Anda di halaman 1dari 16

PACKAGING AIR MINERAL DALAM KEMASAN

TUYO-QU

Disusun oleh 3B :
Anasthasia Putri NIM. 1641420066

D-IV TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2019
I. LATAR BELAKANG
Manusia sebagai makhluk hayati dan budaya, memerlukan air untuk kehidupan
sehari-hari. Air diperlukan untuk mengangkut zat makanan dari organ tubuh satu ke organ
tubuh lainnya, jumlah air pada tubuh manusia rata-rata 65% dari berat badannya, jumlah
air yang dibutuhkan tergantung dari kondisi dan besar tubuh seseorang. Air penting bagi
kehidupan manusia, oleh karena itu secara kuantitas dan kualitas harus memenuhi
kebutuhan manusia. Air sacara kuantitas dan kualitas fisik, kimia, dan biologi apabila
tidak memenuhi persyaratan kesehatan akan mengganggu pemakai. (Budiman
Chandra,2007:39).
Air merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan dan sangat pokok
bagi kehidupan manusia dan seluruh mahluk hidup karena diperlukan dalam berbagai
macam kegiatan seperti pertanian, perikanan, industri dan rekreasi. Bagi manusia,
selain untuk konsumsi makan dan minum, air juga diperlukan untuk mandi, mencuci,
memasak dan keperluan lain. Begitu pentingnya air maka dapat dikatakan bahwa
manusia tidak dapat hidup tanpa air. Air minum yang merupakan kebutuhan pokok
bagi manusia terkadang sangat memprihatinkan baik ditinjau dari segi kualitas
maupun kuantitas bagi tingkat hidup kesehatan masyarakat (Buckle et al, 1987).
Air minum harus bersih dan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak
mengandung bahan tersuspensi atau kekeruhan. Air minum juga harus tampak
menarik dan menyenangkan untuk diminum. Standar untuk air minum telah
ditentukan oleh World Health Organization dalam Wiriya (1996), baik untuk Eropa
maupun internasional.
Kebutuhan akan air bersih merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi seluruh
lapisan masyarakat. Seiring dengan semakin tingginya tingkat kesadaran masyarakat
terhadap pola konsumsi air yang bermutu, sehat dan berkualitas, maka masyarakat
juga memerlukan hadirnya sebuah produk air minum yang berkualitas, sehat dan
terjangkau. Salah satu produk tersebut adalah air minum dalam kemasan (AMDK).
Semakin berkembangnya zaman, semakin berkembang pula teknologi sehingga
semakin berkembang pula penyediaan air. Misalnya penyediaan Air Minum dalam
Kemasan (AMDK), ataupun persediaan Air Minum Isi Ulang (AMIU).
Air minum dalam kemasan (AMDK) menurut Standar Nasional Indonesia 01-
3553-2006 adalah air baku yang telah diproses, dikemas, dan aman diminum
mencakup air mineral dan air demineral. Air minum dalam kemasan harus memenuhi
syarat-syarat standar kualitas air. Syarat tersebut berupa standar fisik, kimia dan
mikrobiologi.
Air minum dalam kemasan menurut Standar Nasional Indonesia 01-3553-2006
adalah air baku yang telah diproses, dikemas, dan aman diminum mencakup air
mineral dan air demineral. Air minum dalam kemasan harus memenuhi syarat-syarat
standar kualitas air. Syarat tersebut berupa standar fisik, kimia dan mikrobiologi.
Menurut data dari balai POM ada sekitar 376 merek air kemasan yang beredar di
Indonesia. Perusahaan AMDK yang terdaftar di Deperindag ada 270 perusahaan dan
berproduksi sekitar 150, sementara yang menjadi anggota Aspadin (Assosiasi Perusahaan
Air Minum Dalam Kemasan Indonesia) hanya sekitar 70 perusahaan. Dengan banyaknya
perusahaan AMDK yang dibangun menimbulkan persaingan ketat diantara para produsen.
(Syamsul, 2010).
Packaging sebuah produk merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi
banyaknya penjualan atau minatnya konsumen terhadap produk tersebut. Sebuah
packaging produk atau kemasan akan sangat berpengaruh terhadap penjualan dan
daya saing sebuah produk di pasaran. Sebuah kemasan produk yang unik dan menarik
cenderung memberikan kesan positif terhadap merek dan kualitas barang. Konsumen
saat ini cukup cerdas untuk menilai sebuah barang melalui kemasan yang ditampilkan.
Misalnya, sebuah kemasan yang memiliki detail keterangan tentang bahan-bahan
yang digunakan terutama untuk produk makanan dan minuman, serta menyertakan
sertifikasi dari badan terkait misal BPOM atau Depkes, cenderung lebih disukai dan
meyakinkan konsumen untuk dibeli, ketimbang produk yang tidak menyertakan
informasi produk di kemasannya.
Karena sebuah packaging produk ini juga termasuk dalam biaya produksi sebuah
barang yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Maka, untuk menghemat biaya dan
memperoleh beberapa manfaat sekaligus dari sebuah kemasan, ada baiknya, Anda
melakukan survey dan memahami ciri-ciri sebuah packaging produk yang baik
sebelum proses produksi berjalan.
Berdasarkan fungsi jenis kemasan dibagi menjadi tiga, yaitu primary packaging,
secondary packaging, dan tertiary packaging. Jenis kemasan ini berlaku secara umum.
Tidak hanya makanan maupun minuman.

II. TUJUAN
Membandingkan pengemasan Air Mineral Dalam Kemasan (AMDK) merk Tuyo-
Qu dengan SNI yang berlaku

III. MANFAAT
a. Mengetahui pengemasan Air mineral dalam kemasan (AMDK) yang sesuai
dengan SNI yang berlaku.
b. Sebagai bahan evaluasi produk untuk meningkatkan kualitas pengemasan baik
dari kemasan primer maupun sekunder.

IV. DASAR TEORI


4.1 Air minum
Air minum adalah semua air baik yang masih bersifat alami maupun yang telah
mengalami proses tertentu, misalnya desalinasi pada air laut dan memenuhi standar air
minum yang telah ditetapkan. Standar air minum dibedakan menjadi air biasa, air
mineral, air mineral alami, dan air minum dalam kemasan (SII dalam Amelia, 2004).
Menurut Dewan Standardisasi Nasional (DSN), air minum dalam kemasan adalah
air yang telah diolah/diproses, dikemas dan aman diminum. Syarat-syarat air minum
yang sehat menurut Departemen Kesehatan adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak
berwarna, dan tidak mengandung bakteri dan logam berat. Walaupun air dari sumber
alam dapat diminum oleh manusia, terdapat risiko bahwa air ini telah tercemar oleh
bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya. Walaupun bakteri dapat
dibunuh dengan memasak air hingga 100°C, banyak zat berbahaya terutama logam,
tidak dapat dihilangkan dengan cara ini.
Berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik
Indonesia NOMOR : 705/MPP/Kep/11/2003, Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)
diproses melalui 3 tahap yaitu: penyaringan, desinfeksi, dan pengisian. Penyaringan
dimaksudkan untuk menghilangkan kotoran dan bau yang terkandung dalam air.
Desinfeksi bertujuan menghilangkan sebagian besar mikroba dan membunuh bakteri
patogen dalam air. Pengisian merupakan tahap akhir berupa pengemasan air yang
telah diproses. Syarat mutu AMDK berdasarkan Keputusan Mentri Perindustrian dan
Perdagangan yaitu produk AMDK harus memenuhi syarat persyaratan SNI (Standar
Nasional Indonesia) dan memiliki sertifikat produk SNI. Ruang lingkup persyaratan
mutu dalam SNI yaitu pengambilan contoh, cara uji, syarat lulus uji, hygiene, syarat
pengemasan, syarat penandaan air dalam kemasan, syarat mutu kandungan kimia,
biologi, dan fisika. Pengendalian mutu harus dilakukan oleh pabrik AMDK guna
mencapai mutu yang sesuai SNI dengan melihat tingkat kekeruhan, keadaan air, bau,
dan rasa air, ph, dan cemaran mikroba (Agustini; 2014)
Setelah dilakukan proses serta pengujian pada air minum maka air minum siap
untuk dikemas. Menurut Susanto dan Sucipta (1994), pengemasan bahan pangan
harus memperlihatkan lima fungsi utama, yaitu :
a. Harus dapat mempertahankan produk agar bersih dan memberikan perlindungan
terhadap kotoran dan pencemaran lainnya.
b. Harus memberi perlindungan pada bahan pangan terhadap kerusakan fisik, air,
oksigen, dan sinar.
c. Harus berfungsi secara benar, efisien, dan ekonomis dalam proses pengepakan.
Hal ini berarti bahan pengemas harus sudah dirancang untuk siap pakai pada
mesin-mesin yang ada.
d. Harus mempunyai suatu tingkat kemudahan untuk dibentuk menurut rancangan,
dimana bukan hanya memberikan kemudahan pada konsumen (dalam membuka
atau menutup kembali kemasan), tetapi juga harus mempermudah pada tahap
selanjutnya selama pengelolaan di gudang dan selama pengangkutan untuk
distribusi.
e. Harus memberi pengenalan, keterangan, dan daya tarik penjualan.
4.2 Kemasan
Kemasan adalah wadah atau pembungkus yang dapat membantu mencegah atau
mengurangi terjadinya kerusakan-kerusakan pada bahan yang dikemas atau
dibungkusnya. Kerusakan yang terjadi sering diakibatkan karena pengaruh dari luar
(Buckle dkk., 1987).
Menurut Priyanto (1988), kemasan dibedakan berdasarkan fungsinya yaitu:
a. Kemasan primer, merupakan kemasan yang langsung bersentuhan atau kontak
dengan bahan pangan yang dikemas. Kemasan primer yang ideal memenuhi
kriteria utama antara lain:
1. Kemasan tidak bersifat racun atau menimbulkan racun.
2. Bersifat inert atau tidak bereaksi dengan bahan pangan.
3. Mampu melindungi bahan pangan dari berbagai kontaminasi dan kotoran.
b. Kemasan sekunder, merupakan kemasan yang tidak langsung berhubungan atau
bersentuhan dengan bahan pangan yang dikemas. Kemasan ini mempunyai ukuran
yang relatif lebih besar dibandingkan dengan kemasan primer. Kemasan sekunder
berfungsi untuk mempermudah pengangkutan serta memberikan perlindungan
pada produk selama distribusi dan transportasi produk hingga sampai ke tangan
konsumen.
a. Kemasan primer
Kemasan primer yang digunakan untuk AMDK adalah plastic. Menurut Syamsul
(2010), Terdapat beberapa jenis plastik berdasarkan monomernya, berikut contoh
serta penjelasannya :
a. PETE atau PET (Polyethylene Terephthalate)

PETE atau PET (Polyethylene Terephthalate) biasa dipakai untuk botol plastik
yang jernih /transparan /tembus pandang seperti botol air mineral, botol jus, dan
hampir semua botol minuman lainnya. Penggunaan botol dengan jenis ini hanya
sekali pakai dan apabila terkena panas cahaya matahari maka akan mengakibatkan
lapisan polimer pada botol tersebut meleleh mengeluarkan zat karsinogenik yang
kemudian akan bermigrasi ke air.
b. HDPE (High Density Polyethylene)

HDPE (High Density Polyethylene) biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna
putih susu. HDPE merupakan salah satu bahan plastik yang aman untuk digunakan
karena kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik berbahan
HDPE dengan makanan/minuman yang dikemasnya. HDPE memiliki sifat bahan
yang lebih kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi. Sama seperti PET,
HDPE juga direkomendasikan hanya untuk sekali pemakaian, karena pelepasan
senyawa antimoni trioksida terus meningkat seiring waktu.

c. V atau PVC (Polyvinyl Chloride)


V atau PVC (Polyvinyl Chloride) adalah plastik yang paling sulit di daur ulang.
Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan botol-botol.
PVC mengandung DEHA yang dapat bereaksi dengan makanan yang dikemas dengan
plastik berbahan PVC ini saat bersentuhan langsung dengan makanan tersebut karena
DEHA ini lumer pada suhu -15oC. Reaksi yang terjadi antara PVC dengan makanan
yang dikemas dengan plastik ini berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat
badan. Sebaiknya kita mencari alternatif pembungkus makanan lain yang tidak
mengandung bahan pelembut, seperti plastik yang terbuat dari polietilena atau bahan
alami (daun pisang misalnya).

d. LDPE (Low Density Polyethylene)

LDPE (Low Density Polyethylene) biasa dipakai untuk tempat makanan dan botol-
botol yang lembek. Sifat mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, agak tembus
cahaya, fleksibel dan permukaan agak berlemak. Pada suhu di bawah 60oC sangat
resisten terhadap senyawa kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong baik, akan
tetapi kurang baik bagi gas-gas yang lain seperti oksigen.
Plastik ini dapat didaur ulang, baik untuk barang-barang yang memerlukan
fleksibilitas tetapi kuat, dan memiliki resistensi yang baik terhadap reaksi kimia.
Barang berbahan LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi tetap baik untuk tempat makanan
karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan yang dikemas dengan bahan ini.

e. PP (PolyPropylene)

PP (polypropylene) adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik terutama untuk


yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan
makanan, botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi. Karakteristik adalah
biasa botol transparan yang tidak jernih atau berawan. PP lebih kuat dan ringan
dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil
terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap.
Pada industri untuk kemasan AMDK sendiri memiliki standard yang harus ditaati
pada semua industri, dimulai dari kemasan botol ataupun cup. Untuk standard
kemasan botol dirangkum pada SNI-19-4370-2004, sedangkan untuk kemasan cup
standard yang harus diikuti dirangkum pada SNI-12-4259-2004.
Berikut merupakan syarat mutu kemasan botol plastik sesuai dengan SNI-19-
4370-2004 dan syarat mutu kemasan gelas plastik sesuai dengan SNI-12-4259-2004

Tabel 4.1 SNI kemasan Botol


Sumber: SNI-19-4370-2004
Tabel 4.2 SNI Kemasan Cup plastik
Sumber : SNI-12-4259-2004
b. Kemasan Sekunder
Sedangkan untuk kemasan sekunder yang digunakan untuk AMDK berupa karton
atau kertas kardus. Karton memiliki sifat kuat, tahan terhadap perlakuan mekanis,
tahan terhadap penyerapan kelembaban dan permeabilitas terhadap gas, tahan
terhadap lemak dan minyak, mudah didesain dan mudah ditutup dengan rapat (Brown,
1992). Bagian-bagian dari karton box ditunjukkan pada Gambar 4.1.

Gambar 4.2. Bagian-bagian Karton Box


Sumber: Natarajan et al. (2009)
Karton memiliki lapisan bagian tengah yang disebut flute. Flute ini dilem dengan
satu atau dua lembaran kertas karton yang dapat membentuk berbagai macam jenis
corrugated board. Corrugated board diklasifikasikan berdasarkan jumlah garis dan
medium yang digunakan. Jenis-jenis corrugated board ditunjukkan pada Tabel 4.1
dan Gambar 4.2. Berdasarkan dimensi alur serta jumlah alur untuk satuan panjang
tertentu maka terdapat berbagai jenis karton yang dalam istilah perdagangan disebut
flute. Setiap flute mempunyai ketahanan terhadap getaran, tekanan, kerapuhan,
tumpukan dan daya jatuh yang berbeda-beda (Syarief, 1989).
Tabel 4.3. Jenis Corrugated Board

Sumber: Natarajan et al. (2009)

Gambar 4.2. Jenis Corrugated Board


Sumber: Natarajan et al. (2009)

Tabel 4.2. Jenis Flute pada Karton

Sumber: Acorn Paper Products Company (2014)


V. HASIL
a. Uji fisik kardus
Tipe Kardus P (cm) L (cm) T (cm) Volume (cm3) Berat (gram)
Besar 35,8 25 9,3 8323,5 207,75
Kecil 27 15 14,5 5872,5 118,45

Berat (gram)
Gramatur
Kardus Besar Kardus Kecil
Gramatur luar 1,43 2,49
Gramatur tengah 2,06 1,74
Gramatur dalam 1,16 1,33

b. Uji fisik cup


Diameter (cm)
Jenis Cup Berat (gram) Tinggi (cm)
Luar Bibir Cup Leher
Besar 2,8 6,5 0,4 6,2 9,3
Kecil 2,94 6,5 0,4 5,8 4,5

c. Uji fisik straw


Jenis Straw Diameter (cm) Tinggi (cm) Berat (gram)
Besar 0,3 11,7 0,21
Kecil 0,4 8,2 0,16

VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum air minum dalam kemasan (AMDK) “Tuyoqu” di Jurusan Teknik
Kimia malang memproduksi 3 macam kemasan, yaitu : (1) Cup kecil 120 ml, (2) Cup
besar 220 ml, (3) Botol 330 ml.

Gambar 6.1 Cup kecil 120 ml Tuyoqu


Gambar 6.2 Botol 330 ml Tuyoqu

Gambar 6.3. Cup besar 220 ml Tuyoqu


6.1 Cup
Pada AMDK “Tuyoqu” untuk cup (gelas) jenis plastik yang digunakan pada cup
kecil adalah jenis plastik pollypropilen (PP) sedangkan untuk cup besar jenis plastik
yang digunakan adalahsama seperti cup kecil, Polypropilen (PP) . Dapat dilihat pada
Gambar 6.1 cup kecil dibawah terdapat lambang dengan angka 5 yang menandakan
kode Polypropilen (PP), digunakannya jenis plastik ini karena kuat dan ringan.
Sedangkan pada Gambar 6.3 cup besar terdapat lambang angka 5 . Kemasan cup kecil
yang digunakan berwarna bening tidak kotor dan cup yang digunakan masih bagus
serta tidak adanya lecet ataupun rusak. Dimana penggunaan platik jenis PP ini sesuai
dengan SNI-12-4259-2004 dimana pada tabel tersebut menjelaskan bahwa syarat
mutu penggunaan kemasan plastik untuk cup yaitu jenis plastik PP, PET, PE dan PVC.
Gambar 6.4 Kode pada cup kecil Tuyoqu
Penggunaan plastik jenis polypropilen (kode 5) dikarenakan Propilena mempunyai
specific gravity rendah dibandingkan dengan jenis plastik lain. mempunyai ketahanan
terhadap bahan kimia ( hemical Resistance) yang tinggi, tetapi ketahanan pukul
(impact strength)-nya rendah. (Mujiarto, 2005). Pada kemasan cup juga dilakukan
analisa untuk mengetahui berat, diameter (Luar, Bibir cup dan Leher) serta Tinggi
kemasan. Berat cup besar dan kecil adalah 2,8 gram dan 2,94 gram. Untuk pemilihan
cup memang dipilih cup dengan berat kurang lebih 3 gram. Jika cup yang digunakan
kurang dari 3 gram maka cup akan semakin tipis yang nantinya hal ini dapat
mempengaruhi kualitas AMDK tersebut.
6.2 Botol
Untuk AMDK Tuyoqu pada kemasan botol digunakannya plastik jenis
Polyethylene Terephthalate (PET) atau dilambangkan dengan symbol kode 1 jika
dilihat pada gambar 6.5 Kode pada botol Tuyoqu. Hal ini sama dengan peraturan SNI-
19-4370-2004 dimana pada tabel syarat mutu menjelaskan bahwa kemasan yang
digunakan merupakan kemasan plastik dengan jenis PP, PE, PET dan PVC.
Digunakannya kemasan botol jenis PET pada produk AMDK karena PET film bersifat
jernih, kuat, liat, dimensinya stabil, tahan nyala api, tidak beracun, permeabilitas
terhadap gas, aroma maupun air rendah. Selain itu, PET memiliki sifat-sifat : kekuatan
(strength)-nya tinggi, kaku (stiffness), dimensinya stabil, tahan bahan kimia dan panas,
serta mempunyai sifat elektrikal yang baik. PET memiliki daya serap uap air yang
rendah, demikian juga daya serap terhadap air. (Mujiarto, 2005).
Gambar 6.5 Kode pada kemasan botol
6.3 Karton
Untuk kemasan sekunder digunakannya karton dengan jenis tipe single wall
corrugated board. Karton yang digunakan ada yang besar dan kecil. Untuk karton
yang besar memiliki panjang 35,8 cm, lebar 25 cm dan tinggi 9,3 cm. Lalu untuk
karton kecil memiliki panjang 27 cm, lebar 15 cm dan tinggi 14,5 cm. Selain itu,
didapatkan pula gramatur pada kardus kecil dan besar. Pengukuran gramatur ini
dilakukan dengan cara menimbang kardus yang telah dipotong menjadi ukuran 10 cm
x 10 cm.

Gambar 6.6 Karton cup besar


Gambar 6.7 Karton botol
6.4 Labeling
Pada produk Tuyoqu informasi yang dicantumkan pada label kurang lengkap. Jika
dilihat pada gambar 6.9. Label kemasan cup kecil dan pada gambar 6.8. Label
kemasan botol hanya terdapat nama produk dan isi dari produk. Sedangkan pada PP
REPUBLIK INDONESIA No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, Label
harus memiliki :
a. Nama produk;
b. Daftar bahan yang digunakan;
c. Berat bersih atau isi bersih;
d. Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke
dalam wilayah Indonesia;
d. Tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa

Gambar 6.8 Label kemasan botol


Gambar 6.9 Label kemasan Cup

VII. DAFTAR PUSTAKA


Acorn Paper Products Company. 2014. Boxes, Shipping, and Mailing Containers.
Agustini, Setia. 2014. STUDI PENINGKATAN KUALITAS AIR MINUM DALAM
KEMASAN MEREK AM UNTUK MEMPERKUAT DAYA SAING. Institut
Pertanian Bogor. Bogor
Amelia, Meivita, dkk. 2004. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Preferensi
Konsumen Produk Air Minum Dalam Kemasan Di Bogor, Jurnal Teknik Industri
Pertanian:13(3) : 97-107
Brown, W. E. 1992. Plastic in Food Packaging: Properties, Design, and Fabrication.
New York: Marcel Dekker, Inc.
Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet, dan M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan.
Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Chandra Budiman, 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan, EGC, Jakarta
Mujiarto, Iman. 2005. SIFAT DAN KARAKTERISTIK MATERIAL PLASTIK
DAN BAHAN ADITIF.
Natarajan, S., M. Govindarajan, and B. Kumar. 2009. Fundamentals of Packaging
Technology. New Delhi: PHI Learning Private.
Priyanto, G. 1988. Teknik Pengawetan Pangan. Yogyakarta: UGM.
PP REPUBLIK INDONESIA No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan
Susanto, T dan N. Sucipta. 1994. Teknologi Pengemasan Bahan Makanan. Blitar: CV.
Family
Syamsul, Muharti. 2010. STUDI TENTANG KUALITAS FISIK AIR MINUM
DALAM KEMASAN (AMDK) SEBELUM DAN SESUDAH TERPAPAR
OLEH CAHAYA MATAHARI DI KOTA MAKASSAR. Universitas Islam
Alauddin Makassar. Makassar.
Syarief, R. S. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan. Laboratorium Rekayasa Proses
Pangan. Bogor: PAU Pangan dan Gizi, IPB.
SNI-12-4259-2004
SNI-19-4370-2004

Anda mungkin juga menyukai