Produktiv
Σ batang Tinggi Bobot
No Nama Kebun juring juring itas (ku
m-1 batang (m) batang
ha-1 efektif (m) ha-1)
1 Kesidan 8,20 2,50 0,50 900 10 925
2 Bandungrejo 8,70 2,66 0,44 900 10 921
3 Kentengrejo 8,20 2,54 0,45 900 10 838
4 Nampurejo 7,80 2,15 0,43 900 10 655
5 Wonosari 7,90 2,65 0,48 900 10 902
6 Karangsari 6,90 2,09 0,49 900 10 634
7 Ngiboran 7,00 2,78 0,50 900 10 880
8 Ngentak 7,40 2,46 0,45 900 10 730
9 Wonoroto 7,70 2,33 0,47 900 10 753
10 Harjobinangun 7,50 2,19 0,55 900 10 821
11 Ketawang 7,50 2,03 0,47 900 10 641
12 Cengir 7,00 2,48 0,47 900 10 736
Rata-rata 7,65 2,41 0,47 900 10 786
Sumber : Hasil wawancara petani wilayah pengamatan (2017)
Brix lapangan
Brix merupakan zat padat kering terlarut dalam larutan (g /100 g larutan).
Brix merupakan ukuran untuk melihat apakah tebu siap untuk ditebang. Umumnya
standar brix untuk melakukan penebangan yaitu berkisar 18%. Brix akan
mempengaruhi terhadap rendemen tebu. Brix kedua wilayah dapat dilihat pada
Tabel 19.
Tabel 19. Rata-rata brix lapangan kedua wilayah pengamatan
Korelasi Brix
Jenis pupuk Bantul Purworejo
ZA 0,178tn 0,240tn
NPK 0,045tn -0,349tn
SP-36 - 0,111tn
Keterangan : * = berkorelasi nyata pada α 0,05 ,** = sangat berkorelasi nyata pada α 0,01,
tn = tidak berkorelasi nyata
Pembahasan
Hasil usaha tani pada kebun Nogosari (Tabel 21) dimana menggunakan
pupuk yang sesuai RDKK dengan produktivitas sebesar 460 kuintal dan rendemen
sebesar 6,05 %. Pendapatan yang didapat sebesar Rp 24.106.000, tetapi total
43
Saran
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2016. Perkembangan Produksi Tebu. Tersedia pada :
http://www.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Statistik-Tebu-Indonesia-2015-
-.pdf. [24 Agustus 2016]
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2016. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Tebu.
Tersedia pada : http://www.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Statistik-Tebu-
Indonesia-2015--.pdf. [24 Agustus 2016]
[BBSDPL] Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
2010. Peranan Unsur Hara N,P,K dalam Proses Metabolisme Tanaman.
bbsdlp.litbang.pertanian.go.id. [25 April 2016]
Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia Departemen Perindustrian. 2009.
Roadmap Industri Gula. http :// agro. kemenperin. go. id/ post/ index?
Activity = 14 & Post_page = 2. [25 Agustus 2016]
[Ditjekbun] Direktorat Jendral Perkebunan. 2013. Pengembangan Database Tebu
Online. Tersedia pada: http://ditjenbun.pertanian.go.id/tansim/berita-267-
pengembangan-database-tebu-online.html. [25 April 2016]
[Ditjekbun] Direktorat Jendral Perkebunan. 2017. Statistik Tebu (Sugar Cane)
2015-2016. Tersedia pada: http://ditjenbun.pertanian.go.id/statistik/buku-
statistik-tebu-2016-online.html.[17 September 2017]
Farid B. 2003. Perbanyakan Tebu (Saccharum officinarum L.) Secara In Vitro Pada
Berbagai Konsentrasi IBA dan BAP. J. Sains dan Teknologi. 3:103-109.
Fauzi Y., Widyastuti Y.E., Satyawibawa I., dan Paeru RH. 2012. Kelapa Sawit.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Garsoni S. 2006. Pupuk dan Pemupukan. http: //www. pemupukan. Info/ 2006/ 02/
peluang- naikkan -[produktivitas-gula.go.id/. diakses pada tanggal 01
November 2016.
Harjowigeno S. 2007. Ilmu Tanah. Pusaka Utama, Jakarta.
Indrawanto C. 2010. Budidaya dan pasca panen tebu. ESKA Media, Jakarta.
[Kementan] Kementrian Pertanian. 2014. Alur Penyusunan RDKK Pupuk
Bersubsidi. www.deptan.go.id. [ 26 Mei 2017]
Kumar K., Rosen C.J., Gupta S.C., dan McNearney M. 2009. Land application of
sugar beet by product effect in nitrogen mineralization and crop yields. J.
Environ. Qual 38: 319-328.
Leiwakabessy F.M. dan A. Sutandi. 2004. Pupuk dan Pemupukan. Jurusan Tanah.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 207 hal.
Leiwakabessy F.M., Wahjudin U.M., dan Suwarno. 2003. Kesuburan Tanah.
Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Mulyono D. 2009. Evaluasi Kesesuaian lahan dan arahan pemupukan N, P, dan K
dalam budidaya tebu untuk pengembangan daerah kabupaten Tulungangung.
Jurnal sains dan teknologoi Indonesia (11) : 47-53.
Nunik E, Supriyadi, dan Djumali. 2016. Pertumbuhan, Produktivitas, dan
Rendemen Tebu Pertama (Plant Cane) pada Berbagai Paket Pemupukan.
Jurnal ilmu pertanian indonesia 21 (3) : 159-166.
Nurhidayati, Basit A., dan Sunawan. 2013. Hasil tebu keprasan pertama dan
keprasan serta efesiensi penggunaan hara N dan S akibat substitusi
ammonium sulfat. J. Agr. Indonesia 41 (1): 54-61.
46
Pahan I. 2013. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu
ke Hilir. Penebar Swadaya, Jakarta.
Pembengo W., Handoko., dan Suwarto. 2012. Efisiensi penggunaan cahaya
matahari oleh tebu pada berbagai tingkat pemmupukan nitrogen dan fosfor.
J. Agr. Indonesia 40 (3):211-217.
Pramuhadi G. 2015. Pengolahan Tanah Optimum Pada Budidaya Tebu Lahan
Kering. Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Purwanto R. 2003. Budidaya Buah-buahan. Program Studi Hortikultura. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Risza S. 2010. Masa Depan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia. Kasinisus,
Yogyakarta.
Soemarno. 2011. Pentingnya Nitrogen Bagi Tanaman Tebu. Bahan Kajian MK
Pupuk dan pemupukan. Jurusan Tanah FPUB.
Sukmadajaja D dan Mulyana A. 2011. Regenerasi dan pertumbuhan beberapa
varietas tebu(Saccharum officinarum L.) secara in vitro. Jurnal AgroBiogen
7(2): 106-118.
Supriyadi. 1992. Rendemen Tebu. Kanisius, Yogyakarta.
Sutanto R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius, Yogyakarta. 219 hal
Sutardjo E. R. M. 2002. Budidaya Tanaman Tebu. Bumi Aksara, Jakarta.
Sutardjo E. 2005. Budidaya Tanaman Tebu. Bumi Aksara. Jakarta.
Wibowo E. 2013. Pola Kemitraan Antara Petani Tebu Rakyat Kredit (TRK) dan
Mandiri (TRM) Dengan Pabrik Gula Modjopanggoong Tulungagung. Jurnal
Manajemen Agribisnis 13.1 : 1-12.
Wijayanti W. A. 2008. Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum Officinarum L.) di,
Pabrik Gula Tjoekir Ptpn X, Jombang, Jawa Timur. Skripsi. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
47
LAMPIRAN
48
49
Lampiran 1. Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas (KHL)
Prestasi Kerja (satuan/HK)
Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi
Penulis Karyawan Standar
09-02-2017 Pemupukan dan 12 juring 50 juring Kebun Kembaran
pembumbunan
Pengeprasan 8 juring 60 juring
10-02-2017 Pemupukan dan Kebun Kembaran
Pembumbunan
Angkut bibit 1000 bibit 1000 bibit
11-02-2017 Tebang Angkut Bibit Kebun Kembaran
Pemotongan bibit dan Kebun Trini
penanaman bibit bagal
13-02-2017 Pengeprasan 15 juring 60 juring Kebun Kembaran
14-02-2017 Pengeprasan 15 Juring 60 juring Kebun Kembaran
15-02-2017 Pengeprasan 15 juring 60 juring Kebun Kembaran
16-02-2017 Pengeprasan 15 Juring 60 juring Kebun Kembaran
17-02-2017 Angkut bibit SBP 6.800 6800 Kebun Kembaran
SPI
Kabag SDM Kabag Staf Direktur Kabag Kabag Kabag Kabag Kabag Pabrik
&Umum Keuangan Khusus TLD Tanaman Instalasi Pemasaran Pabrikasi Spiritus
Sinder
Mandor
56
56
Lampiran 10. Curah hujan dan hari hujan PG Madukismo tahun 2007-2016
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jumlah BB BL BK
2007 89 346 335 244 53 42 5 0 0 85 168 687 2054 5 2 5
2008 232 368 407 178 46 22 0 0 0 172 464 298 2187 7 0 5
2009 269 344 176 177 179 31 0 0 0 68 153 118 1515 7 1 4
2010 162 199 378 165 304 129 83 182 315 510 263 529 3219 11 1 0
2011 400 448 346 281 198 0 0 0 0 50 307 389 2419 7 0 5
2012 324 428 347 247 48 0 0 0 0 91 241 416 2142 6 1 5
2013 502 409 157 222 219 175 28 0 0 42 349 372 2475 8 0 4
2014 237 257 144 286 43 130 70 0 0 0 279 413 1859 7 1 4
2015 488 211 456 386 78 35 0 0 0 0 174 237 2065 6 1 5
2016 208 227 401 137 114 145 111 71 189 272 279 240 2394 11 1 0
Rata-rata 291,1 323,7 314,7 232,3 128,2 70,9 29,7 25,3 50,4 129 267,7 369,9 2232,9 7,5 0,8 3,7
Sumber : Bina Sarana Tani PG Madukismo (2017)
Keterangan :
mm = millimeter 𝑄= Rata-rata BK/rata-rata BB × 100%
BB = Bulan basah (CH>100) 𝑄= 0,4933×100%
BK = Bulan kering (CH<60) 𝑄= 49,33% (tipe iklim C : agak basah)
BL = Bulan lembab (CH 100-60)
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 30
Oktober 1995 dari pasangan Bapak Parpungan Pakpahan dan Ibu Tinorma
Hutauruk. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Penulis
menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 03 Tanjung Duren Selatan, kemudian
melanjutkan di SMPK 7 Penabur dan melanjutkan di SMAK 4 Penabur Jakarta.
Tahun 2013, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dengan penerimaan
mahasiswa melalui jalur ujian talenta mandiri (UTM).
Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis menjadi panitia Masa Perkenalan
Departemen Agronomi dan Hortikultura pada tahun 2015, Koordinator Asistensi
Agama Kristen Protestan pada tahun 2016-2017