Anda di halaman 1dari 24

DAFTAR ISI Umum…………………………………………………………..

8
HALAMAN JUDUL 2. Pengertian
Khusus……………………………………………..…….….…9
PRAKATA...............................................…………………………
3. Pengertian
…………..…ii Operasional…………………………………………….…......9
KATA C. Legitimasi Kekuasaan
Sosiologi……………………………………………10
PENGANTAR……………………………………………………….…
.…....iii BAB. III Keterhubungan Legitimasi Sosial

A. Terkaitan Legitimasi Sosial dengan Hukum


BAB I : PENDAHULUAN Positif………………………11
B. Terkaitan Legitimasi Sosial dengan
A. Latar
Agama………………………………11
Belakang………………………………………………………
C. Terkaitan Legitimasi Sosial dengan
…….…1
Budaya……………………………...12
B. Wilayah
D. Terkaitan Legitimasi Sosial dengan Norma-
Cakup…………………………………………………….……
Norma……………………...12
……2
1. Norma
C. Tujuan
Agama……………………………………………………………
Pembahasan……………………………………………………
…5
……3
2. Norma
BAB. II : KEKUASAAN SOSIAL Kesusilaan………………………………………………….
3. Norma
A. Jenis Kekuasaan Hukum……………………………………………………...
………………………………………………………..........4 4. Hukum -Hukum
B. Pengertian Kekuasaan Etika………………………………………………
Sosial………………………………………………..8
1. Pengertian
BAB IV RELEVENSI DAN IMPLIKASI LEGITIMASI
SOSIAL…………..

A. Relevansi legitimasi sosial dengan


kebudayaan…………….........
B. Relevansi legitimasi Sosial dengan Hukum
Positif.……………….
C. Implikasi legitimasi
Sosial…...…………………………..…………... PRAKATA
1. Implikasi
Dengan tak lupa mengucapkan puji syukur kehadirat allah
Positi………………………………………………………
SWT/Tuhan YME. yang telah memberikan rahmat serta
2. Implikasi karunianya, kami persembahkan sebuah buku dengan judul
Negatif……………………………………………………. ”LEGITIMASI SOSIAL” kepada pembaca dalam mempelajari dan
3. Pilihan-Pilih mendalami Pendidikan dan Kewarganegaraan.
Implikasi………………………..…………………….. Buku Legitimasi Sosial ini kami persiapakan dengan sebaik
dan secermat mungkin hingga akan sangat membantu bagi
BAB V pembacanya. Kita ketahui bahwa buku Pendidikan dan
Kewarganegaraan dikalangan pelajar, mahasiswa dan
RANGKUMAN………………….………………………………………
masyarakat pada umumnya masih mengalami kesulitan. maka
dalam penyusunan buku ini diikuti dengan cara baca agar dapat
DAFTAR memberikan kemudahan bagi setiap pembaca. Mudah-mudahan
PUSTAKA……………………………………………………………. keberadaan buku ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan para pembaca khususnya dalam mempelajari
pendidikan dan kewarganegaraan.
Daftar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Pustaka………………………………………………………………….. Esa atas karunia dan nikmat-Nya kami dapat menyelesaikan buku
yang berjudul “LEGITIMASI SOSIAL”.
.
Akhir kata, kami berharap agar buku ini dapat membawa
manfaat kepada pembaca dan memahami isi dari buku ini. Secara
khusus kami berharap semoga buku ini dapat menginspirasi
generasi bangsa ini agar menjadi generasi yang tanggap dan
tangguh, Jadilah generasi yang bermartabat, kreatif dan mandiri.

KATA PENGANTAR

Buku ini kami tulis untuk memenuhi tugas mata kuliah


Pendidikan dan Kewarganegaraan dengan tenggang waktu yang
diberikan untuk mengumpulkan bahan dan menentukan topik
sampai pada buku ini di selesaikan.
Penulisan buku ini tidak mungkin diselesaikan tanpa
BAB I
dukungan dan partisipasi dari semua pihak. Untuk itu
PENDAHULUAN
perkenankan kami menyampaikan terima kasih kepada Bapak
A. Latar Belakang
Daud Alfrosius Abukun, M.Th, M.Chs sebagai pembimbing yang
Legitimasi Sosial selalu menjadi bagian yang tak
telah memberikan petunjuk dan bimbinganya. Serta kepada
terpisahkan karena seseorang dapat memiliki kewenangan,
teman – teman Kelas S2C yang telah membantu sehingga buku
dengan terlebih dahulu memiliki legitimasi (keabsahan) dalam
ini dapat diselesaikan.
menentukan suatu kebijakan untuk kepentingan sebuah lembaga.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun buku ini masih
Kewenangan tentu berbeda dengan kekuasaan, sebab dalam
banyak kekurangan dan kesalahan, Oleh karena itu kami sebagai
suatu kewenangan ada kaidah-kaidah yang mengikat setiap
penulis berharap agar pembaca berkenan menyampaikan kritikan
anggota lembaga untuk menciptakan keseimbangan padasetiap
dengan segala pengharapan dan keterbukaan, Kami
komponen lembaga. Dalam hal ini Undang-Undang Dasar tahun
menyampaikan rasa terimakasih dengan setulus-tulusnya, Kritik
1945 dan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa menjadi
merupakan perhatian agar dapat menuju kesempurnaan.
aturan pokok bagi setiap warga dan para pelaku politik.
Kewenangan politik tidak selamanya dapat sejalan dengan bahwa kekuasaan untuk mengambil keputusan umum diserahkan
keinginan masyarakat. Sebab, menentukan sebuah kebijakan kepada seseorang berdasarkan keyakinan-keyakinan tradisional.
publik, berarti harus adakesepakatan untuk menentukan prioritas Misalnya, seseorang diberi hak atau kekuasaan karena ia berasal
utama dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara pembuat dari golongan bangsawan atau dinasti yang memang sudah
kebijakan dan masyarakat. Namun, kebijakan publik harus tetap memerintah untuk kurun waktu yang lama. Jenis kewenangan ini
dilakukan meskipun adanya perselisihan pendapat ataupun konflik mirip dengan legitimasi religius. Kedua, kewenangan kharismatik,
yang membuat kondisi politi menjadi kurang stabil. Sehingga, yang mengambil landasan pada charisma pribadi sesesorang
dalam hal ini legitimasi politik berperan untuk memberi pengakuan sehingga ia dikagumi dan dihormati oleh
bahwa setiap kebijakan yang diputuskan adalah yang yang terbaik khalayak. Ketiga, kewenangan legal-rasional yag mengambil
untuk kepentingan masyarakat dimana kebijakan politik itu landasan dari hukum-hukum formal dan rasional bagi
disahkan. Sehingga, bagaimana cara seseorang mendapatkan dipegangnya kekuasaan oleh seorang pemimpin. Kehidupan
kewenangan politik juga dapat mempengaruhi pandangan kenegaraan yang modern lebih banyak menggunakan konsepsi
masyarakat terhadap pembuat kebijakan tersebut. kewenangan legal-rasional.
Kekuasaan itu sendiri menurut Max Weber adalah Legitimasi sosiologis menyangkut proses interaksi di dalam
kesempatan seseorang atau sekelompok orang untuk masyarakat yang memungkinkan sebagian besar kelompok sosial
menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri setuju bahwa seseorang patut memimpin mereka dalam periode
dengan sekaligus menerapkannya terhadap tindakan-tindakan pemerintahan tertentu. Ini ditentukan oleh keyakinan anggota-
perlawanan dari orang-orang atau golongan-golongan tertentu. anggota masyarakat bahwa wewenang yang melekat patut
Dari teori kekuasaan kemudian munculah cara-cara memperoleh dihormati. Apabila bagian terbesar dari masyarakat sudah
kekuasaan yang mana menurut Inu Kencana dibagi menjadi 5 memiliki keyakinan tersebut, kekuasaan tersebut dianggap absah
bagian yaitu melalui legitimate power, coersive power, expert secara sosiologis. Singkatnya, legitimasi sosiologis
power, reward power dan revernt power. mempertanyakan mekanisme motivatif mana yang nyata-nyata
membuat masyarakat mau menerima wewenang penguasa.
B. Wilayah Cakupan Beberapa ciri yang spesifik mengenai legitimasi etis.
Tinjauan etis mengenai kekuasaan (power, authority) Pertama, kerangka legitimasi etis mengandaikan bahwa
pertama-tama berkenaan dengan masalah legitimasinya. Kata setiap persoalan yang menyangkut manusia hendaknya
legitimasi berasal dari bahasa Latin yaitu lex , yang berarti hukum. diselesaikan secara etis termasuk persoalan kekuasaan. Hal yang
Padanan kata yang paling tepat untuk istilah legitimasi adalah dipertanyakan dalam hal ini adalah apakah kedudukan seseorang
kewenangan atau keabsahan. yang punya hak untuk mengatur perilaku sejumlah besar orang itu
Weber melihat adanya tiga corak legitimasi sosiologis memang telah benar-benar sesuai dengan nilai-nilai moral.
melalui konsepsinya tentang domination dalam masyarakat. Kedua, legitimasi etis berada di belakang setiap tatanan
Pertama adalah kewenangan tradisional (traditional domination), normative dalam perilaku manusia. Etika menjadi landasan dari
setiap kodifikasi peraturan hukum pada suatu negara. Oleh BAB II
karena itu, paham etis tidak dilecehkan oleh perubahan situasi KEKUASAAN SOSIAL
kemasyarakatan atau positivitas hukum. Dialang yang justru A. Jenis Kekuasaan
menjadi kekuatan pokok yang menopang aturan-aturan hukum Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh
yang terdapat dalam masyarakat. seseorang atau kelompok guna menjalankan kewenangan
Akhirnya, karena etika tidak mendasarkan diri pada tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan, kewenangan
pandangan-pandangan moral de facto yang berlaku dalam tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh atau
masyarakat saja, legitimasi etis tak akan pernah dibatasi oleh kemampuan seseorang atau kelompok untuk memengaruhi
ruang dan waktu. tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan
dari pelaku (Miriam Budiardjo,2002) atau Kekuasaan merupakan
C. Tujuan Pembahasan kemampuan memengaruhi pihak lain untuk berpikir dan
Untuk mengetahui dan memahami pengertian Legitimasi berperilaku sesuai dengan kehendak yang memengaruhi (Ramlan
Sosial dan hal-hal terkait dengan Legitimasi Sosial serta Surbakti,1992).
pandangan dari ahli mengenai Legitimasi Sosial. Menganalisa Dalam pembicaraan umum, kekuasaan dapat berarti
beberapa teori-teori yang ada dan juga mengkategorikan Negara kekuasaan golongan, kekuasaan raja, kekuasaan pejabat negara.
Indonesia kedalam salah satu teori yang ada. Sehingga tidak salah bila dikatakan kekuasaan adalah
Memahami dan mengerti tentang jenis kekuasaan kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak
Legitimasi Sosial secara umum, khusus dan operasional. yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut. Robert Mac Iver
Memahami terkaitannya hubungan dengan Hukum positif, Agama, mengatakan bahwa Kekuasaan adalah kemampuan untuk
Budaya dan Norma-Norma. Pengertian mengendalikan tingkah laku orang lain baik secara langsung
dengan jalan memberi perintah / dengan tidak langsung dengan
jalan menggunakan semua alat dan cara yg tersedia. Kekuasaan
biasanya berbentuk hubungan, ada yg memerintah dan ada yg
diperintah. Manusia berlaku sebagai subjek sekaligus objek dari
kekuasaan. Contohnya Presiden, ia membuat UU (subyek dari
kekuasaan) tetapi juga harus tunduk pada Undang-Undang (objek
dari kekuasaan).
Kekuasaan memiliki Sifat positif dan sifat Negatif:
 Kekuasaan bersifat positif
Merupakan Kemampuan yang dianugerahkan oleh Allah
kepada individu sebagai pemegang kekuasaan tertinggi yang
dapat mempengaruhi dan mengubah pemikiran orang lain atau
kelompok untuk melakukan suatu -tindakan yang diinginkan oleh di Indonesia dalam Pemilu 2004 maka calon anggota legislatif
pemegang kekuasaan dengan sungguh-sungguh dan atau bukan dipilih langsung oleh rakyat.
karena paksaan baik secara fisik maupun mental. Namun di  Jenis-Jenis Kekuasaan
dalam kekuasaan tidak semuah yang berkuasa memiliki 1. Monarki dan Tirani
kewenangan, karena kewenangan bersifat khusus Secara etimologi, monarki berasal dari kata ‘monarch’ yang
 Kekuasaan bersifat Negatif berarti raja, yaitu jenis kekuasaan politik di mana saja atau ratu
Merupakan sifat atau watak dari seseorang yang sebagai pemegang kekuasaan dominan Negara
bernuansa arogan, egois, serta apatis dalam memengaruhi orang (kerajaan). Pendukung monarki biasanya mengajukan pendapat
lain atau kelompok untuk melakukan tindakan yang diinginkan bahwa jenis kekuasaan dipegang oleh satu tangna yang lebih
oleh pemegang kuasa dengan cara paksaan atau tekanan baik efektif dalam menciptakan stabiltias atau consensus, dalam
secara fisik maupun mental. Biasanya pemegang kekuasaan yang proses pembuatan kebijakan. Perbebatan yang bertele-tele,
bersifat negatif ini tidak memiliki kecerdasan intelektual dan pendapat yang beragam atau persaingan antarkelompok
emosional yang baik,mereka hanya berfikir pendek dalam dikurangi karena hanya terdapat satu kekuasaan
mengambil keputusan tanpa melakukan pemikiran yang tajam dominan. Negara yang dapat menerapkan jenis kekuassaan
dalam mengambil suatu tindakan, bahkan mereka sendiri kadang- monarki, yang sampai saat ini menerapkan jenis kekuasaan
kadang tidak dapat menjalankan segala perintah yang mereka monarki diantaranya Negara-Negara seperti Inggris, Belanda,
perintahkan kepada orang atau kelompok yang berada di bawah Swedia, Luxemburg, Norwegia, Denmark, Muangthai, Belgia,
kekuasannya karena keterbatasan daya pikir tadi. dan biasanya Jepang dan Spanyol. Itulah contoh-contoh Negara yang
kekuasaan dengan karakter negatif tersebut hanya mencari menerapkan jenis kekuasaan monarki yang menjadi instrumen
keuntungan pribadi atau golongan di atas kekuasannya itu. pemersatu yang cukup efektif. Maksud dari hal tersebut, misalnya
karena mereka tidak memiliki kemampuan atau modal apapun sebagai symbol persatuan antara berbagai kelompok yang ada di
selain kekuasaan untuk menghasilkan apapun, dan para masyarakat. Kita perhatikan Negara yang modern dan maju
pemegang kekuasaan bersifat negatif tersbut biasanya tidak akan misalnya Inggris dan Jepang juga maisng menerapkan system
berlangsung lama karena tidak akan mendapatkan dukungan demokrasi. Namun di Negara-Negara ini, penguasa monarki harus
sepenuhnya oleh rakyatnya. berbagi kekuasaan dengan pihak lain, khususnya parlemen.
Di negara demokrasi, dimana kekuasaan adalah ditangan Proses berbagai kekuasaan itu di teguhkan melalui konstitusi
rakyat, maka jalan menuju kekuasaan selain melalui (undang-undang dasar).
jalur birokrasi biasanya ditempuh melalui jalur partai politik. Partai Oleh karena itu, monarki di era Negara-Negara moden
partai politik berusaha untuk merebut konstituen dalam pada dasarnya tidak hanya bersifat simbolik (sekadar kepala
masa pemilu. Partai politik selanjutnya mengirimkan calon Negara) dibandingkan dengan penentuan praktik pemerintahan
anggota untuk mewakili partainya dalam lembaga legislatif. Dalam sehari-hari misalnya di Inggris. Di Negara monarki yang telah
pemilihan umum legislatif secara langsung seperti yang terjadi disebutka ndi atas, pihak yang relative lebih berkuasa dalam
menentukan jalannya pemerintahan adalah parlemen (legistlatif) terdapat kelas aristocrat yang dominan secara politik, maka di
dengan perdana menteri sebagai kepala pemerintahannya. Jenis sana terdapat juga monarki. Di Indonesia pada masa awal
monarki lainnya yang kini masih ada adalah Arab Saudi. Negara kemerdekaannya dikatkana sebagai suatu jalan secara
ini suatu kerajaan dan raja yang mana sekaligus kepala Negara aristokrasi. Terdapat beberapa tokoh misalnya Sjahrir, Tan
dan pemerintahannya bahkan memiliki peran besar dalam kuasa malaka, Soekarno, Sultan Abdul Hamid, Sultan
yudikatif. Kekuasaan raja dalam hal ini tidak dibatasi secara Hamengkubowono, Iwa Kusuma Sumantri, dan Kasman
konstitusional, tidak ada partai politik dan juga oposisi di sana. Singodimedjo yang mana adalah pimpinan nasional jawa yang
Pola kekuasaan yang ada di Arab Saudi juga dikenal dengan memiliki latar belakang sebagai aristokrat.
sebutan sebagai Dinasi (Dinasti al-Arab), yang mana dalam hal 3. Demokrasi dan Mobokrasi
pewaris raja adalah keturunannya. Bentuk pemerintahan yang Jenis kekuasaan dipegang oleh seluruh rakyat, bukan oleh
buruk di dalam satu tangan adalah tirani. Tiran-tiran kejam yang suatu yang dikatakan mono atau few, melainkan jenis kekuasaan
pernah muncul dalam sejarah politik dunia seperti Kaisar Nero, yang disebut sebagai demokrasi. Dalam sejarah politik, jenis
Caligula, Hitler, Stalin, atuapun Pol Pot di Kamboja. kekuasaan demokrasi dikenal terdiri dari dua kategori. Yang mana
Walaupun Hitler atau Stalin memerintah di era modern, dalam kategori pertama adalah kategori demokrasi langsung
akan tetapi jenis kekuasaan yang mereka jalankan pada (Direct democracy) dan demokrasi perwakilan (Representative
hakikatnnya terkonsentrasi pada satu tangan dan juga sama democracy). Demokrasi langsung dapat diartikan sebagai rakyat
sekali tidak mau membagi kekuasaan dengan pihak lainnya. Tidak yang dapat memerintah dirinya secara langsung tanpa adanya
hanya itu, mereka juga biasanya memiliki sifat brutal baik suatu perantara. Salah satu dari pendukung demokrasi langsung
terhadap rakyat sendiri mapun juga sebagai lawan politik. adalah Jean Jacques Rousseau. Hal ini dimana Rousseau
2. Aristokrasi dan Oligarki mengemukan terdapat empat kondisi yang memungkinkan untuk
Dalam jenis kekuassaan monarki, raja atau ratu pada pelaksanaan demokrasi langsung.
umumnya bergantung pada dukungan yang diberikan para Adapun menurut Rousseau tetang pelaksanaan demokrasi
penasihat dan birokrat. Jika kekuasaan lebih banyak ditentunkan tersebut adalah sebagai berikut:
oleh orang-orang ini (penasihat dan birokrat) maka jenis  Jumlah warga Negara harus kecil
kekuasaan tidak lagi berada pada satu orang (mono) melainkan  Pemilihan dan kemakmuran harus dibagi secara merata
beberapa (few). Aristokrasi sendiri merupakan pemerintahan oleh (hamper merata)
sekelompok elit (few) dalam masyarakat, di mana mereka memiliki  Masyarakat harus homogen (sama) secara budaya.
status social, kekayaan, dan juga kekuasaan politik yang besar.  Terpenuhi di dalam masyarakat kecicl yang bermata
Ketiga hal demikian dinikmati secara turun-temurun pencaharian pertanian.
(diwariskan), menurun dari orang tua kepada anak. Jenis
kekuasana aristokrasi demikian disebut juga sebagai jenis 4. Timokrasi
kekuasaan kaum bangsawan (aristokrasi). Pada umumnya,
Menurut Stanley Rosen, bahwa pengertian timokrasi korupsi otomatis. Kleptokrasi demikian juga disebut sebagai
adalah jenis kekuasaan yang pernah disebutkan oleh Socrates, korupsi yang dilakukan oleh aparat atau pejabat tingkat tinggi
seorang filsuf Yunani. Pengertian timokrasi dirujuk Socrates dalam bahkan dilakukan secara sistematis dengan diuntungkan dari
menggambarkan suatu resim pemerintahan Negara-kota posisinya dengan cara mengalirkan dana publik ke dalam
Sparta. Konsep demikian mengacup pada ‘tomcratic man,’ yakni kantong-kantong pribadinya.
maksud dalam hal demikian yang gandrung akan kemenangan
dan juga kehormatan. Timokrasi juga terletak pada posisi tengah B. Pengertian Kekuasaan Sosial
antara aristokrasi dan juga oligarki. Selain itu juga disebutkan
bahwa timokrasi adalah aristokrasi yang mengalami kemerosotan 1. Pengertian Umum
ke arah jenis kekuasaan oligarki.
5. Oldokrasi 2. Pengertian Khusus
Tidak jauh bedah dengan pengertian mobokrasi. Olokgrasi
adalah siatusi Negara dalam anarki massa. Pemerintahan 3. Pengertian Operasional
demikian tidak legal dan konstitusional. Akan tetapi, karena
terdapat kelompok-kelompok massa yang disebut mempunyai C. Legalitas Kekuasaan Sosial
senjata atau massa yang besar, maka mereka memerintah
memanfaatkan rasa takut.
6. Plutokrasi
Plutokrasi adalah jenis kekuasaan di mana Negara disetir
oleh orang-orang kaya. Plutokrasi demikian mirip dengan oligarki.
Akan tetpai, plutokrasi dapat terjadi jika kalau tercipta suatu
kondisi ekstrem ketimpangan antara yang kaya dan juga yang
miskin di dalam suatu Negara. Plutokrat (penguasa dalam
plutokrasi) tidak hanya menguasai sumber dari ekonomi dan juga
politik, akan tetapi juga sumber militer (pasukan, senjata,
teknologi). Sedangkan dalam kondisi misalnya, plutocrat pada
umumnya secara de facto lebih berkuasa dibandingkan dengan
pemerintah resmi.
7. Kleptokrasi
Pengertian Kleptokrasi adalah jenis kekuasaan di mana
pejabat publik menggunakan kekuasaannya di publik. Hal ini
dilakukan dengan tujuan mencuri kekayaan negara atau disebut
tertentu yang dianggap penting bagi manusia dan
BAB III masyarakat. Agama tidak terlepas dari nilai-nilai yang
KETERHUBUNGAN LEGITIMASI SOSIAL secara langsung terinternalisasi di dalamnya. Nilai – nilai
A. Keterkaitan Legitimasi Sosial dengan Hukum itu semacam Roh yang menghidupkan, agama
Positif menggerakan penganut agama untuk mencapai tujuan
Hukum sebagai kerangka konseptuaal utamanya, yakni mendapatkan kebahagian di dunia dan
menetapkan ketentuanu bahwa hukum harus kehidupan setelah didunia.
mencerminkan keseluruhan aturan atau putusan hukum
yang saling terkait dan berlaku di masyarakat. Unsur –
unsur hukum yang harus termuat di dalamnya adala C. Keterkaitan Legitimasi Sosial dengan Budaya
helemen ideal (het ideele element) yang terbentuk dari Kesesuaian dengan kepercayaan budaya secara
asas-asas, norma-norma dan aturan yang berwenang luas dipegang dan praktek yang taken-for-graned (Scoot.
melaksanakan hukum, dan elemen actual ( hetactuele 2001).Elemen kognitif dapat digambarkan sebagai aturan
element ) merupakan koleksi putusan atau tindakan yang menentukan jenis actor yang memungkinkan ada,
konkrit yang berhubungan dengan sistem makna dari apakah structural fitur yang digunakan, prosedur apa
hukum, baik dari aparatur Negara yang berwenang mereka dapat mengikuti dan apa makna yang
mauapun dari warga Negara. Sistem hokum ini dikenal berhubungan dengan tindakan budaya.
dengan sistem yuridis ideal, sehingga setiap peraturan Davis danGreeve (1997) menjelaskan bahwa
hukum yang berada di bawahnya tidak boleh pendekatan budaya berfokus pada berbagai kerangka
bertentangan dengan asas ataupun norma yang tertuang pemikiran (shared frameworks) atas penafsiran pelaku,
dalam Pancasila maupun UUD-NRI 1945. yang memungkinkan mereka untu memperoleh definisi
B. Keterkaitan Legitimasi Sosial dengan Agama umum dari situasi tertentu.
Agama dan Legitimasi Sosial merupakan sesuatu D. Keterhubungan Legitimasi Sosial dengan
hal yang tidak dapat dipisahkan. Di saat agama lahir Norma – Norma
sebagai upaya untuk mengarahkan manusia kejalan A. Norma Agama
yang bener. Di saat itu pula, agam sedang memainkan .Dalam kontes sejarah Indonesia, terjadi
peranannya sebagai lembaga yang memiliki perkembangan dinamis menyangkut relasi
pengetahuan tentang jalan kebenarannya. Agama lalu agama. Pada masa colonial, adama berperan
berusaha memanfaatkan legitimasi social yang ganda : sebagai legitimasi kolonialisme
dimilikinya untuk mengarahkan para pengikutnya. sekaligus kritik social. Banyak tokoh agama,
Agama tidak terlahir dari ruang kosong. Ia hadir Muslimk khususnya, yang bekerja dengan
sebagai respon dari kondisi tertentu dimasyarakat yang Pemerintah kolonial tetapi saat yang
memaksa untukhadir. Kehadiran agama membawa misi
bersamaan juga banyak di antara mereka yang secara bentuk kelembagaan adalah sekuler,
menjadi pengkritik dan pemberontak kolonial. sehingga norma-norma hukum agama,
masa Orde Baru, Presiden Suharto tidak termasuk norma hukum Islam, dapat menjadi
melirik kelompok Islam meskipun pada salah satu sumber materiil dalam
awalnya mereka digandeng untuk pembentukan regulasi hukum atau peraturan
mengantarkan jalan kekuasaan. Pak harto leih perundang-undangan. Sejak sebelum
tertarik menggandeng kelompok abangan- Kemerdekaan RI, arus kepentingan warga
kejawen dan kalangan militer. Baru pada awal untuk memberlakukan penegakan
1990-an, ia tertarik “melirik” Islam dengan syariat/agama Islam.
menggaet kelompok kelas menengah teknorat Pada era reformasi, arus kepentingan
di bawah bendera ICMI (Ikatan Cendekiawan warga untuk menegakkan norma agama
Muslim Indonesia) setelah terjadi friksi dengan menjadi regulasi formal atau peraturan
sejumlah petinggi militer. Pak harto dulu juga perundang-undangan begitu dominan.
tidak memberi ruang secuil untuk Dinamika wacana pemberlakuan norma agama
perkembangan “Islam Politik” meskipun tersebut pada dasarnya tidak lepas dari jalan
mendukung gerakan “Islam Kultural” yang tengah formulasi sistem hokum Negara
apatis. Indonesia yang tidak berpihak pada sekuler
Setelah Pak Harto tumbang pada 1998, dan juga tidak pada religious dengan hanya
keran kebebasan berekspresi dan berserikat berpijak pada norma agama tertentu. Negara
yang dulu ditutup rapat, kini pun dibuka berperan netral dalam mengurus dan mengatur
kembali lebar-lebar. Akibatnya, Indonesia nilai-nilai budaya atau agama yang dianutnya.
sseperti kebanjiran kelompok-kelompok Islam Ruang netralitas Negara ini telah memberikan
ekstrim-konservatif. ruang bagi warga masyarakat untuk
“Sumanto Al Qurtuby, Dosen Antropologi menyalurkan aspirasinya, sehingga norma-
Budaya dan Kepala General Studies Scitific norma agama atau budaya social atau agama
Research, King Fahd Universitu od Petroleum yang dianutnya. Ruang netralitas Negara ini
and Minerals, Arab Saudi. “ Relasi Agama telah memberikan ruang bagi warga
Legalimitasi Sosial Orde baru pada zaman Pak masyarakat untuk menyalurkan aspirasinya,
Harto” Jakarta, Tahun 1998. « sehingga norma-norma agama atau budaya
2. NKRI memiliki karakteristik tersendiri dapat menjadi regulasi hukum resmi negara
dimana negara menganut bukan negara dengan tetap berada dalam koridor ideologi
agama, juga bukan negara sekuler, tetapi Pancasila dan UUD-NRI 1945. Adapun dasar
secara filosofis adalah negara religius namun normatif lahirnya peraturan perundangan atau
perda yang bernuansa agama tidak lepas dari di hadapan Tuhan sebagaimana juga hak dan
nilai-nilai sila Pertama Pancasila yang kedudukannya dalam hukum dan
berbunyi: “Ketuhanan Yang Maha Esa”. pemerintahan.
Berdasarkan hal ini, Indonesia bukan menjadi
negara agama karena tidak berdasarkan 2. Halim, Abdul, Politik Hukum Islam di Indonesia,
norma/hukum agama tertentu, dan juga bukan Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Depag RI, 2008.
negara sekuler karena tidak ada pemisahan Prinsip legalitarian harus berjalan dengan
secara tegas antara urusan negara dan baik dalam pembuatan atau pengambilan
agama. Prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa keputusan yang dilakukan atas dasar
sejak awalnya dirumuskan sebagai salah satu musyawarah mufakat serta prosedur pemilihan
dasar sistem kenegaraan dalam Pembukaan atau baiat terhadap wakil rakyat sebagai ulil
UUD 1945, sehingga harus diakui adanya amri. Setelah ditetapkan melalui musyawarah,
Kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa. semua keputusan menjadi mengikat sebagai
Kedaulatan Tuhan tersebut tidak mewujud ke hukum yang berada di atas segala kehendak
dalam kedaulatan raja, melainkan mewujud dan aspirasi warga atau alat pemerintahan,
dalam konsep kedaulatan rakyat dan sehingga regulasi hukum yang memiliki peran
kedaulatan hukum. dominan dan penting menurut prinsip
Dengan asas keyakinan terhadap Tuhan supremasi hukum. Prinsip tersebut sebagai
Yang Maha Esa, setiap warga atau bagian penting dari pelaksanaan kedaulatan
masyarakat Indonesia harus memutlakkan Tuhan yang telah diwujudkan dalam prinsip
Tuhan Yang Maha Esa dengan kedaulatan rakyat dan kedaulatan hukum.
mengimplementasikan dalam kehidupan 3. “Dengan sila ketuhanan ini, sekaligus

berbangsa. Setiap warga negara harus dengan penjabarannya di konstitusi,


mengakui adanya Tuhan dan sekaligus ditegaskan bahwa Indonesia sebagai
kewajiban mengamalkan norma agamanya negara Pancasila adalah sebuah negara
sesuai dengan keyakinanya secara religius (religious nation state). Di negara ini
berkeadaban dan menghormati satu sama tidak boleh ada sikap dan perbuatan yang
lainnya. Dengan menyertakan moral anti Ketuhanan dan anti keagamaan. Saat
ketuhanan sebagai dasar negara, negara telah yang sama, “Negara menjamin
memberikan dimensi transendental dalam kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
kehidupan politik dan mempertemukan konsep memeluk agamanya masing-masing dan
‘daulat Tuhan’ dan ‘daulat rakyat’. Setiap untuk beribadat menurut agamanya dan
warga memiliki hak dan kedudukan yang sama kepercayaannya itu”.
4. Salah satu bagian esensial dari khas itu sebagaimana UndangUndang tentang
pengamalan sila pertama tersebut adalah zakat, haji atau perda baca tulis Alquran.
upaya berbagai pihak untuk mewujudkan norma Regulasi teknis ini penting karena landasan
agama dalam tata kehidupan kenegaraan filosofisnya dimuat dalam UUD-NRI 1945, yaitu
secara legal formal. Dalam proses pengakuan atas eksistensi pluralitas regulasi
permusyawaratan, setiap warga memiliki hak hukum atau perda yang lahir dari aspirasi warga
konstituasional untuk memberikan saran dan masyarakat.18 Oleh sebab itu, yang harus
aspirasi untuk memperkaya dan merumuskan menjadi perhatian adalah bahwa setiap regulasi
substansi hukum, sehingga rumusan regulasi yang diundangkan haruslah memenuhi prasyarat
atau peraturan perundang-undangan terjaminnya kemaslahatan warga masyarakat
mencerminkan aspirasi warga masyarakat atau dan terhindar dari segala kemudaratan.
norma sosial budaya, yang salah satunya Harmonisasi norma agama dalam tata
adalah norma agama. Penyerapan norma kehidupan politik hukum merupakan keniscayaan
agama menjadi hukum positif merupakan sebagaimana diatur dalam teori ‘urf. Dalam
proses konstitusional sebagai bagian dari konepsi ‘urf ditegaskan bahwa nilai-nilai budaya
pelaksanaan nilai-nilai Pancasila Sila. yang luhur dan bermanfaat bagi manusia.
Kontrasuksi norma-norma agama tersebut
3. Pimpinan MPR-RI dan Tim Kerja Sosialisasi tidak bisa dilepaskan dari peranan seseorang
MPR Periode 2009-2014, Empat Pilar..., Abdul tokoh. Keberadaan tokoh dalam sebuah
Halim, Politik Hukum Islam di Indonesia..., masyarakat adalah hal yang penting karena
4. Pimpinan MPR-RI dan Tim Kerja Sosialisasi keberadaan dubutuhkan sebagai basis legimitasi
MPR Periode 2009-2014, Empat Pilar..., h. 48. untuk ditiru oleh para pengikutnya.
4. Pimpinan MPR-RI dan Tim Kerja Sosialisasi B. Norma Kesusilaan
MPR Periode Norma Kesusilaan berasar dari hati nurani
atau ahlak yang dipraktikan secara berulang
Pertama. Ketika keputusan telah dibuat, sehingga menjadi kebiasaan. Setiap manusia
norma hukum agama yang diadopsi menjadi punya hati nurani yang mengedepankan
peraturan perundang-undangan atau perda perilaku manusiawi kepada sesama. Dalam
menjadi mengikat bagi warga masyarakat. kehidupan norma ini menjadi pembela dalam
Walaupun regulasi tersebut bersifat universal hubungan social antara kita sebagai manusai
ketika sudah disahkan menjadi peraturan dengan makluk hidup lainnya.
perundangan, tetapi perlu ada regulasi khusus Leibniz seorang filsuf pada zaman modern
untuk mengatur peraturan hukum formal yang berpendapat bahwa kesusilaan adalah hasil
suatu “menjadi” yang terjadi di dalam Kumpulan aturan semacam ini berlaku juga dalam
jiwa. Yang dinamakan kesusilaan ialah bidang-bidang kehidupan yang lain. Dengan demikian
keseluruhan aturan, kaidah atau hukum yang aturan-aturan tersebur sudah mengandaikan suatu
mengambil bentuk amar dan larangan. Baik kehidupan alami atau katakanlah kehidupan hewani,
hukum sepuluh amar, maupun kitab hukum namun menetapkan syarat-syarat tertentu bagi
Hammurabi, serangkaian ajaran kesusilaan perwujudannya. Manakala seseorang memenuhi syarat-
yang berasal dari Jaman Kuno, ajaran moral syarat kesusilaan itu, maka perilakunya dan dia sendiri
yang diberikan kepada anak, senantiasa disebut baik (dari segi kesusilaan), dalam hal yang
mengatakanberbuatlah begini atau sebaliknya dikatakan buruk (dari segi kesusilaan).
seharsnyalah berbuat begini atau hendalkah Norma-norma kesusilaan kadang- kadang bersifat
berbuat begini dan tidak berbuat tertulis dan kadang- kadang tidak. Di atas telah diberikan
begitu atausingkirkanlah hal itu. Dengan kata contoh mengenai ketentuan-ketentuan moral yang
lain kesusilaan menanamkan wajib dan darma. dikodifikasikan dan yang tidak dikodifikasikan. Sistem-
Secara demikian kesusilaan mengatur perilaku sistem kesusilaan yang berasal dari para pendiri agama
manusia serta masyarakat, yang di dalamnya yang besar atau para pembentuk hokum kesusilaan yang
manusia tersebut ada. Behubung dengan itu besar, biasanya bersifat tertulis. Lazimnya yang demikian
manusia tidak boleh semaunya sendiri berbuat itu bersangkutan dengan hal-hal pokok belaka, meskipun
atau tidak berbuat sesuatu. Perilakunya diatur dapat saja terjadi bahwa kitab-kitab hukum keagamaan
atau ditentukan oleh norma kesusilaan. bersifat agak panjang lebar.
Dapat juga dikatakan bahwa manusia dibentuk oleh Norma-norma yang lebih terjabar misalnya tidak
kesusilaan. Ini berarti bahwa kehidupan alaminya, seperti ditetapkan secara tertulis kecuali kadang-kadang dalam
nafsunya, kecenderungan, cita-cita, dan sebagainya, buku-buku pegangan mengenai moral. Bahkan karya
seolah-olah disalurkan atau tertuang ke dalam bentuk tulis yang paling panjang lebar sekalipun tidak akan
tertentu. Demikianlah, umpananya, perwujudan dapat memberikan segenap peraturan khusus. Dalam
seksualitas, suatu keadaan alami, mendapatkan bidang kesusilaan banyak yang tetap dihayati di dalam
pembatasan, disalurkan atau dibentuk oleh aturan-aturan keinsyafan kesusilaan manusai-manusia yang
yang mengatakan bahwa bagaimana seharusnya bersangkutan. Jelaslah kiranya tidak ada moral tunggal
seorang laki-laki dan perempuan yang sudah masak yang diterima oleh segenap manusia, melainkan terdapat
ditinjau dari segi seksual berperilaku terhadap seseorang banyak moral yang berbeda-beda menurut waktu, tempat
dari lawan jenisnya, syarat-syarat apakah yang harus dan keadaan.
dipenuhi yang membolehkan wanita dan pria bergaul dan Norma kesusilaan dalam kehidupan sosial saat ini,
sebagainya. Aturan-aturan ini secara keseluruhan ada banyak hal yang tidak dapat dituangkan secara
dinamakan moral seksual. langsung melalui tindakan maupun perkataan jika
dihadapkan dengan hal – hal yang tidak sesuai dengan jabatan dalam suatu organisasi dan hanya memberikan
apa yang diinginkan. janji palsu atau hanya mengincar keuntungan sehingga
Penyampaian pesan yang baik agar tidak mengakibatkan kurangnya pengertian tentang nilai moral
menyinggung hal – hal yang tidak sesuai dengan yang sebagai dasar untuk menjalani kehidupan yang baik.
diinginkan ini misalnya disampaikan melalui cara Sanksi Norma Kesusilaan : Di dalam diri setiap
kesenian khususnya seni rupa. Cara ini digunakan manusia pasti terdapat ‘bisikan hati’ yang
supaya manusia tidak menyinggung kelompok – mengarahkannya pada tindakan yang baik sesuai norma
kelompok tertentu secara langsung karena disampaikan kesusilaan. Namun, tidak jarang manusia
secara santun melalui bahasa visual. mengabaikannya dan melakukan hal-hal yang melanggar
Manusia adalah makhluk sosial yang dianugerahi norma kesusilaan. Ketika seseorang melakukan
akal untuk mengatasi tekanan kehidupan. Nilai – nilai pelanggaran, maka orang tersebut akan mendapatkan
moral menjadi hal yang penting untuk manusia sebagai sanksi. Beberapa bentuk sanksi norma kesusilaan
pedoman untuk menjalani kehidupan yang baik. tersebut diantaranya adalah: Perasaan malu, Perasaan
Tekanan kehidupan bukanlah hal yang baru dikalangan menyesal, Pengucilan di dalam masyarakat, bahkan
masyarakat yang modern. Misalnya : dipenjara
1) Isu seorang ibu yang membuang anaknya,
2) Kasus korupsi oleh pejabat – pejabat negara,
3) Kurangnya pendidikan yang menyebabkan
tindakan – tindakan tidak terpuji. C. Norma Hukum
Perbuatan – perbuatan ini seakan membuat nilai – Norma adalah undang-undang, peraturan,
nilai moral seakan tidak dibenahi secara baik. Manusia ketentuan,maupun lain sebagainya yang akan dibentuk
sebagai makhluk sosial seharusnya saling menghargai oleh negara. Norma hukum pada umumnya akan bersifat
dan menghormati sesama serta lingkungan disekitarnya, tertulis yang bisa juga dijadikan pedoman atau rujukan
ketidakpedulian akibat dari tekanan hidup, pengambilan konkret untuk setiap warga masyarakat dalam
keputusan pendek, dan ketamakan menjadi dasar berperilaku maupun dalam yang akan menjatuhkan
kehancuran citra manusia. sanksi untuk pelaku pelanggarnya.
Perkembangan teknologi serta pesatnya kemajuan Norma hukum akan disusun oleh badan yang berhak
peradaban saat ini menyebabkan manusia lebih untuk dapat mengatur hubungan sesama warga, antar
memprioritaskan kebutuhan individual ketimbang warga Negara, ataupun juga antara warga Negara
kebutuhan bersama, manusia lebih mementingkan materi dengan pemerintahnya.
dan profesi ketimbang kehidupan sosial seperti keluarga, Norma hukum juga memiliki sifat mengatur atau
teman, dan kerabat. Permukaan seorang manusia memaksa, jika ada yang akan melanggar maka
seakan menjadi prioritas utama, seperti lebih pentingnya sanksinya ialah hukuman. Itulah sebabnya norma ini
akan bersifat tegas atau pasti,oleh karena itu, cditopang 1. Pasal 362 KUHP yang akan menyatakan bahwa
atau juga dijamin oleh hukuman ataupun sanksi untuk barang siapa yang akan mengambil sesuatu
para pelanggarnya. barang yang seluruhnya maupun sebagian milik
Jenis-Jenis Norma Hukum : Norma hukum akan orang lain,maka dengan maksud untuk akan
terdapat beberapa jenisnya. Ada bermacam-macam dimiliki secara melawan hukum, diancam karena
hukum yang telah dikenal dalam kehidupan pencurian dengan pidana penjara paling lama 5
bermasyarakat dan bernegara seperti dibawah ini: tahun maupun denda paling banyak enam puluh
Hukum acara, Hukum pidana, Hukum perdata, Hukum rupiah.
agama, Hukum internasional atau lain sebagainya. 2. Pasal 1234 BW yang menyatakan bahwa tiap-tiap
Dari jenis tersebut, hukum pidana dan perdata adalah perikatan merupakan untuk memberikan sesuatu,
yang paling paling sering kita dengar pada kehidupan untuk berbuat sesuatu atau untuk tidak berbuat
sehari-hari. Berikut ini adalah penjelasannya yakni: sesuatu.
1. Hukum Acara 3. Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15
Hukum Acara merupakan hukum yang akan Tahun 2002 (Undang-Undang menyatakan
mengatur tentang penuntutan, pemeriksaan, atau tentang Tindak Pidana Pencucian Uang) yag
pemutusan suatu perkara. Hukum acara juga menyatakan bahwa setiap orang yang melaporkan
dibagi menjadi 2, yakni hukum acara pidana terjadinya dugaan tindak pidana pencucian
maupun hukum acara perdata. uang,akan wajib diberi perlindungan khusus oleh
2. Hukum Pidana negara dari kemungkinan ancaman yang akan
Hukum pidana merupakan hukum yang akan membahayakan diri, jiwa, maupun juga hartanya,
mencakup kejahatan, pelanggaran, maupun termasuk keluarganya.
tindakan kriminal serta sanksi-sanksinya. 4. Pasal 51 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
contohnya KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum (Undang-Undang tentang Pemerintahan
Pidana) yang akan mengatur tentang hukum Daerah)yang akan menyatakan bahwa Kepala
pidana. Daerah akan diberhentikan oleh Presiden tanpa
3. Hukum Perdata adanya melalui Keputusan DPRD apabila dia
Hukum perdata merupakan hukum yang akan terbukti melakukan tindak pidana kejahatan yang
mengatur tentang hak harta benda atau hubungan akan diancam dengan hukuman 5 tahun atau lebih
antar individu dalam masyarakat setempat. atau yang diancam dengan hukuman mati dimana
Hukum ini biasa juga kita disebut hukum privat sebagaimana yang diatur dalam Kitab UU Hukum
atau juga hukum public. Hukum perdata telah Pidana.
diatur dalam KUH Perdata.
Ada beberapa contoh norma hukum, antara lain yaitu: D. Hukum – Hukum Etika
Etika merupakan cabang falsafah dan sebagai pedoman dalam berpikir, bersikap,
sekaligus merupakan cabang dari ilmu dan bertingkah laku yang merupakan cerminan
kemanusiaan (humaniora). Etika sebagai dari nilai-nilai keagamaan dan kebudayaan
cabang falsafah membahas system dan yang sudah mengakar dalam kehidupan
pemikiran mendasar tentang ajaran dan bermasyarakat
pandangan moral.Etika sebagai cabang ilmu Etika berada diluar hukum, namun
membahas bagaimana dan mengapa kita sekaligus menjadi inspirasi bagi
mengikuti suatuajaran moral tertentu.Pancasila pembentukan hukum. Sehingga
sebagai sumber nilai adalah dengan menempatkan etika sebagai hukum
menjadikan nilai adalah dengan menjadikan tergantung pada sudut pandang hukum
nilai dasar Pancasila sebagai sumber yang digunakan. Apabila hukum
pembentukan normaetik (norma moral) dalam didefinisikan sebagai perintah, larangan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan dan sanksi yang dibuat oleh kekuasaan
bernegara. Nilai-nilai pancasila adalah nilai yang memiliki legitimasi maka etika tidak
moral. Oleh Karen aitu, nilai pancasila juga termasuk dalam (pengertian) hukum
dapat diwujudkan ke dalam norma-norma tersebut. Berbeda halnya dengan definisi
moral (etik). Norma-norma etik tersebut hukum yaitu hukum tertulis dan hukum
selanjutnya dapat digunakan sebagai pedoman tidak tertulis. Dari definisi terakhir maka
atau acuan dalam bersikapdan bertingkah laku definisi hukum yang pertama termasuk
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. pada hukum tertulis yaitu peraturan
Bangsa Indonesia saat ini sudah berhasil perundang-undangan, sedangkan etika
merumuskan norma-norma etik sebagai dapat dikategorikan pada hukum tidak
pedoman dalam bersikap dan bertingkahlaku. tertulis.
Norma-norma etik tersebut bersumber pada Pada hukum yang diartikan sebagai
pancasila sebagai nilai budaya peraturan perundang-undangan tidak
bangsa.Rumusan norma etik tersebut berarti etika tidak mendapatkan tempat
tercantum dalam ketetapan MPR No. sama sekali. Etika dapat menjadi gagasan
VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan atau ide yang menginspirasi pembentukan
Berbangsa,Bernegara, dan aturan yang mewujud pada perintah dan
Bermasyarakat.Ketetapan MPR No. larangan. Inspirasi dimaksud terkait
VI/MPR/2001 tentang etika Kehidupan mendasari pembentukan kaedah hukum.
Berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat Dalam hal ini etika yang merupakan nilai
merupakan penjabaran nilai-nilai pancasila mengenai baik dan buruk memedomani
perilaku individu/masyarakat dapat diketahui jejak-jejak nilai yang
ditransformasikan atau mengalami proses ditransformasikan. Hukum tanpa etika
positivisasi. adalah kemustahilan, etika tanpa hukum
Etika dan hukum dapat dikotomikan, memiliki keterbatasan daya jangkaunya.
tetapi sulit untuk dipisahkan. Bahkan Sehingga meskipun berbeda saling
secara tendensius dapat dikemukakan melengkapi diantara keduanya dalam
bahwa hukum (baca: peraturan perundang- menata dan memedomani interaksi sosial
undangan) dapat dibentuk tanpa etika, kemasyarakatan. ETIKA DALAM MEDIA
tetapi etika agar mempunyai keberlakuan SOSIAL. Seiring dengan berjalannya waktu
yang lebih mengikat harus dipositivisasi. maka teknologi juga semakin berkembang
Peraturan perundang-undangan tanpa etika pesat. Saat ini hampir sebagian besar
akan memicu perdebatan, yaitu dalam hal orang bisa saling berbagi informasi serta
pembentukannya mengabaikan nilai-nilai berkomunikasi secara langsung dengan
universal yang dianut dalam masyarakat. menggunakan media sosial sebab dengan
Yang dianut pada pembentukan hukum internet maka mereka lebih bisa
tanpa etika adalah keinginan pemegang menghemat waktu dan biaya.
kekuasaan yang mengutamakan nilai-nilai Menurut Lon Fuller cit. Guwandi,
individual yang diyakini. Artinya cukup J.(2002) etika adalah bidang yang
mustahil hukum dapat dibentuk tanpa etika, menyangkut moralitas aspirasi (the morality
karena terkait baik dan buruk yang menjadi of aspiration) dan hukum adalah yang
pedoman berperilaku sudah menjadi ranah berkaitan dengan moralitas kewajiban( the
kajian etika. morality of duty).
Etika menjadi supporting sistem atau Etika mengatur apa yg harus dilakukan
sistem pendukung dari hukum, meski tidak oleh manusia dan yang mencakup cita-cita
harus menjadi backbone dari hukum. Tetapi yang harus ditempuh. Terhadap perilaku
keberadaan etika mampu memberikan yang tidak etis hrs diberikan sangsi sudah
arahan dan 'cita rasa' hukum yang disepakati sebelumnya oleh dirinya sendiri
dikehendaki. Arahan yang diberikan etika dan teman sejawatnya. Sebaliknya hukum
terkait dengan substansi baik dan buruk memberikan batasan-batasan untuk
yang dianut dalam masyarakat. bertindak yang ditentukan sendiri oleh
Pemahaman mengenai etika akan memberi masyarakat, apabila dilanggar maka orang
pengaruh pada hukum yang akan dan tersebut beresiko mendapat sanksi
sudah dibentuk. Sehingga dari hukum
eksternal, seperti penghukuman atau hakekatnya hukum tidaklah sama dengan
dicabut izin praktiknya. etika, sehingga masing-masing mempunyai
Hal ini menerangkan mengapa kode- sistem dan prinsip yang berlainan , nmaun
kode etik pada umumnya menyangkut hal- tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat
hal yang bersifat umum saja, sedangkan kaitan erat dan saling pengaruh
hukum cenderung lebih terarah spesifik. mempengaruhi.(William J.Ellos, cit
Etika dan Hukum adalah 2 disiplin yang Guwandi,J. 2002) Ilmu yang baik dan apa
cakupan luas bidang yang saling menutupi yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
(overlapping).Hal ini menerangkan moraln(akhlak) Kumpulan asas atau nilai
mengapa kode-kode etik pada umumnya yang berkenaan dengan akhlak Nilai
menyangkut hal-hal yang bersifat umum mengenai dasar dan salah yang dianut
saja, sedangkan hukum cenderung lebih suatu golongan atau masyarakat.
terarah spesifik Etika dan Hukum adalah 2 Etika sosial dan budaya telah menjadi
disiplin yg cakupan luas bidang yg saling nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia
menutupi (overlapping) Namun masing- yang tercermin pada pancasila yang
masing disispilin mempunyai parameter menjadi pedoman hidup bangsa Indonesia.
yang berlainan disamping fokusnya juga Hal ini merupakan bukti bahwa nilai etika
berbeda. sosial dan budaya telah menjadi nilai-nilai
Hukum membuat peraturan-peraturan luhur budaya bangsa Indonesia.
tentang sikap-tindak yang disepakati Penanaman nilai etika sosial dan
masyarakat dan suatu pelanggaran hukum budaya juga dimaksudkan agar tercipta
bisa mengakibatkan tanggung gugat masyarakat yang memiliki etika sosial yang
kriminal atau perdata . baik (menjunjung norma, hukum, dan nilai-
Manajemen risiko adalah suatu cara nilai kesopanan yang berlaku pada
untuk mengecilkan risiko penuntutan itu masyarakat )dan menjunjung tinggi nilai-
melalui ketentuan-ketentuan institusi nilai luhur budaya bangsanya serta
Sejajar dengan pendapat Lon Fuller, dpt melestarikan budaya-budaya bangsa agar
dikatakan bahwa hukum adalah semacam tercipta masyarakat yang memiliki jati diri
“aplikasi moralitas”. sehingga identitasnya sebagai bangsa
Hukum yang baik pada analisis terakhir Indonesia yang memiliki etika sosial dan
harus merefleksikan konsensus moral dan budaya tercermin pada setiap diri warga
nilai-nilai dari masyarakat yang harus Negara.
dirumuskan oleh hukum. Memang pada
Etika sosial meliputi cabang-cabang berarti memelihara untuk waktu yang sangat lama. Jadi
etika yang lebih khusus lagi seperti etika upaya pelestarian warisan budaya berarti upaya
keluarga, etikaprofesi, etikabisnis, etika memelihara warisan budaya tersebut untuk waktu yang
lingkungan, etika pendidikan, etika sangat lama. Karena upaya pelestarian merupakan
kodokteran, etika jurnalistik, dan etika upaya memelihara untuk waktu yang sangat lama maka
politik. perlu dikembangkan pelestarian sebagai upaya yang
berkelanjutan (sustainable), bukan pelestarian yang
hanya mode atau kepentingan sesaat, berbasis proyek,
BAB IV berbasis donor dan elitis (tanpa akar yang kuat di
REVELENSI DAN IMPLIKASI LEGITIMASI SOSIAL masyarakat). Pelestarian tidak akan dapat bertahan dan
A. Revelensi Legitimasi Sosial dengan berkembang jika tidak didukung oleh masyarakat luas
Kebudayaan dan tidak menjadi bagian nyata dari kehidupan kita. Para
pakar pelestarian harus turun dari menara gadingnya dan
1. Pelestarian Budaya Fisik Sebagai Warisan merangkul masyarakat menjadi pecinta pelestarian yang
Budaya bergairah. Pelestarian jangan hanya tinggal dalam buku
Beragam wujud warisan budaya memberi kita tebal disertasi para doktor, jangan hanya
kesempatan untuk mempelajari nilai kearifan budaya diperbincangkan dalam seminar para intelektual di hotel
dalam mengatasi masalah -masalah yang dihadapi di mewah, apalagi hanya menjadi hobi para orang kaya.
masa lalu. Hanya saja nilai kearifan budaya tersebut Pelestarian harus hidup dan berkembang di masyarakat.
seringkali diabaikan, dianggap tidak ada relevansinya Pelestarian harus diperjuangkan oleh masyarakat luas
dengan masa sekarang apalagi masa depan. Akibatnya (Hadiwinoto, 2002: 30). Singkat kata pelestarian akan
adalah banyak warisan budaya yang lapuk dimakan usia, dapat sustainable jika berbasis pada kekuatan dalam,
terlantar, terabaikan bahkan dilecehkan keberadaannya. kekuatan lokal, kekuatan swadaya. Karenanya sangat
Padahal banyak bangsa yang kurang kuat sejarahnya diperlukan penggerak, pemerhati, pecinta dan
justru mencari-cari jatidirinya dari tinggalan sejarah dan pendukung dari berbagai lapisan masyarakat. Untuk itu
warisan budayanya yang sedikit jumlahnya. Kita sendiri, perlu ditumbuhkembangkan motivasi yang kuat untuk ikut
bangsa Indonesia, yang kaya dengan warisan budaya tergerak berpartisipasi melaksanakan pelestarian, yaitu
justru mengabaikan aset yang tidak ternilai tersebut. antara lain: motivasi untuk menjaga, mempertahankan
Sungguh kondisi yang kontradiktif. Kita sebagai bangsa dan mewariskan warisan budaya yang diwarisinya dari
dengan jejak perjalanan sejarah yang panjang sehingga generasi sebelumnya; motivasi untuk meningkatkan
kaya dengan keanekaragaman budaya lokal seharusnya pengetahuan dan kecintaan generasi penerus bangsa
mati-matian melestarikan warisan budaya yang sampai terhadap nilai-nilai sejarah kepribadian bangsa dari masa
kepada kita. Melestarikan tidak berarti membuat sesuatu ke masa melalui pewarisan khasanah budaya dan nilai-
menjadi awet dan tidak mungkin punah. Melestarikan
nilai budaya secara nyata yang dapat dilihat, akan muncul seiring dengan pemanfaatan sumberdaya
dikenang dan dihayati; motivasi untuk menjamin yang sangat eksploitatif. Agar pemanfaatan sumber daya
terwujudnya keragaman atau variasi lingkungan budaya; budaya tidak hanya bertujuan untuk eksploitasi dan
motivasi ekonomi yang percaya bahwa nilai budaya lokal ekonomis saja, maka diperlukan pemahaman terhadap
akan meningkat bila terpelihara dengan baik sehingga aspek yuridis, aspek arkeologis serta aspek manajerial.
memiliki nilai komersial untuk meningkatkan Oleh karena itu, dalam pemanfaatan sumberdaya
kesejahteraan pengampunya; dan motivasi simbolis yang budaya perlu ada asas keseimbangan sehingga tidak
meyakini bahwa budaya lokal adalah manifestasi dari terjadi konflik antara pihak-pihak yang berkepentingan
jatidiri suatu kelompok atau masyarakat sehingga dapat dengan sumberdaya tersebut.
menumbuh- kembangkan rasa kebanggaan, harga diri Tujuan akhir dari pelestarian Cagar Budaya
dan percaya diri yang kuat. Pelestarian budaya selain (Warisan Budaya), adalah pemanfaatannya. Secara
mempunyai muatan ideologis yaitu sebagai gerakan teoritik dengan berdasarkan aturan perundangan, seperti
untuk mengukuhkan kebudayaan, sejarah dan identitas telah diatur dalam UU No.11, Tahun 2010, maka Cagar
(Lewis, 1983: 4), juga sebagai penumbuh kepedulian Budaya dan Kawasan Cagar Budaya dapat dimanfaatkan
masyarakat untuk mendorong munculnya rasa memiliki untuk kepentingan antara lain:
masa lalu yang sama diantara anggota komunitas 1. Ilumu pengetahuan: yaitu pemanfaatan seluas-
(Smith, 1996: 68). luasnya terhadap pengembangan ilmu pengetahuan
2. Pemanfaatan Warisan (Cagar) Budaya dan teknologi, seperti ilmu arkeologi ataupun
Oleh karena faktor kepentingan yang beragam lembaga arkeologi dan purbakala, antropologi,
dari berbagai pihak dalam hubungannya dengan sejarah, arsitektur, dan ilmu-ilmu lainnya yang ada
pemanfaatan sumberdaya budaya, maka hal ini hubungannya dengan cagar budaya.
menimbulkan permasalahan tersendiri yang pada 2. Agama: yaitu pemanfaatan Cagar Budaya untuk
akhirnya menyebabkan terjadinya benturan kepentingan kepentingan keagamaan, misalnya Cagar Budaya
antara berbagai pihak. Hal ini disebabkan oleh karena yang masih digunakan oleh masyarakat
pada umumnya pihak - pihak yang berkepentingan pendukungnya untuk kepentingan keagamaan, tidak
mempunyai persepsi dan pemberian makna yang boleh dibatasi fungsi-fungsi tersebut, yang penting
berbeda terhadap cagar budaya. Pemanfaatan tetap menjaga kelestarian, keselamatan dan
sumberdaya budaya sering memberi dua dampak yaitu kebersihannya.
dampak positif dan negatif. 3. Kreativitas seni: yaitu Cagar Budaya dapat
Dampak positif adalah munculnya keinginan dimanfaatkan sebagai sumber inspirasi bagi para
masyarakat untuk memberi perhatian kepada seniman, sastrawan, penulis dan fotografer untuk
sumberdaya budaya sehingga muncul kesadaran untuk dapat memanfaatkan obyek Cagar Budaya sebagai
melestarikan dan memanfaatkannya. Dampak negatif
obyek yang dapat membangkitkan kreativitas dalam 6. Representasi simbolik: yaitu Cagar Budaya ataupun
berkarya. Kawasan Cagar Buadaya kadang-kadang
4. Pendidikan: yaitu Cagar Budaya mempunyai dimanfaatkan sebagai gambaran secara simbolis
peranan penting dalam pendidikan bagi pelajar dan bagi kehidupan manusia. Beberapa contohnya,
generasi muda, terutama dalam upaya antara lain: Benteng Ujung Pandang (Fort
menanamkan rasa bangga terhadap kebesaran Rotterdam) di Makassar sebagai lambang Pemkot
bangsa dan tanah air. Nilai-nilai yang terkandung Makassar, Kompleks Makam Sultan Hasanuddin
dalam Cagar Budaya perlu dipahami oleh generasi sebagai simbol kebesaran Kerajaan Gowa, bahkan
muda kita, baik dalam sistem sosial yang diwariskan banyak Cagar Budaya yang menjadi simbol
dari generasi ke generasi, maupun dalam sistem kebesaran manusia secara individu, kelompok atau
pendidikan formal. Bentuk dan niali-nilai yang komunitas, etnik bahkan Negara.
terkandung di dalam Cagar Budaya, perlu untuk 7. Alat legitimasi sosial: banyak pejabat dan orang-
diajarkan kepada peserta didik (SD, SMP, SMA, orang yang berduit, setelah mendapatkan
Pendidikan Tinggi), dengan menyusun kurikulum kedudukan atau kekayaan, mereka kadang-kadang
dan buku ajar yang berhubungan dengan Cagar berusaha untuk dapat memiliki atau menguasai
Budaya. Muatan lokal masing- masing daerah Cagar Budaya tertentu agar dapat meyakinkan
(tingkat Propinsi dan Kabupaten) seharusnya kepada masyarakat umum tentang kesuksesan
mempunyai mata pelajaran dan buku ajar tentang dirinya dan untuk meraih kesuksesan yang lebih
Cagar Budaya atau n ilai-nilai yang dikandungnya tinggi. Tokoh-tokoh masyarakat banyak yang
yang ada di daerah masing- masing. menggunakan Cagar Budaya sebagai simbol
5. Rekreasi dan pariwisata: yaitu pemanfaatan Cagar kebesara ataupun sebagai simbol legitimasi sosial.
Budaya dan Kawasan Cagar Budaya untuk 8. Solidaritas sosial dan integrasi: yaitu Cagar Budaya
kepentingan sebagai obyek wisata yang dikenal dapat dijadikan sebagai alat untuk membina
dengan wisata budaya. Cagar Budaya atau solidaritas sosial dan integrasi yang kuat dalam
Kawasan Cagar Budaya yang dikelola dengan baik, suatu masyarakat. Banyak contoh Cagar Budaya,
lingkungannya ditata sedemikian rupa agar dapat seperti makam para pembesar, pada saat-saat
menarik perhatian dan memberikan kenyamanan, tertentu para ahli waris yang merasa keturunan
apalagi kalau Cagar Budaya atau Kawasan Cagar mengadakan acara ziarah secara bersama-sama,
Budaya memang berada pada lingkungan alam maka pada sat itulah akan muncul kesadaran di
yang menarik dan eksotik, maka sangat berpotensi antara mereka. Rumah-rumah adat atau bekas
untuk dijadikan sebagai tujuan wisata dan dapat istana-istana kerajaan, sering berfungsi sebagai
mendukung berjalannya roda industri pariwisata di media untuk membina solidaritas dan integrasi
suatu daerah. sosial, dan masih banyak Cagar Budaya lainnya
yang digunakan sebagai medium dalam kegiatan
sosial dan keagamaan yang dapat berfungsi
sebagai media solidaristas dan integrasi sosial.
9. Ekonomi: yaitu Cagar Budaya dan Kawasan Cagar
Budaya dapat dimanfaatkan sebagai obyek wisata
budaya yang akan mendatangkan keuntungan
terutama bagi masyarakat di sekitar obyek.
Pemerintah pun juga akan mendapatkan
pemasukan sebagai pendapatan asli daerah yang
berasal dari pungutan retribusi.

BAB V DAFTAR PUSTAKA


RANGKUMAN https://id.wikipedia.org/wiki/Kekuasaan
^ Stanley Milgram, Obedience to authority: an
experimental view, Taylor & Francis (1974)ISBN 0-422-
74580-4 ISBN 978-0-422-74580-2
^ R. Baine Harris, Authority: a philosophical analysis,
University of California (1976) ISBN 0-8173-6620-2 ISBN
978-0-8173-6620-9
https://www.artikelsiana.com/2018/04/pengertian-
kekuasaan-jenis-para-ahli-kekuasaan.html#
Zubair, Charris. 1995. KuliahEtika. Jakarta :PT Raja
GrafindoPersada)
www.jurnalsosiolosi.com
Davis, G. F.m and Greve.H.R., 1997.Cooperate Elite
Network And Governance Change In The 1980s.
American Journal OfSciology.
Soekanto, Soejono., SosiologiSuatuPengantar,
(Jakarta:PT Raja Grafindo, 2012.
Asshiddiqie, Jimmy, PerihalUndang-Undang,
Jakarta :RajawaliPers, 2010.
Asshiddiqie, Jimmy, Gagasan Negara Hukum Indonesia, Smith, L. 1996. “Significance Concepts in Australian
Jakarta :RajawaliPers, 2010. Management Archaeology” dalam
Davison, G. dan C Mc Conville. 1991. A Heritage L. Smith dan A. Clarke (eds). Issue in Management
Handbook. St. Leonard, NSW: Allen & Unwin. Archaeology, Tempus, vol 5. Undang-undang Nomor 5
Duli, Akin. 2013. “Pemanfaatan Cagar Budaya Sesusi UU tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.
No. 11 Tahun 2010”. Dibawakan dalam Seminar Umar, Arsyad dkk. 1999.Pengantar Sosiologi. Jakarta:
Nasional Pemanfaatan Sumber Daya Budaya, yang Erlangga
dilaksanakan di Makassar pada tanggal 22-25 April 2013. World Heritage Unit. 1985. Australia’s World Heritage.
Frankel, D. 1984. “Who Owns the Past?” Australian Canberra: Department of Environment, Sports and
Society, 3 (9). Territories.
Galla, A. 2001. Guidebook for the Participation of Young Yan Mujianto, Zaim Elmubarok, Sunahrowi. 2010.
People in Heritage. Pengantar Ilmu Budaya. Yogyakarta: Pelangi Publishing.
Conservation. Brisbane: Hall and jones Advertising. Goesniadhie, Kusnu, Harmonisasi Sistem Hukum: Mewujudkan
Hadiwinoto, S. 2002. “Beberapa Aspek Pelestarian Tata Pemerintahan yang Baik, Malang: Nasa Media,
Warisan Budaya”. Makalah disampaikan pada Seminar 2010.
Pelestarian dan Pengembangan Masjid Agung Demak, di Asshiddiqie, Jimly, “Negara Hukum Indonesia”,
Demak, pada tanggal 17 Januari 2002. Ceramah Umum dalam Rangka Pelantikan
Karmadi, A.D. 2007. “Budaya Lokal Sebagai Warisan Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Alumni
Budaya dan Upayah Pelestariannya”. Makalah Universitas Jayabaya, di Jakarta, Sabtu, 23 Januari
disampaikan pada Dialog Budaya Daerah Jawa Tengah 2010.
yang diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Sejarah dan Pimpinan MPR-RI dan Tim Kerja Sosialisasi MPR
Nilai Tradisional Yogyakarta bekerjasama dengan Dinas Periode 2009-2014, Empat Pilar Kehidupan Berbangsa
Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah, di dan Bernegara, Jakarta: Sekretariat MPR-RI, 2012.
Semarang pada tanggal 8 - 9 Mei 2007. Halim, Abdul, Politik Hukum Islam di Indonesia, Jakarta:
Lewis, M. 1983. “Conservation: A Regional Point of View” Badan Litbang dan Diklat Depag RI, 2008.
dalam M. Bourke, M. Miles dan B. Saini (eds). Protecting Maarif, Ahmad Syafii, Islam dan Masalah Kenegaraan,
the Past for the Future. Canberra: Austraalian Jakarta: LP3ES, 1996.
Government Publishing Service. Ridwan, Nur Khalik, NU dan Bangsa 1914-2010:
Pearson, M., dan Sullivan, S. 1995. Looking After Pergulatan Politik dan Kekuasaan, Yogyakarta: Ar-Ruzz
Heritage Places: The Basic of Heritage Planning for Media, 2010.
Managers, Landowners and Adiministrators. Melbourne: Siroj, Said Aqiel, “Islam Aswaja Melawan Terorisme”,
Melbourne University Press. dalam Risalah NU, Edisi 35, Tahun IV, 2012.
Surajiyo. 2007. Filsafat Ilmu dan perkembangannya di
Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara
Asmaran As. 1992. Pengantar Studi Akhlak.Jakarta:
Rajawali Pers
https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-
norma-kesusilaan.html
https://pengajar.co.id/contoh-norma-hukum-pengertian-
jenis-ciri-tujuan-dan-contohnya/
Syamsuddin Pasamai. 2013. Sosiologi dan Sosiologi
Hukum. Makassar: Arus Timur.
https://www.kompasiana.com/yakubadi/5500d3f4a33311
5372512375/hukum-vs-etika-atau-hukum-etika

Anda mungkin juga menyukai