Disusun Oleh:
Yulia (A1D016034)
Akhmad Faizal Shabirin (A1D016102)
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tanah tetapi hama ini juga dapat menyerang pada komoditas beras, tetapi juga
terdapat pada gaplek, dedak, bekatul yang ada di toko maupun di rumah. Pada
umumnya hama ini dapat menyerang ketika terjadi kerusakan mekanis atau
kerusakan akibat Sitophilus oryzae atau karena hama-hama gudang yang lain yang
karena kacang tanah memiliki kandungan lemak yang tinggi yang dibutuhkan oleh
hama tersebut.
Hama gudang mempunyai sifat yang khusus yang berlainan dengan hama-
hama yang menyerang dilapangan, hal ini sangat berkaitan dengan ruang lingkup
hidupnya yang terbatas yang tentunya memberikan pengaruh yang terbatas juga.
Produk pasca panen merupakan bagian tanaman yang dipanen dengan berbagai
tujuan terutama untuk memberikan nilai tambah dan keuntungan bagi petani
maupun konsumen sehingga produk pasca panen ini perlu disimpan untuk
memenuhi kebutuhan konsumen atau untuk memenuhi stok produk yang ada.
Produk dalam simpanan ini tidak terlepas dari masalah organisme pengganggu
karena hasil dari gerekan hama ini berupa tepung dan warna dari hama ini adalah
merah. Hama ini termasuk hama sekunder pada beberapa komoditas seperti
kacang tanah. Salah satu cara pengendalian hama ini adalah penggunaan pestisida
nabati. Pestisida nabati merupakan pestisida yang memiliki bahan aktif yang
dihasilkan dari tanaman dan memiliki fungsi sebagai pengendalian hama dan
penghasilnya mudah dibudidayakan salah satunya seperti sereh dapur, sereh wangi
dan nimba yang dapat dibuat menjadi bentuk minyak tanaman (Adnyana, 2012).
daun, akar, biji dan buah tanaman yang menghasilkan suatu senyawa tertentu yang
tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana morfologi T. castaneum?
2. Bagaimana siklus hidup T. castaneum?
3. Bagaimana gejala kerusakan pada kedelai, tepung beras, dan
karena pada umumnya ditemukan pada tepung namun dapat juga ditemukan pada
komoditas serealia, serangga ini juga menjadi hama penting pada penyimpanan
Artropoda, kelas Insecta, ordo Coleoptera, famili rionidae, genus Tribolium, dan
spesies castaneum (Donald et al., 1992). Secara lengkap hama ini dapat
Kingdom Animalia
Subkingdom Bilatria
Infrakingdom Protostomia
Superphylum Ecdysozoa
Phylum Arthropoda
Subphylum Hexapoda
Class Insecta
Subclass Pterygota
Infraclass Neoptera
Superorder Holometabola
Order Coleoptera
Suborder Polyphaga
Infraorder Cucujiformia
Superfamily Tenebrionoidea
Family Tenebrionidae
Genus Tribolium
Species Tribolium castaneum
Tribolium castaneum merupakan hama yang tersebar luas di seluruh dunia,
seperti asia tenggara, amerika tengah, amerika selatan, dan sebagian besar benya
afrika. hama ini dapat ditemukan di banyak tempat penyimpanan produk pertanian
dan menjadi hama yang sangat destruktif. Inang dari hama ini yaitu berupa
tanaman penghasil biji bijian seperti padi, jagung, kedelai dan sebagainya (Padin
et al, 2013). Bulus (2008) melaporkan kisaran inang hama tersebut cukup luas
beniseeds, serta kacang tunggak, kacang tanah, akar kering, ubi, singkong dan
sebagainya
Serangga ini merusak beras dengan cara memakannya dari arah luar. Kerusakan
yang ditimbulkan oleh T. castaneum dapat menurunkan kualitas beras dari segi
rasa dan kandungan nutrisi serat akan menimbulkan bau apek pada beras.
yang singkat yaitu 5 sampai 6 minggu. Hal tersebut tentu sangat merugikan
karena menyebabkan turunnya harga jual akibat kualitas maupun kuantitas yang
Kerusakan karena hama dari genus Tribolium pada tepung atau produk
olahan sereal lainnya, terutama kotoran dan noda yang akan mampu meracuni
konsumen. kotoran dan eksudasi lainnya dari larva hama ini mencemari makanan
yang cenderung berbau dan dengan demikian kehilangan nilai komersial atau gizi
mereka. Bau ini diperparah oleh feromon mual yang dihasilkan oleh kumbang
Gejala serangan ditunjukkan dengan larva dan kumbang makan biji kacang
tanah sehingga menjadi berlubang, apabila kerusakan berat yang tersisa tinggal
kulitnya saja (Marwoto, 2006). Gejala serangan Tribolium pada bahan pangan
2007)
satu spesies serangga yang ditemukan pada beras di gudang Perusahaan Umum
BULOG. Hama tersebut memiliki arti ekonomi yang sangat penting karena sifat
bertahan pada bahan pangan dengan kadar air rendah, terutama menimbulkan
cepat pada serealia yang berkadar air rendah, masih utuh, dan bebas dari serpihan.
Serangga ini mampu berkembang biak dengan cepat sehingga dapat menimbulkan
kerusakan yang cepat meluas serta yang paling penting menurunkan kualitas
produk.
Berbagai aspek kehidupan kutu beras dipengaruhi oleh kondisi fisik dari
lingkungan dimana kutu beras tersebut hidup. Beberapa faktor fisik dan
relatif dan kadar air dari bahan yang disimpan. Jika suhu naik sampai titik
populasi kutu beras juga meningkat. Suhu optimum untuk pertumbuhan kutu
beras di daerah tropik 25-35 °C. Faktor biotis juga mempengaruhi kehidupan kutu
kepadatan populasi kutu beras dalam sistem penyimpanan (Syarief dan Halid,
1990).
T. castaneum memiliki siklus yang relatif pendek sehingga laju peningkatan
dilakukan oleh serangga dewasa (imago) dan larva. Kanibalisme lebih sering
terjadi pada butir jagung yang masih utuh dibandingkan dengan pada butir retak
atau yang berupa tepung karena larva lebih sulit memakan butir utuh (Flinn dan
Campbell, 2012).
1. Kegiatan Pencegahan
preventif terhadap serangan hama ini dapat diupayakan dengan cara menyimpan
bahan dalam plastik yang kedap (tidak berlubang), ditutup rapat-rapat, dan
2. Kegiatan Monitoring
3. Kegiatan Pengendalian
Kegiatan pengendalian dilakukan melalui:
a. Spraying
Pelaksanaan spraying dilakukan rutin setiap 1 bulan sekali atau saat
udara, pada suhu, dan tekanan tertentu (Minarti, 2012). Fumigan yang
efektif untuk mengendalikan hama gudang adalah metil bromida (CH 3Br)
dan fosfin (PH3). Namun, sejak Montreal Protocol diberlakukan pada tahun
yang reaktif, merubah sifat dari unsur-unsur beberapa bahan yang biasanya
difumigasi, beracun dan dapat merusak lapisan ozon. Saat ini satu-satunya
Fosfin adalah fumigan yang sangat baik, sebab hidrogen fosfida yang
tablet, pellet atau powder dalam kantong kertas yang apabila bereaksi
dengan uap air yang ada dalam udara akan berbentuk gas phosphine/fosfin.
c. Pestisida nabati
1). Pemanfaatan gulma rumput teki (Cyperus rotundus)
(2016), serbuk rumput teki pada dosis 12 gram/100 biji jagung efektif untuk
pernafasan pada zat aktif tanin dalam formulasi serbuk rumput teki yang
adalah umbi dan daun pada rumput teki karena pada bagian ini diduga
2016).
b. Alkaloid, mengandung senyawa penolak serangga dan senyawa
tembakau, sirsak, srikaya, mahoni, mindi, tuba, dan bengkuang (Nurnasari, 2009
dalam Siregar et al., 2013). Ekstrak biji dan daun nimba terdapat 3 golongan
dalam biji srikaya adalah golongan asetogenin yang juga merupakan antifeedant
IV. PEMBAHASAN
semakin membesar secara teratur berbentuk bulat dari arah pangkal ke ujung.
Panjang badan imago 0,3-0,4 cm, berbentuk oval agak pipih, berwarna coklat
digunakan untuk terbang jarak dekat seperti melompat atau berpindah tempat.
terlalu kecil dan letaknya yang di dalam biji. Telur setelah menetas menjadi larva
yang tubuhnya beruas-ruas berwarna putih bersih saat masih muda dan
kekuningan seiring bertambahnya waktu. Panjang larva dewasa sekitar 0,6 cm dan
ditutupi oleh bulu-bulu halus berwarna putih. Pupa T. castaneum berwarna putih
bening, tanpa terbungkus kokon dan panjangnya sekitar 0,3 cm. Kaki T.
adari 3 bagian (kepala, dada, perut); tubuh tertutup kulit luar; serangga dewasa
Siklus hidup serangga melalui beberapa tahapan perubahan bentuk baik secara
sempurna melalui tahapan: telur menetas menjadi ulat (larva) kemudian menjadi
sempurna (gradual) terjadi jika telur yang menetas menyerupai bentuk serangga
a. Telur
mikroskopis dengan ukuran kurang lebih 1,5 mm. Stadia telur Tribolium
castaneum berkisar sekitar 5-12 hari. Secara kasat mata telur berwarna putih dan
berukuran kecil, diletakan oleh serangga betina diantara partikel yang diselubungi
Tanhindarto, 2006). Hal tersebut belum sesuai dengan hasil pengamatan karena
b. Larva
castaneu mempunyai bentuk khas yaitu adanya tonjolan runcing pada ruas
terakhir dari abdomen yang disebut urogomphi (Syarif dan Halid, 1993 dalam
ujung terdapat warna coklat. Setelah waktu yang lama larva berubah menjadi
pupa.
c. Pupa
mm. Pupa hampir sama dengan larva instar akhir. Periode pupa kurang lebih 8
dikarenakan media tepung yang berwarna putih sehingga pupa sulit ditemukan.
d. Imago
membesar secara teratur dari arah pangkal ke ujung. Imago mempunyai antena
berbentuk menyerupai gada dan melebar ke arah ujung secara beraturan (Ilato et
tepung, secara acak. Telur menempel pada partikel-pertikel tepung. Imago sangat
aktif, dengan cepat akan bersembunyi jika terganggu, dan dapat ditemukan
yang terjadi akibat serangan imago Tribolium castaneum, jika belum terdapat
tepung mereka akan menunggu hasil perusakan butir beras, gaplek, jagung, kopra,
dan lain-lain oleh hama primer. Ketika terdapat dalam jumlah besar, kumbang
tepung akan menyebabkan tepung menjadi rentan terhadap jamur serta dapat
tercemar oleh benzokuinon hasil ekskresi kumbang tersebut yang bersifat racun
tepung berwarna coklat. Menurut Ajayi dan Rahman (2006), tingkat kerusakan
a. Telur
Telur Tribolium castaneum berwarna putih dan dapat dilihat secara
mikroskopis dengan ukuran kurang lebih 1,5 mm. Stadia telur Tribolium
castaneum berkisar sekitar 5-12hari. Secara kasat mata telur berwarna putih dan
berukuran kecil, diletakan oleh serangga betina diantara partikel yang diselubungi
menunjukan bahwa telur dari Tribolium castaneum menunjukan warna putih dan
telur melekat pada biji kedelai. Setelah beberapa hari kemudian telur menetas
menjadi larva.
b. Larva
castaneu mempunyai bentuk khas yaitu adanya tonjolan runcing pada ruas
terakhir dari abdomen yang disebut urogomphi (Syarif dan Halid, 1993 dalam
ujung terdapat warna coklat. Setelah waktu yang lama larva berubah menjadi
pupa.
c. Pupa
mm. Pupa hampir sama dengan larva instar akhir. Periode pupa kurang lebih 8
dikarenakan media kedelai yan terlalu banyak. Pupa akan terus tumbuh dan
d. Imago
Imago betina akan meletakkan telur di
akan bersembunyi jika terganggu, dan dapat ditemukan diantara atau didalam
castaneum pada kedelai yaitu pada biji kedelai terdapat bolong-bolong, bolongan
meletakan telurnya. Selain itu, biji kedelai yang terserang juga mengalami
penyusutan bobot dan kadar air, hal ini ditandai dengan banyaknya biji yang
terhadap kualitas kedelai sehingga harga jual nya dapat menurun, bahkan jika
serangan sudah tinggi biji kedelai tersebut tidak bisa digunakan lagi.
Telur diletakkan dalam tepung atau pada bahan lain yang sejenis yang
merupakan pecahan kecil (remah). Telur berwarna putih dan dapat dilihat secara
mikorkopis dengan ukuran kurang lebih 1,5 mm. Stadia telur 5-12 hari (Bennet,
2003). Selama pengamatan belum ditemukan telur hama tersebut karena
ukurannya yang tidak mudah diamati, setelah tribolium dewasa dipelihara 1.5
minggu sudah mulai muncul larva kecil, sehingga dapat diperkirakan stadia telur
kecoklat-coklatan. Periode larva 22-30 hari (Bennet, 2003). Larva mengalami 4-6
kali pertukaran kulit, instar akhir berwarna kuning dengan panjang tubuh dapat
setelah 1.5 minggu pemeliharaan, pertama larva berukuran sangat kecil kemudian
literature. Pupa hampir sama dengan larva instar akhir, pertama-tama berwarna
pupa kurang lebih 8 hari (Luh, 1980). Berdasarkan hasil pengamatan ditemukan
pupa berwarna keputihan dengan ukuran 0.3 cm pada minggu ke 4-5 dengan ciri
Imago berada di dalam bahan makanan, dapat bertelur 300-400 butir telur
selama periode 4-6 bulan. Imago berwarna merah kecoklatan dengan ukuran
panjang 4 mm. Siklus hidup keseluruhan 7-12 minggu dan umur kumbang dewasa
dapat mencapai 3 tahun atau lebih (Bennet, 2003). Berdasarkan hasil pengamatan
populasi hama dewasa ini bertambah banyak pada minggu ke 5 yang menandakan
rusak yang ditandai dengan adanya lubang-lubang karena dimakan oleh hama
akibat biji jagung yang dimakan. Hama ini juga membuat jagung menjadi berbau
tidak sedap akibat senyawa yang dikeluarkan dari tubuhnya. Hama tersebut
hama primer kemudian memakan biji jagung yang telah rusak namun hama
tersebut juga dapat menyerang jagung utuh yang belum rusak ketika populasi
hama tersebut tinggi dan keadaan lingkungan kurang mendukung untuk hidup
jagung, kacang tanah, gaplek, kopra dan bijian lainnya. T. castaneum biasa
beras lebih baik dibandingkan pada jagung dan kedelai. Hal tersebut dikarenakan
pada bahan berbutir keras, hama ini biasanya menjadi perusak kedua setelah ada
hama lain yang merusak bahan terlebih dahulu (Wagiman, 2014). Serangan T.
Adnyana. 2012. Efikasi Pestisida Nabati Minyak Atsiri Tanaman Tropis terhadap
(4).
Flinn PW, Campbell JF. 2012. Effects of flour conditioning on cannibalism
Hsu, H.W., dan Luh, B.S. (1980). Rice Hull. Dalam Rice Produck And Utilization.
Editor: Bor Shiun Luh. New York: Avi Publishing Company Inc. Hal. 736-
740.
Ilato, J., M. F. Dien., dan C. S. Rante. 2012. Jenis dan populasi serangga hama
Monograf Balitkabi No. 13. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan
Umbi, Malang.
Pertanian KULTIVAR.
Kanisius. Jakarta.
Syarief, R. dan H. Halid. 1990. Buku Monograf Teknologi Penyimpanan Pangan.
Musuh Alami pada Gudang Beras Perum BULOG dan Gudang Gabah