Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

STRUKTUR KIMIA DAN AKTIVITAS BIOLOGI OBAT BARBITURAT

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kimia Medisinal


(ABKC 3703)

Dosen Pembimbing:
Dr. Syahmani, M.Si

Disusun oleh:
Kelompok 3

Annisa Zakiyah Fajriani 1610120220001


Eka Aulia Nisa 1610120220003

Kelas : A1 2016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
MARET
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Struktur Kimia dan Aktivitas Biologi
Obat Barbiturat”.
Makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber referensi bagi para
pembaca, khususnya mahasiswa. Makalah ini telah kami susun dengan sebaik-
baiknya dan telah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Terlepas dari semua itu, kami selaku penulis menyadari bahwa makalah ini
masih memiliki beberapa kekurangan. Karenanya, dengan sangat terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari semua pihak yang tentunya bersifat
membangun demi kelengkapan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kami pribadi maupun pihak-pihak yang membutuhkan.

Banjarmasin, 1 Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1


1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................................. 1

1.3. Tujuan ................................................................................................... 2

1.4. Manfaat Penulisan................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................... 3


2.1. Barbiturat .............................................................................................. 3

2.2. Mekanisme Kerja Barbiturat ................................................................. 4

2.3. Turunan Barbiturat ................................................................................ 4

2.4. Hubungan Struktur-Aktivitas Barbiturat .............................................. 6

2.5. Efek Samping Obat Barbiturat .............................................................. 9

2.6. Jurnal Terkait Barbiturat ....................................................................... 9

BAB III PENUTUP ........................................................................... 13


3.1. Kesimpulan ......................................................................................... 13

3.2. Saran ................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 14

LAMPIRAN ....................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam ilmu kesehatan kita sering mengenal obat penenang yang


digunakan untuk keperluan medis yang berfungsi mengurangi aktivitas kerja otak.
Obat penenang apabila digunakan dalam dosis yang wajar dan dalam pengawasan
dokter maka akan membantu dalam proses pengobatan. Namun jika pemakaian
obat penenang dengan dosis yang besar dan berlebihan akan memberikan efek
samping kedalam tubuh. Obat penenang mempunyai berbagai macam jenis seperti
obat hipnotik sedative.
Sedatif-Hipnotik adalah golongan obat depresi SSP (sistem saraf
pusat). Sedative dan hipnotik adalah senyawa yang dapat menekan sistem saraf
pusat. Efeknya bergantung pada dosis, mulai dari yang ringan (menenangkan,
menyebabkan kantuk, menidurkan) hingga yang berat (menghilangkan kesadaran,
keadaan anestesi, koma dan mati). Jenis obat penenang hipnotik sedatif di
antaranya adalah benzodiazepin dan barbiturat. Kedua golongan obat ini
merupakan obat yang lazimnya diberikan pada penderita gangguan kecemasan.
Barbiturat dan benzodiazepin merupakan turunan hipnotik sedative berdasarkan
strukturnya. Pada makalah ini penulis akan membahas salah satu jenis obat
penenang dari sedative-hipnotik yaitu barbiturat.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dibahas pada makalah ini yaitu:


1. Apa yang dimaksud obat barbiturat?
2. Bagaimana mekanisme kerja obat barbiturat ?
3. Bagaimana hubungan struktur dan aktivitas obat barbiturat?
4. Apa efek samping penggunaan obat barbiturat ?

1
2

1.3. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:


1. Untuk mengetahui obat barbiturat.
2. Untuk mengetahui dan memahami mekanisme kerja obat barbiturat.
3. Untuk mengetahui dan memahami hubungan struktur dan aktivitas obat
barbiturat .
4. Untuk mengetahui efek samping penggunaan obat barbiturat

1.4. Manfaat Penulisan

Manfaaat penulisan makalah ini yaitu bagi para pembaca, dapat dijadikan
sebagai salah satu sumber referensi dalam menambah wawasan mengenai
obat barbiturat.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Barbiturat

Barbiturat adalah obat yang bertindak sebagai depresan sistem saraf pusat,
dan berdasarkan ini, mereka menghasilkan spektrum efek yang luas, dari sedasi
ringan sampai anestesi total. Barbiturat adalah obat sintetis yang berasal dari asam
barbiturat (2,4,4-trioksoheksahidropirimidin) yang merupakan produk kondensasi
sintetis asam malonat dan urea. Asam barbiturate ini ditemukan oleh Adolp von
Baeyer (1864). Untuk mendapatkan barbiturate yang memiliki sifat depresan SSP
(Sistem Saraf Pusat), atom hidrogen pada karbon posisi lima harus digantikan
oleh atom organik.

Turunan barbiturat bekerja sebagai penekan pada aksis serebrospinal dan


menekan aktivitas saraf, otot rangka, otot polos dan jantung. Turunan barbiturate
dapat menghasilkan derajat depresi yang berbeda yaitu sedasi (suatu keadaan
terjadinya penurunan kepekaan terhadap rangsangan dari luar karena ada
penekanan sistem saraf pusat yang ringan sehingga memberikan efek penenang),
hipnotik (memiliki efek menyebabkan tidur) atau anestesi, tergantung pada
struktur senyawa, dosis dan cara pemberian.

3
4

2.2. Mekanisme Kerja Barbiturat

Turunan barbiturate bekerja dengan menekan transimisi sinaptik pada


sistem pengaktifan retikula di otak dengan cara mengubah permeabilitas
membrane sel sehingga mengurangi rangsangan sel postsinapsik dan
menyebabkan deaktivasi korteks serebral.

2.3. Turunan Barbiturat

Turunan asam barbiturate yang digunakan sebagai sedatif-hipnotik dapat


dilihat pada tabel berikut.
5

Berdasarkan masa kerjanya turunan barbiturate dibagi menjadi empat kelompok


yaitu
a. Turunan barbiturate dengan masa kerja panjang (6 jam atau lebih), contoh
: barbital, mefobarbital, metarbital, dan fenobarbital
b. Turunan barbiturate dengan masa kerja sedang (3-6 jam), contoh :
alobarbital (Dial), amobarbital, aprobarbital dan butabarbital
c. Turunan barbiturate dengan masa kerja pendek (0,5-3 jam), contoh :
siklobarbital, heptabarbital, heksetal, pentobarbital dan sekobarbital
(seconal)
d. Turunan barbiturate dengan masa kerja sangat pendek (kurang dari 0,5
jam) contoh : thiopental tiamital dan metoheksital.

Contoh turunan barbiturate :


a. Barbital (veronal) adalah turunan barbiturate dengan masa kerja panjang.
Barbital digunakan sebagai hipnotik oral. Awal kerjanya 0,5-1 jam dengan
masa kerja 8-12 jam. Dosis hipnotik : 300 mg 2-3 dd.
b. Fenobarbital (fenobarbiton, luminal) adalah turunan barbiturate dengan
masa kerja panjang. Aktivitasnya lebih tinggi disbanding barbital dan
digunakan sebagai sedative, hipnotik, dan antikejang. Awal kerjanya
lambat ± 1 jam, dengan masa kerja yang cukup panjang 10-16 jam. Obat
6

diabsorpsi dalam saluran cerna ±80 %, kadar darah tertinggi dicapai dalam
6-18 jam setelah pemberian oral, dengan waktu paro 72-96 jam.
Fenobarital dapat mencegah serangan epilepsy, lebih efektif terhadap tipe
grand mal disbanding tipe petit mal. Dosis sedative : 15-30 mg 2-3 dd,
untuk hipnotik : 100-200 mg 2-3 dd, dan untuk antikejang : 50-100 mg 2-3
dd.
c. Amobarbital (amytal) adalah turunan barbiturate dengan masa kerja yang
sedang, digunakan sebagai sedative, hipnotik, dan antikejang. Awal
kerjanya ± 0,5 jam dengan masa kerja 3-6 jam. Waktu paronya 16-24 jam.
Dosis sedative : 15-50 mg 2-3 dd, untuk hipnotik : 100-200 mg 2-3 dd, dan
untuk antikejang : 200-400 mg 2-3 dd.
d. Pentobarbital Na (Nembutal) adalah turunan barbiturate dengan masa kerja
pendek, digunakan sebagai hipnotik dan sedative, diberikan secara oral
atau intravena. Kadar darah tertinggi obat dicapai dalam 1 jam setelah
pemberian oral, dengan waktu paro plasma 15-48 jam. Dosis sedative : 30
mg 3-4 dd, untuk hipnotik : 100 mg.

2.4. Hubungan Struktur-Aktivitas Barbiturat

Sandberg (1951) membuat suatu postulat bahwa untuk memberikan efek


penekan sistem saraf pusat, turunan asam barbiturate harus bersifat asam lemah
dan mempunyai nilai koefesien partisi lemak/air dengan batas tertentu. Asam
barbiturat dan turunananya akan mengalami perubahan bentuk spektrum UV-nya
pada pelarut dengan pH yang berbeda-beda.
Turunan 5,5-disubstitusi dan 1,5,5-trisubtitusi asam barbiturate serta 5,5-
disubtitusi asam tiobarbiturat, keasamannya relative lemah karena membentuk
tautometri trioksi yang sukar terionisasi sehingga mudah menembus sawar darah-
otak dan menimbulkan efek penekan sistem saraf pusat.
Turunan tak tersubtitusi, 1-subtitusi, 5-subtitusi, 1,3-disubtitusi, 1,5-
disubtitusi mempunyai sifat keasaman yang relative tinggi karena dapat
membentuk tautometri yang mudah terionisasi sehingga kemampuan menembus
mmebran lemak relative rendah dan tidak menimbulkan efek penekan sistem saraf
7

pusat. Turunan 1,3,5,5-tetrasubtitusi tidak bersifat asam, pada in vivo


dimetabolisis menjadi turunan 1,35-trisubtitusi yang aktif.
Golongan 5,5-disubtitusi dari turunan barbiturate bersifat asam lemah,
mempunyai nilai pKa ± 7,0-8,5 contoh : asam 5,5-dietilbarbiturat (fenobarbital)
pKa = 7,4 pada pH fisiologis lebih dari 50% terdapat dalam bentuk tidak
terionisasi sehingga mudah menembus jaringan lemak dan menunjukkan aktivitas
sebagai penekan sistem saraf pusat.
Sifat keasaman tersebut disebabkan karena terbentuknya tautometri
laktamlaktim dan keto-enol.

Golongan 5-subtitusi barbiturate bersifat lebih asam, contoh : asam 5-


etilbarbiturat pKa = 4,4 pada pH fisiologis mudah terionisasi (99,9%) sehingga
kurang efektif dalam menembus sawar membrane lipofil sistem saraf pusat dan
tidak dapat menimbulkan efek penekan sistem saraf pusat.
Proses ionisasi dari 5-subtitusi dan 5,5-disubtitusi barbiturate dapat dilihat pada
gambar berikut
8

Dari studi hubungan struktur dan aktivitas turunan barbiturate didapatkan hal-hal
sebagai berikut :
a. Masa kerja obat terutama tergantung pada substituen-substituen di posisi 5
yang mempengaruhi lipofilitasnya. Aktivitas hipnotik akan meningkat
dengan meningkatnya lipofilitas dan aktvitas optimum dicapai bila jumlah
atom C pada kedua substititen antara 6-10. Bila jumlah atom C
ditingkatkan lagi aktivitasnya akan menurun menghasilkan senyawa
konvulsan atau menjadi tidak aktif.
b. Pada seri yang sama, isomer dengan rantai cabang mempunyai aktivitas
lebih besar dan masa kerja yang lebih pendek. Senyawa dengan
percabangan yang lebih besar aktivitasnya lebih tinggi, contoh :
pentobarbital aktivitasnya lebih besar disbanding amobarbital
c. Pada seri yang sama, analog alil, alkenil dan sikloalkenil yang tidak jenuh
mempunyai aktivitas lebih besar dibanding analog jenuh dengan jumlah
atom C yang sama.
d. Substituent alisiklik dan aromatic memberikan aktivitas yang lebih besar
disbanding susbtituen alifatik dengan jumlah atom C yang sama
e. Pemasukan atom halogen pada subtituen 5-alkil dapat meningkatkan
aktivitas
f. Pemasukan gugus-gugus yang bersifat polar, seperti gugus OH, NH2,
RNH, CO, COOH, dan SO3H, pada subsbtituen 5-alkil akan menurukan
aktivitas secara drastis
g. Metilasi pada N1 atau N3 akan meningkatkan kelarutan dalam lemak dan
menyebabkan awal kerja obat menjadi lebih cepat dan masa kerja obat
menjadi lebih singkat. Makin besar jumlah atom C makin meningkat
kelarutan dalam lemak, menurunkan sifat hidrofil sampai melewati batas
yang diperlukan untuk timbulnya aktivitas, sehingga aktivitasnya akan
menurun secara drastic. Meskipun demikian, adanya gugus alkil yang
besar pada atom N akan meningkatkan sifat konvulsi dari turunan
barbiturate. Alkilasi pada kedua atom N menghilangkan sifat keasaman
sehingga senyawa menjadi tidak aktif.
9

h. Penggantian atom O dengan atom S pada atom C2 menyebabkan awal


kerja obat menjadi lebih cepat dan masa kerja obat lebih singkat.
Penggantian atom O dengan atom S pada atom C2 dan C4 (2,4-ditio) akan
menurunkan aktivitas. Turunan 2,4,6-tritio, 2-imino, 4-imino, 2,4-diimino
dan 2,4,6-triimino akan menghilangkan aktivitas. Penggantian dengan
atom S atau gugus imino lebih dari satu oksigen karbonil akan
menurunkan sifat hidrofil, melewati batas kelarutan yang diperlukan,
sehingga dapat mengilangkan aktivitas.
i. Turunan yang strukturnya stereoisomer mempunyai aktivitas yang kurang
lebih sama.

2.5. Efek Samping Obat Barbiturat

Efek dari pemberian barbiturat dosis besar adalah terjadinya gangguan


hemodinamik, depresi sistem imun atau leukopenia, sehingga harus dihindari over
dosis barbiturate. Pada penggunaan barbiturate dengan dosis tinggi, barbiturate
dapat menurunkan aktivitas respirasi, sehingga barbiturate tidak boleh diberikan
kepada pasien yang memiliki kelainan pernafasan. Selain itu, apabila barbiturate
diadministrasikan secara intravena, barbiturate dapat menebabkan komplikasi
sistem pernafasan, seperti laryngospasm, batuk, bersin dan cegukan.

2.6. Jurnal Terkait Barbiturat

 Barbiturat dan Obat Pelumpuh Otot: Masih Bermanfaat untuk


Menangani Hipertensi Intrakranial?
Tekanan intrakranial normal adalah 0–10 mmHg, dan tekanan intrakranial
yang menetap di atas 20 mmHg, lebih dari 20 menit pada dewasa disebut
hipertensi intrakranial. Hipertensi intrakranial (HI) terjadi pada 15%–40%
penderita cedera kepala berat.
Barbiturat
Tiopental menurunkan ADO dan metabolisme otak yang setara dengan
keadaan isoelektrik pada rekaman electro encephalo graphy (EEG). Secara
10

umum barbiturat menurunkan tekanan intrakranial dengan menurunkan


laju metabolisme otak terhadap oksigen (sampai 50%) dan efek pada tonus
pembuluh darah, oleh karena laju metabolisme mempunyai kaitan dengan
aliran darah otak dan volume darah otak (VDO), maka penurunan
metabolisme juga akan menurunkan Aliran darah Otak (ADO) dan volume
darah otak (VDO). Efek barbiturat pada sistem saraf pusat adalah terjadi
vasokonstriksi arteri serebral normal, membuang radikal bebas, stabilisasi
membran, menurunkan CPP, dan antikonvulsan.
Penggunaan barbiturat dalam anestesi bedah saraf masih mempunyai
tempat bahkan sebagai proteksi otak (brain protection). Barbiturat dan
pelumpuh otot masih digunakan dalam pengelolaan hipertensi intrakranial,
walaupun efek samping masing-masing yang dapat timbul dan
memperburuk keadaan penderita dengan cedera kepala berat, sehingga
diperlukan kewaspadaan dan monitor yang sesuai.

 Studi Geseran Spektrum UV Senyawa Asam Barbiturat Pada Plat Al-


TLC Si G 60 F254 Akibat Pengaruh Perbedaan pH Pengeluen Untuk
Keperluan Uji Konfirmasi
Asam barbiturat dan turunananya telah banyak dilaporkan akan mengalami
perubahan bentuk spektrum UV-nya pada pelarut dengan pH yang
berbeda-beda. Perubahan bentuk spektrum senyawa turunan asam
barbiturat ditentukan oleh reaksi disosiasi asam barbiturat menuju ion
mono laktim atau dilaktim..
Dalam penelitian ini dipelajari perubahan bentuk senyawa turunan asam
barbiturat, yaitu alobarbital, barbital, butalbital, dan fenobarbital pada
medium padat AL-TLC setelah diekspos dengan berbagai fase gerak yang
memiliki pH berbeda, setelah pengeringan pengelusi pada oven suhu
110oC selama 10 menit, serta penyimpanan plat setelah analisis pada
ruang terbuka lebih dari 17 jam. Tujuan dari penelitian ini adalah
mempelajari perubahan bentuk spektrum UV-analit selama proses analisis
11

menggunakan teknik TLC-densitometri untuk mengurangi kesalahan


dalam identifikasi analit.
Spektrum UV senyawa alobarbital, barbital, butalbital dan fenobarbital
setelah diekspos oleh berbagai pelarut pengeluen ditampilkan pada gambar
dibawah ini.

Pendedahan alobarbital, barbital, butalbital dan fenobarbital pada plat oleh


pengelusi pH 1, 5, 6 dan 10 tidak memberikan nilai perubahan bentuk
spektrum yang signifikan (r≥0,95), namun pengelusi dengan basa kuat
memberikan geseran puncak spektrum UV ke arah batokromik dan
mengakibatkan perubahan sebesar 23 % pada pH 12 dan sebesar 64 %
pada pH 11, jika dibandingkan dengan spektrum UV pada pH 1.
Pengeringan plat setelah diekspos pelarut pengelusi {10% HCl dalam
metanol, kloroform:aseton (80:20, v/v), metanol:n-butanol (60:40, v/v),
metanol:amonia (100:1,5, v/v), dan 0,1M KOH dalam metanol} tidak
memberikan perubahan bentuk spektrum yang signifikan (r≥0,98), namun
perubahan sebesar 45% terjadi pada pengeringan plat setelah diekspos
dengan sikloheksana:toluena:dietilamin(75:15:10, v/v), pH 11. Penyerapan
12

lembab udara oleh plat selama penyimpanan dapat merubah spektrum UV


asam barbiturat dalam suasana basa kuat menuju keadaan basa lemah
sampai netral. Perubahan spektrum ini dapat dijadikan sebagai data
tambahan dalam uji konfirmasi TLC- Densitometri senyawa turunan
barbiturate.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Barbiturat adalah obat yang bertindak sebagai depresan sistem saraf pusat,
yang memiliki efek dari sedasi ringan sampai anestesi total. Barbiturat bekerja
dengan menekan transimisi sinaptik pada sistem pengaktifan retikula di otak
dengan cara mengubah permeabilitas membrane sel sehingga mengurangi
rangsangan sel postsinapsik dan menyebabkan deaktivasi korteks serebral.
Turunan barbiturate terbagi menjadi empat kelompok berdasarkan masa kerjanya
yaitu masa kerja panjang, sedang, pendek, dan sangat pendek. Subtitusi pada
turunan barbiturate akan membuat aktivitas barbiturate yang berbeda. Efek dari
pemberian barbiturat dosis besar adalah terjadinya gangguan hemodinamik,
depresi sistem imun atau leukopenia.

3.2. Saran

Dalam makalah ini masih terdapat kekurangan penjelasan setiap sub topik,
sangat diharapkan partisipasi dari pembaca untuk melengkapi kekurangan tersebut
demi menyempurnakan penulisan makalah ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Harahap, S. (2013). Barbiturat dan Obat Pelumpuh Otot: Masih Bermanfaat untuk
Menangani Hipertensi Intrakranial?. Jurnal Neuroanestesia Indonesia, 2(3),
188-193.

Siswandono, & Soekardjo, B. (2008). Kimia Medisinal. Surabaya : Airlangga


University Press.

Wirasuta, I.M.A.G, Indriyaningsih, N.G., Suaniti, N.M. (2012). Studi Geseran


Spektrum UV Senyawa Asam Barbiturat Pada Plat Al-TLC Si G 60 F254
Akibat Pengaruh Perbedaan pH Pengeluen Untuk Keperluan Uji Konfirmasi.
Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences, 2(1): 1-4.

14
15

LAMPIRAN
Pertanyaan
1. Nurin Aulia (1610120220014)
Dari video mekanisme barbiturate terdapat contoh-contoh barbiturate yaitu
pentobarbital, phenobarbital, secobarbital. Sebutkan beda struktur dan
pengaruh terhadap efek sedasi!

2. Sheila Pratiwi Ningsih (1610120220018)


Mengapa benzodiazepine lebih stabil dibanding barbiturate?

3. Utami Widyani (1610120220021)


Obat tradisioanl apa yang memliki kesamaan efek dengan barbiturate?
Jawab
1. perbedaan struktur pentobarbital, phenobarbital, secobarbital yaitu terletak
pada subtituen subtituen posisi 3, 5, dan 5’ dari struktur barbiturat
R5 R5’ R3 Nama Obat

H Phenobarbital

H Pentobarbital

H secobarbital

Adapun perbedaannya terhadap efek sedasi yaitu berdasarkan masa


kerjanya.
 Phenobarbital memiliki masa kerja panjang yaitu 6 jam atau lebih
 Pentobarbital dan sekobarbital memiliki masa kerja pendek yaitu
0,5-3 jam.
16

2. benzodiazepine lebih stabil dibanding barbiturate karena benzodiazephine


memiliki keunggulan yaitu rendahnya tin1gkat toleransi obat, potensi
penyalahgunaan yang rendah, dosis aman yang lebar, dan tidak
menginduksi enzim mikrosom dihati. Benzodiazepine juga memiliki
antagonis khusus yaitu flumazenil.

3. Obat tradisioanl yang memliki kesamaan efek dengan barbiturate yaitu biji
selasih (Ocimum Basilicum Linn) dan putri malu (mimosa pudica L).
 biji selasih (Ocimum Basilicum Linn) terdiri atas essensial oil dengan
kandungan bahan aktif berupa hidrokarbon terpenoid seperti
linalool,citral. Bahan bahan tersebut berikatan pada reseptor GABA,
keadaan ini menyebabkan pembukaan kanan Cl- dan memungkinkan
masuknya ion Cl- sehingga terjadi peningkatan potensial elektrik
sepanjang membrane sel serta sel sukar tereksitasi. Hal ini diduga
mendepresi susunan saraf pusat dan merangsang pusat inhibisi di
formatioretucularis sehingga menimbulkan rasa kantuk dan
menurunnya kesadaran seperti efek sedasi.
 putri malu (mimosa pudica L) mempunyai efek sedasi hipnotik.
Penilitian terhadap efek sedasi eksa herba putri malu telah di lakukan
oleh arif syaiful haq pada tahun 2009 dengan menggunkan dosis 1200
mg/ KgBB memiliki efek sedasi yang lebih dari efek sedasiyang
ditimbulkan oleh fenobarbital, tetapi metode uji yang digunakan
hanyalah metode rotarod.

Anda mungkin juga menyukai